Anda di halaman 1dari 16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kultur anther merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan tanaman

haploid sehingga seringkali dikenal dengan nama kultur haploid. Tanaman dari

hasil kultur antear merupakan tanaman haploid digunakan untuk menghasilkan

kultivar atau hibrida F1 yang akan digunakan sebagai bahan seleksi oleh

pemuliaan tanaman. Yang dimaksud tanaman haploid adalah tanaman yang

mempunyai jumlah kromosom sama dengan gametofik dalam sel sporofik

(Amanda, 2015).

Kegunaan kultur anther dapat menghasilkan tanaman monohaploid, yang

bisa dikombinasikan dengan mutagen kimiawai atau mutagen fisik dapat

menghasilkan mutan – mutan yang tahan terhadap penyakit trebah, toleran,

terhadap kadar garam tinggi di tanah, toleran terhadap kekringan, tanaman cepat

berbunga dan lain – lain (Ratna et al., 2011).

Perbaikan media merupakan salah satu solusi terbaaik dalam mengatasi

masalah regenerasi kalus yang lambat khususnya daari hasil anther anthurium.

Hasil perbaikan media yang sesuai untuk kedua kalus tersebut diharapkan

bermanfaat juga untuk inisiasi dan regenerasi ekspan tanaman haploid

(Winarto, 2010).

Keberhasilan kultur anther anthurium melalui pengkombinasikan sukrosa

dengan glukosan yang memberikan pengaruh yang nyata dalam induksi kalus

pada kultur antera anthurium. Selain sukrosa, glukosa merupakan salah satu jenis

sumber karbon dan karbon yang digunakan untuk menunjang keberhasilan kultur

anther tanaman (Winarto et al., 2009).


2

Variasi bahan dasar media (organik dan anorganik ) akan diperoleh suatu

komponen atau komposisi media yang sesuai bagi suatu varietas tanaman. Media

kultur anther umum digunakan selalu mengandung unsure hara makro dan mikro,

asam – asam amino, vitamin, hormon pertumbuhan dan kaarbohidrat. Komposisi

media dasar yang sudah dikenal cocok digunakan sebagai media kultur anther

adalah media MS (Fauziah, 2018).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghasilkan tanaman

haploid dengan tingkat homozigositas tinggi yang berasal dari tanaman pepaya

(Carica papaya L.).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Kultur Jaringan

Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara serta sebagai sarana informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

Tanaman papaya (Carica papaya L.) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Class : Dicotyledoneae,

Ordo : Cistales, Famili : Caricaceae, Genus : Carica, Spesies : Caricapepaya L. ,

Nama lokal : Pepaya (Pangesti et al., 2013).

Akar tanaman papaya (Carica papaya L.) merupakan akar yang dengan

memiliki system perakaran tunggang (radix primaria), karena akar lembaga

tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang sehingga menjadi akar-

akar yang lebih kecil. Bentuk akar tanaman papaya (Carica papaya L.) bulat dan

berwarna putih kekuningan (Agustina, 2017).

Batang tanaman pepaya (Carica papaya L.) berbentuk bulat lurus

berbuku-buku (beruas-ruas), di bagian tengahnya berongga, dan tidak berkayu.

Ruas-ruas batang merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang,

berbentuk bulat, dan berlubang. Daun papaya bertulang menjari (palminervus)

dengan warna permukaan atas hijau-tua, sedangkan warna permukaan bagian

bawah hijau muda (Wardani, 2012).

Daun papaya merupakan daun tunggal yang berbentuk menyirip lima,

berukuran besar, bergerigi dan mempunyai bagian-bagian tangkai serta helaian

daun. Permukaan daun papaya sedikit licin, mengkilat, dan daging seperti

perkamen. Daun pepaya yang berwarna hijau muda memiliki kandungan papain

lebih tinggi dibandingkan daun pepaya yang bewarna hijau tua. Batang, daun, dan

buah papaya muda mengandung getah berwarna putih. Getah ini mengandung

suatu enzim pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain. Papain
4

termasuk enzim hidrolase yaitu enzim yang mampu mengkatalis reaksi-reaksi

hidrolisis suatu substrat (Humairoh, 2018).

Bunga papaya memiliki tipe pembungaan, tipe bunga hermaprodit dan

warna mahkota bunga. Serta jumlah bunga per buku, panjang tangkai bunga,

panjang mahkota bunga dan jarak antar ruas bunga. Jika tanaman hermaprodit

tidak ada, satu tanaman papaya jantan bias menjadi sumber polen untuk 25-100

tanaman betina (Febjislami et al., 2018).

