Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

“STERILISASI”

“PENYIAPAN MEDIA”

“TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME”

DISUSUN OLEH :

NAMA : PAULA GRESELA BOANGMANALU

NIM : 2248201044

DOSEN PENGAMPU : HELEN ANJELINA SIMANJUNTAK, S.Si.,M.Si

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SENIOR MEDAN
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1 STERILISASI
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk Membunuh mikroorganisme sampai
ke sporasporanya, yang terdapat di dalam bahan makanan. Proses ini dilakukan
dengan cara memanaskan makanan sampai temperature 121℃, selama watu 15
menit. Salah satu contoh alat untuk melakukan sterilisasi adalah Autoclave. Pada alat
Autoclave ini, bahan makanan dipanaskan sampai temperatur 121-134℃, makanan
diproses selama 15 menit, untuk temperatur 121℃, atau pada temperature 134℃
selama 3 menit. Setelah pemanasan ini,dilakukan pendinginan secara perlahan untuk
menghindari over-boiling ketika tekanan diberikan pada makanan. Susu merupakan
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi yang diperoleh dari pemerahan hewan,
diantaranya sapi. Untuk dapat memperpanjang umur simpan produk susu, maka perlu
dilakukan pengolahan (Usmiati,2010).
Menurut Legowo, A.M., 2005, diversifikasi atau penganekaragaman produk
olahan susu merupakan salah satu upaya meningkatkan konsumsi susu bagi
masyarakat dan berguna bagi produsen dan berbagai pihak yang terkait dalam
kegiatan agribisnis dan agroindustri persusuan. Hingga saat ini. istilah susu sterilisasi
belum terdefinisikan dalam SNI tersendiri. Namun secara umum, istilah susu
sterilisasi adalah produk olahan susu yang diperoleh melalui suatu proses membunuh
mikroorganisme hingga ke spora-sporanya. Proses sterilisasi dilakukan dengan cara
memanaskan susu hingga temperatur 121℃, selama kurun waktu 15 menit. susu
sterilisasi biasa dikemas dengan kemasan tetrapack yaitu kardus yang ada lapisan
alumunium foil-nya di dalam.
Susu jenis ini tidak harus disimpan dalam suhu dingin. Dengan proses
sterilisasi memperpanjang umur simpan susu dan dapat menjadi susu untuk anak
sekolah dalam membantu pemenuhan gizi bagi anak Indonesia. Susu steril jenis
diproduksi dengan proses perlakuan panas yang biasa disebut dengan Sterilisasi.
Proses sterilisasi ini dilakukan untuk membunuh spora bakteri yang terdapat didalam
susu. Perlakuan ini memiliki Batasan bahwa yang akan rusak karena panas adalah
hanya bakteri dan sporanya saja, dan tidak merusak kandungan nutrisi yang berada
didalam susu yang ditandai dengan terjadinya perubahan kimia pada susu. Perlu

2
dilakukan penelitian pengaruh masa simpan pada suhu ruang dan waktu serta suhu
sterilisasi pada susu segar dalam rangka optimasi proses sterilisasi skala laboratorium.

1.1.2 PENYIAPAN MEDIA


Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan
mikroorganisme lain (Benson, 2002). Suatu media dapat menumbuhkan
mikroorganisme dengan baik diperlukan persyaratan antara lain: Media diinkubasikan
pada suhu tertentu, kelembapan harus cukup, pH sesuai, dan kadar oksigen cukup
baik, media pembenihan harus steril, media tidak mengandung zat-zat penghambat,
dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme
(Jutono, 1980; Radji, 2010).

Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon,


nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na,
K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi (Cappucino, 2014). Media
pertumbuhan dapat berupa media cair, media kental (padat), media yang diperkaya,
media yang kering dan media yang 2 sintetik (Dwidjoseputro, 2005), sedangkan
menurut Benson (2002) media pertumbuhan mikrooorganisme berupa media padat,
media cair dan media semi padat.

1.1.3 TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME

Usaha untuk mengeksplorasi spesies baru mikroba dilakukan dengan


penerapan teknik baru perlu dilakukan untuk meneliti meliputi kultivasi, isolasi,
mikroba yang tidak dapat dikultivasi menggunakan teknik media konvensional untuk
mengeksplorasi fungsi-fungsi baru mikroba tersebut termasuk metabolit sekunder
atau antibiotika yang dikeluarkannya. Didalam bidang eksplorasi senyawa-senyawa
bioaktif baru yang dihasilkan oleh mikroba terus dilakukan. Walaupun hingga kini
telah diketahui bahwa lebih dari 10.000 senyawa dihasilkan oleh mikroba, oleh karena
itu agak sulit untuk mendapatkan senyawa bioaktif baru apabila kita menggunakan
metoda konvensional dalam mengisolasi mikroba penghasil antibiotika baru.
Penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi mikroba baru yang dihasilkan dengan

3
pengembangan metoda teknik isolasi menggunakan media agar ekstrak tanah atau
soil-e xtract agar medium.

