Anda di halaman 1dari 18

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak

tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara

generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa

keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat

diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat

yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang

singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih

cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Wahdi, 2015).

Kultur jaringan dilakukan pada lingkungan yang aseptis dan terkendali,

yaitu di laboratorium. Sehingga, pengetahuan mengenai laboratorium kultur

jaringan sangat penting bagi orang yang ingin mendalami kultur jaringan, Pada

autoklaf yang sederhana ini, tekanan dan suhu diatur dengan membesarkan atau

mengecilkan sumber api (Resmisari, 2017).

Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah

kontaminasi yang dapat terjadi pada setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi

dapat berasal dari: (1) Eksplan, baik eksternal maupun internal; (2)

Mikroorganisme yang masuk ke dalam media; (3) Botol tanam atau alat-alat

tanam yang kurang steril; (4) Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor; dan

(5) Kecerobohan dalam pelaksanaan (Elfiani dan Jakoni, 2015).

Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetative

konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi yang berbeda. Penerapan

teknik kultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan


2

(laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara dalam kondisi

yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang berkaitan dengan

jaringan harus dalam kondisi aseptic (Fitriani, 2016).

Alat – alat logam dan gelas yang digunakan pada saat penanaman

dapat disterilkan dalam autoklaf. Alat tanam seperti: pinset dan

gunting dapat juga disterilkan dengan pembakaran atau dengan

pemanasan dalam bacticinerator ataupun pembakar Bunsen.Alat - alat yang

digunakan harus dalam keadaan steril. Karena kondisi yang steril akan

menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan kultur jaringan. Karena jika

kondisinya tidak steril, maka akan mudah terkena kontaminasi sehingga

kemampuan totipotensi sel akan terhambat (Azmin, 2015).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui alat dan bahan

di Laboratorium Kultur Jaringan.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Kultur Jaringan Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.Serta

sebagai sarana informasi bagi pihak yang membutuhkannya.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan

tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman

dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta

menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang

kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya

sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi 2 2 menjadi

tanaman lengkap (Yustika et al., 2014).

Konsep awal dari kultur jarngan adalah diketahuinya kemempuan

totipotensi dari sel tumbuhan. Totipotensi sel (Total Genetic Potential), artinya

setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri

dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Tidak hanya terbatas pada

peralatan, namun ruangan yang akan digunakan pun harus dalam kondisi aseptic.

Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun peralatan kultur pada dasarnya

untuk menghindari kontaminasi oleh mikro organisme (Andria, 2012).

Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium

yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di dalamnya terdapat

timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-

alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala, batang

pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk mencuci (washtaple), lemari

untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator, dan kereta dorong;

2.) Ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting,

mikroskop, alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan

kecil. 3.) Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent,
4

timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur,

mikroskop binokuler, dan shaker (Hanifa, 2012).

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium

memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-

masing.Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan

alat dan bahan di laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan,

terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit.Cara

memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara tepat dapat menentukan

keberhasilan dan kelancaran kegiatan.Adapun perlakuan terhadap alat-alat di

laboratorium seperti membawa alat sesuai petunjuk penggunaan, menggunakan

alat sesuai petunjuk penggunaan, menjaga kebersihan alat dan menyimpan alat

(Sabban, 2013).

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium

memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-

masing.Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan

alat dan bahan di laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan,

terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit.Cara

memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara tepat dapat menentukan

keberhasilan dan kelancaran kegiatan.Adapun perlakuan terhadap alat-alat di

laboratorium seperti membawa alat sesuai petunjuk penggunaan, menggunakan

alat sesuai petunjuk penggunaan, menjaga kebersihan alat dan menyimpan alat

(Muhtar, 2018).

Micro pipette P1000 digunakan untuk memipet cairan berukuran lebih dari

200 ul sampai 1000 ul, 200 untuk volume cairan antara 21 ul sampai 200 ul, dan
5

P20 digunakan untuk volume dibawah 20 ul. Incubator Alat ini digunakan sebagai

tempat fermentasi dengan suhu dan kelembaban terkendali, serta digunakan untuk

menumbuhkan media pada pengujian secara mikrobiologis.Pada alat ini biasanya

sudah dilengkapi dengan alat pengukur kelembaban (Ningtias, 2012).