Buah papaya termasuk dalam golongan buah sungguh (buah sejati)

tunggal. Buah sejati tunggal yaitu buah sejati yang terdiri dari bunga dengan satu

bakal buah saja. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih, dapat pula tersusun dari

satu atau banyak daun buah dengan satu atau banyak naungan. Dalam buah

papaya terdiri dari beberapa daun buah dengan satu ruang dan banyak biji. Pepaya

juga termasuk buah buni (bacca) (Agustin, 2018).

Pepaya diperbanyak dengan biji, biasanya biji yang digunakan adalah biji

yang berwarna hitam dan biji yang putih dibuang karena bersifat abortus, yakni

tidak mempunyai embrio dan mati sejak buah pentil, sehingga untuk menghasikan

tanaman pepaya yang sempurna sebaiknya biji yang akan dibiakkan diambil dari

buah pepaya yang telah matang dari pohon (Agustina, 2017).

Syarat Tumbuh

Iklim

Pepaya dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan

ketinggian sampai dengan 1000 meter dari permukaan laut. Pohon papaya

mempunyai sifat khas yaitu dapat tumbuh dengan cepat karena ditanam dari

benih, setelah 6 bulan tingginya mencapai 2 meter dan mulai berbuah. Tanaman
5

papaya akan tumbuh sangat baik pada keadaan iklim bersuhu 22ºC sampai dengan

26ºC, dengan kelembapan dan curah hujan berkisar antara 1000 mm sampai

dengan 2000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun (Humairoh, 2018).

Tanaman papaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m.

Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun.

Dapat hidup pada ketinggian tempat 1m - 1.000m dari permukaan laut dan pada

suhu udara 22°C-26°C. Pada umumnya semua bagian dari tanaman baik akar,

batang, daun, biji dan buah dapat dimanfaatkan (Pangesti et al., 2013).

Tanaman papaya termasuk tanaman yang sensitive terhadap kekurangan

dan kelebihan air. Kelebihan air akibat genangan dapat menyebabkan akar

menjadi busuk dan mudah terserang penyakit akar sehingga tanaman menjadi layu

dan mati. Oleh karena itu secara ideal, tanaman papaya cocok ditanam pada

daerah dengan curah hujan 1.000-2.000 mm/tahun dengan bulan kering (CH < 60

mm) 3- 4 bulan (Ilahude, 2015).

Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan kematian, begitu juga

dengan kondisi suhu yang terlalu tinggi. Tanaman papaya memerlukan sinar

matahari yang cukup, agar diperoleh pertumbuhan yang baik dan produksi yang

tinggi. Pepaya yang ditanam di tempat teduh, memiliki batang yang berukuran

kecil, buah yang dihasilkan pun akan berukuran kecil, dan banyak yang runtuh.

Juga menyatakan bahwa tanaman papaya tumbuh optimal pada daerah iklim tropis

dengan sinar matahari penuh tanpa naungan (Gunaryo, 2010).

Tanah

Pepaya akan tumbuh baik pada tanah yang ringan, mudah dikeringkan, dan

kaya akan bahan organik, dengan pH tanah 6.0-6.5. Kemasaman tanah yang
6

rendah (pH< 5) menyebabkan pertumbuhan tanaman papaya terganggu dan

banyak yang mati. Tanah yang terlalu asam dapat dilakukan dengan pengapuran

untuk meningkatkan pH, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi

papaya (Gunaryo, 2010).

Tanaman papaya ini dapat tumbuh di segala tipe tanah. Akan tetapi tanah

yang subur, remah (gembur), drainase baik dan pH tanah sekitar netral (6-7)

merupakan kondisi tanah yang cocok untuk pepaya. Bila kondisi pH dibawah 5,0

akan menyebabkan pertumbuhan bibit terhambat. Tanaman papaya tumbuh

optimal pada daerah ilkim tropis dengan sinar matahari penuh tanpa naungan.

Suhu optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tananam papaya berkisar 22-

26oC (Ilahude, 2015).

Kultur Anther

Kultur anther merupakan pembudidayaan tanaman melalui teknik kultur

secara in vitro yang memanfaatkan anther tanaman. Sejarah kultur anther dimulai

dengan keberhasilan Guha dan Maheswari pada tahun 1966 di India berhasil

mengkulturkan anther dari tanaman Datura Innoxia. Kultur anther yang telah

dilakukan adalah pada tanaman padi, gandum, kacang kedelai, kubis, cabai,

anggur, tebu, kapas, tembakau dan karet (Amrullah, 2014).