1.2 TUJUAN
1.2.1 STERILISASI
1. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya sterilisasi
2. Untuk mengetahui prinsip kerja autoklaf dan oven

1.2.2 PENYIAPAN MEDIA


1. Untuk mengetahui fungsi media
2. Untuk mengetahui pembagian media

1.2.3 TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME


1. Untuk mengetahui teknik mengisolasi mikroorganisme
2. Untuk mengkarakterisasi M.O yang diisolasi dari lingkungan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STERILISASI
2.1.1 PENGERTIAN STERILISASI
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme
yang terdapat pada atau di dalam suatu benda (Hadioetomo, 1990). Bahan atau peralatan yang
digunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya sterilisasi
dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan
dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril,
mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide,
etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar lembayung
ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh
sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Curtis, 1999).

Tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang


mengganggu atau mertsak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang
dikerjakan.Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk
kehidupan terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo,2005). Lay dan
Hastowo (1992) mengemukakan bahwa sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua
mikroorganisme yang hidup.Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi.Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri akan dilemahkan.Sterilisasi adalah suatu
proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehinggajika ditumbuhkan di dalam
suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembangbiak. Sterilisasi harus dapat
membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).

Mikroorganisme ditemukan berlimpah dilingkungan. Mikroorganisme ini terdapat di


tubuh, udara, air dan dipermukaan benda, seperti meja dan alatalat yang digunakan dalam
pekerjaan mikrobiologis. Keberadaan mikroorganisme dapat dibuktikan dengan beberapa
percobaan. Selain itu, mikroorganisme perlu dikendalikan dengan cara sterilisasi, desinfeksi,
pasteurisasi dan aseptis. Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

5
menghancurkan atau menghilangkan semua bentuk kehidupan mikroba dari suatu objek atau
lingkungan termasuk bagian spora yang sangat resisten. Desinfeksi merupakan suatu proses
yang bertujuan untuk menghilangkan semua mikroorganisme pathogen di suatu objek atau
lingkungan kecuali bagian spora bakteri. Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan
pada susu atau keju dengan tujuan membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri
pathogen. Aseptis adalah metode yang digunakan untuk menjaga agar bebas dari
mikroorganisme.

2.1.2 JENIS JENIS STERILISASI


Jenis–jenis sterilisasi (Machmud, 2008) pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

A. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut.

Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim
dan antibiotik.
B. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan
tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan
saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi
terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria,
2005). Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.

1. Pemanasan

a) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

b) Panas kering Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik
disterilkan dengan panas kering.Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk
talk.Karena panas kering kurang efisien dibanding panas lembab, pemaparan lama dan
temperatur tinggidibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah
diterapkanberdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban dan faktor
lain. Jumlahair dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi
panaskering.Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini

6
berlawanandengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi
dengansterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan
yangdibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Sterilisasi panas
keringmembutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam.Alat yang
digunakan pada umumnya. Adalah oven. Beberapa waktu dan suhu yang umum
digunakanpada oven :

1).170°C (340 F) sampai 1 jam

2).160°C (320 F) sampai 2 jam

3).150°C (300 F) sampai 2,5 jam

4).140°C (285 F) sampai 3 jam

Karena suhunya yang tinggi sterilisasi panas kering tidak dapat digunakan untuk alat-
alatgelas yang membutuhkan keakuratan. Contoh: alat ukur dan penutup karet atau
plastik.Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang
disebut,medium.Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkanmikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan
jenis-jenismikroorganisme yang bersangkutan.Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik
padamedium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik di tambah
sumber karbon organik seperti gula.Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu
mediumyang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan
kompleks lainnya.

c) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.

d) Uap air panas bertekanan Sterilisasi uap menggunakan uap air dalam tekanan sebagai
pensterilnya.

Ini merupakanmetode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat
diprediksi danmenghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi
seperti waktu dansuhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam
satu siklus yangdivalidasi.Metode inisangat efektif untuk sterilisasi karena menyediakan suhu
jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi
sehinggamempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel

7
hancur.Suhu efektifnya adalah 121 derajat C pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15
menit. Sterilisasi panas lembab sangat efektif digunakan meskipun pada suhu yang tidak
begitu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang
disterilkandilepaskan panas sebesar 686 kalori per gram uap air pada suhu 121 derajat C.
Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan
dengandemikian mematikannya.Biasanya alat yang digunakan ialah autoklaf. Autoklaf adalah
alat untuk mensterilkan berbagai macam alat bahan yang menggunakan tekanan 15 lbs(2 atm)
dan suhu121°C. Suhu dan tekanan tinggi yangdiberikan kepada alat dan media yang
disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan
udara panas.

Biasanya untuk mesterilkan mediadigunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in2 (SI =
103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121°C atau 249,8°F adalah karena air
mendidih pada suhu tersebut jikadigunakan tekanan 15 lbs.

Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level)air mendidih pada
suhu 100°C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggiansama, menggunakan
tekanan 15 lbs maka air akan memdididh pada suhu 121°C.Pada saat sumber panas
dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidihdan uap air yang terbentuk
mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udaradalam autoklaf diganti dengan
uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Saat tercapai
tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasidimulai dan timer mulai menghitung
waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan
dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 lbs. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum
tekanan mencapai 0 lbs.

Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerjadengan sempurna dapat digunakan mikroba


pengguji yang bersifat termofilik dan memilikiendospora yaitu Bacillus thermophillus,
lazimnya mikroba ini tersedia secara komersialdalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini
dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan.Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada
media. Jika media tetap bening makamenunjukkan autoklaf telah bekerja dengan
baik.Kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap dengan menggunakan autoklaf
dalahsebagai berikut :

a). Suhu 111,5°C, waktu 30 menit

8
b). Suhu 121,5°C, waktu 20 menit

c). Suhu 126,5°C, waktu 15 menit

Metode ini biasanya digunakan untuk mensterilisasi: a).Larutan


dengan pembawa air
b). Alat-alat gelas

c). Pembalut untuk bedah

d).Penutup karet dan plastik

e).Media untuk pekerjaan mikrobiologi Gambar Autoklaf

2. Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari
lampu UV

C.Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.

Sterilisasi dengan panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu
yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim.
Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari enam bulan
pada suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah produk olahan dalam kaleng seperti kornet,
sarden dan sebagainya. Perkembangan teknologi prosesing yang memiliki tujuan mengurangi
kerusakan nutrien dan konponen sensoris dan juga mengurangi waktu prosesing menjadikan
teknik serilisasi terus dikembangkan. Lamanya waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan
dipengaruhi oleh:resistensi mikroorganisme dan enzim terhadap panas, kondisi pemanasan,
pH bahan, ukuran wadah atau kemasan yang disterilkan, keadaan fisik bahan (Machmud,
2008). Sterilisasi11dengan udara kering, alat yang umum dikenal adalah oven.Alat ini dipakai
untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabunng reaksi dan alat gelas
lainnya.bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas dapat disterilkan dengan alat ini. Pada
umumnya suhu yang digunakan pada sterilisasi secara kering adalah 170 – 180 derajat C
selama paling sedikit 2 jam. Lama sterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya (Machmud,
2008).

9
Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak dapat
didterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini.alat ini disebut Arnold steam sterilizer
dengan suhu 1000Cdalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula digunakan
dandang.Mula-mula bahan disterilkan pada suhu 1000C selama 30 menit untuk membunuh
sel-sel vegetatif mikrobia.kemudian disimpan pada suhu kamar 24 jam untuk memberi
kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetatif, lalu dipanaskan lagi 1000C 30 menit. dan
diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3 kali sterilisasi. Banyak bakteri berspora
belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu uap air bertekanan
(Machmud, 2008).

Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan, alat ini disebut autoklaf (autoclave) untuk
steriliasasi ini alat dilengkapi dengan katup pengaman.Alat diisi dengan air kemudian bahan
dimasukkan.Panaskan sampai mendidih dan dari katup pengaman kelaur uap air dengan
lancara lalu ditutup. Suhu akan naik sampai 1210C dan biarkan selama 15 menit (untuk
industri pengalengan ada perhitungan tersendiri), lalu biarkan dingin sampai tekanan normal
dan klep pengaman dibuka,cara ini akan mematikan spora dengan cara penetrasi panas ke
dalam sel atau spora sehingga lebih cepat.Cara mana yang dipilih tergantung bahan, biaya
dan ketersediaan alat,untuk bahan yang tidak tahan panas, maka cara diatas tidak dapat
dipakai (machmud 2008). Ada banyak pilihan cara sterilisasi yang berbeda, namun yang
paling penting adalah bagaimana menetapkan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril
dan aman digunakan. Suatu produk dapat disterilkan melalui cara steril akhir (terminal
sterilization) atau dengan cara aseptik (aseptic prosessing) (Lucas, 2006).

Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril, yaitu:

1) Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir) Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical
Monograph 2005 dibagi menjadi dua, yaitu:

a). Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas
pada suhu 121oC selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log
12 dari mikroorganismemikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Kita bisa
menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode
merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman. Karakteristik
sterilisasi yang digunakan adalah probabilitas survival tidak lebih besar dari 1 (satu

10
mikroorganisme dalam 106 unit). Dalam hal ini monitoring rutin boiburden dari formula awal
sebelum proses sterilisasi tidak di perlukan. Jadi pada overkill menthod kita melakukan
mentoring hanya pada formula akhir (Lucas, 2006).

b). Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan mentoring ketat dan
terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum
menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 106 .
Kita menggunakan metode umumnya untuk bahan yang dapat mengalami degradasi
kandungan bila dipanaskan terlalu tinggiseperti zat organik. Misalnya, larutan karbohidrat
(dektrosa) bila dipanaskan dengan temperatur tinggi dapat mengakibatkan senyawa Hidri
Methyl Fulfural (HMF) yang merupakan seuatu senyawa hepatotoksik yang tidak di
inginkan. Proses sterilisasi memerlukan suatu siklis yang dapat menghancurkan muatan
mikroorganisme namun tanpa menimbulkan degradasi produk. Siklus didapat dari studi-studi
yang memastikan jumlah dan ketahanan mikroorganisme terhadap panas dalam produk yang
akan disterilakan. Nilai D (D value) biasa ditentukan dengan menggunakan bakteri dalam
bentuk spora yang didapat dari lingkuangan produksi (environmental spore-forming
mikroorganisme) atau yang diisolasi dari produk. Jika organisme yang tahan panas telah
diketahui, siklus sterilisasi dapat ditentukan untuk mendapatkan tingkat jaminan sterilisasi
kurang dari satu organism dalam 106 unit. Dengan demikian isolate yang paling tahan panas
digunakan sebagai indikator biologis. Perbedaan kedua metode adalah pada titik awal
(starting point). Apabila mengguanakan pendekatan overkill, maka pemanasan dengan uap
121oC selama 15 menit, sedangkan pendekatan bioburden dilihat dari pencapaian tingkat
sterilisasi yang diminta, yakni sal 106 . Sterilisasi akhir harus menjadi pilihan utama dan
sedapat mungkin digunakan apabila produk tahan terhadap panas. Cara sterilisasi yang dipilih
tergantung pada bahan, zat aktif, pelarut dan bahan kemas yang digunakan (Lucas, 2006).