Prinsip kerja alat ini dengan mengalirkan arus udara dari blower yang

laminair kedalam almari penabur melalui HEPA filter dengan ukuran mess 0,22 –

0,24 µ. Bakteri dan jamur akan tertahan oleh saringan ini sehingga udara yang

masuk kedalam LAF sudah steril dan membuat ruangan menjadi steril. LAF ini

juga dilengkapi dengan lampu uv yang selalu dinyalakan apabila tidak dipakai.

bila dipakai maka lampu uv harus dimatikan karena bila tidak dimatikan dapat

membahayakan kesehatan terutama merusak retina mata dan kulit (Bua, 2012).

Fungsi magnetic stirrer Mengaduk dan memanaskan

bahan/senyawa/larutan dalam proses pembuatan media. Dalam pembuatan media

proses pengadukan sangat diperlukan untuk membuat media menjadi homogen.

Selain tombol “stirrer”, juga ada tombol “heating”, yaitu tombol yang berfungsi

untuk memanaskan. Jika tombol “heating” diputar ke kanan, maka suhu

larutan/senyawa dalam wahah meningkat.Seperti halnya tombol “stirrer”, tombol

“heating” juga dilengkapi dengan skala (Dwiyani et al., 2017).

Oven merupakan Alat untuk sterilisasi kering dan menghilangkan uap

air.Cara kerjanya, media dan bakteri dimasukan kedalam alat ini kemudian ditutup

dan diatur suhu dan waktunya.Cawan petri Cawan petri berfungsi untuk

membiakkan (kul-tivasi) mikroorganisme.Medium dapat dituang ke cawan bagian

bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup.Jarum ose Jarum inokulum

berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ ditum-buhkan ke media


6

baru.Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat ni-chrome atau platinum

sehingga dapat berpijar jika terkena panas (Asgianingrum, 2012).

Bahan dan peralatan yang digunakan pada sterilisasi dengan autoklaf

adalah: peralatan kaca/Glass ware (seperti botol kultur, Erlenmeyer, petridish,

gelas piala), peralatan penanaman /Dissecting kit (seperti pinset, scalpel),

aluminium foil, kertas paying, karet gelang, kertas merang, kertas pembungkus,

plastic seal. Penggunaan glassware hanya untuk kepentingan kultur jaringan,

bukan untuk penggunaan di lapang atau eksperimen lainnya. Bahan-bahan logam

beracun akan terabsorbsi dalam glassware dan bisa menjadi problem untuk kultur

in vitro (Sukendah et al., 2014).


7

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun waktu dan tempat dilaksanakan praktikum ini di Laboratorium

Kultur Jaringan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.Pada tanggal 11 September 2019 pukul 12:40 WIB –

selesai.Pada ketinggian ± 25 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah oven untuk

sterilisasi kering, gelas ukur untuk wadah pengkulturan, Laminar Air Flow untuk

tempat penanaman media dengan keadaan steril, incubator untuk menginkubasi

pada suhu terkontrol, hot plate / magnetic stirrer untuk menghomogenkan larutan,

lemari asam untuk menyimpan bahan kimia cair dan padat yang berbahaya, enkas

untuk menyimpan bahan kering, rak kultur untuk menyimpan gelas kultur hasil

pengkulturan, autoklaf untuk sterilisasi basah dengan uap, AC untuk menjaga

kelembaban ruangan, hygrometer untuk mengukur kelembaban udara, shaker

untuk menghomogenkan larutan, bak pencucian untuk mencuci alat – alat seperti

gelas, rak alat untuk menyimpan gelas – gelas kaca, pinset untuk mengambil dan

memisahkan objek, scalpel untuk mengiris suatu objek, lemari es untuk

menyimpan stok media kultur, lampu flourenscent untuk penerangan, timbanagn

analitik untuk menimbag bahan / zat / senyawa yang digunakan, Bunsen untuk

sterilisasi alat logam, alat tulis untuk menulis hasil pengamatan alat.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aquadest untuk

sterilisasi alat, dithane dan benlate untuk mensterilkan bahan, alcohol sebagai

bahan steril, NaOH sebagai penstabil pH dalam pembuatan media, jurnal sebagai
8

bahan pelengkap, literatur sebagai refrensi dalam praktikum, aluminium foil

sebagi penutup botol kultur, dan HCl sebagai menurunkan pH pada media.