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur anther antara lain

genotipe, kondisi tanaman donor tahapan perkembangan mikrospora, prereatment

dan preinkubasi. Genotipe memegang peran penting dalam menentukan

keberhasilan atau kegagalan dalam kultur anther. Umur dan kondisi fisiologis dari

tanaman donor seringkali mempengaruhi hasil dari eksperimen kultur anther

(Widoretno dan Mastuti, 2018).


7

Kultur anther digunakan untuk mendapatkan galur homozigot secara cepat

dan meningkatkan efisiensi seleksi. Dimana kultur anther bermanfaat untuk

menginduksi haploid ganda hasil persilangan Japonica dan Indica dengan mutu

yang lebih cepat dari pemuuliaan yang konvensional. Dengan adanya tekhnik

kultur jaringan ini memungkinkan untuk mempermudah dalam mendapatkan

suatu tanaman dalam waktu yang lebih singkat serta dapat diperbanyak tanpa

harus menggunakan bibit dari tanaman yang diinginkan (Prayantini et al., 2013).

Adapun keuntungan yang dapat melalui kultur anther yaitu : tanaman

haploid sangat penting bagi pemulia tanaman yaitu untuk memperpendek masa

pemuliaan tanaman, mudah digunakan untuk mengidentifikasi mutasi resesif

karena hanya ada1 set kromosom dan dapat menghasilkan homozigot double

haploid (diploid) atau poliploidi dengan diberikan colchisin untuk inbreeding

dengan hasil hibrida unggul (Ruku, 2017).

Keberhasilan kultur anther dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu komposisi

media, praperlakuan genotipe tanaman dan lingkungan. Sekalipun kultur anther

mempunyai banyak kelebihan terdapat pula kelemahan kultur anther meliputi :

kecilnya respon presentase regenerasi, albino dan tidak semua genotipe responsif

terhadap kultur anther (Sadiyah, 2016).


8

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada Rabu tanggal 25 September 2019

pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Kultur Jaringan

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

ketinggian tempat ± 25 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah petridish digunakan sebagai tempat

eksplan yang sudah steril, Laminar Air Flow digunakan sebagai meja kerja steril,

botol kultur sebagai tempat media tumbuh dan eksplan, pinset digunakan untuk

memindahkan eksplan, erlenmeyer digunakan sebagai wadah larutan fungisida

maupun aquadest, scalpel digunakan untuk membelah biji saat akan mengambil

embrionya, pipet digunakan untuk meneteskan larutan fungisida, dan handsprayer

digunakan sebagai alat penyemprot alcohol, bunsen untuk mensterilkan alat dan

bahan, keranjang untuk meletakkan botol kultur yang sudah ditanam, penggaris

untuk memotong aluminium foil

Adapun bahan yang digunakan adalah anther pepaya (Carica papayaL.)

sebagai sumber eksplan, media MS kosongsebagai medium pertumbuhan, iodine

5%, benlate 2 g/l, dithane M-45 2 g/l, tween-20 sebagai fungisida, chlorox

digunakan sebagai bahan sterilisasi eksplan, alkohol digunakan untuk

mensterilkan alat, aquadest steril digunakan sebagai bahan pencuci eksplan

setelah direndam, spiritus untuk bahan bakar bunsen, aluminium foil untuk

menutup botol kultur dan label untuk memberi tanda pada botol, deterjen untuk
9

mencuci bahan kultur, masker, sarung tangan serta penutup kepala digunakan

sebagai pelindung diri serta menghindari kontaminan pada saat penanaman.

Prosedur Praktikum

a. Sterilisasi Eksplan

- Dicuci bersih eksplan bunga pepaya (Carica papaya L.) yang msih kuncup

dengan deterjen selama 30 menit.

- Dibilas dengan air mengalir sampai tidak ada busa.

- Dilakukan sterilisasi di LAP dengan menggunakan benlate selama 30

menit sambil digojrok

- Dibilas dengan aquadest sebanyak 2 kali

- Disterilisasikan eksplan dengan menggunakan dithane M – 45 g/L lalu

digojrok selama 30 menit, lau dibilas dengan aquadest sebanyak 2 kali.

