Anda di halaman 1dari 57

PENGENDALIAN MIKROORGANISME

PENGENDALIAN MIKROORGANISME
Oleh: Nur Ilmiyati
Alasan utama pengendalian mikroorganisme adalah :
1) Mencegah penyebaran penyakit

dan infeksi.

2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi


3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir,
dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.

Beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme :

a)- Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi


b)- Desinfeksi
c)- Antiseptis
d)- Sterilisasi
e)- Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
f)- Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
g)- Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Penjelasan:
a)- Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi mikroorganisme
pd suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah men-ciptakan lingkungan yang

tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi per-tumbuhan mikroba sekaligus membunuh
sebagian besar populasi mikroba.
b)- Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap per-alatan, lantai, dinding
atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda
dan hanya berguna untuk membu-nuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c)- Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan
infeksi atau mencegah pertumbuhan mikro-organisme dengan cara menghancur-kan atau
menghambat aktivitas mikroba.
d)- Sterilisasi/suci hama
Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua metode yang
sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas lembab :
1)

Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium.

Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah
oven.
2)

Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi

karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang
menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan
waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan
retort.
e)- Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya :
1) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.
Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat
yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah
65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.

2) Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasar-kan


waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses
pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun
tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilaku-kan untuk susu, rum, anggur dan
makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
3) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC
selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun
non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada
alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
4) Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai
berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum
ose.
5) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan
alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran
f)- Pengendalian Mikroba dengan Radiasi, Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat
terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
1) Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan suatu
benda yang terpapar sinar UV akan mati.
2) Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar
gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya
digunakan pada industri farmasi maupun industri kedokteran.
- Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan
g)- Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi : Ada dua filter, yaitu filter udara dan filter
bakteriologis.

1) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency
Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
2) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yg tidak tahan
terhadap pemanasan, mis. larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.
Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah
bakteri saja.

Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari

fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemam-puan membunuh mikroba secara cepat
dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang di-disinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolong-kan menjadi :
1) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
-. Golongan Surfactants (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan
nonionik.
-. Golongan fenol.
2) Agen kimia yg merusak enzim mikroba.
- Golongan logam berat seperti arsen,

perak, merkuri dll

- Golongan oksidator spt gol. halogen, hidrogen peroksida dan formaldehid.


3) Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Agen kimiawi yg menyebabkanterjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma,
seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi Efektivitas Agen kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu :
- Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka
efektivitasnya semakin meningkat.

- Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka
hasilnya akan semakin baik.
- Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora resisten dibandingkan
yang tidak berkapsul dan berspora.
- Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan
efektivitas agen kimia.
- pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan
perubahan pH.
http://nurilmiyati-mb.blogspot.co.id/2011/04/11-pengendalian-mikroorganisme.html

MAKALAH MIKROBIOLOGI ( PENGENDALIAN MIKROBIOLOGI,


DISINFEKTAN)
tohir | 13 Desember 2013 | Uncategorized | Tidak ada Komentar
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masalah
Mikrobiologi adalah Telaah mengenai organisme hidup berukuran mikroskopis
yang meliputi: virus, bakteri, archaea, protozoa, algae, dan fungi. Beberapa
mikroba (algae dan fungi) yang berukuran cukup besar dan dapat dilihat dengan
mata telanjang, tetapi masih dimasukan dalam kajian mikrobiologi, karena teknik
yang sama (isolasi, sterilisasi, penumbuhan pada media artifisial) digunakan untuk
mempelajarinya. Mikroba
adalah Organisme yang sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat
bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme
berbeda dengan sel makroorganisme. Sel
makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari

struktur multiseluler yang membentuk jaringan, organ dan sistem organ.


Sementara itu, mikroorganisme dapat hidup mandiri, dapat menghasilkan energi
sendiri dan bereproduksi secara
independen tanpa bantuan sel lain.
Mikroorganisme tidak secara instan dapat terbunuh ketika diberi agen
letal; namun penurunan populasi sedikit konstan dengan interval konstan
(kematian eksponensial). Mikroorganisme biasanya benar-benar mati ketika mereka
tidak dapat tumbuh pada kondisi yang secara normal biasanya mendukung
pertumbuhan dan reproduksi. Mikroorganisme biasanya benar-benar mati ketika
mereka tidak dapat tumbuh pada kondisi yang secara normal biasanya mendukung
pertumbuhan dan reproduksi
B. Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas, dapat di tarik rumusan masalah,bagaimana cara
pengendalian Mikroba secara kimiawi.
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari Penulisan Makalah adalah Mengetahui Cara Pengendalian Mikroba secara
Kimiawi
BAB II. KAJIAN TEORI
STERILISASI-pemusnahan
atau penyingkiran semua organisme hidup dari benda atau dari partikel
lingkungannya
DISINFEKSI-pembasmian,
penghambatan, atau penyingkiran mikroorganisme patogen (biasanya pada
benda-benda mati)
SANITASI-pengurangan populasi bakteri hingga tingkat aman sesuai dengan
standar umum kesehatan

ANTISEPSIS-pencegahan
dari infeksi jaringan hidup oleh mikroorganisme
Agen antimikroba termasuk dalam satu dari dua kategori besar yang
ditunjukkan dengan akhiran indikasi pengaruh
1. -CIDE akhiran mengindikasikan bahwa agen akan membunuh semacam
organisme yang tertulis didepannya (misalnya , viricide, fungicide)
2. -STATIC akhiran mengindikasikan bahwa agen akan mencegah
pertumbuhan tipe organisme yang tertulis didepannya (misalnya,
bacteriostatic, fungistatic)
KONDISI YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIFAN AKTIVITAS AGEN
ANTIMIKROBA
A. Ukuran Populasi size-populasi besar memerlukan
waktu yang lama untuk membunuhnya dibandingkan dengan populasi kecil
B. Populasi terdiri dari spesies atau
sel berbeda dengan fase pertumbuhan yang berbeda pula (seperti, endospora
vs sel vegetatif atau sel muda vd sel tua) perbedaan ditandai dengan
sensitivitas mereka pada bermacam-macam agen
C. Konsentrasi atau
intensitas antimikroba-konsentrasi atau intensitas lebih tinggi biasanya
lebih efisien, namun hubungannya tidak linier
D. Lama waktu
pemaparan-semakin lama pemaparan, memperbanyak jumlah organisme yang
terbunuh
E. Temperatur-temperatur
lebih tinggi biasanya (namun tidak selalu) meningkatkan efektivitas
pembunuhan
F. Lingkungan
sekitarnya-faktor lingkungan, seperti pH, viskositas, dan konsentrsi bahan
organik dapat sangat mempengaruhi efektivitas partikel egen antimikroba

BAB III. METODE PENGUMPULAN DATA


A.
Pendekatan Teoritis
Upaya
perolehan data dari penelitian ini dilakukan dengan tinjauan antara lain:
Buku buku referensi
Perpustakaan
Internet
B. Desain Penelitian
Untuk
melakukan kegiatan penelitian ini dilaksanakan 3 tahap, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.
1. Tahap persiapan
Memilih informasi yang dibutuhkan
2. Tahap pelaksanaan
Mencari data data dari buku
referensi
Mencari data data dari internet
3. Tahap pengolahan data
Mengevaluasi data yang diperoleh
Membahas dan mengkaji seluruh data
Menyaji data dalam bentuk makalah
C. Teknik pengumpulan Data
Untuk mendapatkan dan pengolahan
data dalam penulisan ini digunakan metode deduksi.

BAB
IV. PEMBAHASAN
Pengendalian Mikroorganisme

Secara kimia
desinfeksi

Secara fisik
sterilisasi
Sterilisasi dan Disinfeksi

Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit.