c). Aseptic Processing Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril
menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril
yang diformulasikan dan diisikan kedalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol.
Suplai udara, material, peralatan dan petugas telah terkontrol sedemikian rupa senhingga
kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima (acceptable) dalam clean
zone (Lucas, 2006). Jenis-jenis Sterilisasi

11
1. Secara Fisik
a) Autoklaf : Pemanasan dengan uap air pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi/2 atm
selama 15 menit (pada umumnya). Semakin tinggi tekanan, maka suhu akan semakin
tinggi. Uap yang dihasilkan bertujuan untuk mendistribusikan panas keseluruh bagian
bejana. Metode ini umumnya digunakan untuk sterilisasi media, instrument, peralatan
intravena, larutan, jarum suntik, peralatan transfuse dan barang-barang yang dapat
menahan suhu dan tekanan tinggi.
b) Perebusan (boiling): bertujuan untuk mengkoagulasi protein (denaturasi) yang disebabkan
oleh putusnya ikatan hydrogen yang membentuk protein. Perebusan membunuh bentuk
vegetative bakteri pathogen, virus, jamur dalam waktu 10 menit, akan tetapi endospore
tidak dapat dihancurkan dengan metode ini.
c) Pasteurisasi, terdiri dari 2 jenis yaitu:

- HTST (High Temperature Short Time) : Pemanasan pada suhu 72oC selama 15 detik.
Umumnya digunakan untuk pasteurisasi susu yang bertujuan untuk membunuh
bakteri pathogen, menurunkan jumlah total bakteri, sehingga susu disimpan dengan
baik di bawah lemari es.
- LTLT (Low Temperature Long Time) : Pemanasan pada suhu 65oC selama 30 menit
- Ultra Hight Temperature (UHT) : pemanasan pada suhu 140 oC selama 4 detik, lalu
divakun dan dikemas pada wadah kedap udara.
d) Oven: pemanasan pada suhu 160-170oC selama 1 jam atau lebih yang bertujuan untuk
mendenaturasi protein sel, mendenaturasi asam nukleat, merusak membrane sel dan
merusak spora sel bakteri.
e) Thermal Death Point (TDP): suhu terendah dimana semua mikroba dalam suspense cairan
tertentu akan terbunuh dalam waktu 10 menit.
f) Thermal Death Time (TDT): lamanya waktu minimum yang dibutuhkan untuk
membunuh semua bakteri dalam kultur cair tertentu pada suhu tertentu. TDP dan TDT
adalah pedoman yang berguna untuk menunjukkan tingkat keparahan pengobatan yang
diperlukan untuk membunuh populasi bakteri tertentu.
g) Death Reduction Time (DRT): waktu dalam menit, dimana 90% populasi bakteri pada
suhu tertentu akan mati.

12
2. Radiasi
Radiasi ultraviolet (UV) yang memiliki panjang gelombang sekitar 260 nm menyebabkan
dimer timidin yang mengakibatkan ketidakmampuan DNA bakteri yang akan direplikasi. Ini
umumnya bersifat bakterisida tetapi mungkin tidak sporisida. Penyebab radiasi pengion 1 nm
atau kurang (gamma atau x-ray). Pembentukan radikal bebas yang merusak protein, DNA,
dan lipid. Perawatan ini bersifat bakterisidal dan sporisida.

3. Secara Kimia a) Alkohol


Etil alkohol, isopropil alkohol, dan n-propanol menunjukkan aktivitas antimikroba
spektrum luas yang cepat terhadap bakteri vegetatif, virus, dan jamur tetapi tidak bersifat
sporisida. Aktivitas optimal ketika diencerkan hingga konsentrasi 60–90% dengan air.
Strategi pengobatan ini umumnya dianggap bakterisidal tetapi tidak sporisida.

b) Aldehydes
Senyawa seperti glutaraldehida atau formaldehida digunakan untuk desinfeksi suhu
rendah dan sterilisasi instrumen, endoskopi, dan alat bedah. Digunakan sebagai Larutan 2%
untuk mencapai aktivitas sporisida. Senyawa ini umumnya bersifat bakterisidal dan
sporisidal.

c) Biguanides
Klorheksidin banyak digunakan dalam mencuci tangan dan produk oral dan sebagai
desinfektan dan pengawet. Senyawa ini bersifat bakterisida tetapi tidak sporisida.
Mycobacteria, karena amplop sel lilin unik mereka, umumnya sangat resisten terhadap
senyawa ini.