- Disterilkan eksplan dengan larutan chlorox 10% ditambahkan Tween 20

sebanyak 2 tetes selama 15 menit

- Disterilkan eksplan dengan dengan larutan chlorox 15% dan digojrok

selama 10 menit dan dibilas dengan menggunakan aquadest sebanyak 3

kali

- Disterilkan eksplan dengan iodine selama 5 menit, digojrok lalu dibilas

dengan aquadest sebanyak 2 kali.

b. Penanaman Eksplan

- Diambil pinset dan masukkan ke dalam alkohol 70% dan dicelupkan ke

aquades lalu bakar pada bunsen

- Diambil botol kultur dan bakar bagian mulut botol pada bunsen

- Dicelupkan kembali pinset ke aquades lalu lalu bakar pada bunsen


10

- Diambil eksplan anther pepaya dengan pinset lakukan penanaman pada

medium didalam LAF

- Dibakar kembali mulut botol kultur dan tutup rapat kembali

- Disusun dan dsimpan di dalam ruang kultur.


11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komoditi : Pepaya (Carica papaya L.)

Tanggal Tanam : 9 Oktober 2019

Minggu Ke-
Perlakuan I II III IV
16/10- 23/10- 30/10- 6/11-

Parameter 2019 2019 2019 2019


Tumbuh 0% 0% 0% 0%
MS Kosong Tidak Tumbuh 100% 100% 100% 80%
Kontam 0% 0% 0% 20%

Keterangan Akhir : Perhitungan Minggu Ke- IV

MS Kosong : % Tumbuh : 0/20 x 100% = 0%

% Tidak Tumbuh : 16/20 x 100% = 80%

% Kontam : 4/20 x 100% = 20%

Keterangan Akhir : Gambar Minggu Ke- IV

Perlakuan Kontam Tidak Kontam


MS Kosong

Pembahasan

Kultur anther adalah tepung sari secara alamiah berfungsi menyerbuki

maupun membuahi. Untuk mendapatkan tanaman haploid atau tanaman

homozygote dapat dilakukan dengan cara in vitro yaitu dengan menggunakan

serbuk sari (pollen) atau kepala sari (anther). Hal ini sesuai dengan literature
12

Amrullah (2014) yang menyatakan bahwa Kultur anther merupakan

pembudidayaan tanaman melalui teknik kultur secara in vitro yang memanfaatkan

anther tanaman.

Kultur anther dapat membantu program pemuliaan tanaman melalui dua

keuntungan utama, yaitu : a. teknik ini merupakan cara tercepat mendapatkan

galur homozigot yang berasal dari galur heterozigot dengan cara menggandakan

sifat haploid pollen yang di tumbuhkan; b. dapat menghasilkan dan memilih

mutan unggul dengan cepat. Hal ini sesuai dengan literature

Ruku (2017) yang menyatakan bahwa adapun keuntungan yang dapat melalui

kultur anther yaitu : tanaman haploid sangat penting bagi pemulia tanaman yaitu

untuk memperpendek masa pemuliaan tanaman, mudah digunakan untuk

mengidentifikasi mutasi resesif.

Faktor yang mempengaruhi kultur anther yaitu genotip dan kondisi

mikrospora. Factor genotip menentukan kesuksesan dan mengembangkan

protocol untuk menghasilkan tanaman haploid. Hal ini sesuai dengan literatur

Sadiyah (2016) yang menyatakan bahwa keberhasilan kultur anther dipengaruhi

oleh berbagai faktor yaitu komposisi media, praperlakuan genotipe tanaman dan

lingkungan.

Hal lain yang dapat menyebabkan banyaknya eksplan yang tidak tumbuh

adalah terjadinya kontaminasi. Hal ini sesuai dengan literatur

Ruku (2017) yang menyatakan bahwa kontaminasi dapat dari eksplan baik

internal maupun eksternal, organisme kecil yang masuk ke dalam media, air yang

digunakan, botol kultur atau alat-alat tanaman yang kurang steril, lingkungan
13

kerja dan ruang kultur yang tidak bersih (spora di udara), kecerobohan dalam

pelaksanaan. Dengan demikian sterilisasi penting dalam kegiatan kultur jaringan.