Pengawasan dalam batas usaha
pemilihan yang tepat dalam rangka menghilangkan pencemaran/ kontaminan
Bahan dan cara:

tergantung

* efektivitas ( efek yang

dikehendaki )
* tujuan yang dicapai
konsep antiseptic
tidak ada yang ideal
ragam banyak, baru
syarat :

dapat terjadi kontak


pada seluruh permukaan alat atau bahan/ benda


bersifat germisid

lama kontak harus tepat

pengenceran harus tepat

pelarut untuk spora


biasanya volatile sehingga keadaan ruangan diperhatikan

seringkali merusak
tangan, perlu perawatan lainnya, contohnya dengan hand lotion
Desinfektan
dan Antisepik Kimia

ALKOHOL

Isopropil alcohol 70-90%

termurah, sangat
efektif

ditambah I
daya lebih kuat

bukan untuk spora


ditambah formaldehid (terlalu toksik)


mendenaturasi protein
dehidrasi

melarutkan lemak

Dikenal 3 jenis :
methanol, etanol dan isopropilalkohol( daya bakteriosidnya paling kuat)

Dalam praktek 70-80%


dalam air, 90% dan <50%

Waktu : 10 menit
sel vegetatif

HALOGEN

klorin dan yodium


(organic dan anorganik )

membunuh sel hidup


mengoksidasi protein
membrane

enzim
yodium,
ditambah air/ ditambah alcohol
sangat

antiseptic
kulit sebelum pembedahan
efektif
untuk protozoa
amuba disenteri

klorin, deodorant dan


PAM

diinaktifkan oleh logam


dan bahan-bahan organic

digunakan untuk
ruangan, permukaan2 dan alat2 non bedah

contoh yang sering


digunakan halazon
disinfeksi 30 menit untuk Salmonella typhi

FENOL

dikenalkan oleh Lister


germisid ruangan bedah menurunkan tegangan permukaan (membran sel )

digunakan sebagai
standar pembanding untuk menentukan aktifitas desinfektan
Kresol

bau khas : korosif terhadap jaringan, tidak efektif thd spora

Halogen
lebih efektif (heksaklorofen)

PEROKSIDA

H2O2 antiseptik
efektif non toksik

Tidak stabil,
dipanaskan
2H2O +O2

0,3-6%
disinfektan

6-25%
sterilisasi

H2O2 10%
virusid dan sporosid

DETERGEN

ada dua macam : ionic


yang -, lemah bakterisidnya

+, kuat bakterisidnya
nonionic
bukan disinfektan

pro pertumbuhan kuman

ZAT
WARNA

Bakteriostatik

Contoh: acrydin, rosalin


Acrydin
mampu bereaksi dengan DNA

Ungu kristal
gram + dihambat = penisilinpenghambatan

dinding sel
kandidiosis
vaginitis (trichomonas)

LOGAM
BERAT

zat antimikroba
mempresipitasikan protein

Hg, Ag, As, Zn, Cu


daya oligodinamik

Hg
HgCl2 ;
Ag
AgNO3

ALDEHID

mendenaturasikan
protein

glutaraldehid =
formaldehid
pH : 7,5
S.aureus , mati t: 5 menit

M. tuberculosis, mati t: 10 menit

Spora , mati t: 3-12 jam

non toksik & non


iritasi

uap formaldehid dalam


air 37% / formalin
sangat efektif
untuk
spora


OKSIDA
ETILEN

semalam,
12% t, 600C alat-alat optic

BETA
PROPIOLAKTON (BPL)

untuk sterilisasi
vaksin , jaringan dan serum

bentuk uap non toksik;


bentuk cair karsinogenik
Transport via membran

Prinsip-prinsip
pengendalian
Sterilisasi:
proses destruksi terhadap semua bentuk kehidupan mikroorganisme termasuk
sporanya. Metode yang sering digunakan adalah metode pemanasan
Desinfeksi: Proses
destruksi mikroorganisme bentuk vegetatif.
Metode yang digunakan Dengan bahan kimia desinfektan dilakukan pada benda
mati
Antisepsis Adalah
proses desinfeksi yang dilakukan terhadap permukaan jaringan hidup. Bahan yang
digunakan : antiseptic
Degerming adalah Mekanisme penghilangan mikroorganisme
yang lebih merupakan proses mekanisme daripada proses mematikan mikroorganisme
Sanitasi adalah Proses menurunkan jumlah
mikroorganisme pada alat-alat makanan dan minuman sehingga aman untuk
masyarakat
bertujuan untuk meminimalkan penularan penyakit. Metode yang dilakukan dg pencucian
suhu tinggi dan desinfeksi
Sepsis,
(yunani : pembusukan ).Bebas dari kontaminasi yang signifikan. Untuk tindakan
pembedahan
meminimalkan kontaminasi yg berasal dari instrument, personal Rumkit dan
penderita
Mekanisme
pengendalian Mikroorganisme
Pengendalian (fisik, kimia atau
kemoterapeutik) berpengaruh terhadap mekanisme dan tindakan .
Ada empat macam mekanisme :

1.

Merusak

membrane dan dinding sel


Bahan
kimia yang terkonsentrasi pada permukaan membrane sel dapat mengubah sifat fisik
maupun
chemis dari membrane sel mo, karena akan mencegah terjadinya fungsi normal dan
mengakibatkan lisisnya mo
Ex:
lisozim
dinding sel dirusak
Penisilin

mencegah sintesis dinding sel


2.

Denaturasi

protein
Rusaknya
struktur tertier dari protein
Sifat fungsional protein bentuk
tiga dimensinya,
dimana bentuk2 ini dipertahankan oleh
ikatan-ikatan
kimia, ikatan kovalen disulfide dan ikatan non
kovalen
(ionic,hidrofobik dan hydrogen)
3.

Merusak

asam nukleat
Rusaknya
asam nukleat( DNA/RNA)

menyebabkan kematian sel


sel tidak mampu mengadakan replikasi maupun sintesis enzim
Ex
: Radiasi uv crosslingking
diantara pirimidin dalam rantai
polinukleotida
pirimidin dimmers
Radiasi pengion pecah rantai nukleotida
Alklylating agent
gugus alkyl dari bahan kimiawi

bereaksi secasra kovalen dengan basa purin dan pirimidin


4.

Merusak

gugus sulfihidril bebas


oksidator
mengganggu metabolisme sel mo dengan
cara mengoksidasi gugus sulfihidril
ikatan disulfide
Kematian
mikroorganisme
Faktor faktor yang mempengaruhi
Jumlah mikroorganisme
Makin
banyak jumlah mikroorganisme, makin lama waktu yang diperlukan untuk
membunuhnya
Bentuk kehidupan

Spora
> sulit bila dibandingkan bentuk vegetatifnya bila untuk membunuhnya dan
mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap control fisik dan kimia
Lingkungan
* Bahan-bahan
organik (darah, pus, saliva atau feses) sering menghambat kerja pengendalian.
* Kondisi
asam , bila dengan pemanasan akan lebih efektif
Waktu
* Reaksi
kimia
berjalan lebih cepat bila pada suhu lebih tinggi. Suhu rendah , waktu lebih
lama.
* Radiasi
efektif
waktu yang lebih lama
BAB
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Ada empat macam mekanisme :
Merusak membran dan dinding sel
Bahan kimia yang terkonsentrasi
pada permukaan membran sel dapat mengubah sifat fisik maupun
chemis dari membran sel mikroorganisme, karena akan mencegah terjadinya fungsi
normal dan mengakibatkan lisisnya mikroorganisme
Denaturasi
protein

Rusaknya
struktur tertier dari protein
Sifat
fungsional protein
bentuk tiga dimensinya, dimana bentuk-bentuk ini dipertahankan oleh ikatanikatan kimia, ikatan kovalen disulfide dan ikatan non kovalen (ionic,
hidrofobik dan hydrogen)
Merusak
asam nukleat
Rusaknya
asam nukleat ( DNA/RNA)
menyebabkan kematian sel
sel tidak mampu mengadakan replikasi maupun sintesis enzim
Merusak
gugus sulfihidril bebas
* oksidator

mengganggu metabolisme sel mikroorganisme dengan cara mengoksidasi gugus


sulfihidril
ikatan disulfide
* logam
berat
mengikat gugus sulfihidril.
B.
Saran
Mikroorganisme dapat memberi dampak
yang tidak baik buat tubuh kita. Oleh karena itu, sebelum mikroba menyerang
tubuh kita, kita harus dapat mengendalikan mikroba dan kita juga harus
berperilaku sehat.

http://chyrun.com/makalah-mikrobiologi/

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protozoa merupakan hewan ber sel satu yang tersebar luas. Kemampuan adaptasi dari
anggota filum ini sangat tinggi, sehingga mudah ditemukan. Hewan ini ditemukan di
daratan, lautan dan khususnya di tempat yang lembab dan basah, misalnya tepi
pohon, genangan air, dan bangunan yang terkena rembesan air. Berdasarkan alat
gerak terdapat empat kelas filum Protozoa, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan
Sporozoa.
Protozoa memiliki berbagai peranan dalam kehidupan, beberapa dapat memberikan
manfaat pada kehidupan manusia seperti sebagai bioindikator, pakan alami, agen
pengendali, bahan material, bahan pangan dan dekomposer.serta ada pula yang
memiliki bahaya atau bersifat merugikan.
Protozoa pada umumnya bersifat merugikan manusia karena dapat menyebabkan
penyakit yang berbahaya dan serius seperti disentri, diare, malaria, dan lain
sebagainya ataupun merupakan predator bagi hewan lain. Sebagai predator, mereka
memangsa uniseluler atau serabut ganging, bakteri dan mikrofungi. Protozoa
memainkan peran baik sebagai herbivore dan konsumen di decomposer link pada
rantai makanan serta dapat mengendalikan populasi bakteri.
Berkenaan dengan hal di atas disini penulis akan membahas pengendalian dari
dampak positif dan negatif yang ditimbulkan protozoa.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menelaah lebih jauh tentang
pengendalian dampak positif dan negatif yang disebabkan protozoa dalam
kehidupan.
1.3 Identifikasi Masalah
Bagaimana cara pengendalian dampak positif dan negatif yang ditimbulkan
protozoa dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Protozoa
Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoo yang berarti hewan
sehingga disebut sebagai hewan pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang
dapat melakukan reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif).Habitat
hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat
hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa akan membentuk membran tebal dan
kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama kali mempelajari protozoa adalah
Anthony van Leeuwenhoek.
2.2 Ciri-Ciri Protozoa