3. Secara Mekanik

a. Filtrasi
a) Penyaringan cairan
b) Penyaringan udara

2.2 PENYIAPAN MEDIA


2.2.1 MEDIA PERTUMBUHAN

13
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai organisme hidup yang berukuran
mikroskopis dikenal dengan mikroorganisme atau jasad renik yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop. Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia,
beberapa diantaranya merugikan karena menyebabkan penyakit dan beberapa juga
bermanfaat misalnya terlibat dalam pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi insulin, serta
proses perlakuan yang berkaitan pembuangan limbah (Pelczar, 2007).
Semenjak mikroorganisme dipastikan menjadi penyebab timbulnya penyakit tertentu
dan juga bermanfaat bagi kehidupan, banyak penelitian yang dilakukan melalui prosedur
laboratorium. Penelitian dilakukan dengan cara membiakan atau menumbuhkan
mikroorganisme, guna mempelajari sifatsifat yang dimiliki oleh mikroorganisme dengan
menggunakan media pertumbuhan. Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri,
jamur, dan mikroorganisme lain (Benson, 2002).
Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik diperlukan
persyaratan antara lain: Media diinkubasikan pada suhu tertentu, kelembapan harus cukup,
pH sesuai, dan kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril, media tidak
mengandung zat-zat penghambat, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah
digunakan mikroorganisme (Jutono, 1980; Radji, 2010). Nutrisi yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti
sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan
energi (Cappucino, 2014).
Media pertumbuhan dapat berupa media cair, media kental (padat), media yang
diperkaya, media yang kering dan media yang sintetik (Dwidjoseputro, 2005), sedangkan
menurut Benson (2002) media pertumbuhan mikrooorganisme berupa media padat, media
cair dan media semi padat. Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media
padat yaitu media agar. Mikroorganisme yang akan diamati dalam penelitian yaitu jamur.
Media agar yang umum digunakan untuk mengisolasi jamur di laboratorium antara lain:
Potato Dextrose Agar (PDA), Malt Extract Agar (MEA), Carrot Agar (CA), Taoge Extract
Agar (TEA) dan Oat Meal Agar (OM) (Gandjar, 2006).
Salah satu media agar yang cocok dan mendukung pertumbuhan jamur adalah PDA
(Potato Dextrose Agar) yang merupakan media terdiri atas dextrose, sari kentang dan agar.
Media PDA mendukung pertumbuhan jamur karena dapat menghindari kontaminasi bakteri
dengan keasaman pada media yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat

14
pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan suhu
optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C (Cappucino, 2014). Media pertumbuhan
mikroorganisme PDA kini telah tersedia dalam bentuk instan yang harganya terhitung mahal
yaitu Rp 680.00,- hingga Rp 1.200.000,- setiap 500 g. Dalam penelitian pembiakan jamur
yang dilakukan di universitas maupun sekolah pada negara berkembang seperti Indonesia
banyak mengalami kendala, salah satunya dalam pengadaan media instan siap pakai.
Mengingat media instan dibuat oleh pabrik-pabrik atau perusahaan tertentu sudah dalam
bentuk sediaan siap pakai (ready for use), harganya mahal, dan hanya dapat diperoleh pada
tempat tertentu sehingga mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif dari
bahan-bahan yang mudah didapat, tidak memerlukan biaya yang mahal, dan sekaligus dapat
mengurangi keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan dalam penelitian. Banyak peneliti
melakukan penelitian untuk menemukan media alternatif salah satu dengan sumber
karbohidrat. Penelitian yang dilakukan oleh Kwoseh et al (2012) yang menggunakan pati
singkong untuk pertumbuhan Fusarium oxysporum dan Aspergillus niger ternyata
menunjukan hasil yang baik karena dapat mendukung pertumbuhan kedua jamur uji tersebut.
Selain singkong penelitian yang dilakukan oleh Tharmila et al (2011) yang menggunakan
sagu, uwi dan umbi palmirah pada jamur Mucor sp., Penicillium sp., Fusarium sp., dan
Trichoderma sp.. Variasi media alternatif pertumbuhan lainnya yang sudah dilakukan
penelitian yaitu kentang dan umbi palmirah (Martyniuk et al, 2011). Selain penelitian dengan
sumber karbohidrat, berbagai sumber protein juga berhasil digunakan sebagai media alternatif
pertumbuhan baik jamur dan bakteri, seperti yang dilakukan oleh Ravimannan et al (2014)
yang menggunakan kacang tunggak, kacang hijau, kacang soya hitam, dan kedelei untuk
pertumbuhan jamur Aspergillus, Trichoderma, Penicillium, Fusarium dan Sclerotium.
Penelitian yang dilakukan Arulananthan et al (2012) dengan bahan sumber protein tersebut
untuk pertumbuhan bakteri. Penelitian lainnya juga dilakukan dengan sayur-sayuran dan
buah. Penelitian Deivanayaki et al (2012) tentang media pertumbuhan bakteri dari sayur-
sayuran seperti wortel, tomat, kubis, dan labu. Beberapa buah seperti buah bit (Al-Azzauy et
al, 2011) dan buah avokad (Famurewa et al, 2008).
Melimpahnya sumber di alam mendorong untuk menemukan variasi media
pertumbuhan mikroorganisme. Jamur dapat tumbuh baik pada media yang mengandung
nutrisi yang dapat memenuhi syarat sebagai media pertumbuhan salah satunya dari sumber
karbohidrat (Atlas, 2004). Karbohidrat dan derivatnya merupakan substrat utama untuk

