Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut dalam
kehidupannya dapat dilihat oleh mata telanjang dan ada yang tidak dapat langsung dilihat oleh
mata telanjang. Oleh karena itu untuk melihat makhluk tersebut yaitu dengan menggunakan alat
pembesar seperti mikroskop ataupun loop. Karena itulah makhluk yang dilihat dengan
mikroskop tersebut disebut sebagai mikroorganisme dikarenakan ukurannya yang terlalu kecil.
Tetapi biarpun ukurannya kecil, mikroorganisme juga memiliki kebutuhan layaknya makhluk
hidup yang lain. Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik maupun kimia. Selain itu,
mikroorganisme juga melakukan proses perkembangbiakkan. Proses perkembangbiakkan
dilakukan oleh mikroorganisme agar mereka tidak punah. Dalam pertumbuhan mikroorganisme,
mereka memiliki beberapa fase pertumbuhan sel dan pertumbuhan mikroorganisme dapat
dikendalikan oleh beberapa cara. Dalam makalah ini akan dibahas khususnya tentang metode
pengendalian pertumbuhan mikroorganisme.

2. Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui metode pengendalian
mikroorganisme.

3. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dari makalah ini adalah apa metode yang digunakan untuk
pengendalian mikroorganisme.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengendalian Mikroorganisme

Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau


mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal

1. Dengan membunuh mikroorganisme

2. Dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme biasanya secara fisika dan secara


kimia baik membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Agen yang membunuh
sel-sel yang diistilahkan sidal, agen yang menghambat pertumbuhan sel-sel (tanpa
membunuh mereka) yang disebut sebagai statis. Dengan demikian, bakterisida berarti
membunuh bakteri, dan bakteriostatik berarti menghambat pertumbuhan sel-sel bakteri.
Bakterisida berarti membunuh bakteri, fungisida berarti membunuh jamur, dan sebagainya.

Dalam mikrobiologi, istilah sterilisasi sangat erat berkaitan dengan pengendalian


pertumbuhan mikroorganisme yang merupakan penghancuran secara sempurna atau
penghapusan semua organisme yang terdapat di dalam atau pada suatu zat yang akan
disterilkan. Prosedur Sterilisasi melibatkan penggunaan panas, radiasi atau bahan kimia, dan
juga penghancuran sel secara fisika.

Pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk menekan reproduksi mikroba.


Sehingga dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat mencegah penyebaran penyakit
dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah
pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan cara membunuh
mikroorganisme atau membuat kondisi yang membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh.

Membunuh dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme khususnyan sangat


penting dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk keamanan makanan. Pengendalian
mikroorganisme juga merupakan praktek medis modern dan antimikroba untuk mencegah
dari infeksi dan menurunkan penyebaran mikroorganisme. Mikroorganisme dapat
dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh
dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia. Dalam pengendalian mikroorganisme
umumnya dikenal :

A. Secara Fisika
1. Pemanasan suhu tinggi
a. Pendidihan
b. Pasteurisasi
c. Tyndalisasi
d. Autoklaf
2. Pendinginan dan pembekuan
3. Pengeringan (pengangkatan H2O)
4. Radiasi
a. Radiasi Ultraviolet
b. Cahaya Ultraviolet
c. Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
5. Filtrasi
a. Filter bakteriologis
B. Secara Kimia
1. Antimikroba
a. Antiseptik
b. Desinfektan
2. Pengawet
3. Antibiotik

Ada beberapa istilah dalam mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme,


diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi
mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah
menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan
mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
2. Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan,
lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi
diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak
mampu membunuh spora.
3. Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk
melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara
menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
4. Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi
seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara.

Namun secara umum dalam pengendalian mikroorganisme dibagi dalam


teknologi fisika maupun kimia yang banyak digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroba (tertentu), walaupun mungkin tidak sampai sempurna steril. Namun umumnya
mencegah pembusukan makanan atau menyembuhkan penyakit menular merupakan tujuan
utama.