Prosedur Praktikum

1. Dibariskan mahasiswa/i PET – A 2017 di Laboratorium Kultur Jaringan.

2. Diperiksa syarat masuk oleh asisten dan dipersilahkan masuk

3. Dilakukan kuis mengenai pengenalan alat dan bahan dalam kultur jaringan.

4. Dibahas kuis dan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang ada dalam kultur

jaringan.

5. Didokumentasikan alat dan bahan

6. Dipersilahkan pulang
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Ruang Persiapan

NO. GAMBAR KETERANGAN


1. Bak pencucian
Untuk mencuci alat – alat gelas dan
tempat air mengalir.

2. Keranjang
Untuk meniriskan air setelah alat dicuci
agar alat kering.

3. Rak alat
Untuk menyimpan alat – alat seperti
Erlenmeyer, tabung reaksi, botol kultur,
cawan petri, dan lain – lain.

4. Magnetic stirrer
Untuk mengaduk dan menghomogenkan
larutan.

5. Timbangan analitik
Untuk menimbang bahan / senyawa / zat
yang akan digunakan dalam pembuatan
media.
10

6. Autoklaf
Untuk mensterilkan alat dan bahan
dengan menggunakan uap pada suhu
1210C dan tekanan 17,5 Psi.

7. Oven
Untuk mensterilkan alat atau sterilisasi
kering seperti botol kultur, pinset, dan lain
– lain.

8. Inkubator

Untuk menginkubasi bahan

9. Enkas
Untuk menyimpan bahan- bahan yang
kering atau bahan kimia kering.

10. Lemari es

Untuk menyimpan larutan stock media

11. Aquadest
Untuk sterilisasi serta sebagai bahan
pelarut.
11

12. Alkohol

Untuk bahan sterilisasi

13. NaOH
Untuk menstabilkan pH pada media
buatan.

14. Benlate

Untuk sterilisasi bahan

15. Dithane
Untuk sterilisasi bahan yang akan
dikulturkan.

16. Aluminium foil

Untuk menutup botol kultur

17. HCl

Untuk menurunkan pH media buatan.


12

2. Ruang Transfer / Penanaman

NO. GAMBAR KETERANGAN


1. Laminar Air Flow (LAF)
Sebagai wadah atau tempat dilakukan
penanaman dengan keadaan steril.

2. Lemari asam
Untuk meletakkan bahan kimia cair dan
padat yang berbahaya.

3. Timbangan analitik
Untuk menimbang bahan senyawa / zat
untuk membuat media.

4. Botol kultur
Untuk meletakkan / wadah eksplan yang
di kulturkan.

5. Bunsen

Untuk mensterilkan dan memanaskan alat

6. Pinset
Untuk mengambil dan memisahkan objek
13

7. Scalpel

Untuk mengiris dan memotong bahan

8. Spatula

Untuk mengambil bahan

3. Ruang Kultur

NO. GAMBAR KETERANGAN


1. Rak Kultur
Untuk meletakkan atau menempatkan
media kultur.

2. Lampu flourenscent
Sebagai sumber cahaya bagi eksplan serta
penerang.

3. AC
Untuk menjaga kondisi suhu ruangan
agar tetap terkontrol.

4. Higrometer
Untuk mengukur kelembaban udara.

5. Timer
Untuk mengatur penyinaran pada
tanaman kultur.
14

Pembahasan

Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif

dengan cara menumbuhkan eksplan secara in vitro dengan media buatan dengan

aseptik yang mengandung nutrisi dan ZPT agar dapat bergenerasi menjadi

individu baru. Sistem perbanyakan kultur jaringan mampu menghasilkan bibit

dengan jumlah besar dalam waktu relatif singkat dalam ruangan relatif terbatas.