Ukuran protozoa bervariasi , yaitu mulai kurang dari 10 mikron(m) dan ada yang
mencapai 6 mm, meskipun jarang.
Diperairan protozoa merupakan penyusun zooplankton. Makanan protozoa meliputi
bakteri, jenis protista lain, atau detritus (materi organic dari organism mati).
Protozoa hidup soliter atau berkoloni.jika keadaan lngkungan kurang
mneguntungkan protozoa akan membungkus diri membentuk sista untuk
mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang sesuai hewan ini akan aktif
lagi. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit dan hidup bebas.
a) Struktur tubuh
Organel organel untuk melakukan kegiatan hidup antara lain, membrane
plasma, sitoplasma dan mitokondria. Beberapa jenis protozoa memiliki inti
lebih dari satu.
b) Alat gerak
Alat gerak berupa bulu cambuk (flagella), bulu getar (silia) dan kaki semu
(pseudopodia).
c) Reproduksi
Reproduksi aseksual (Vegetatif ) pada kebanyakan protozoa adalah dengan
membelah diri. Namun adapula jenis protozoa yang bereproduksi secara
konjugasi yaitu perpaduan antara dua individu yang belum dapat dibedakan
jenis kelaminnya.
Ciri-ciri protozoa :
1. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
4
2. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar
(cillia) atau bulu cambuk (flagel).
3. Hidup bebas, saprofit atau parasit
4. Organisme bersel tunggal
5. Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
6. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
7. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. sista, merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang

terjadi pada bakteri


8. Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah
9. Protozoa tidak mempunyai dinding sel
10. Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot.
2.3 Pembagian Kelas
Protozoa dibagi menjadi 4 kelas berdasar alat gerak
5
Gambar 2. Klasifikasi Protozoa Menurut Alat Geraknya
1. Rhizopoda (Sarcodina),
Alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu), contoh:
Amoeba proteus
Entamoeba histolityca
Entamoeba gingivalis
Foraminifera sp.
Radiolaria sp.
2. Flagellata (Mastigophora),
Alat geraknya berupa nagel (bulu cambuk). Dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu:
a) Golongan phytonagellata
6

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya dalam ilmu taksonomi, seluruh makhluk hidup dikelompokkan ke
dalam dua kerajaan (kingdom), yakni kingdom tumbuhan (kingdom plantae) dan kerajaan
hewan (kingdom animalia). Pengelompkan tersebut didasarkan atas persamaan ciri-ciri
atau persamaannya. Tumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni mempunyai klorofil
(zat hijau daun) dan hewan mempunyai ciri-ciri tersendiri pula, yakni dapat bergerak.
Dalam sebuah penelitian ditemukan adanya beberapa makhluk hidup bersel satu
yang sekaligus mempunyai cirri-ciri tumbuhan dan ciri-ciri hewan (mempunyai klorofil
dan dapat bergerak leluasa). Akhirnya sebagian ahli berpendapat bahwa bahwa makhlukmakhluk hidup ini sebaiknya dikelompokkan ke dalam kingdom animali8a, filum
protozoa. Di dalam uraian ini, kita mengikuti pendapat yang kedua. Protozoa kita
masukkan ke dalam kingdom animalia, kelompok avertebrata.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian protozoa
- Untuk mengetahui proses reproduksi protozoa
- Untuk mengetahui klasifikasi protozoa
- Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan protozoa

BAB II
PEMBAHASAN

Protozoa berarti hewan-hewan yang pertama. Protozoa merupakan kelompok lain


protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme
mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya
berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan
klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya
cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa. Contohnya strain
mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas
Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan
dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya
yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak
berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta
dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Bentuk dan ukuran protozoa bermacam-macam. Ada yang bentuk dan ukurannya relatif
tetap ada yang waktu aktif bentuknya berubah-ubah. Walaupun ukuran dan bentuknya
berbeda-beda, secara umum protozoa memiliki beberapa persamaan. Protozoa mempunyai
nucleus (inti) yang berisi kromosom dan terletak dalam sitoplasma (protoplasma).
Pada beberapa protozoa di dalam nucleus ini terdapat satu atau beberapa granula yang
disebut nucleolus (karyosome). Jumlah nucleus ini ada yang satu atau lebih dari satu. Bagian
dalam dari cytoplasma disebut endoplasma. Di dalam endoplasma ini terdapat nucleus,
vakuola makanan, mitokondria. Bagian luar cytoplasma yang membungkus endoplasma
disebut ektoplasma. Fungsi ektoplasma ini diduga sebagai alat gerak, untuk bernafas,
membuang sisa-sisa metabolisme dan sebagai alat perlindungan diri.
Pada beberapa jenis protozoa di dalam cytoplasmanya terdapat vakuola berdenyut
yang fungsinya sebagai tekanan osmotik sel. Pada bentuk vegetatifnya terdapat selaput tipis
semipermeabel yang membungkus seluruh sel yang disebut membran plasma. Membran
plasma ini berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat makanan, sebagai alat ekskresi,
dan mengatur konsentrasi (kadar) zat di dalam sitoplasma.

Umumnya tidak memiliki dinding sel yang kuat, tetapi ada juga beberapa jenis yang
sudah mampu menyusun cangkang (kerangka luar) yang terbentuk dari kapur atau kersik.
Fosil-fosilnya ditemukan pada lapisan batuan dari zaman Kambrium, enam ratus juta tahun
yang lalu. Dan banyak dijumpai orang ketika mengebor tanah untuk mencari sumber minyak
bumi.
Pada beberapa jenis protozoa, misalnya amoeba, bentuk selnya berubah-ubah karena
ada penonjolan atau pengerutan dari pseudopodia. Ada pula jenis protozoa yang mempunyai
bentuk yang relatif tetap. Beberapa jenis protozoa jika dalam keadaan bahaya, dapat berubah
dari bentuk vegetatifnya ke bentuk kista, dimana ia melindungi dirinya dengan dinding sel
yang kuat, sehingga terhindar dari pengaruh-pengaruh buruk dari luar. Dinding sel ini
dibuat oleh ectoplasma.
Protozoa ada yang dapat bergerak, ada yang tidak. Alat gerak protozoa dapat berupa
pseudopodia (pada subphylum sarcodina) dan flagel (pada subphylum ciliata). Contoh
protozoa yang tidak dapat bergerak, misalnya kelas Sporozoa.
Di dalam suatu komunitas protozoa bertindak sebagai konsumen, karena hidupnya
bergantung pada zat-zat organik seperti bakteri, mikroorganisma yang lain atau sisa-sisanya.
Tetapi pada tempattempat yang basah atau perairan Protozoa merupakan zooplankton.

JENIS

SISTEM PROTOZOA

SISTEM
Otot-rangka

Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak dengan
berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau pseudopodia yang meluas
ketika bergerak. Paramecium ditutupi dengan rambut yang disebut silia.
Euglena viridis memiliki cambuk seperti ekor yang disebut flagel untuk
bergerak.

Pencernaan

Protozoa mengambil makanan melalui air dan menyimpan makanan di


kantung yang disebut vakuola. Mereka memakan ganggang kecil dan bakteri.

Saraf

Protozoa memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia di sekitar

itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat bereaksi terhadap cahaya
dan perubahan suhu.
Sirkulasi

Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air berisi makanan
dan kebutuhan oksigen protozoa.

Respirasi

Protozoa mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida melalui


membran selnya.

Reproduksi

Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.

Ekskresi

Protozoa memiliki kantung disebut vakuola yang berfungsi mengambil dan


membuang air.

Simetri

Protozoa biasanya asimetris.

Warna

Protozoa umumnya berwarna pucat.