A. Secara Fisika
Beberapa cara fisika dapat digunakan untuk mengendalikan populasi mikroba.
Misalnya seperti temperatur tinggi dan radiasi ionisasi. Metode Pengendalian
Mikroorganisme secara fisika adalah teknik mematikan mikroorganisme dengan tujuan
menghilangkan semua mikroorganisme yang ada pada bahan atau alat dengan proses dan
sarana fisik. Dengan cara fisika mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu dibasmi,
dihambat atau ditiadakan dari suatu lingkungan.
1. Pemanasan Suhu Tinggi
Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat dimatikan. Waktu yang diperlukan
untuk membunuh tergantung pada jumlah organisme, spesies, sifat produk yang
dipanaskan, pH, dan suhu. Autoklaf merupakan instrumen yang digunakan untuk
membunuh semua mikroorganisme dengan panas, umumnya digunakan dalam proses
pengalengan, pembotolan, dan prosedur pengemasan steril.
a. Pendidihan
Pendidihan 100 o selama 30 menit dengan cara merebus bahan yang akan
disterilkan (memerlukan waktu lebih banyak di ketinggian). Membunuh semua
mikroorganisme yang patogen maupun non patogen kecuali beberapa endospora dan
dapat menonaktifkan virus.
b. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu
terkendali untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dengan berdasarkan
waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi dalam
produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi susu, waktu dan suhu tergantung
tujuan untuk membunuh jenis potensial yang patogen yang terdapat dalam susu yang
diinginkan.
Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri
penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya
dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya.
Selama proses ultrapasteurisasi, juga dikenal sebagai ultra high-temperature
(UHT) pasteurisasi, susu dipanaskan sampai suhu 140 ° C. Pada metode langsung,
susu dikontakkan langsung dengan uap pada suhu 140 ° C selama satu atau dua
detik. Sebuah film tipis susu dimasukkan melalui sebuah kamar tekanan uap tinggi,
sehingga terjadi pemanasan susu seketika. Susu lalu didinginkan oleh dengan sedikit
vakum yang bertujuan ganda menghilangkan kelebihan air dalam susu dari
kondensasi uap. Dalam metode tidak langsung ultrapasteurisasi, susu dipanaskan
dalam sebuah pelat penghantar panas. Butuh beberapa detik untuk suhu susu
mencapai 140 ° C, dan selama waktu itu susu yang terpapar panas. Jika
ultrapasteurisai ini dibarengi dengan kemasan aseptik, hasilnya adalah produk yang
tahan lama tanpa memerlukan pendinginan.
c. Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.
Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak
zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu
pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
d. Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap dan tekanan yang
diatur. Autoklaf merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap
jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta yang ditentukan selama periode
waktu yang dikehendaki. Pada alat ini bahan-bahan yang akan disterilkan dipanaskan
sampai 121 oC selama 15 sampai 20 menit pada tekanan uap 15 pon per inci persegi
(kirakira 1,5 atmosfir). Uap air jenuh memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan
cepat disterilkan dengan melepaskan panas yang laten. Dengan kondensasi sejumlah
1600 ml uap pada 100 oC dan tekanan 1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1 ml
dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun tadi akan menyebabkan
keadaan lembab yang cukup utuk membunuh kuman.
Udara merupakan penghatar panas yang buruk, oleh sebab itu harus
dikeluarkan dari ruangan otoklaf. Rongga di dalam otoklaf tidak boleh terlalu penuh
diisi dengan benda-benda yang akan disterilakan supaya dapat terjadi aliran uap yang
cukup baik. Autoklaf dipergunakan untuk mensterilkan pembenihan, barang-barang
dari karet, semperit, baju, pembalut dan lain-lain.
2. Pendinginan dan Pembekuan
Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit atau tidak sama sekali
pada suhu 0 o C. Makanan akan tahan lama jika disimpan di temperatur rendah untuk
memperlambat laju pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya mikroorganisme
(misalnya susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas bakteri. Kasus psychrotrophs,
dari psychrophiles memang benar merupakan penyebab pembusukan yang biasa pada
makanan pada makanan yang didinginkan. Meskipun beberapa mikroba masih dapat
tumbuh dalam suhu sangat dingin serendah minus 20 o C, unutuk kebanyakan makanan
diawetkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam freezer rumah tangga.
3. Pengeringan (pengangkatan H 2 O)
Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada keadaan kekurangan
air(A w <0.90). Pengeringan sering digunakan untuk mengawetkan makanan (misalnya
buah-buahan, biji-bijian, dll). Metode ini melibatkan penghilangan air dari produk oleh
panas, penguapan, beku-pengeringan, dan penambahan garam atau gula. Pengeringaan
sel mikroba serta lingkungannya sangat mengurangi atau menghentikan aktivitas
metabolik. Diikuti dengaan sejumlaah sel. Pada umumnya lamanya mikroorganisme
bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Yaitu :
a. Jenis mikroorgaanisme
b. Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme
c. Kesempurnaan proses pengeringan
d. Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada organisme yaang
dikeringkan.
Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman. Namun spora tidak
terpengaruh oleh pengeringan, karena itu merupakan cara yang kurang memuaskan.
4. Radiasi (UV, x-ray, radiasi gamma)
Banyak mikroorganisme pembusukan dapat segera dibunuh oleh radiasi. Di
beberapa negara bagian Eropa, buah-buahan dan sayuran yang diradiasi untuk
meningkatkan umur penyimpanan hingga 500 persen. Praktek ini dapat digunakan untuk
pasteurisasi jus buah dengan mengalirkan jus di atas sumber cahaya ultraviolet intensitas
cahaya tinggi. Sistem UV untuk penggunaan air tersedia pribadi, perumahan dan
komersial untuk dapat digunakan dalam pengendalian bakteri, virus dan kista protozoa.
Macam-macam radiasi yang digunakan :
1. Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar matahari yang
menyebabkan perubahan-perubahan di dalam sel berupa :
a. Denaturasi protein
b. Kerusakan DNA
c. Hambatan repikasi DNA
d. Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam pembenihan
e. Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan merusak
penghambatnya di dalam sitoplasma.
2. Cahaya Ultraviolet
Dipergunakan untuk :
a. Membunuh mikrooganisme
b. Membuat vaksin kuman dan virus.
c. Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat umum dan
laboratorium bakteriologis.
3. Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk menginduksikan perubahan-
perubahan yang mematikan pada DNA sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-
barang sekali pakai misalnya benang bedah, semperit sekali pakai, pembalut lekat dan
lain-lain.
Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi radioaktif, juga tidak
terlihat perubahan rasa, tekstur, atau penampilan. Radiasi produk pangan untuk
mengendalikan penyakit yang terbawa makanan pada manusia umumnya telah disahkan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan American Medical
Association. Dua bakteri penyebab penyakit penting yang dapat dikendalikan oleh
iradiasi meliputi Escherichia coli dan spesies Salmonella.
5. Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara :
a. Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang
tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.
Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah
bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari
fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
b. Filter udara
Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High
Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke
dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow).
B. Secara Kimia
1. Antimikroba
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat
yang digunakan dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman dan
hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam, dan mereka memiliki
efek atau sidal statis pada mikroorganisme.
a. Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir,
dan tidak boleh digunakan secara internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat,
larutan yodium, dan deterjen.
b. Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh mikroorganisme, tetapi
tidak mencakup spora mikroorganisme, dan tidak aman digunakan untuk jaringan
hidup, desinfektan hanya digunakan pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan,
dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang
serasi dan ada yaang bersifat merusak. Oleh karena itu perlu diketahui perilaku
bahan kimia yaang akan digunakan sebagai desinfektan. Ciri-ciri Desinfektan yang
ideal :
a. Aktivitas antimikrobial, persyaratan yaang pertama ialah kemampuan substansi
untuk mematikan mikroorganisme. Pada konsentrasi rendah, zat tersebut harus
mempunyai aktivitas antimikrobial dengaan spektrum luas.
b. Kelarutan, yaitu harus dapat larut dalam air atau pelarut lain.
c. Stabilitas.
d. Tidak bersifat raacun bagi manusia maupun hewan dan tumbuhan.
e. Homogenitas, harus mempunyaai komposisi yang seragam sehingga bahan
aktifnya selalu terdapat dalam setiap aplikasi.
2. Pengawet
Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, dan paling sering digunakan dalam makanan. Bahan yang dapat
digunakan tidak berbahaya jika masuk ke dalam tubuh dan tidak beracun. Contohnya
adalah kalsium propionat, natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan belerang dioksida.
3. Antibiotik
Berdasarkan sumber pembuatannya Antibiotik dibagi 3, yaitu :
a) Antibiotik sintetik
Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari mikroba maupun
virus. Contohnya adalah sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam nalidiksat dan
kloramfenikol. Perlu diperhatikan bahwa definisi mikrobiologi mengenai antibiotik
mengharuskan bahwa antibiotik akan digunakan untuk tujuan membunuh mikroba
dan tidak digunakan untuk terapi terhadap penyakit yang tidak berasal dari
mikroba. Oleh karena itu, farmakologi membedakan kemoterapi agen mikrobiologi
sebagai "antibiotik sintetik".
b) Antibiotik Alami
Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
dapat membunuh atau menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas
antibiotik merupakan bahan kimia yang berasal dari alam (dari semua jenis sel) yang
memiliki efek untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel-sel jenis
lain. Sejak klinis antibiotik sebagian besar dihasilkan oleh mikroorganisme dan
digunakan untuk membunuh atau menghambat Bakteri menular.
Antibiotik yang bermolekul rendah (non-protein) yaitu molekul diproduksi
sebagai metabolit sekunder, terutama oleh mikroorganisme yang hidup di tanah.
Sebagian besar mikroorganisme ini membentuk beberapa jenis spora atau sel dorman
lainnya, dan ada dianggap ada hubungan (selain temporal) antara produksi antibiotik
dan proses sporulasi. Di antara produk antibiotik yang paling menonjol
adalah Penicillium dan Cephalosporium, yang merupakan sumber utama beta-laktam
antibiotik (penisilin dan turunannya). Dalam Bakteri, yang Actinomycetes,
khususnya Streptomyces spesies, menghasilkan berbagai jenis antibiotik termasuk
aminoglikosida (misalnya streptomisin), macrolides (misalnya eritromisin), dan
tetrasiklin. Endospora Bacillus sp menghasilkan antibiotik polipeptida seperti
polimiksin dan bacitracin.
c) Antibiotik semisintetik
Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu
mikroba kemudian dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan sifat
antimikroba antibiotik tersebut atau membuat mereka unik agar dapat dipatenkan
secara farmasi.
2. Mengendalikan jumlah Mikroorganisme Kontaminan dan mencegah Transmisi
Menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah transmisi dapat
dilakukan dengan mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan metode terbaik mencegah
transmisi mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan.
Faktor penting untuk mempertahankan higiene yang baik dan mempertahankan
integritas kulit seperti: (1) lama mencuci tangan; (2) paparan semua area tangan dan
pergelangan tangan ke alat yang digunakan; (3) menggosok dengan keras hingga terjadi
friksi; (4) pembilasan menyeluruh; (5) memastikan tangan telah dikeringkan.
Hampir semua bakteri transien dapat dihilangkan dengan sabun dan air, tetapi
bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya Hibicrub Povidone-
iodine. Yang perlu perhatian khusus saat mencuci tangan adalah area tempat berkumpulnya
mikroorganisme, seperti di sela-sela jari. Walaupun mencuci tangan dengan menggunakan
bakterisida, namun tidak semua bakteri dapat dihilangkan. Tangan tidak pernah steril maka
dari itu kita memerlukan sarung tangan steril dalam melakukan tindakan-tindakan steril.
Selain itu pakaian pelindung yang digunakan ketika memasuki ruangan steril juga dapat
mencegah transmisi mikroorganisme. Dalam menurunkan jumlah organisme kontaminan hal
yang perlu diperhatikan adalah kebersihan, baik itu kebersihan diri maupun kebersihan
lingkungan.
KESIMPULAN