Dalam praktikum ini lebih banyak eksplan yang tidak tumbuh

dibandingkan yang tumbuh. Adapun persentase eksplan yang tidak tumbuh adalah

sebesar 80% dan persentase eksplan yang kontam 20%. Kemungkinan hal ini

disebabkan oleh tingkat perkembangan pollen atau umur tanaman dimana anther

diambil. Hal ini sesuai dengan literatur Amrullah (2014) yang menyatakan bahwa

pembelahan cepat pada dinding jaringan anther dapat terjadi, tetapi menghasilkan

tanaman yang tidak seragam dalam ploidinya.

KESIMPULAN

1. Kultur anther adalah tepung sari secara alamiah berfungsi menyerbuki maupun

membuahi.

2. Kultur anther dapat membantu program pemuliaan tanaman melalui dua

keuntungan utama, yaitu : a. teknik ini merupakan cara tercepat mendapatkan


14

galur homozigot yang berasal dari galur heterozigot dengan cara

menggandakan sifat haploid pollen yang di tumbuhkan; b. dapat menghasilkan

dan memilih mutan unggul dengan cepat.

3. Faktor yang mempengaruhi kultur anther yaitu genotip dan kondisi mikrospora.

4. Hal lain yang dapat menyebabkan banyaknya eksplan yang tidak tumbuh

adalah terjadinya kontaminasi.

5. Dalam praktikum ini lebih banyak eksplan yang tidak tumbuh

dibandingkan yang tumbuh. Adapun persentase eksplan yang tidak tumbuh

adalah sebesar 80% dan persentase eksplan yang kontam 20%.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R. 2018. Pengaruh Penambahan Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap


Kualitas Abon Ayam (Gallus gallusdomestica). Universitas Islam Negeri
Raden Intan. Lampung.

Agustina. 2017. Kajian Karakterisasi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) Di


Kota Madya Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Amanda, R. 2015. Kultur Anthera Pepaya. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


15

Amrullah, M. 2014. Aplikasi Kultur Anther Pada Tanaman Padi. Universitas


Negeri Medan. Medan.

Fauziah, S. 2018. Pembuatan Media Murashige and Skoog Isolasi Dan Inokulasi
Eksplan Anther Bunga Mawar (Rosa sp.). UNESA.

Febjislami, S., Suketi.,dan Yunianti, R. 2018. Karakterisasi Morfologi Bunga,


Buah, dan Kualitas Buah Tiga Genotipe Pepaya. Bul. Agrohorti 6(1) : 112
– 119.

Gunaryo. 2010. Uji Keragaan Pepaya IPB 9 Di Tiga Lokasi Di Kabupaten Bogor.
IPB. Bogor.

Humairoh, A. 2018. Pengaruh Bubuk Daun Pepaya (Carica papaya L.) Kering
Terhadap Keempukkan Daging Sapi. Universitas Sriwijaya.

Ilahude, Z. 2015. Pertumbuhan Awal Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) Pada
Media Bokashi Jerami Padi Dengan Pemberian Air Kelapa. Universitas
Negeri Gorontalo.

Pangesti, T., Fitriani, I., Ekaputra, dan Hermawan, A. 2013. “Sweet Papaya Seed
Candy” Antibacterial Escherichia Coli Candy With Papaya Seed (Carica
papaya L.). Universitas Negeri Yogyakarta.

Prayantini, D., Basunanda, P., dan Murti, R. 2013. Induksi Haploid Ganda Pada
Padi Japonica : Indica dan Hibrida Japonica X Indica. Ilmu Pertanian
16(1) : 14 – 29

Ratna, D. K., Avandy, P dan Prawira, Y. 2011. Kultur Anther. Universitas Sebelas
Maret.

Ruku, E. 2017. Inokulasi dan Isolasi Anther Tanaman Dadap Pada Media MS.
UNESA.

Sadiyah, J. 2016. Kultur Anther/Polen. Universitas Brawijaya. Malang.

Wardani, F. 2012. Potensi Perasan Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap
Jumlah Makrofag Pasca Gingivektomi Pada Tikus Wistar Jantan.
Universitas Jember.

Winarto, B. 2010. Peningkatan Pertumbuhan Dan Regenerasi Eksplan Hasil


Kultur Anther Anthurium Melalui Perbaikan Media Kultur. Jurnal
Hortikultura.

Winarto, B., Mattjik, P., dan Marwoto. 2009. Kultur Antera Anthurium Pengaruh
Sukrosa Terhadap Keberhasilan Induksi Pembentukan Kalus Dan
Regenerasinya. Berk. Penel. Hayati 14 (165-171).
16

Widoretno, W., dan Mastuti, R. 2010. Kultur Jaringan Tumbuhan. Universitas


Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai