Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk
pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic,
sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu
pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai di
dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya
tersedia berbagai metode lain yang efektif (Riandi ,2008).
Pengetahuan tentang prinsip dasar sterilisasi dan desinfeksi sangat diperlukan untuk
melakukan pekerjaan di bidang medis yang bertanggung jawabbaik dalam
pengerjaan penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan syarat utama
berhasil atau tidaknya pekerjaan mahasiswa dilaboratorium.Cara-cara sterilisasi dan
desinfeksi yaitu, pembersihan, sinar matahari, sinar ultraviolet, sinar-x, dan sinar-
gamma, pendinginan, dan pemanasan.
Berdasarkan hal tersebut, praktikum “Sterilisasi dan Desinfeksi” ini berguna untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan
sterilisasi serta menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang teknik
atau tata cara sterilisasi dalam mikrobiologi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari Sterilisasi dan desinfeksi?
2. Apa saja macam- macam sterilisasi?
3. Bagaimana cara prosedur aseptis yang efektif?
4. Bagaimana cara penanaman bakteri?

1
5. Cara apakah yang paling efektif dalam sterilisasi terutama di bidang
kedokteran gigi?
C. TUJUAN
1. Adapun tujuan disusunnya laporan ini yaitu:
2. Untuk mengetahui gambaran umum sterilisasi dan desinfeksi
3. Untuk mengetahui macam- macam sterilisasi
4. Untuk mengetahui prosedur aseptis yang efektif
5. Untuk mengetahui cara penanaman bakteri
6. Untuk mengetahui cara yang paling efektif dalam sterilisasi terutama di
bidang kedokteran gigi
D. MANFAAT
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang dapat diambil, antara lain:
1. Dapat mengetahui gambaran umum sterilisasi dan desinfeksi
2. Dapat mengetahui macam- macam sterilisasi
3. Dapat mengetahui prosedur aseptis yang efektif
4. Dapat mengetahui cara penanaman bakteri
5. Dapat mengetahui cara yang paling efektif dalam sterilisasi terutama di
bidang kedokteran gigi

2
BAB II

ISI

A. Landasan Teori
1. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme
patogen. Sterilisasi memiliki banyak metode, tiap metode digunakan sesuai
dengan kebutuhan setempat. Berdasarkan cara kerjanya, sterilisasi dibagi
menjadi dua: sterilisasi kimia (disinfektan) dan sterilisasi fisik (penyaringan,
pemanasan, dan penyinaran) (Raudah et al., 2017).
a. Penyaringan
Menurut Fauzi (2013), sterilisasi dengan cara penyaringan (filtrasi)
menggunakan saringan yang berpori kecil. Ukuran pori yang digunakan antara
lain: 0.22 mikron atau 0.45 mikron. Sterilisasi dengan penyaringan ditujukan
untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti serum, enzim, ekstrak sel, dan
sebagainya.
b. Pemanasan
Sterilisasi dengan cara pemanasan terdiri dari beberapa metode, yaitu:
1) Pemijaran
Sterilisasi dengan cara membakar alat pada api secara langsung,
biasanya menggunakan bunsen. Sterilisasi seperti ini ditujukan untuk jarum
ose, pinset, drugalsky, dan sebagainya.
2) Panas kering
Sterilisasi panas kering dilakukan dengan menggunakan oven bersuhu
160℃– 170℃selama 1 – 2 jam. Metode ini cocok untuk mensterilisasi bahan
serbuk yang tidak stabil terhadap uap air serta alat yang terbuat dari kaca.
Prinsip dasar dari metode ini, yaitu mekanisme konduksi. Panas akan

3
diabsorpsi oleh permukaan luar bahan yang akan disterilkan, lalu merambat
ke bagian yang lebih dalam.
3) Uap air panas
Sterilisasi dengan uap air panas mirip dengan cara mengkukus. Metode
ini ditujukan untuk bahan-bahan yang mengandung air supaya tidak terjadi
dehidrasi.
4) Uap air panas bertekanan (Autoklaf)
Sterilisasi uap air panas bertekanan dilakukan dengan menggunakan
autoklaf. Tekanan yang digunakan umumnya 15 Psi (2 atm) dan dengan
suhu 121℃. Sehingga tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda
adalah 15 pon tiap inchi2. Lama sterilisasi biasanya 15 menit. Penggunaan
autoklaf ditujukan untuk membunuh endospore, yaitu sel resisten yang
diproduksi oleh bakteri.

Gambar 2.1 Autoklaf

Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf akan mendidih
dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah

4
semua udara digantikan dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga
tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang
sesuai (2 atm dan 121℃), maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun hingga Psi. Autoklaf tidak boleh
dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi.
(Ginting, 2017 dan Kurniawansyah, 2016)
c. Penyinaran
Sterilisasi dengan cara penyinaran (radiasi) terdiri dari dua metode, yaitu:
1) Sinar Ultraviolet
Sterilisasi menggunakan sinar UV digunakan untuk membunuh
mikroorganisme yang menempel pada permukaan interior Biological Safety
Cabinet (BSC) atau Lamina Air Flow (LAF). Sterilisasi ini menggunakan
sinar dari lampu UV.
2) Sinar Gamma
Sterilisasi ini mengggunakan gamma yang bersumber dari Cu60 dan
Cs137 dengan aktivitas sebesar 50 – 500 kilocurie. Dosis efektifitasnya
adalah 2.5 MRad. Sterilisasi ini ditujuan untuk alat-alat yang terbuat dari
logam, karet, serta bahan sintetis.
(Ginting, 2017)

2. Disinfektan
Disinfektan merupakan sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia.
Sterilisasi ini ditujukan untuk membunuh mikroorganisme pada instrument
medis. Faktor yang memengaruhi efektivitas disinfektan dalam membunuh
bakteri, yaitu konsentrasi, waktu, suhu, dan keadaan medium sekeliling
(Susatyo, 2016)
3. Alkohol

5
Alkohol (CH3CH2OH atau C2H5OH) memiliki nama IUPAC ethanol
merupakan salah satu bahan disinfektan. Alkohol yang sering digunakan
sebagai bahan disinfektan merupakan alkohol dengan konsentrasi 70%
(Susatyo, 2016). Menurut World Health Organization (2014), alkoohol
dengan konsenntrasi 70% memiliki spektrum luas unutk membunuh
berbagai kuman, terutama sangat efektif dalam melawan virus influenza.
Alkohol bereaksi dengan cara mendenaturasi protein. Protein dalam bakteri
akan bekerja dengan baik jika larut dalam air. Namun, saat terdapat alkohol
pada lingkungan bakteri kelarutan protein akan menurun karena alkohol
mengikat molekul air lebih kuat dibandingkan dengan protein sel bakteri.
Kuatnya interaksi antara alkohol dan air karena alkohol yang bersifat
hidrofilik sebab memiliki gugus –OH. Dengan adanya alohol pada
lingkungan bakteri kelarutan protein dalam air menurun sehingga protein sel
bakteri mengalami denaturasi. Protein dalam sel bakteri salah satunya
berfungsi sebagai penysun enzim. Akibatnya, enzim-emzim pada bakteri
menjadi inaktif sehingga proses metabolisme pada bakteri menjadi
terhambat (Susatyo, 2014).
Selain itu, alkohol juga dapat melarutkan lipid. Dinding sel bakteri tersusun
atas mebran lipid bilayer. Membran lipid bilayer sendiri bersifat hidrofobia.
Saat terdapat alkohol pada lingkungan bakteri, membrane lipid bilayer akan
berikatan dengan rantai hidrokarbon dari alkohol yang bersifat hidrofobia
(C2H5). Ikatan ini dapat merusak sel bakteri yang membuat transportasi zat
antar membrane terganggu (Susatyo, 2014).
Pada kedokteran gigi, alkohol biasa digunakan untuk desinfeksi alat seperti:
dental unit, diagnostic set, nierbeken, dan sebagainya. Pada penggunaanya,
alkohol dapat di oles (swab) pada alat atau dengan merendam alat dengan
wadah berisi alkohol. Penggunaan alkohol secara berulang dapat
menyebabkan perubahan warna, retak, dan pengerasan pada bahan karet atau
plastic (Susatyo, 2016 dan World Health Organization, 2014)

6
Gambar2.2 Alkohol 70%

4. Dettol
Dettol merupakan salah satu merk disinfektan yang diproduksi oleh Reckitt
Benckiser Healthcare. Bahan yang terkandung di dalam dettol, antara lain
chloroxylenol (4.8 g dalam 100 mL), caramel, isopropyl alcohol (12%),
white pine oil, dan air. Bahan aktif yang bekerja adalah chloroxylenol
(Reckitt Benckiser, 2010).
Chloroxylenol (C8H9ClO) yang memiliki nama IUPAC 4-chloro-3,5-
dimethylphenol merupakan bahan aktif yang terkandung didalam dettol.
Bahan ini sering digunakan sebagai antiseptik atau disinfektan dalam
pembersihan luka dan instrument bedah. Chloroxylenol efektif dalam
melawan bakteri gram postif karen sifat fenoliknya yang dapat merusak
dinding sel bakteri (National Center for Biotechnology Information, 2018)
Sebagai disinfektan, gugus hidroksil–OH dari molekul chloroxylenol
berikatan dengan protein tertentu pada membran sel bakteri yang
memungkinkan isi sel bakteri keluar. Setelah merusak membrane sel,
chloroxylenol masuk ke dalam sel bakteri dan mengikat lebih banyak protein

7
dan enzim untuk menonaktifkan fungsi sel. Pada konsentrasi tinggi,
kandungan protein dan asam nukleat baktegi target menjadi terkoagulasi dan
berhenti berfungi, yang menyebabkan kematian sel bakteri dengan jangka
waktu singkat (National Center for Biotechnology Information, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Raut et al. (2017) dettol terbukti
efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Salmonella thypii, dan Streptococcus pyogen jika
dibandingkan dengan bahan disinfektan lain: savlon, hydrogen peroksida
dan lifebuoy. Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa dettol memiliki
aktivitas spektrum luas untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram
positif maupun gram negatif.

Gambar 2.3 Stuktur Chloroxylenol

8
Gambar 2.4 Dettol
5. Bayclin
Bayclin merupakan pemutih dan disinfektan yang diproduksi oleh SC
Johnson. Bayclin mengandung sodium hypochlorite, air, dan parfum.
Sodium hypochlorite merupakan bahan aktif pada bayclin (SC Johnson)
Sodium hypochlorite (NaClO) merupakan bahan yang digunakan sebagai
agen pengoksidasi, pemutih, dan disinfektan. Dalam konsentrasi 0.5% w/v
sodium hypochlorite disebut sebagai larutan Dankin, yang dapat digunakan
sebagai antiseptik untuk membersihkan luka. Sebagai disinfektan, sodium
hypochlorite dapat menghambat bahkan membunuh spora serta bentuk
vegetatif mikroorganisme. Kandungan klorin yang terdapat pada bahan ini
bersifat toksik bagi mikroorganisme.
Pada kedokteran gigi, sodium hypochlorite konsentrasi 1.5% dapat
membersihkan perubahan warna karena stain pada gigi tiruan dan pada
konsentrasi 0.5% efektif sebagai bahan disinfektan gigi tiruan dengan waktu
perendaman selama 10 menit. Bayclin dapat menjadi bahan alternative
karena harganya yang murah dan memberikan efek yang sama dengan

9
sodium hypoclorite yang terdapat pada pembersih gigi tiruan pada umumnya
(Juwita et al., 2018)

Gambar2.5 Struktur Sodium hypoclorite

Gambar 2.6 Bayclin


B. Alat dan Bahan
1. Alat
 Diagnostic set
 Nier beken
 Cotton buds steril
 Tabung reaksi
 Mikropipet
 Vortex mixer
 Bunsen

10
 Drugalsky
 Cawan petri
 Inkubator
2. Bahan
 Disinfektan (bayclin)
 Nutrient agar
C. CARA KERJA
1. Persiapan dan Pengambilan Sampel
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Memasukkan disgnostic set yang akan disterilkan ke nier beken dalam
keadaan kering.
c. Menuangkan campuran air dan bahan antiseptic (bayclin) ke nier beken
dengan perbandingan 9 : 1 selama 10 menit, kemudian menutupnya dengan
nier beken.
d. Mengeringkan diagnostic set dengan tissue.
e. Alat yang sudah steril dipindahkan ke wadah yang sudah bersih
menggunakan pinset steril.
f. Mengusap (swab) permukaan diagnostic set menggunakan cotton swab.

2. PengenceranSampel
a. Sampel dari cotton swab dimasukkan ke tabung reaksi 1 yang telah terisi air,
kemudian di homogen kan dengan vortex mixer selama 2 menit. Didapatkan
pengenceran pertama (10-1).
b. Mengambil 1.000µL dari tabung reaksi 1 menggunakan mikropipetdan,
memasukkan ke tabung reaksi 2 yang telah terisi air. Kemudian di
homogenkan dengan vortex mixer selama 2 menit. Didapatkan pengenceran
kedua (10-2).

11
c. Mengambil 1.000µL dari tabung reaksi 2 menggunakan mikropipet dan,
memasukkan ke tabung reaksi 3 yang telah terisi air. Kemudian di
homogenkan dengan vortex mixer selama 2 menit. Didapatkan pengenceran
ketiga (10-3).
3. PenanamanSampel
a. Mengambil 1.000 mL dari tabung reaksi 2, dipindahkan ke cawan petri.
Kemudian meratakan sampel dengan drugalsky secara zig-zag (metode
spread plate). Lalu mengisolasinya dengan cara di-wrap. Melabeli cawan
petri “A.5.2.0”.
b. Mengambil masing-masing 1.000 mL dari tabung reaksi 3, dipindahkan ke 2
cawan petri. Kemudian meratakan sampel dengan drugal sky secara zig-zag
(metode spread plate). Lalu mengisolasinya dengan cara di-wrap. Melabeli
cawan petri “A.5.3.1”dan “A.5.3.2”.
c. Melakukan penanaman di dekat api agar tidak terkontaminasi dengan bakteri
di udara bebas.
d. Menginkubasi cawan petri selama 2 x 24 jam pada 36,5ºC.
4. PerhitunganBakteri
a. Mengambil cawan petri yang telah diinkubasi.
b. Menghitung bakteri secara manual atau bacteria counter, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Satu koloni dihitung 1 koloni.
1) Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
2) Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
3) Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
4) Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak
dihitung.
5) Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
D. HASIL
1. A.5.2.0

12
Ditemukan1 koloni, sehinggajumlahbakteriadalah
1 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 × × 10 = 1 × −2 × 10 = 1.000 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 10
2. A.5.3.1
Ditemukan 0 koloni, sehinggajumlahbakteriadalah
1 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 × × 10 = 0 × −2 × 10 = 0 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 10
3. A.5.3.2
Ditemukan 0 koloni, sehinggajumlahbakteriadalah
1 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 × × 10 = 0 × −2 × 10 = 0 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 10
4. Efektivitas bahan sterilisasi
5. Ditemukan 0 koloni, sehingga jumlah bakteri adalah
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛)
× 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
(6. 105 − 0)
= × 100%
6.105
= 100%

Sehingga, secara keseluruhan, hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
JumlahBakteri JumlahBakteri JumlahBakteri
Perlakuan Efektivitas
I II III
Kontrol 190.000 900.000 600.000 0%
Air Mendih 9.000 0 0 100%
Alkohol 70% 0 10.000 0 98.80%
Dettol 1.000 20.000 10.000 98%

13
Bayclin 1.000 0 0 100%

E. PEMBAHASAN
Sterilisasi adalah sebuah proses untuk menghilangkan bakteri yang ada pada
peralatan baik itu yang bersifat patogen maupun apatogen. Sterilisasi ini penting
dilakukan dalam praktikum mikrobiologi, hal ini karena agar bahan atau peralatan
yang digunakan tersebut tidak didapatkan kehadiran mikroorganisme lain yang
tidak diinginkan yang akan mengganggu atau merusak media. Dalam
melakukansuatu pengamatan terhadap obyek mikrobiologi mengharuskan kita
untukmenggunakan peralatan yang steril agar hasil pengamatan yang kita
lakukansesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam hal ini kontaminasi bakteri lain
padahasil pengamatan sangat tidak diinginkan.
Pada hasil praktikum mikrobiologi yang dilakukan pada bayclin, sebelum langkah
perendaman selama 10 menit dengan bayclin dan air perbandingan 1:9, dilakukan
pembersihan dengan air terlebih dahulu pada diagnostic set dan nier beken,
dikeringkan dengan tisu dan pada saat di usap (swab) dengan cotton bud steril
terlalu dekat dengan api yang terjadi pada hasil tersebut bakteri yang tumbuh lebih
sedikit daripada diagnostic dan nier beken sebelum dibersihkan dengan air lalu baru
direndam.

14
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sterilisasi dalam mikrobiologi adalah
suatu proses mematikan mikroorganisme yang mungkin ada pada suatu benda.
Pemilihan teknik sterilisasi didasarkan pada sifat alat dan bahan yang akan
disterilkan. Ada dua jenis sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi basah dan
sterilisasi kering. Pada praktikum kali ini menggunakan sterilisasi basah dengan
bayclin.
Keberhasilan sterilisasi berhasil bersih 100% dibuktikan dengan hasil perhitungan
yang tertera pada bagian hasil. Keberhasilan ini karena adanya beberapa faktor yang
telah disebutkan pada bagian pembahasan. Jika di urutkan pada praktikum kali ini
didapatkan bahwa air mendidih tingkat strerilisasi yang paling berhasil lalu beru
bayclin.
B. SARAN
Dari penjelasan diatas yang dapat diambil adalah kita tahu bahwa dari berbagai cara
sterilisasi yang kita uji yang paling dapat meminimalisir kuman adalah air mendidih
karena dari hasil tes menggunakan cara yang lain tidak sebaik menggunakan air
mendidih, jadi kita sebagai pelaksana kesehatan harus mengetahui metode sterilisasi
yang paling baik karena alat-alat tersebut bersinggungan langsung dengan pasien
dan kita sendiri. Lebih baik mencegah dari pada mengobati.

15
DAFTAR PUSTAKA

Juwita, Triaminingsih, dan Martram, 2018, The effectiveness of a solution containing


sodium hypocrite 0.5% in removing tea discoloration on heat-cured acrylic resin,
Journal of Physics: Conference Series, 1073 062017

National Center for Biotechnology Information, PubChem Compound Database;


CID=2723, https://pubchem.ncbi.nlm.gov/compound/2723 (diakses 23 November
2018)

National Center for Biotechnology Information, PubChem Compound Database;


CID=23665760, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/23665760 (diakses 23
November 2018)

Raut, Pimpliskar, Vanmali, dan Jadhav, 2017, Research article: efficacy study of some
antiseptics and disinfectants, International Journal of Life Sciences, Vol. 5(4): 593-
598

Reckitt Benckiser, 2010, Packaging Leaflet: Information for Users Dettol Antiseptic
Disinfectant 4.8% w/v Concentrate for Cutaneous Solution (Chloroxylenol), Reckitt
Benckiser Healthcare, Slough

SC Johnson, https://www.whatsinsidescjohnson.com/id/id/brands/bayclin/bayclin__fresh
(diakses 23 November 2018)

Susatyo, 2016, Perbedaan pengaruh pengolesan dan perendaman alkohol 70% terhadap
penurunan angka hitung kuman pada alat kedokteran gigi, Jurnal Vokasi Kesehatan,
Vol. 2(2): 160-164

World Health Organization, 2014, Infection Prevention and Control of Epidemic and
Pandemic Prone Acute Respiratory Infection in Health Care, World Health
Organization, Jenewa

16
Fauzi, 2013, Sterilisasi dan Macam-Macamnya, Lembaga Sumber Daya Informasi Institut
Pertanian Bogor, Bogor

Kurniawansyah, 2016, Penentuan tingkatan jaminan sterilitas pada autokllaf dengan


indikator biologi spore strip, Farmaka, Vol. 14(1): 59-69

Raudah, Zubaidah, dan Santoso, 2017, Efektivitas sterilisasi metode panas kering pada alat
medis ruang perawatan luka Rumah Sakit Dr. H Soemarno Sosroatmodjo Kuala
Kapuas, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 14(1): 425-430

Ginting, 2017, Penentuan pH dan Kadar Asam Laktat pada Miuman Cokat Hasil
Fermentasi yang di Sterilisasi dengan Autoklaf, Undergraduate Thesis, Program
Studi Diploma III Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Semarang

17
LAMPIRAN

A. Alat

1. Vortex Mixer 2. Rak dan Tabung


Reaksi 3. Nier Beken dan
Diagnostic Set

6. Drugalsky

4. Plastik Wrapping
5. Micropipette dan
Yellow Tip

8. Inkubator
7. Bunsen 9. Cotton Bud Steril

18
B. Bahan

1. Bayclin 2. Alkohol
3. Nutrient Agar

4. Aquadest

C. Cara Kerja

19
20
D. Hasil

1. Sterilisasi Alat dengan Baclyn


Pengenceran kedua

21

Anda mungkin juga menyukai