Hal ini sesuai dengan literatur Andria (2012) yang menyatakan bahwa konsep

awal dari kultur jarngan adalah diketahuinya kemempuan totipotensi dari sel

tumbuhan. Totipotensi sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki

potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi

menjadi tanaman lengkap.

Tujuan dari kultur jaringan yaitu mampu menghasilkan bibit dengan

jumlah yang besar dalam waktu relatif yang singkat dalam ruang relatif terbatas

serta mempunyai sifat yang sama atau seragam dengan induknya. Hal ini sesuai

dengan literatur dari Yustika et al. (2014) yang menyatakan bahwa kultur

jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara

vegetatif.

Dalam laboratorium kultur jaringan terdapat 3 macam yaitu: (1) ruang

persiapan, (2) ruang transfer, dan (3) ruang kultur. Ruang persiapan berfungsi

sebagai mepersiapkan alat dan bahan dalam pembuatan media yang terdiri dari :

bak pencucian, keranjang, rak gelas, magnetic stirrer, timbangan analitik, autoklaf,

oven, incubator, enkas, lemari es, aquadest, alcohol, NaOH, HCl, benlate, dithane,

aluminium foil. Hal ini sesuai dengan literatur dari Dwiyani et al. (2017) yang

menyatakan bahwa fungsi magnetic stirrer Mengaduk dan memanaskan


15

bahan/senyawa/larutan dalam proses pembuatan media. Dalam pembuatan media

proses pengadukan sangat diperlukan untuk membuat media menjadi homogen.

Ruang transfer berfungsi untuk melakukan penanaman eksplan dalam

keadaan steril atau aseptik. Yang terdiri dari : Laminar Air Flow, lemari asam,

timbangan analitik, botol kultur, Bunsen, pinset, scalpel, spatula. Hal ini sesuai

dengan literatur Bua (2012) yang menyatakan bahwa LAF ini juga dilengkapi

dengan lampu uv yang selalu dinyalakan apabila tidak dipakai. bila dipakai maka

lampu uv harus dimatikan karena bila tidak dimatikan dapat membahayakan

kesehatan terutama merusak retina mata dan kulit.

Ruang kultur berfungsi sebagai tempat menumbuhkan atau meletakan atau

menyimpan hasil kultur pada kondisi cahaya dan suhu yang sesuai. Yang terdiri

dari : AC, hygrometer, rak kultur, timer, dan lampu flourenscent. Hal ini sesuai

dengan literatur dari Muhtar (2018) yang menyatakan bahwa Alat dan bahan yang

digunakan dalam kegiatan di laboratorium memerlukan perlakuan khusus sesuai

sifat dan karakteristik masing-masing.

Dalam penanaman eksplan dilakukan dengan keadaan aseptic dapat

menggunakan LAF ( Laminar Air Flow) merupakan alat yang yang berfungsi

sebagai wadah atau tempat dilakukan dalam penanaman secara steril. . Hal ini

sesuai dengan literatur Bua (2012) yang menyatakan bahwa prinsip kerja alat ini

dengan mengalirkan arus udara dari blower yang laminair kedalam almari penabur

melalui HEPA filter dengan ukuran mess 0,22 – 0,24 µ.

Prinsip kerja autoklaf yaitu dengan menggunakan uap pada suhu 1210C

dengan tekanan 17,5 lbs Selama 15 Menit untuk bahan dan selama 30 menit untuk

alat maka mikroba dan bakteri akan mati serta alat dan bahan steril. Hal ini sesuai
16

dengan literatur Sabban (2013) yang menyatakan bahwa Alat dan bahan yang

digunakan dalam kegiatan di laboratorium memerlukan perlakuan khusus sesuai

sifat dan karakteristik masing-masing.