Pengendalian mikroorganisme dapat mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,


membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan
perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat
kondisi yang membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh. Membunuh dan membatasi
pertumbuhan mikroorganisme khususnyan sangat penting dalam penyediaan dan pemeliharaan
untuk keamanan makanan. Pengendalian mikroorganisme juga penting pada praktek medis
modern dalam menurunkan penyebaran mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dikendalikan
dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau
proses fisika atau bahan kimia.
Pengendalian mikroorganisme juga merupakan hal yang sangat penting bagi manusia
dalam kehidupan, lingkungan dan keselamatannya. Manusia tidak akan pernah terlepas dengan
mikroorganisme baik yang patogen maupun dan non patogen. Namun ketika berhadapan dengan
mikroorganisme patogen pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk :
1. Mencegah infeksi dan penularan penyakit berbahaya.
2. Menjaga kelangsungan hidup dari gangguan mikroorganisme yang patogen.
3. Memungkinkan untuk mengkonsumsi makan yang aman dan bebas dari mikroba yang
berbahaya.
4. Pada kondisi tertentu manusia diharuskan hidup dalam lingkungan yang bebas gangguan
dari mikroorganisme.
5. Dalam kebutuhan sehari-hari seperti makanan yang harus higienis dan bersih, serta bebas
daari mikroorganisme yang merugikan.
6. Pengendalian mikroorganisme memungkInkan kita untuk dapat mengobati pada serangan
infeksi mikroba tertentu.
7. Terutama sebagai paramedis adalah kunci utama dalam pengendalian mikroorganisme
sehingga harus benar-benar menguasai dan dapat melakukan penanganan pengendalian
mikroorganisme secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.textbookofbacteriology.net/.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/.
http://www.analisismuslim.blogspot.com/ pengendalian-pertumbuhan-mikroorganisme.html.

http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/
http://Andreas. wordpress.com/2010/08/11/Pertumbuhan_Mikroorganisme_Biologi_Online.html
TRANSMISI KUMAN

Transmisi kuman rnerupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang
dapat menimbulkan radang atau poses tersebut melibatkan beberapa unsur di antaranya:

1. Resevoir

2. Jalan Masuk

3. Inang (host)

4. Jalur Keluar

5. Jalur penyebaran

1. Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme,dapat


berupa manusia,binatang,tumbuhan maupun tanah.

2. Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan dari


berbagai kuman,seperti saluran pernapasan,pencernaan,kulit,dan lain-lain.

Dari mana saja jalan masuk penyakit sehingga masuk ke dalam tubuh kita ? berikut uraiannya :

1. Kulit. Penyakit yang melalui kulit berhubungan dengan penyakit yang menjadikan kulit
sebagai perantara dan sekaligus sebagai pintu masuk kuman. Contohnya penyakit panu, kudis,
kusta dan banyak lagi.

2. Udara. ini kaitannya dengan sistem pernafasan. Bisa hidung dan mulut. Ada banyak
penyakit yang menjadikan udara sebagai perantara untuk masuk ke dalam tubuh kita. Udara yang
kita hirup mengandung kuman, bakteri atau virus yang berbahaya bagi kesehatan kita.
Contohnya penyakit H1n1, Ispa, TBC

3. Tranfusi darah. Jalur masuk yang satu ini sekarang menjadi perhatian yang serius.
Pasalnya ini adalah cara modern metode penularan penyakit ke dalam tubuh manusia. Sterilisasi
kunci utama agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh transfusi darah ini. Cek dulu apa
dan alat apa yang digunakan untuk transfusi ke dalam tubuh kita. Contohnya hepatitis dan
HIV
4. Hubungan sex. Banyak yang beranggapan jalur ini adalah jalur sengsara membawa
nikmat. Dari hubungan sex yang tidak aman kita dapat tertular berbagai penyakit mengerikan
contohnya, HIV, Gonoroe, Sipilis dan masih banyak lagi.

5. Makanan. Jalur masuk penyakit melalui makanan saat ini merupakan jalur masuk yang
sangat dominan. Apa yang kita makan bisa saja menjadi sumber penyakit belum lagi kebersihan
dari makanan tersebut. Sifatnya ada yang cepat dan ada juga yang lambat. Yang cepat biasanya
seperti keracunan makanan, kalau yang lambat contohnya karena pengaruh bahan kimia dalam
makanan itu sendiri .

6. Air. Jalur masuk melalui air bisa disebut water borne disease. Seperti penyakit diare.

7. Peralatan yang tidak steril.

Anda mungkin juga menyukai