15
metabolime karbon pada jamur (Gandjar, 2006). Karbon merupakan unsur yang paling
penting karena 50% berat mikroorganisme adalah karbon (Hidayat, 2006).
Salah satu sumber karbohidrat yang bisa ditemui di alam yaitu dari umbiumbian
diantaranya umbi ganyong, umbi gembili dan umbi garut. Umbiumbi tersebut memiliki kadar
karbohidrat yang tinggi (sibuea, 2014) cukup menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan jamur.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud mengkaji berbagai macam media
alternatif untuk pertumbuhan jamur uniseluler yaitu Candida albicans dan jamur multiseluler
Aspergillus niger menggunakan berbagai sumber karbohidrat yang berbeda yaitu umbi
ganyong, umbi gembili dan umbi garut. Media dalam mikrobiologi merupakan substrat
pertumbuhan mikroorganisme yang mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan dalam
proporsi yang sebanding. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang
terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul
kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat
dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga manipulasi komposisi media
pertumbuhannya.

2.2.2 MACAM-MACAM MEDIA PERTUMBUHAN


1. Media Berdasarkan Sifat Fisiknya
a) Media Padat (Solid) yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin,
media menjadi padat.
b) Media setengah Padat (semi solid) yaitu media yang mengandung agar 0,3 – 0,4%
sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair.
c) Media Cair (liquid) yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB
(Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).

2. Media Berdasarkan Komposisi


a) Media sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya
secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.

b) Media semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti,
Misalnya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dextrosa dan ekstrak
kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang
komposisi senyawa penyusunnya.

16
c) Media non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui
secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice
Agar, Brain Heart Infusion Agar , Pancreatic Extract.

3. Media berdasarkan tujuan dan kegunaannya


a) Media untuk isolasi. Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan
mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
b) Media selektif/penghambat. Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu
zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan
merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
c) Media diperkaya (enrichment). Media diperkaya adalah media yang mengandung
komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti
darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu.
Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana
untuk berkembangbiak tetapi membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood
Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dan lain-lain.
d) Media untuk karakteristik bakteri. Media yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
spesifik suatu mikroba.
e) Media differensial. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari
campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial,
misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria
berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dari perubahan warna media disekeliling
koloni.

2.3 TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME

2.3.1 PENGERTIAN TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME

Bakteri adalah organisme hidup yang berukuran mikrokopis, dunia mikroorganisme


terdiri dari lima kelompok organisme: bakteri, protozoa, virus,sarta algae (ganggang) dan
cendawan (fungi) mikrokopis. Dalam bidang mikrobiologi kita banyak mempelajari banyak
segi mengenai jasad-jasad renik ini (mikroba atau protista). Mikroorganisme sangat erat
kaitannya dengan kehidupan kita beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lain merugikan
banyak diantaranya menjadi penghuni di dalam tubuh manusia. Beberapa mikrooganisme

17
menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti
misalnya pembuatan anggur, keju, yoghurt, produksi penisilin,serta proses-proses perlakuan
yang berkaitan dengan pembuangan limbah. (Koes Irianto, 2014) Bakteri aerob adalah jenis
bakteri yang membutuhkan oksigen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti untuk
pertumbuhan, respirasi, dan bereproduksi. Begitu pentingnya oksigen bagi mereka maka pada
lingkungan tanpa oksigen jenis bakteri ini akan mengalami kematian. Dalam mikrobiologi,
bakteri aerob dapat diisolasi dengan mudah oleh pembiakan strain bakteri dalam medium cair,
karena mereka adalah organisme yang membutuhkan oksigen, mereka cenderung untuk
mengumpul di atas permukaan medium cair, sehingga dapat menyerap oksigen yang tersedia
bagi mereka. Mikroorganisme terdapat dimana saja (omnipresent). Sebagian besar
mikroorganisme di lingkungan tidak berbahaya, tetapi dalam pekerjaan mikrobiologi kita
harus bekerja secara hati-hati sudah agar media yang sudah disterilkan tidak terkontaminasi
oleh mikroorganisme tersebut.

Dalam praktikum ini para mahasiswa akan belajar menginokulasi (memindahkan)


mikroorganisme dari beberapa tempat berbeda ke dalam media tumbuh dan merangsangnya
untuk berkembang biak setelah periode inkubasi. Pada media cair, pertumbuhan
mikroorganisme ditandai dengan kekeruhan media, sedangkan pada media agar, koloni
mikroorganisme dapat dilihat langsung.

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 LOKASI PERCOBAAN


Penelitian dilakukan di Laboratorium STIKKES SENIOR MEDAN
Jl Djamin Ginting KM. 8,5 No 13, Mangga, Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera
Utara 20141

3.2 ALAT DAN BAHAN


3.2.1 STERILISASI
Alat : Autoklaf, Oven, Alat-alat gelas dan Bunsen
Bahan : Aquadest, Media Nutrient Agar (NA) dan Media Potato Dextrose Agar (PDA

18
3.2.2 PENYIAPAN MEDIA

Alat : Gelas ukur, erlenmeyer, beaker glass, magnetic stirrer, spatula, Bunsen, timbangan, hot
plate dan aluminium foil, batang pengaduk.

Bahan : Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), aquadest, kapas

3.2.3 TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME

Alat : Cawan petri, tabung reaksi, bunsen

Bahan : Media Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), sumber isolat.

3.3 PROSEDUR PERCOBAAN

3.3.1 STERILISASI
1. Sterilisasi Kering (Menggunakan Oven)
Disediakan alat-alat gelas (cawan petri, tabung reaksi, dan lain-lain) yang disterilkan.
Kemudian dibungkus dengan kertas pembungkus. Dimasukkan kedalam oven. Diatur pada
suhu 210oC selama 30 menit (atau 2 jam, tergantung suhu yang digunakan) suhu diturunkan
dan tombol power dimatikan. Setelah suhu turun, peralatan yang telah disterilkan tersebut
diambil dan dikeluarkan dari dalam oven. Dan diletakkan ditempat yang bersih.

2. Sterilisasi Basah (Menggunakan Autoklaf)


Disediakan bahan-bahan (media, akuades dan lain-lain) yang akan disterilkan. Isi air
(aquadest) ke dalam autoklaf sampai batas yang telah ditentukan. Masukkan semua bahan
yang sudah disiapkan ke dalam keranjang dan masukkan kedalam autoklaf. Tutup dengan
rapat dan kunci pintu autoklaf. Tekan tombol ON. Suhu diatur pada suhu 121oC pada tekanan
15 psi (2 atm). Tekan tombol ENTER. Sterilisasi akan berakhir pada saat alarm berbunyi.
Buka kunci penutup pintu kemudian tekan tombol OFF. Biarkan beberapa menit hingga suhu
dalam autoklaf menurun. Buka pintu autoklaf dan dikeluarkan bahan-bahan yang telah
disterilkan.

3.3.2 PENYIAPAN BAHAN

19
Disiapkan media yang akan digunakan (PDA atau NA). Perkirakan banyaknya cawan
atau tabung yang akan digunakan dalam praktikum. Hitung jumlah media (ketentuan terdapat
pada kemasan media) sesuai dengan yang diperlukan dan perbandingannya dengan aquadest.
Dipotong/disobek sedikit aluminium foil sebagai wadah untuk menimbang. Gunakan spatula
kering untuk mengambil tepung media lalu ditimbang. Kemudian tuang tepung media ke
dalam erlenmeyer. Tambahkan aquadest sesuai dengan perbandingan yang telah dihitung.
Goyang perlahan-lahan untuk melarutkan tepung media. Homogenkan media dalam
erlenmeyer dengan meletakkannya diatas hot plate dan diaduk dengan batang pengaduk
sampai mendidih. Pilihan lain dapat dilakukan dengan menggunakan magnetic stirrer yang
dimasukkan kedalam erlenmeyer dengan kapas yang telah dibungkus dengan aluminium foil.
Kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf.

3.3.3 TEKNIK ISOLASI MIKROORGANISME


Disiapkan media Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah
disterilkan. Dituangkan kedalam petri steril secara aseptis. Diratakan dengan membentuk
angka delapan. Dibiarkan hingga memadat. Dimasukkan sumber isolat (misalnya dari daun,
jari tangan dan lain-lain) ke dalam petri yang telah berisi media. Diinkubasi selama 24 jam di
dalam inkubator. Kemudian diamati mikroorganisme yang tumbuh dan ditentukan
karakteristik koloninya berdasarkan tipe koloni, bentuk koloni, elevasi koloni, dan warna
koloni. Setelah itu ditentukan satu koloni mikroorganisme untuk dimurnikan.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PERCOBAAN


4.1.1 PERCOBAAN STERILISASI

21
Gambar 1. Alat- alat umtuk sterilisasi kering (oven)

Gambar 2. Bahan- bahan untuk sterilisasi pada autoklaf

4.1.2 PENYIAPAN MEDIA

Gambar 3. Penimbangan agar dan media isolate

22
Gambar 4. Tempat isolasi bakteri

Gambar 4.1.1 ketombe pada media PDA

N SPESIES KOLONI
O
1. KETOMBE TIDAK TERHITUNG
1 Spesies

23
Gambar 4.1.2 air ludah pada NA

NO. SPESIES KOLONI


1. AIRLIUR TIDAK TERHITUNG
1 Spesies

4.2 PEMBAHASAN

Sterilisasi penyiapan media dan teknik isolasi mikroorganisme adalah langkah


penting dalam penelitian mikrobiologi. Sterilisasi media bertujuan untuk menghilangkan atau
membunuh semua mikroorganisme yang ada di dalamnya, sehingga hanya mikroorganisme
yang diisolasi yang dapat tumbuh dan berkembang di media tersebut. Teknik isolasi
mikroorganisme, di sisi lain, bertujuan untuk memisahkan mikroorganisme yang spesifik dari
campuran mikroorganisme yang ada di dalam sampel.
Pada praktikum kali ini media yang digunakan adalah PDA(Potato Dekstrosa Agar)
dan NA(Nutrient Agar). Medium PDA (Potato Dekstrosa Agar) berdasarkan susunannya
merupakanmedium organik semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah
yang ditambah dengan senyawa kimia, berdasarkan konsistensinya merupakanmedium padat
karena mengandung agaryang memadatkan medium, berdasarkankegunaannya merupakan

24
medium untuk pertumbuhan jamur. Medium PDA terdiridari kentang yang berfungsi sebagai
sumber energi, nitrogen organik, karbon danvitamin, dekstrosa sebagai sumber karbon, agar
sebagai bahan pemadat mediumdan aquadest sebagai pelarut untuk menghomogenkan
medium dan sumber O2. Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat,
yangmerupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NAdibuat dari
campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agarsebagai pemadat. Dalam hal
ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnyayang mudah membeku dan mengandung
karbohidrat yang berupa galaktamsehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan
sumber protein,nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh
mikroorganismeuntuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA) merupakan
mediumyang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimanamedium ini
berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri.
Pada dasarnya prinsip dasar yang dilakukan pada saat sterilisasi adalah suatu proses
mematikan mikroorganisme yang mungkin ada pada suatu benda. Pemilihan teknik sterilisasi
didasarkan pada sifat alat dan bahan yang akan disterilkan. Ada dua jenis sterilisasi yang
digunakan yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Sterilisasi basah yaitu menggunakan
autoklaf, alat dan media yang disterilkan yaitu spatula. Sedangkan sterilisasi kering yaitu
menggunakan oven dan alat yang disterilkan yaitu cawan petri, gelas ukur kimia, tabung
reaksi dan labu erlenmeyer,pengaduk dengan suhu 210° C selama 30menit untuk
mensterilkan alat yang tahan terhadap suhu panas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Bahwa sterilisasi merupakan proses penting dalam penyiapan media dan teknik isolasi
mikroorganisme untuk memastikan bahwa media dan instrumen yang digunakan bebas
dari kontaminasi mikroba yang tidak diinginkan.

25
2. Media yang disiapkan harus sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme yang akan
diisolasi. Komposisi media harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme target agar dapat tumbuh dengan baik.

3. Teknik isolasi mikroorganisme bertujuan untuk memisahkan mikroorganisme individual


dari campuran mikroorganisme yang ada dalam sampel. Dengan menggunakan teknik
isolasi yang tepat, mikroorganisme yang diisolasi dapat ditumbuhkan dan dikarakterisasi
secara lebih mendalam.

4. Selama isolasi mikroorganisme, penting untuk menjaga kondisi aseptik yang ketat guna
mencegah kontaminasi silang dan menghasilkan koloni yang murni. Penggunaan alat-alat
steril seperti cawan pentri,gelas ukur, atau alat-alat lainnya sangat penting untuk
memastikan bahwa mikroorganisme yang diisolasi berasal dari sumber yang ditargetkan.

5.2 SARAN
Saran untuk praktikum sterilisasi, penyediaan media dan isolasi bakteri adalalah

1. Sebaiknya alat-alat dicuci bersih sebelum dilakukan sterilisasi.


2. Sebaiknya setiap anggota kelompok memahami prinsip dasar sterilisasi dan pilih
metode sterilisasi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan objek yang akan
disterilkan.
3. Agar kedepannya setiap anggota kelompok mempersiapkan semua kebutuhan yang
dibutuhkan dalam praktikium tersebut agar dapat menghemat waktu

26
DAFTAR PUSTAKA

Arulanantham, R. P. (2012). Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different.
Journal of Natural Product and Plant.
Atlas, R. M. (2004). Handbook of Microbiological Media Third Edition. United States Of
America: CRC Press.
Benson, H. J. (2002). Micrpbiological Apllications Laboratory Manual in. New York:
McGraw-Hill.
Cappuccino, J. G. (2013). Manual Laboratorium Biologi. Jakarta: EGC.
Curtis, H. B. (1999). Biology 5th Edition. New york: Worth.

27
Deivanayaki, M. I. (2012). Alternative Vegetable Nutrient Source. (IJB), 2 (5):47-.
Dwidjoseputro. (2005). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Yogjakarta: Djambatan.
Famurewa, O. D. (2008). Formulation and Evaluation of Dehirated.
Fardiaz, S. (jakarta). Mikrobiologi Pangan. 1992: Departemen Pendidikan
dan. for, U. o. (2008). Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan
Mikroba.Balai. Bogor.
Gandjar, I. (2006). Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta:Yayasan Obor.
Hidayat, N. P. (2006). Mikrobiologi Industri. Yogjakarta:.
Kwoseh, C. K. (2012). Cassava Starch-Agar. Bots. J.
Lucas, S. (2006). Formulasi Steril. Yogyakarta : UGM Press.
Martyniuk, S. A. (2011). Use of Potato Extract Broth for.
Pelczar, M. (2007). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Ravimannan, N. A. (2014). Alternative Culture Media For Fungal Growth Using Different.
Sibuea, S. M. (2014). Identifikasi dan Inventarisasi Jenis. Kabupaten serdang bedagai.
Tharmila, S. J. (2011). Preliminary. Malang :UMM Press.: Archives of Applied Science
Research, 3
(3):389-393.
Waluyo, L. (2005). Mikrobiologi Umum. Malang :UMM Press.

28

Anda mungkin juga menyukai