Habitat Protozoa
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup
bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat
parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa
organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan.
Tetapi apabila keadaan lingkungan kurang menguntungkan, hewan tersebut akan
mengatasinya dengan membungkus diri menjadi sista. Sama halnya dengan bakteri yang
membentuk endospora.
Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa
jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di
dasar laut.

Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan
air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di
dalam rumen hewan ruminansia.
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan
penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya
dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.
Morfologi Protozoa
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa
untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan
letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk
vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang
tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista
berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel
vegetatifnya.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin
seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang
ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis
protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si
dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk
membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan
skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar
Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat
membentuk batuan kapur.
Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan
pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif.
Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa
dikelompokkan ke dalam 4 kelas.
Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang
bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia

dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit
hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa.
Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of
Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora,
Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada
klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok
Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi
lima kelas.
Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera Monosiga, Bodo,
Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia. Anggota
kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor.
Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa
beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella
termasuk kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota
kelompok Myxospora.
Perkembangbiakan Protozoa
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara aseksual protozoa
dapat mengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner), tetapi pada Flagelata
pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada Ciliata secara transversal. Beberapa jenis
protozoa membelah diri menjadi banyak sel (schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti
membelah beberapa kali kemudian diikuti pembelahan sel menjadi banyak sel anakan.
Perkembangbiakan secara seksual dapat melalui cara konjugasi, autogami, dan sitogami.
Protozoa yang mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat mempunyai beberapa
cara perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies Plasmodium dapat melakukan schizogony
secara aseksual di dalam sel inang manusia, tetapi dalam sel inang nyamuk dapat terjadi
perkembangbiakan secara seksual. Protozoa umumnya berada dalam bentuk diploid.
Protozoa umumnya mempunyai kemampuan untuk memperbaiki selnya yang rusak
atau terpotong. Beberapa Ciliata dapat memperbaiki selnya yang tinggal 10 % dari volume
sel asli asalkan inti selnya tetap ada.

Fisiologi Protozoa
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat
hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan
ruminansia.
Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme
aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke
oksigen.
Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri)
atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di
lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui
membran sel.
Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel
secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran
penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil
terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola
dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis
oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel
dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke
dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian
mengalami pengasaman.
Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan
makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke
dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara
inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ
mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap
makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian
dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.
Berbagai bentuk dan sifat protozoa

Protozoa merupakan hewan yang paling rendah derajatnya dan semua aktivitas
dilaksanakan oleh protoplasma dalam sel tersebut. Protozoa memiliki tanda-tanda sebagai
berikut:
Hewan yang termasuk dalam filum protozoa umumnya bersel tunggal dengan ukuran yang
bervariasi antara 3-1000 mikron, tetapi umumnya lebih kecil dari 1000 mikron.
Hewan protozoa dapat diketemukan di mana-mana asal cukup basah.
Pada lingkungan yang kurang menguntungkan ada protozoa yang mampu membentuk
cysta (melindungi tubuh dengan lapisan CaCO 3) sehingga dapat mepertahankan dirinya
untuk dapat tetap hidup.
Kegiatan hidup dilakukan protoplasma sel tersebut, di dalam sel terdapat nukleus dan
beberapa individu memiliki makronukleus dan mikronukleus, nukleolus, mithokondria dan
vakuola. Vakuola makanan berfungsi mencerna makanan dan vakuola kontraktil (vakuola
berdenyut) berperan memelihara tekanan osmosis dalam sel karena dengan denyutannya
dapat mendistribusikan zat makanan ke seluruh bagian sel.
Reproduksi dapat secara seksual yaitu secara konjugasi dan secara aseksual dengan
pembelahan dan pembentukan tunas.
Dinding sel disebut pelikel dan keadaannya kurang kuat sehingga bentuknya dapat
berubah.
Nutrisi dari bahan organik dan dalam ekosistem perairan merupankan penyusun
zooplankton bertindak sebagi konsumen.
Secara evolusi fosil protozoa diketemukan sebagai rangka kersik jadi merupakan hewan
yang lebih tua daripada hewan yang memiliki rangka kapur.
Reproduksi
Protozoa dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara seksual dan aseksual.
Reproduksi seksual dapat berupa konyugasi atau bersatunya gamet (fusi gamet). Reproduksi
aseksual dapat berupa biner (binarty fision); 1 menjadi 2; atau pembelahan multiple (multiple
fision) 1 (satu) menjadi beberapa (lebih dari 2) sel protozoa yang baru.

Reproduksi protozoa yang penting dalam kaitannya dengan dunia kedokteran

Kelompok

Reproduksi Aseksual

Reproduksi

Genus

Seksual

Phylum: Sarcomatigopora
Pembelahan biner

Amoeba

Fusi gamet

Entamoeba

Subphylum: Sarcodina

Trysopoma
Subphylum: Mastigophora

Pembelahan biner

Giardia
Trichomonas

Scizogony

Phylum: Apicomplexa

(pembelahan
Kelas : Sporozoa
Phylum: Cilophora
Subphylum: Ciliata

Fusi gamet

Plasmodium
Toxoplasma

multiple)
Pembelahan
transversal

konjugasi

Balantidium
Paramaecium

A. Kelas Rhizopoda atau Sarcodina


Bergerak dengan kaki palsu (pseudopodia). Hidup di air laut, air tawar ataupun di
tempat-tempat yang lembab yang mengandung bahan organik. Tetapi ada pula yang hidup
sebagai parasit pada tubuh hewan atau manusia. Berkembangbiak dengan cara membelah
diri.
Genus/Species Rhizopoda
1. Amoeba proteus
- Tubuhnya bersel tunggal, di dalamnya terdapat:
a. Nukleus, berperan dalam pengaturan aktivitas hidup.
b. Vakuola makanan, berperan dalam pencernaan makanan.
c. Vakuola kontraktil, berperan dalam memelihara tekanan osmosis sel.
d. Dinding sel atau plasmolemma dengan sitoplasma yang terdiri dari ektoplasma
dan endoplasma.

- Hidup di tempat yang lembab yang kaya bahan organik, baik di darat, laut dan air
tawar, atau sebagai parasit pada manusia maupun hewan.
- Berkembang biak dengan cara membelah diri.

2. Entamoeba disentri (Entamoeba histolitica)


- Tubuh bersel tunggal, bentuknya tidak tetap
- Hidup dalam jaringan usus (bersifat endoparasit)
- Makanan eritrosit dan mampu membentuk cysta bila keadaan tidak menguntungkan.
Entamoeba histolytica mempunyai siklus hidup secara berurutan dari trophozoite
(bentuk vegetatif), prakisa, kista (dengan satu atau dua inti), metatropozoite. Bentuk
tropozoitenya aktif bergerak, ukurannya 10-60 mikron, sedangkan kistanya tidak
bergerak ukurannya 5-20 mikron.
Bentuk tropozoitenya mudah mati di luar tubuh manusia. Bentuk kistanya mudah
mati dengan pengeringan atau pemanasan 550C, tetapi tahan hidup sampai dua bulan di
dalam air (selokan, kali, sawah) tidak mati pada kadar chlor yang biasa dipakai dalam
pengolahan air minum, tahan terhadap desinfektan. Pada feses yang basah tahan sampai
12 hari.
Entamoeba histolytica menimbulkan penyakit pada manusia, kucing, anjing dan
babi. Penularan kepada manusia terjadi karena makanan atau minuman yang
terkontaminasi kista yang berasal dari feses penderita. Penularan dalam keluarga satu
rumah terjadi karena orang tua yang menyediakan atau memasak makanan
mengandung kistanya (penderita / carier).

Musca domestica (lalat rumah) atau kecoa (Blatta orientalis), blatella germanica,
perplaneta Americana, dapat memindahkan kista dari feces ke makanan.
Di beberapa tempat sering kali feces manusia dipakai sebagai pupuk tanaman
atau sayuran dicuci dengan air pemukaan yang sudah tercemari feces, sehingga
meningkatkan terjadinya penularan.
Wabah dapat terjadi bila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas,
tercemari feces manusia, terutama di waktu hujan dimana selokan mampat, tersumbat
sampah, air dan kotorannya meluap ke mana-mana.
Gejala penyakit
Berbeda dengan amoeba lainnya, Entamoeba histolytica dapat masuk ke dalam
jaringan. Gejala penyakitnya sangat bervariasi bergantung pada beratnya infeksi dan
tempat dimana infeksinya terjadi. Masa inkubasinya sukar ditentukan dan diperkirakan
antara empat hari sampai satu tahun. namun ada pula orang yang terinfeksi amoeba
selama bertahun-tahun tidak menunjukkan gejala (carier).
Gejala klasik dari disenti amoeba adalah sering buang air besar, fesenya sedikitsedikit dengan lender dan darah, uang biasanya disertai rasa sakit perut (kram perut),
dan biasanya tidak demam. Gejalanya bisa akut bisa juga tidak. Bila akut, sering kali
disertai sakit kepala, nausea, demam tidak begitu tinggi, kram perut dan tenesmus.
Disentri akut, yang pengobatanya tidak sempurna, sering berkembang menjadi
disentri kronis yang ditandai dengan berulang kalinya serangan akut berupa demam dan
diarrhea dengan feces dan berdarah. Disentri kronis sering disertai dengan malnutrisi
dan cachexia (kurus kering). Karena sifatnya yang bisa menembus jaringan dan dapat
masuk ke dalam aliran darah, sering kali menimbulkan abscess amoeba di paru-paru,
liver, otak atau kulit.
Bahan pemeriksaan laboratorium
Sampel untuk pemeriksaan laboratorium adalah feces atau material dari abscess.
Sampel ini harus diperiksa dalam waktu 30 menit dari saat pengambilannya. Secara
makroskopis feces harus diperhatikan gambaran keseluruhan, konsistensi dan baunya.

Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene
pribadi. Perbaikan penyediaan air untuk keperluan rumah tangga, perbaikan cara
pembuangan kotoran, dan larangan pemupukan tanaman dengan kotoran manusia.
Pencegahan kontaminasi makanan dan minuman, pemberantasan lalat dan kecoa,
pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama tentang cara pembuangan kotoran
yang baik dan cuci tangan setelah defekasi (buang air besar).
3. Entamoeba coli
- Tubuh bersel tunggal, hidup pada usus besar, kadang-kadang bersifat parasit sehingga
dapat menimbulkan penyakit diarrhea.
4. Arcella
- Tubuh memiliki rnagka luar zat tanduk (kitin)
- Hidup di air tawar.
5. Diflugia
- Tubuh memanjang, hidup di air tawar
- Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari pasir.
6. Foraminifera
- Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari zat kapur dan tanah yang mengandung
endapan tersebut dinamakan tanah Globigerina
- Fosil Foraminifera merupakan petunjuk adanya sumber minyak.
7. Radiolarian (Heliosphaera)
Hidup di laut dengan tubuh yang memiliki zat kersik, tanah yang memiliki endapan
rangka tersebut dinamakan tanah radiolarian yang berguna untuk bahan penggosok.
B. Kelas Flagellata (Mastigophora)

Bentuk tubuh lebih tetap walau tidak memiliki rangka luar tubuh
Tubuh lengkapi dengan alat gerak flagel
Tempat hidup di laut, air tawar, dan hidup parasit pada tubuh manusia atau hewan.
Perkembangbiakan secara vegetatif dengan membelah diri.
Genus/Spesies Flagellata
1. Euglena
- Tubuh berupa sel tunggal, memiliki satu buah flagel dengan ukuran 30-60 mikron dan
dekat dengan dasar bulu cambuk terdapat bintik mata yang berfungsi untuk
membedakan gelap dan terang.
- Tubuh mengandung juga butir pyrenoid yaitu merupakan pusat pembentukan
tepung/almilum.
- Tubuh mengandung krolopas, sehingga hewan ini bersifat hewan bila persediaan
bahan organik mencukup; dan bersifat tumbuhan (mampu berfotosintesis bila bahan
organik berkurang)
- Bersifat fototaksis positif, tetapi bila terkena sinar secara langsung akan
menghindarinya.
- Reproduksi dengan cara pembelahan.

2. Trypanosoma
Protozoa yang hidup pada plasma darah hewan dan manusia jadi bersifat parasit
Tubuh memanjang dengan nukleus di tengah berukuran relatif besar

Flagel dihubungkan dengan tubuh oleh jaringan ikat yang disebut membrana
undulans
Trypanosoma adalah protozoa berflagel yang bersifat parasit di dalam darah atau
jaringan berbagai jenis vertebrata.
Genus Trypanosoma, bentuknya panjang bergelombang, kedua ujungnya lancip,
letak intinya di tengah, kinetoplastnya di bagian posterior, mempunyai 1 flagel di
bagian anterior dan memiliki membran undulate.
Trypanosoma menulari manusia melalui gigitan lalat penghisap darah atau
melalui feces arthropoda yang mengotori luka gigitan arthropoda.
a. Trypanosoma yang merupakan parasit pada manusia
Trypanosoma gambiense
Terdapat di Afrkika Tengah, hidup pada plasma darah dan menimbulkan
penyakit yang bersifat kronis.
Vektornya (pembawa) yaitu lalat Glossina palpalis dan menyebabkan penyakit
tidur.
Trypanosoae gambiense mempunyai 3 bentuk, yaitu panjang ramping
berfagel, pendek gemuk tidak berflagel dan bentuk peralihan antara keduanya.
Panjangnya 14-33 mikron dan lebar 1,5-3,5 mikron.
Pada manusia menyebabkan penyakit tidur (sleeping sickness). Hidup di
dalam darah, kelenjar lympha, spleen dan liquor cerebrospinalis. Reproduksinya
secara pembelahan biner. Dalam siklus hidupnya melibatkan lalat Glossina sp.
(lalat tsetse) sebagai host dan sebagai vektor yang menularkan penyakitnya
kepada manusia. Lalat Glossina sebagai vektor antara lain Glossina palpalis dan
Glossina tachinoides.
Infeksi Trypanosoma gambiense pada ternak, kambing dan babi sering kali
asimptomatis sehingga berbahaya sebagai sumber penularan.
Gejala Penyakit

Masa inkubasi antara 2-23 hari. Tempat gigitan lalat Glossina akan terasa
gatal dan sedikit diikuti demam, sakit kepala, menggigil dan kehilangan nafsu
makan. Akan tetapi bisa juga pada phase ini tidak menunjukkan gejala apa-apa
dan penderita masih bisa bekerja.
Phase di mana Trypanosoma sp. sebagian berada di dalam jaringan lympha.
Pada phase ini timbul demam, pembengkakan spleen, liver dan kelenjar getah
bening terutama daerah belakang leher, kemudian kelenjar getah bening daerah
axilla, lipat paha, sakit kepala, sakit sendi-sendi, lemah dan ruam di kulit. Phase
di mana memasuki susunan syaraf pusat.
Pada phase ini terjadi sakit kepala yang hebat, apatis, malas, spasma otot,
tangan bergetar, koordinasi kerja otot terganggu, sakit dan kaku leher,
kelumpuhan yang semakin berat. Penderita sering mengantuk dan jatuh tidur
walau sedang makan atau duduk. Bila penyakitnya semakin parah, penderita
semakin kurusd, terus tertidur, koma dan meninggal. Kadang penyakitnya tidak
memasuki phase kronis, tetapi kematian dapat terjadi pada phase akut, terutama
waktu terjadi wabah.
Dengan diagnosa yang dini dan pengobatan yang cepat prognosanya baik,
tetapi bila Trypanosoma sudah menyerang susunan syaraf pusat, biasanya
berakhir dengan kematian.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample diambil dari darah, kelenjar getah bening, liquor cerebrospinalis
atau sumsum tulang. Dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop untuk
menemuksn Trypanosoma, perbenihan dan percobaan binatang.
Pencegahan Penyakit
Menghindari

gigitan

Glossina

sp.,

pengobatan

penderita

untuk

menghilangkan sumber penularan, pemberentasan lalat dengan insecticide dan


menghilangkan binatang reservoir Trypanosoma.
Trypanosoma rhodesiense

Terdapat di Afrika Selatan dan vektornya lalat Glossina morsitans


Menimbulkan penykit yang bersifat accut yaitu penyakit tidur (Sleeping
sickness)
Trypanosoma cruzi
Terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, menyerang sel darah merah
menimbulkan anemia (penyakit cagas)
Vektornya lalat Triatoma
Tripanosoma cruzi di dalam siklus hidupnya melibatkan manusia sebagai
host dan serangga sebagai host sekaligus vektor penyakitnya. Bereproduksi
dengan jalan pembelahan biner. Ditularkan oleh serangga Panstrongylus
megistus, Triatoma infestans, Rhodnius prolixus, Triatoma sordid, dan Triato a
braziliensis. Sebagain binatang reservoirnya, antara lain anjing, kucing, monyet,
dan kelelawar.
Penularan penyakit kepada manusia melalui luka gigitan Triatoma sp. yang
terkontaminasi feces triatoma yang mengandung Trypanosoma cruzi yang
biasanya masuk bersama garukan penderita. Hal ini terjadi karena Triatoma
mempunyai kebiasaan defekasi sewaktu makan.
Gigitan Triatoma biasanya tidak menimbulkan rasa, tempat gigitannya
biasanya pada perbatasan kulit dan selaput lendir, misalnya pada sudut mata dan
sudut mulut karena itu sering disebut kissing bug. Pada manusia menimbulkan
penyakit chages (Trypanosomiasis Amerika selatan). Masa inkubasi 7-14 hari.
Gejala Penyakit
Tempat masuknya Trypanosoma cruzi ke tubuh biasanya pada selaput
lendir, misalnya pada lubang hidung, bibir dan bagian luar canthus mata.
Pada penyakit yang akut gejalanya berupa demam tinggi, anorexia, muntah,
dan diarrhea. Biasanya terjadi conjunctivis, edema kelopak mata dan muka

biasanya hanya sebelah, pembengkakan kelenjar air mata (glandula lacrimalis)


dan pembengkakan kelenjar getah bening bawah rahang (submaxillaris).
Pada penyakit yang berat terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
seluruh tubuh, hepatospleenomegali dan reaksi meningo-encephalitis, kematian
sering terjadi karena gagal jantung dan kerusakan susunan syaraf pusat. Stadium
akut ini dapat pula sembuh sendiri dalam beberapa minggu atau bulan.
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit chagas adalah dilatasi organorgan yang tubular sehingga terjadin megacolon atau megaesophagus.
Bahan pemeriksaan untuk laboraturium
Sample untuk pemeriksaan laboratorium berupa darah biopsi jaringan.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop untuk menemukan Trypanosome cruzi,
perbenihan dan test serologis.
Pencegahan
Pencegahan dengan menghindari gigitan Triatoma, misalnya tidur
berkelambu, karena Triatoma sering mengigit di malam hari. Pemberantasan
insect dengan insecticida. Pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber
penularan.
b. Trypanosoma yang menyerang hewan
Trypanosoma evansi
Hidup pada hewan sapi, kerbau dan kuda
Vektor penyakit lalat Tabanus
Menyebabkan penyakit surra
Trypanosoma equiperdum
Hidup pada hewan ternak di Amerika, Asia dan Eropa
Menyerah hewan ternak kuda
Menyebabkan penyakit Mal de Caderas

3. Genus Leismania
Genus Leismania umumnya bersifat parasit yang terdiri:
a. Leismania donovani: menyebabkan penyakit Kala azar dan menyerang alat-alat
visceral (alat-alat dalam seperti hati dan ginjal).
Leishmania donovani adalah protozoa yang memiliki 1 flagel, 1 inti dan 1
kinetoplast. Ukurannya antara 2-5 mikron. Mempunyai 2 bentuk, yaitu bentuk
leishmania di mana protozoa membulat tidak berflagel dan bentuk leptomonas yang
berflagel. Bereproduksi dengan pembelahan biner.
Pada manusia menyebabkan penyakit Kala-Azar (Leishmaniasis visceral).
Ditularkan melalui gigitan lalat pengisap darah, yaitu Phlebotomus sp., misalnya
Phlebotomus argentipes, Phlebotomus papatasii, dan Phlebotomus permiciosus.
Masa inkubasinya antara 2-4 bulan. Anjing adalah reservoir protozoa ini.
Gelaja Penyakit
Gejala penyakit bisa muncul secara akut atau lambat. Pada yang akut ditandai
dengan demam tinggi, menggigil dan muntah-muntah. Demamnya biasanya hilang
timbul, selang 2 hari, dan penurunan suhu disertai keringat banyak. Penderita
semakin kurus, spleen dan hepar akan membengkak. Bila tidak diobati, biasanya
berakhir dengan kematian.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample untuk pemeriksaan laboratorium berupa darah atau biopsy jaringan
untuk dilihat dengan mikroskop, perbenihan, percobaan binatang dan test serologis.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan:
1) Semua penderita diobati, untuk menghilangkan sumber penularan.
2) Hilangkan sampah yang membusuk tempat berkembang biaknya Phlebotomus sp.
3) Hindari gigitan Phlebotomus sp., misalnya dengan zat pengusir serangga dan tidur
berkelambu.

4) Berantas anjing liar yang mungkin menjadi reservoir Leishmania donovani.


b. Leismania tropika: menyebabkan penyakit Oriental shore dan menyerang kulit.
Sifat Leishmania tropica mirip Leishmania donovani. Bereproduksi dengan
pembelahan biner.
Pada manusia menyebabkan penyakit Leishmaniasis kulit. Penyakit ini
ditularkan oleh Phlebotomus sp. misalnya Phlebotomus papatsii, Phlebotomus
sergeti, Phlebotomus macedonicum, dan Phlebotomus intermedus. Leishmania
tropica juga merupakan parasit pada anjing.
Masa inkubasinya antara beberapa hari sampai beberapa bulan. Leishmania
tropica adalah parasit pada anjing, binatang pengerat dan mamalia lainnya.
Gejala Penyakit
Pada tempat gigitan Phlebotomus terjadi papula, kemudian ulcus yang tertutup
kerak dan keluarnya exudates yang lengket. Bila keraknya diangkat, lukanya akan
mengeluarkan darah dan meninggalkan ulcus yang tidak dalam dengan garis tengah
1-3 cm. Bila terjadi infeksi sekunder, akan terjadi kerusakan jaringan yang lebih
hebat.
Bahan Pemeriksaan Laboratorium
Sample diambil dari lesi kulit dilihat dengan mikroskop untuk menemukan
protozoanya dan dilakukan biakan pada perbenihan.
Pencegahan
Lesi kulit harus ditutup agar tidak dihinggapi lalat untuk mencegah penularan
kepada orang lain dan autoinfeksi (autoinoculation).
Pemberantasan serangga dengan insecticide dan penggunaan pengusir
serangga (insect repellents). Pemberantasan binatang pengerat dan anjing liar yang
merupakan reservoir protozoa ini.

c. Leismania brazilliensis: menyebabkan penyakit Espundia menyerang lapisan


mukosa kulit dan vektornya lalat Phlebotomus.
Leishmania braziliensis mempunyai sifat yang sama dengan Leishmania
donovani dan Leishmania tropica. Bereproduksi dengan pembelahan biner.
Menimbulkan penyakit mucocutaneous leishmaniasis yang ditularkan melalui
gigitan Phlebotomus sp.
Gejala Penyakit
Pada tempat gigitan Phlebotomus terjadi papula yang berwarna merah, gatal
dan berkembang menjadi vesicle dan dalam waktu 2-4 minggu akan berkembang
menjadi ulcus, kulit di sekitarnya meradang dan edematous.
Pada beberapa kasus sering terjadi penyebaran ke daerah perbatasan kulit
dengan selaput lendir (mucocutaneus junction) biasanya pada daerah septumnasi,
selaput lendir pipi, nasopharynx di mana terjadi kerusakan jaringan lunak dan tulang
rawan.
Ulserasi dan nekrosis yang terjadi pada selaput lendir mulut, langit-langit
mulut, pharynx dan larynx dapat mengakibatkan perubahan bentuk muka. Setelah
invasi protozoa mengenai selaput lendir, sering kali penyakitnya menjadi menahun
(kronis) dan kematian biasanya terjadi karena komplikasi septikemi atau
bronchopneumonia.
Bahan Pemeriksaan untuk Leboratorium
Sample diambil dari jaringan ulcus di kulit atau di selaput lendir untuk dilihat
setelah pewarnaan Giemsa dan untuk perbenihan.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan Phlebotomus sp. dengan
menggunakan pengusir insect dan pakaian yang melindungi kulit.
4. Trichomonas vaginalis

Bersifat parasit menyerang vagina dan kelenjar prostata


Tubuh memiliki flagel ada yang membentuk membran undulan dan ada yang
tidak.
Tubuh berbentuk lonjong mirip dengan Euglena dan memiliki lubang mulut.

Trichomonas vaginalis adalah protozoa yang terdapat hanya dalam bentuk


vegetatif (tidak bisa berbentuk kista), ukurannya 10-30 mikron, mempunyai membran
undulate 4 flagel anterior, tidak mempunyai flagel posterior, dan reproduksinya dengan
cara membelah diri.
Di luar tubuh manusia, protozoa ini cepat mati karena sinar matahari,
pengeringan atau suhu di atas 400C. Di dalam air, mati setelah 35-40 menit. Menular
melalui hubungan kelamin atau secara tidak langsung melalui pakaian dan air (mandi
bersama).
Gejala Penyakit
Pada wanita gejalanya berupa leukorrhea (keputihan) disertai rasa panas dan gatal
di daerah vagina. Sering kali kambuh atau menghebat setelah selesai menstruasi.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Pada wanita Trichomonas vaginalis bisa ditemukan dari secret vagina, apusan
vagina atau sedimentasi urina. Pada pria bisa diperoleh dari sedimentasi urina atau
cairan prostate.
Pencegahan
Menghindari penularan dari penderita (menghindari hubungan sex di luar nikah)
dan meningkatkan hygiene pribadi.
5. Volvox globator
Protozoa berkoloni yang masing-masing sel memiliki dua flagel dan sel yang satu
dengan sel yang bergabung dengan laisan yang menyerupai gelatin

Berkembang biak dengan secara seksual yaitu dengan pembentukan sperma dan sel
telur dan secara vegetatif dengan fragmentasi.
Hidup di air tawar.
6. Noctiluca milliaris
- Bentuk tubuh memanjang dengan dua flagel yang tidak sama panjang.
- Hewan tersebut menyebabkan bersinarnya laut pada malam hari.
7. Giardia lamblia (Lamblia intestinalis)
Giardia

lamblia

bisa

berbentuk

vegetatif

(tropozoit)

maupun

kista.

Reproduksinya dengan jalan membelah diri, Giardia lamblia mempunyai 8 flagel


dengan ukuran panjang 9-12 mikron, lebar 5-15 mikron, dan tebal 2-4 mikron. Menular
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kistanya.
Penyakit yang Ditularkan
Giardia lamblia tidak menembus dinding usus dan mengambil makanan dari
sekresi mukosa usus sehingga hubungannya dengan host bersifat commensal dan
umumnya tidak menunjukkan gejala penyakit (asymptomatis). Akan tetapi, bila
infeksinya cukup berat, dapat menimbulkan rasa tidak enak di daerah lambung, nausea,
flatulence, diarrhea kronis, tidak ada nafsu makan, dan berat badan menurun.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample berupa feces, diperiksa dengan mikroskop untuk menemukan bentuk
vegetatif maupun kistanya.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi.
C. Kelas Cilliata (Infusoria)

Individu yang termasuk ke dalam kelas Cilliata memiliki bentuk tubuh yang
bervariasi dengan alat gerak yang disebut silia (rambut getar Genus/Species yang termasuk
pada Cilliata yaitu:
1. Paramaecium caudatum dan Paramaecium eurelia
- Bentuk tubuh memanjang seperti sandal dengan ukuran sekitar 120-130 mikron,
bentuk tubuh tetap.
- Hidup dalam air tawar yang banyak mengandung bahan organic atau bakteri.
- Dinding tubuh terlindung oleh silia sebagai alat gerak, dinding tersenut serin disebut
pelikel, memiliki mulut atau sistosom (mulut) tempat makanan keluar masuk yang
akan dicernakan dalam vakuola makanan.
- Terdapat makronukleus dan mikronukleus yang berperan dalam pembelahan sel.
- Reproduksi dengan cara pembelahan dan secara generative dengan konjugasi.

2. Genus Didinium : merupakan predator bagi Paramaecium.


3. Genus Srentor : bentuk tubuh seperti terompet dan tubuh terikat pada suatu tempat
tetapi bila keadaan tidak menguntungkan dapat pindah tempat.
4. Genus Stylonichia : bentuk tubuh menyerupai siput dan memiliki silia seperti duri
(cirhi) dan hidup menempel pada daun yang terendam.
5. Balantidium coli : penghuni usus tebal (colon), pada keadaan tertentu dapat
menimbulkan balantidiosis.

Balantidium coli merupakan protozoa paling besar di antara protozoa yang


merupakan parasit pada manusia dan kadang-kadang dapat dilihat dengan mata secara
langsung. Ukuran panjang 50-200 mikron, dan lebar 40-70 mikron. Bisa berbentuk
trophozoite maupun kista.
Bentuk trophozoit-nya adalah ovoidal dengan cilia pendek-pendek di seluruh
permukaan selnya dan aktif bergerak. Bentuk kistanya adalah oval dengan dinding yang
tebal. Protozoa ini mempunyai 2 inti, yaitu macronucleus dan micronucleus.
Bereproduksi dengan pembelahan biner dan konjugasi. Balantidium coli
merupakan parasit pada manusia, monyet, orang hutan, babi dan tikus.
Penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kistanya yang
berasal dari feces penderita atau feces binatang yang terinfeksi.
Gejala Penyakit
Balantidiasis

kadang-kadang

asymptomatis,

tetapi

umumnya

gejalanya

menyerupai dysenteri berupa diarrhea, abdominal kolik, tenesmus, nausea, hilang nafsu
makan, lesu dan berat badan yang menurun.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample berupa feces penderita, dilihat dengan mikroskop untuk menemukan
trophozoite atau kistanya.
Pencegahan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi khususnya kebersihan
makanan dan minuman.
D. Kelas Sporozoa
Tubuh tidak memiliki alat gerak, bersifat parasit baik pada manusia maupun pada
hewan, tubuh merupakan sel tunggal.
Genus/Species Sporozoa

1. Plasmodium
- Dalam kehidupannya memiliki fase generatif dan fase vegetatif; fase generatif terjadi
dalam tubuh nyamuk dan fase vegetaif terjadi dalam tubuh manusia.
- Perkembangan vegetatif terjadi dalam butir eritrosit sehingga dapat menimbulkan
anemia.
Perkembangan Plasmodium dapat dibagi menjadi:
- Schizogony; meliputi Sporozoit Tropozoit Merozoit
- Sporogony; meliputi makrogamet dan mikrogamet zygot ookinet sporozoit
Plasmodium sp. pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala
demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dan vektornya nyamuk
Anopheles

betina,

karena

nyamuk

Anopheles

jantan

makanannya

cairan

tumbuhan.Dikenal empat jenis plasmodium, yaitu:


- Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (malaria tertian benigna).
- Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana.
- Plasmodium facifarum menyebabkan malaria tropika (malaria tertian maligna).
- Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium sp., berproduksi secara seksual (sporogoni)
dan aseksual (schizogoni) di dalam host yang berbeda. Host di mana terjadi reproduksi
seksual, disebut host definitif sedangkan reproduksi aseksual terjadi pada host
intermediate.
Reproduksi seksual hasilnya disebut sporozoite sedangkan hasil reproduksi
aseksual disebut merozoite. Pada penyakit malaria manusia sebagai host intermediate
sedangkan nyamuk sebagia host definitifnya.
Reproduksi seksual dimulai ketika nyamuk Anopheles mengisap darah penderita
malaria, di mana gametocyte akan terisap ke dalam lambung nyamuk. Di dalam
lambung nyamuk, gametocyte jantan (mikrogamet) akan membuahi gametocyte betina
(makrogamet), sehingga terjadilah zygote. Dalam waktu 24 jam zygote tumbuh menjadi

ookinete. Ookinete akan menembus dinding lambung nyamuk dan tumbuh menjadi
oocyst, kemudian berkumpul di dalam bagian luar dan dinding lambung. Di dalam
oocyst ini akan tumbuh banyak sporozoite. Oocytst yang matang akan pecah dan
sporozoitenya akan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk dan sebagian akan berkumpul
di dalam kelenjar ludah nyamuk. Sporozoite ini akan masuk ke aliran darah manusia
bila nyamuk tadi mengisap darah manusia.
Reproduksi aseksual dimulai ketika sporozoite keluar dari aliran darah dan masuk
ke dalam sel parencym hepar untuk memulai schizogoni exoerythrocytic (schizogoni di
luar erythrocyte) yang pada tahap selanjutnya akan diikuti schizogoni erythrocyte
(schizogoni di dalam erytrhocytic).
Masa inkubasi malaria bervariasi bergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14 - 17 hari, Plasmodium ovale 11
16 hari, Plasmodium malariae 12 14, dan Plasmodium falcifarum 10 12 hari.
Gejala Penyakit
Gejala utama malaria adalah demam yang periodik disertai menggigil dan
diakhiri dengan berkeringat, anemia, splenomegali dan leukopenia. Munculnya demam
yang periodik ini berkaitan dengan pecahnya sejumlah besar erythrocyte, baik yang
parasit maupun tidak.
Interval (selang) waktu untuk terjadinya demam yang periodik, bergantung pada
lamanya waktu yang diperlukan untuk siklus schizogoni erythrocytic. Misalnya,
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, siklus schizogoni erythrocytic-nya
memerlukan waktu 48 jam sehingga demamnya akan terjadi selang 2 hari atau setiap
hari ketiga (tertian). Plasmodium malariae memerlukan waktu 72 jam sehingga
demamnya muncul setiap hari keempat (quartana) sedangkan Plasmodium falcifarum
antara 36-48 jam sehingga datangnya demam menjadi tidak teratur.
Infeksi oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovela dan Plasmodium malariae
gejalanya datang mendadak berupa demam tinggi (40 40,6 0C), menggigil, sakit
kepala, sakit otot, malaise, nausea dan setelah berlangsung beberapa jam demamnya

hilang berkeringat banyak. Pada peyakit yang berat dapat terjadi coma, kejang-kejang
dan kegagalan jantung, tetapi sangat jarang.
Infeksi oleh Plasmodium falcifarum demamnya berlangsung lebih lama dan
interval waktu terjadinya serangan lebih pendek. Plasmodium falcifarum sering
menimbulkan kematian, diantaranya blacwater fever yang ditandai dengan demam
yang tinggi, menggigil, urina berwarna kemerahan atau kecoklatan, dan kadang-kadang
terjadi anuria.
Malaria bisa juga menyerang otak (Malaria cerebralis). Pada penderita yang
pengobatannya tidak sempurna penyakitnya sering kambuh lagi (relapse) terutama
Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
Relapse ini diduga karena adanya sisa-sisa exoerythrocytic parasit atau parasit di
dalam exythrocyte yang berada di kapiler-kapiler viscera. Faktor yang memudahkan
kambuhnya malaria adalah daya tahan tubuh yang menurun atau sewaktu menderita
penyakit lain, misalnya gastro enteritis, pneumonia, atau setelah bekerja berat.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium
Sample untuk pemeriksaan di laboratorium adalah darah yang diambil pada
waktu penderita mengalami demam.
Pencegahan
Pencegahan malaria dilakukan dengan:
1. Menghindari gigitan nyamuk, misalnya tidur memakai kelambu.
2. Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
3. Pemberantasan nyamuk dan larvanya.
Jenis-jenis Malaria
Nama Species
Plasmodium falsifarum
Plasmodium vivac
Plasmodium malariae
2. Toxoplasma gondii

Nama penyakit
Malaria tropika
Malaria tertian
Malaria quartana

Sporulasi
1 2 x 24 jam
2 x 24 jam
3 x 24 jam

Toxoplasma gondii adalah protozoa berbentuk ovoid atau pyriformis dengan


panjang 4-6 mikron dan lebar 2-3 mikron. Salah satu atau kedua ujungnya meruncing
atau membulat, merupakan parasit obligate intraseluler. Dengan pewarnaan Giemsa
atau Wright cytoplasma akan berwarna biru, sedangkan intinya berwarna merah.
Toxoplasma gondii adalah parasit pada manusia, kucing, anjing, ayam, babi,
marmot, kambing, ternak dan merpati. Pada manusia menimbulkan penyakit
toxoplasmosis. Protozoa ini bisa terdapat bebas di dalam cairan tubuh host atau berupa
parasit intraseluler pada leukocyte mononuclear, sel endothelial, sel parenchym atau sel
jaringan lainnya. Reproduksinya dengan jalan menbelah diri di dalam sel host. Bila
jumlah sudah 30 atau maksium 60, sel hostnya akan pecah dan masing-masing akan
mencari sel host yang baru untuk ditumpanginya.
Penularan pada manusia tidak diketahui secara pasti, tetapi diduga melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kistanya yang berasal dari penderita
atau binatang yang terinfeksi. Sebagian besar infeksi karena Toxoplasma gondii adalah
asymptomatis, sebagian kecil lagi menunjukkan gejala deman yang tidak begitu tinggi,
sakit kepala, sakit otot, pembengkakan kelenjar lympha dan spleen. Pada kasus yang
berat dapat menimbulkan kematian karena endocarditis atau encephalitis. Penyakit ini
juga fatal bagi penderita AIDS.
Toxoplasmosis yang subklinis pada wanita hamil dapat menulari bayi yang
sedang dikandungnya sehingga terjadi cacat bawaan berupa kerusakan otak, buta atau
lahir mati.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample dapat diambil dari biopsi kelenjar lympha yang membengkak untuk
dilihat dengan mikroskop atau kultur jaringan dan dari darah untuk test serologis.
Pencegahan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi (cuci tangan sebelum
makan). Makanan, terutama daging harus di masak sampai matang. Khusus bagi wanita
hamil agar menghindari penularan, terutama dari kucing dan kotorannya.

Proses Perkembangan Protozoa


1. Sporozoit pada kelenjar ludah nyamuk sewaktu nyamuk mengisap darah akan masuk ke
tubuh manusia bersama dengan zat anticoagulant yang dikeluarkan oleh nyamuk.
2. Sporozoit mencari eritrosit dan masuk ke dalamnya yang kemudian memulai untuk
mengadakan perkembangan secara vegetatif, stadia perkembangannya disebut Tropozoit.
3. Tropozoit berkembang menjaid spozoit baru yang kemudian masuk ke dalam eritrozit baru
dan akrogamet serta mikrogamet.
4. Merozoit akan menjadi sporozoit baru yang kemudian masuk ke dalam eritrosit baru. Saat
sporozoit masuk ke eritrosit sampai dengan masuk kembali ke eritrosit baru disebut
sporulasi.
5. Mikrogamet dan makrogamet akan masuk ke kelenjar ludah nyamuk terbawa bersama
dengan darah sewaktu nyamuk menghisapnya.
6. Mikrogamet dan makrogamet bertemu dan membentuk zygot dalam kelenjar ludah nyamuk
dan kemudian menuju usus nyamuk.
7. Zygot menembus dinding usus dan berkembang menjadi ookinet.
8. Dalam jaringan usus ookinet berkembang dan membentuk spora.
9. Bentuk spora menghasilkan sporozoit baru yang kemudian akan menuju kelenjar ludah
nyamuk.
Peranan Protozoa dalam Kehidupan Manusia
Pada umumnya bersifat merugikan manusia karena dapat menyebabkan penyakit ataupun
merupakan predator bagi hewan lain.

BAB III
KESIMPULAN
Protozoa berarti hewan-hewan yang pertama. Protozoa merupakan kelompok lain
protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme

mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya
berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan
klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Bentuk dan ukuran protozoa bermacam-macam. Ada yang bentuk dan ukurannya relatif
tetap ada yang waktu aktif bentuknya berubah-ubah. Walaupun ukuran dan bentuknya
berbeda-beda, secara umum protozoa memiliki beberapa persamaan. Protozoa mempunyai
nucleus (inti) yang berisi kromosom dan terletak dalam sitoplasma (protoplasma).

JENIS

SISTEM PROTOZOA

SISTEM
Otot-rangka

Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak dengan
berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau pseudopodia yang meluas
ketika bergerak. Paramecium ditutupi dengan rambut yang disebut silia.
Euglena viridis memiliki cambuk seperti ekor yang disebut flagel untuk
bergerak.

Pencernaan

Protozoa mengambil makanan melalui air dan menyimpan makanan di


kantung yang disebut vakuola. Mereka memakan ganggang kecil dan bakteri.

Saraf

Protozoa memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia di sekitar
itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat bereaksi terhadap cahaya
dan perubahan suhu.

Sirkulasi

Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air berisi makanan
dan kebutuhan oksigen protozoa.

Respirasi

Protozoa mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida melalui


membran selnya.

Reproduksi

Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual.

Ekskresi

Protozoa memiliki kantung disebut vakuola yang berfungsi mengambil dan


membuang air.

Simetri

Protozoa biasanya asimetris.

Warna

Protozoa umumnya berwarna pucat.

Protozoa dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara seksual dan aseksual.


Reproduksi seksual dapat berupa konyugasi atau bersatunya gamet (fusi gamet). Reproduksi
aseksual dapat berupa biner (binarty fision); 1 menjadi 2; atau pembelahan multiple (multiple
fision) 1 (satu) menjadi beberapa (lebih dari 2) sel protozoa yang baru.

Kelompok

Reproduksi Aseksual

Reproduksi
Seksual

Phylum: Sarcomatigopora
Pembelahan biner

Fusi gamet

Subphylum: Sarcodina

Genus

Amoeba
Entamoeba
Trysopoma

Subphylum: Mastigophora

Pembelahan biner

Giardia
Trichomonas

Phylum: Apicomplexa

Scizogony
(pembelahan

Kelas : Sporozoa
Phylum: Cilophora
Subphylum: Ciliata
Nama Species
Plasmodium falsifarum
Plasmodium vivac
Plasmodium malariae

Fusi gamet

multiple)
Pembelahan
transversal

konjugasi

Nama penyakit
Malaria tropika
Malaria tertiana
Malaria quartana

Plasmodium
Toxoplasma

Balantidium
Paramaecium
Sporulasi
1 2 x 24 jam
2 x 24 jam
3 x 24 jam

Anda mungkin juga menyukai