17

KESIMPULAN

1. Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan

cara menumbuhkan eksplan secara in vitro dengan media buatan dengan

aseptik yang mengandung nutrisi dan ZPT agar dapat bergenerasi menjadi

individu baru.

2. Tujuan dari kultur jaringan yaitu mampu menghasilkan bibit dengan jumlah

yang besar dalam waktu relatif yang singkat dalam ruang relatif terbatas serta

mempunyai sifat yang sama atau seragam dengan induknya.

3. Dalam laboratorium kultur jaringan terdapat 3 macam yaitu: (1) ruang

persiapan, (2) ruang transfer, dan (3) ruang kultur.

4. Ruang persiapan berfungsi sebagai mepersiapkan alat dan bahan dalam

pembuatan media.

5. Ruang transfer berfungsi untuk melakukan penanaman eksplan dalam

keadaan steril atau aseptik.

6. Ruang kultur berfungsi sebagai tempat menumbuhkan atau meletakan atau

menyimpan hasil kultur pada kondisi cahaya dan suhu yang sesuai.

7. LAF ( Laminar Air Flow) merupakan alat yang yang berfungsi sebagai wadah

atau tempat dilakukan dalam penanaman secara steril.

8. Prinsip kerja autoklaf yaitu dengan menggunakan uap pada suhu 1210C

dengan tekanan 17,5 lbs Selama 15 Menit untuk bahan dan selama 30 menit

untuk alat maka mikroba dan bakteri akan mati serta alat dan bahan steril.
18

DAFTAR PUSTAKA

Andria, 2012. Laporan Praktikum : Kultur Jaringan . Universitas Bengkulu.

Asgianingrum, R. 2012. Pengenalan Alat dan Ruang Laboratorium.UB. Malang.

Azmin, N. 2015. Pembuatan Larutan Stok Media Kultur dan Sterilisasi Alat
Kultur Jaringan Tumbuhan . Jurnal Pendidikan Biologi.

Bua, A. 2012.Perlengkapan Dan Peralatan Teknis Kultur Jaringan Serta Teknik


Aseptis.UGM.Yogyakarta.

Dwiyani, R., Yuswanti, H., N., dan Wijana, G. 2017. Perbanyakan Tanaman Dengan
Teknik Kultur Jaringan. Universitas Udayana.

Elfiani dan Jakoni. 2015. Sterilisasi Eksplan Dan Sub Kultur Anggrek, Sirih Merah
Dan Krisan Pada Perbanyakan Tanaman Secara In Vitro. Jurnal Dinamika
Pertanian Volume XXX ( 2):117 - 124.

Fitriani, A. 2016.Pembuatan Media Kultur Jaringan Tanaman Dengan


Penambahan Zat Pengatur Tumbuh.Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

Hanifa, H. 2012. Laporan Praktikum Kultur Jaringan Pengenalan Alat, Bahan, Dan
Sterilisasi. UIN Sunan Gunung Djati. Bandung.

Muhtar, K. 2018. Pengenalan Alat Laboratorium Kultur Jaringan.Universitas


Negeri Semarang.

Ningtias, Y. 2012. Pengenalan Alat dan Ruang Laboratorium. Universitas


Brawijaya. Malang.

Resmisari, R. 2017. Kultur Jaringan Tumbuhan.UIN Maulana Malik Ibrahim.


Malang.

Sabban, I. 2013. Pengenalan Perlengkapan dan Peralatan Teknis Kultur


Jaringan.UGM.Yogyakarta.

Sukendah, Nugrahani,P., dan Makhziah. 2014. Pengenalan Alat dan Ruang


Laboratorium. Universitas Brawijaya. Malang.

Wahdi, A. 2015.Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan Pengenalan


Ruang Dan Alat Kultur Jaringan.Universitas Negeri Padang.

Yustika, E., Lestiana, A., S., dan Nurul, F. 2014. Kultur Jaringan Tanaman
Perkecambahan Biji Anggrek, Biji Anthurium, Dan Induksi Kalus Eksplan
Daun Binahong. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai