PENGENDALIAN MIKROORGANISME
Oleh: Nur Ilmiyati
Alasan utama pengendalian mikroorganisme adalah :
1) Mencegah penyebaran penyakit
dan infeksi.
tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi per-tumbuhan mikroba sekaligus membunuh
sebagian besar populasi mikroba.
b)- Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap per-alatan, lantai, dinding
atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda
dan hanya berguna untuk membu-nuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c)- Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan
infeksi atau mencegah pertumbuhan mikro-organisme dengan cara menghancur-kan atau
menghambat aktivitas mikroba.
d)- Sterilisasi/suci hama
Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua metode yang
sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas lembab :
1)
Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah
oven.
2)
Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi
karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang
menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan
waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan
retort.
e)- Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya :
1) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.
Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat
yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah
65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
1) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency
Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
2) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yg tidak tahan
terhadap pemanasan, mis. larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.
Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah
bakteri saja.
Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari
fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemam-puan membunuh mikroba secara cepat
dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang di-disinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolong-kan menjadi :
1) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
-. Golongan Surfactants (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan
nonionik.
-. Golongan fenol.
2) Agen kimia yg merusak enzim mikroba.
- Golongan logam berat seperti arsen,
- Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka
hasilnya akan semakin baik.
- Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora resisten dibandingkan
yang tidak berkapsul dan berspora.
- Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan
efektivitas agen kimia.
- pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan
perubahan pH.
http://nurilmiyati-mb.blogspot.co.id/2011/04/11-pengendalian-mikroorganisme.html
ANTISEPSIS-pencegahan
dari infeksi jaringan hidup oleh mikroorganisme
Agen antimikroba termasuk dalam satu dari dua kategori besar yang
ditunjukkan dengan akhiran indikasi pengaruh
1. -CIDE akhiran mengindikasikan bahwa agen akan membunuh semacam
organisme yang tertulis didepannya (misalnya , viricide, fungicide)
2. -STATIC akhiran mengindikasikan bahwa agen akan mencegah
pertumbuhan tipe organisme yang tertulis didepannya (misalnya,
bacteriostatic, fungistatic)
KONDISI YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIFAN AKTIVITAS AGEN
ANTIMIKROBA
A. Ukuran Populasi size-populasi besar memerlukan
waktu yang lama untuk membunuhnya dibandingkan dengan populasi kecil
B. Populasi terdiri dari spesies atau
sel berbeda dengan fase pertumbuhan yang berbeda pula (seperti, endospora
vs sel vegetatif atau sel muda vd sel tua) perbedaan ditandai dengan
sensitivitas mereka pada bermacam-macam agen
C. Konsentrasi atau
intensitas antimikroba-konsentrasi atau intensitas lebih tinggi biasanya
lebih efisien, namun hubungannya tidak linier
D. Lama waktu
pemaparan-semakin lama pemaparan, memperbanyak jumlah organisme yang
terbunuh
E. Temperatur-temperatur
lebih tinggi biasanya (namun tidak selalu) meningkatkan efektivitas
pembunuhan
F. Lingkungan
sekitarnya-faktor lingkungan, seperti pH, viskositas, dan konsentrsi bahan
organik dapat sangat mempengaruhi efektivitas partikel egen antimikroba
BAB
IV. PEMBAHASAN
Pengendalian Mikroorganisme
Secara kimia
desinfeksi
Secara fisik
sterilisasi
Sterilisasi dan Disinfeksi
tergantung
dikehendaki )
* tujuan yang dicapai
konsep antiseptic
tidak ada yang ideal
ragam banyak, baru
syarat :
bersifat germisid
seringkali merusak
tangan, perlu perawatan lainnya, contohnya dengan hand lotion
Desinfektan
dan Antisepik Kimia
ALKOHOL
termurah, sangat
efektif
ditambah I
daya lebih kuat
mendenaturasi protein
dehidrasi
melarutkan lemak
Dikenal 3 jenis :
methanol, etanol dan isopropilalkohol( daya bakteriosidnya paling kuat)
Waktu : 10 menit
sel vegetatif
HALOGEN
enzim
yodium,
ditambah air/ ditambah alcohol
sangat
antiseptic
kulit sebelum pembedahan
efektif
untuk protozoa
amuba disenteri
digunakan untuk
ruangan, permukaan2 dan alat2 non bedah
FENOL
digunakan sebagai
standar pembanding untuk menentukan aktifitas desinfektan
Kresol
Halogen
lebih efektif (heksaklorofen)
PEROKSIDA
H2O2 antiseptik
efektif non toksik
Tidak stabil,
dipanaskan
2H2O +O2
0,3-6%
disinfektan
6-25%
sterilisasi
H2O2 10%
virusid dan sporosid
DETERGEN
+, kuat bakterisidnya
nonionic
bukan disinfektan
ZAT
WARNA
Bakteriostatik
Ungu kristal
gram + dihambat = penisilinpenghambatan
dinding sel
kandidiosis
vaginitis (trichomonas)
LOGAM
BERAT
zat antimikroba
mempresipitasikan protein
Hg
HgCl2 ;
Ag
AgNO3
ALDEHID
mendenaturasikan
protein
glutaraldehid =
formaldehid
pH : 7,5
S.aureus , mati t: 5 menit
OKSIDA
ETILEN
semalam,
12% t, 600C alat-alat optic
BETA
PROPIOLAKTON (BPL)
untuk sterilisasi
vaksin , jaringan dan serum
Prinsip-prinsip
pengendalian
Sterilisasi:
proses destruksi terhadap semua bentuk kehidupan mikroorganisme termasuk
sporanya. Metode yang sering digunakan adalah metode pemanasan
Desinfeksi: Proses
destruksi mikroorganisme bentuk vegetatif.
Metode yang digunakan Dengan bahan kimia desinfektan dilakukan pada benda
mati
Antisepsis Adalah
proses desinfeksi yang dilakukan terhadap permukaan jaringan hidup. Bahan yang
digunakan : antiseptic
Degerming adalah Mekanisme penghilangan mikroorganisme
yang lebih merupakan proses mekanisme daripada proses mematikan mikroorganisme
Sanitasi adalah Proses menurunkan jumlah
mikroorganisme pada alat-alat makanan dan minuman sehingga aman untuk
masyarakat
bertujuan untuk meminimalkan penularan penyakit. Metode yang dilakukan dg pencucian
suhu tinggi dan desinfeksi
Sepsis,
(yunani : pembusukan ).Bebas dari kontaminasi yang signifikan. Untuk tindakan
pembedahan
meminimalkan kontaminasi yg berasal dari instrument, personal Rumkit dan
penderita
Mekanisme
pengendalian Mikroorganisme
Pengendalian (fisik, kimia atau
kemoterapeutik) berpengaruh terhadap mekanisme dan tindakan .
Ada empat macam mekanisme :
1.
Merusak
Denaturasi
protein
Rusaknya
struktur tertier dari protein
Sifat fungsional protein bentuk
tiga dimensinya,
dimana bentuk2 ini dipertahankan oleh
ikatan-ikatan
kimia, ikatan kovalen disulfide dan ikatan non
kovalen
(ionic,hidrofobik dan hydrogen)
3.
Merusak
asam nukleat
Rusaknya
asam nukleat( DNA/RNA)
Merusak
Spora
> sulit bila dibandingkan bentuk vegetatifnya bila untuk membunuhnya dan
mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap control fisik dan kimia
Lingkungan
* Bahan-bahan
organik (darah, pus, saliva atau feses) sering menghambat kerja pengendalian.
* Kondisi
asam , bila dengan pemanasan akan lebih efektif
Waktu
* Reaksi
kimia
berjalan lebih cepat bila pada suhu lebih tinggi. Suhu rendah , waktu lebih
lama.
* Radiasi
efektif
waktu yang lebih lama
BAB
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Ada empat macam mekanisme :
Merusak membran dan dinding sel
Bahan kimia yang terkonsentrasi
pada permukaan membran sel dapat mengubah sifat fisik maupun
chemis dari membran sel mikroorganisme, karena akan mencegah terjadinya fungsi
normal dan mengakibatkan lisisnya mikroorganisme
Denaturasi
protein
Rusaknya
struktur tertier dari protein
Sifat
fungsional protein
bentuk tiga dimensinya, dimana bentuk-bentuk ini dipertahankan oleh ikatanikatan kimia, ikatan kovalen disulfide dan ikatan non kovalen (ionic,
hidrofobik dan hydrogen)
Merusak
asam nukleat
Rusaknya
asam nukleat ( DNA/RNA)
menyebabkan kematian sel
sel tidak mampu mengadakan replikasi maupun sintesis enzim
Merusak
gugus sulfihidril bebas
* oksidator
http://chyrun.com/makalah-mikrobiologi/
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protozoa merupakan hewan ber sel satu yang tersebar luas. Kemampuan adaptasi dari
anggota filum ini sangat tinggi, sehingga mudah ditemukan. Hewan ini ditemukan di
daratan, lautan dan khususnya di tempat yang lembab dan basah, misalnya tepi
pohon, genangan air, dan bangunan yang terkena rembesan air. Berdasarkan alat
gerak terdapat empat kelas filum Protozoa, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan
Sporozoa.
Protozoa memiliki berbagai peranan dalam kehidupan, beberapa dapat memberikan
manfaat pada kehidupan manusia seperti sebagai bioindikator, pakan alami, agen
pengendali, bahan material, bahan pangan dan dekomposer.serta ada pula yang
memiliki bahaya atau bersifat merugikan.
Protozoa pada umumnya bersifat merugikan manusia karena dapat menyebabkan
penyakit yang berbahaya dan serius seperti disentri, diare, malaria, dan lain
sebagainya ataupun merupakan predator bagi hewan lain. Sebagai predator, mereka
memangsa uniseluler atau serabut ganging, bakteri dan mikrofungi. Protozoa
memainkan peran baik sebagai herbivore dan konsumen di decomposer link pada
rantai makanan serta dapat mengendalikan populasi bakteri.
Berkenaan dengan hal di atas disini penulis akan membahas pengendalian dari
dampak positif dan negatif yang ditimbulkan protozoa.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menelaah lebih jauh tentang
pengendalian dampak positif dan negatif yang disebabkan protozoa dalam
kehidupan.
1.3 Identifikasi Masalah
Bagaimana cara pengendalian dampak positif dan negatif yang ditimbulkan
protozoa dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Protozoa
Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoo yang berarti hewan
sehingga disebut sebagai hewan pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang
dapat melakukan reproduksi seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif).Habitat
hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat
hidupnya tidak menguntungkan maka protozoa akan membentuk membran tebal dan
kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama kali mempelajari protozoa adalah
Anthony van Leeuwenhoek.
2.2 Ciri-Ciri Protozoa
Ukuran protozoa bervariasi , yaitu mulai kurang dari 10 mikron(m) dan ada yang
mencapai 6 mm, meskipun jarang.
Diperairan protozoa merupakan penyusun zooplankton. Makanan protozoa meliputi
bakteri, jenis protista lain, atau detritus (materi organic dari organism mati).
Protozoa hidup soliter atau berkoloni.jika keadaan lngkungan kurang
mneguntungkan protozoa akan membungkus diri membentuk sista untuk
mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang sesuai hewan ini akan aktif
lagi. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit dan hidup bebas.
a) Struktur tubuh
Organel organel untuk melakukan kegiatan hidup antara lain, membrane
plasma, sitoplasma dan mitokondria. Beberapa jenis protozoa memiliki inti
lebih dari satu.
b) Alat gerak
Alat gerak berupa bulu cambuk (flagella), bulu getar (silia) dan kaki semu
(pseudopodia).
c) Reproduksi
Reproduksi aseksual (Vegetatif ) pada kebanyakan protozoa adalah dengan
membelah diri. Namun adapula jenis protozoa yang bereproduksi secara
konjugasi yaitu perpaduan antara dua individu yang belum dapat dibedakan
jenis kelaminnya.
Ciri-ciri protozoa :
1. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
4
2. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar
(cillia) atau bulu cambuk (flagel).
3. Hidup bebas, saprofit atau parasit
4. Organisme bersel tunggal
5. Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
6. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
7. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. sista, merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya dalam ilmu taksonomi, seluruh makhluk hidup dikelompokkan ke
dalam dua kerajaan (kingdom), yakni kingdom tumbuhan (kingdom plantae) dan kerajaan
hewan (kingdom animalia). Pengelompkan tersebut didasarkan atas persamaan ciri-ciri
atau persamaannya. Tumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni mempunyai klorofil
(zat hijau daun) dan hewan mempunyai ciri-ciri tersendiri pula, yakni dapat bergerak.
Dalam sebuah penelitian ditemukan adanya beberapa makhluk hidup bersel satu
yang sekaligus mempunyai cirri-ciri tumbuhan dan ciri-ciri hewan (mempunyai klorofil
dan dapat bergerak leluasa). Akhirnya sebagian ahli berpendapat bahwa bahwa makhlukmakhluk hidup ini sebaiknya dikelompokkan ke dalam kingdom animali8a, filum
protozoa. Di dalam uraian ini, kita mengikuti pendapat yang kedua. Protozoa kita
masukkan ke dalam kingdom animalia, kelompok avertebrata.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian protozoa
- Untuk mengetahui proses reproduksi protozoa
- Untuk mengetahui klasifikasi protozoa
- Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan protozoa
BAB II
PEMBAHASAN
Umumnya tidak memiliki dinding sel yang kuat, tetapi ada juga beberapa jenis yang
sudah mampu menyusun cangkang (kerangka luar) yang terbentuk dari kapur atau kersik.
Fosil-fosilnya ditemukan pada lapisan batuan dari zaman Kambrium, enam ratus juta tahun
yang lalu. Dan banyak dijumpai orang ketika mengebor tanah untuk mencari sumber minyak
bumi.
Pada beberapa jenis protozoa, misalnya amoeba, bentuk selnya berubah-ubah karena
ada penonjolan atau pengerutan dari pseudopodia. Ada pula jenis protozoa yang mempunyai
bentuk yang relatif tetap. Beberapa jenis protozoa jika dalam keadaan bahaya, dapat berubah
dari bentuk vegetatifnya ke bentuk kista, dimana ia melindungi dirinya dengan dinding sel
yang kuat, sehingga terhindar dari pengaruh-pengaruh buruk dari luar. Dinding sel ini
dibuat oleh ectoplasma.
Protozoa ada yang dapat bergerak, ada yang tidak. Alat gerak protozoa dapat berupa
pseudopodia (pada subphylum sarcodina) dan flagel (pada subphylum ciliata). Contoh
protozoa yang tidak dapat bergerak, misalnya kelas Sporozoa.
Di dalam suatu komunitas protozoa bertindak sebagai konsumen, karena hidupnya
bergantung pada zat-zat organik seperti bakteri, mikroorganisma yang lain atau sisa-sisanya.
Tetapi pada tempattempat yang basah atau perairan Protozoa merupakan zooplankton.
JENIS
SISTEM PROTOZOA
SISTEM
Otot-rangka
Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak dengan
berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau pseudopodia yang meluas
ketika bergerak. Paramecium ditutupi dengan rambut yang disebut silia.
Euglena viridis memiliki cambuk seperti ekor yang disebut flagel untuk
bergerak.
Pencernaan
Saraf
Protozoa memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia di sekitar
itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat bereaksi terhadap cahaya
dan perubahan suhu.
Sirkulasi
Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air berisi makanan
dan kebutuhan oksigen protozoa.
Respirasi
Reproduksi
Ekskresi
Simetri
Warna
Habitat Protozoa
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup
bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat
parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa
organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan.
Tetapi apabila keadaan lingkungan kurang menguntungkan, hewan tersebut akan
mengatasinya dengan membungkus diri menjadi sista. Sama halnya dengan bakteri yang
membentuk endospora.
Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa
jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di
dasar laut.
Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan
air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di
dalam rumen hewan ruminansia.
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan
penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya
dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.
Morfologi Protozoa
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa
untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan
letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk
vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang
tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista
berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel
vegetatifnya.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin
seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang
ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis
protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si
dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk
membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan
skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar
Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat
membentuk batuan kapur.
Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan
pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif.
Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa
dikelompokkan ke dalam 4 kelas.
Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang
bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia
dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit
hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa.
Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of
Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora,
Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada
klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok
Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi
lima kelas.
Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera Monosiga, Bodo,
Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia. Anggota
kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor.
Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa
beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella
termasuk kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota
kelompok Myxospora.
Perkembangbiakan Protozoa
Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Secara aseksual protozoa
dapat mengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner), tetapi pada Flagelata
pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada Ciliata secara transversal. Beberapa jenis
protozoa membelah diri menjadi banyak sel (schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti
membelah beberapa kali kemudian diikuti pembelahan sel menjadi banyak sel anakan.
Perkembangbiakan secara seksual dapat melalui cara konjugasi, autogami, dan sitogami.
Protozoa yang mempunyai habitat atau inang lebih dari satu dapat mempunyai beberapa
cara perkembangbiakan. Sebagai contoh spesies Plasmodium dapat melakukan schizogony
secara aseksual di dalam sel inang manusia, tetapi dalam sel inang nyamuk dapat terjadi
perkembangbiakan secara seksual. Protozoa umumnya berada dalam bentuk diploid.
Protozoa umumnya mempunyai kemampuan untuk memperbaiki selnya yang rusak
atau terpotong. Beberapa Ciliata dapat memperbaiki selnya yang tinggal 10 % dari volume
sel asli asalkan inti selnya tetap ada.
Fisiologi Protozoa
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat
hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan
ruminansia.
Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme
aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke
oksigen.
Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri)
atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di
lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui
membran sel.
Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel
secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran
penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil
terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola
dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis
oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel
dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke
dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian
mengalami pengasaman.
Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan
makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke
dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara
inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ
mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap
makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian
dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.
Berbagai bentuk dan sifat protozoa
Protozoa merupakan hewan yang paling rendah derajatnya dan semua aktivitas
dilaksanakan oleh protoplasma dalam sel tersebut. Protozoa memiliki tanda-tanda sebagai
berikut:
Hewan yang termasuk dalam filum protozoa umumnya bersel tunggal dengan ukuran yang
bervariasi antara 3-1000 mikron, tetapi umumnya lebih kecil dari 1000 mikron.
Hewan protozoa dapat diketemukan di mana-mana asal cukup basah.
Pada lingkungan yang kurang menguntungkan ada protozoa yang mampu membentuk
cysta (melindungi tubuh dengan lapisan CaCO 3) sehingga dapat mepertahankan dirinya
untuk dapat tetap hidup.
Kegiatan hidup dilakukan protoplasma sel tersebut, di dalam sel terdapat nukleus dan
beberapa individu memiliki makronukleus dan mikronukleus, nukleolus, mithokondria dan
vakuola. Vakuola makanan berfungsi mencerna makanan dan vakuola kontraktil (vakuola
berdenyut) berperan memelihara tekanan osmosis dalam sel karena dengan denyutannya
dapat mendistribusikan zat makanan ke seluruh bagian sel.
Reproduksi dapat secara seksual yaitu secara konjugasi dan secara aseksual dengan
pembelahan dan pembentukan tunas.
Dinding sel disebut pelikel dan keadaannya kurang kuat sehingga bentuknya dapat
berubah.
Nutrisi dari bahan organik dan dalam ekosistem perairan merupankan penyusun
zooplankton bertindak sebagi konsumen.
Secara evolusi fosil protozoa diketemukan sebagai rangka kersik jadi merupakan hewan
yang lebih tua daripada hewan yang memiliki rangka kapur.
Reproduksi
Protozoa dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara seksual dan aseksual.
Reproduksi seksual dapat berupa konyugasi atau bersatunya gamet (fusi gamet). Reproduksi
aseksual dapat berupa biner (binarty fision); 1 menjadi 2; atau pembelahan multiple (multiple
fision) 1 (satu) menjadi beberapa (lebih dari 2) sel protozoa yang baru.
Kelompok
Reproduksi Aseksual
Reproduksi
Genus
Seksual
Phylum: Sarcomatigopora
Pembelahan biner
Amoeba
Fusi gamet
Entamoeba
Subphylum: Sarcodina
Trysopoma
Subphylum: Mastigophora
Pembelahan biner
Giardia
Trichomonas
Scizogony
Phylum: Apicomplexa
(pembelahan
Kelas : Sporozoa
Phylum: Cilophora
Subphylum: Ciliata
Fusi gamet
Plasmodium
Toxoplasma
multiple)
Pembelahan
transversal
konjugasi
Balantidium
Paramaecium
- Hidup di tempat yang lembab yang kaya bahan organik, baik di darat, laut dan air
tawar, atau sebagai parasit pada manusia maupun hewan.
- Berkembang biak dengan cara membelah diri.
Musca domestica (lalat rumah) atau kecoa (Blatta orientalis), blatella germanica,
perplaneta Americana, dapat memindahkan kista dari feces ke makanan.
Di beberapa tempat sering kali feces manusia dipakai sebagai pupuk tanaman
atau sayuran dicuci dengan air pemukaan yang sudah tercemari feces, sehingga
meningkatkan terjadinya penularan.
Wabah dapat terjadi bila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas,
tercemari feces manusia, terutama di waktu hujan dimana selokan mampat, tersumbat
sampah, air dan kotorannya meluap ke mana-mana.
Gejala penyakit
Berbeda dengan amoeba lainnya, Entamoeba histolytica dapat masuk ke dalam
jaringan. Gejala penyakitnya sangat bervariasi bergantung pada beratnya infeksi dan
tempat dimana infeksinya terjadi. Masa inkubasinya sukar ditentukan dan diperkirakan
antara empat hari sampai satu tahun. namun ada pula orang yang terinfeksi amoeba
selama bertahun-tahun tidak menunjukkan gejala (carier).
Gejala klasik dari disenti amoeba adalah sering buang air besar, fesenya sedikitsedikit dengan lender dan darah, uang biasanya disertai rasa sakit perut (kram perut),
dan biasanya tidak demam. Gejalanya bisa akut bisa juga tidak. Bila akut, sering kali
disertai sakit kepala, nausea, demam tidak begitu tinggi, kram perut dan tenesmus.
Disentri akut, yang pengobatanya tidak sempurna, sering berkembang menjadi
disentri kronis yang ditandai dengan berulang kalinya serangan akut berupa demam dan
diarrhea dengan feces dan berdarah. Disentri kronis sering disertai dengan malnutrisi
dan cachexia (kurus kering). Karena sifatnya yang bisa menembus jaringan dan dapat
masuk ke dalam aliran darah, sering kali menimbulkan abscess amoeba di paru-paru,
liver, otak atau kulit.
Bahan pemeriksaan laboratorium
Sampel untuk pemeriksaan laboratorium adalah feces atau material dari abscess.
Sampel ini harus diperiksa dalam waktu 30 menit dari saat pengambilannya. Secara
makroskopis feces harus diperhatikan gambaran keseluruhan, konsistensi dan baunya.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene
pribadi. Perbaikan penyediaan air untuk keperluan rumah tangga, perbaikan cara
pembuangan kotoran, dan larangan pemupukan tanaman dengan kotoran manusia.
Pencegahan kontaminasi makanan dan minuman, pemberantasan lalat dan kecoa,
pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama tentang cara pembuangan kotoran
yang baik dan cuci tangan setelah defekasi (buang air besar).
3. Entamoeba coli
- Tubuh bersel tunggal, hidup pada usus besar, kadang-kadang bersifat parasit sehingga
dapat menimbulkan penyakit diarrhea.
4. Arcella
- Tubuh memiliki rnagka luar zat tanduk (kitin)
- Hidup di air tawar.
5. Diflugia
- Tubuh memanjang, hidup di air tawar
- Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari pasir.
6. Foraminifera
- Tubuh memiliki kerangka yang terdiri dari zat kapur dan tanah yang mengandung
endapan tersebut dinamakan tanah Globigerina
- Fosil Foraminifera merupakan petunjuk adanya sumber minyak.
7. Radiolarian (Heliosphaera)
Hidup di laut dengan tubuh yang memiliki zat kersik, tanah yang memiliki endapan
rangka tersebut dinamakan tanah radiolarian yang berguna untuk bahan penggosok.
B. Kelas Flagellata (Mastigophora)
Bentuk tubuh lebih tetap walau tidak memiliki rangka luar tubuh
Tubuh lengkapi dengan alat gerak flagel
Tempat hidup di laut, air tawar, dan hidup parasit pada tubuh manusia atau hewan.
Perkembangbiakan secara vegetatif dengan membelah diri.
Genus/Spesies Flagellata
1. Euglena
- Tubuh berupa sel tunggal, memiliki satu buah flagel dengan ukuran 30-60 mikron dan
dekat dengan dasar bulu cambuk terdapat bintik mata yang berfungsi untuk
membedakan gelap dan terang.
- Tubuh mengandung juga butir pyrenoid yaitu merupakan pusat pembentukan
tepung/almilum.
- Tubuh mengandung krolopas, sehingga hewan ini bersifat hewan bila persediaan
bahan organik mencukup; dan bersifat tumbuhan (mampu berfotosintesis bila bahan
organik berkurang)
- Bersifat fototaksis positif, tetapi bila terkena sinar secara langsung akan
menghindarinya.
- Reproduksi dengan cara pembelahan.
2. Trypanosoma
Protozoa yang hidup pada plasma darah hewan dan manusia jadi bersifat parasit
Tubuh memanjang dengan nukleus di tengah berukuran relatif besar
Flagel dihubungkan dengan tubuh oleh jaringan ikat yang disebut membrana
undulans
Trypanosoma adalah protozoa berflagel yang bersifat parasit di dalam darah atau
jaringan berbagai jenis vertebrata.
Genus Trypanosoma, bentuknya panjang bergelombang, kedua ujungnya lancip,
letak intinya di tengah, kinetoplastnya di bagian posterior, mempunyai 1 flagel di
bagian anterior dan memiliki membran undulate.
Trypanosoma menulari manusia melalui gigitan lalat penghisap darah atau
melalui feces arthropoda yang mengotori luka gigitan arthropoda.
a. Trypanosoma yang merupakan parasit pada manusia
Trypanosoma gambiense
Terdapat di Afrkika Tengah, hidup pada plasma darah dan menimbulkan
penyakit yang bersifat kronis.
Vektornya (pembawa) yaitu lalat Glossina palpalis dan menyebabkan penyakit
tidur.
Trypanosoae gambiense mempunyai 3 bentuk, yaitu panjang ramping
berfagel, pendek gemuk tidak berflagel dan bentuk peralihan antara keduanya.
Panjangnya 14-33 mikron dan lebar 1,5-3,5 mikron.
Pada manusia menyebabkan penyakit tidur (sleeping sickness). Hidup di
dalam darah, kelenjar lympha, spleen dan liquor cerebrospinalis. Reproduksinya
secara pembelahan biner. Dalam siklus hidupnya melibatkan lalat Glossina sp.
(lalat tsetse) sebagai host dan sebagai vektor yang menularkan penyakitnya
kepada manusia. Lalat Glossina sebagai vektor antara lain Glossina palpalis dan
Glossina tachinoides.
Infeksi Trypanosoma gambiense pada ternak, kambing dan babi sering kali
asimptomatis sehingga berbahaya sebagai sumber penularan.
Gejala Penyakit
Masa inkubasi antara 2-23 hari. Tempat gigitan lalat Glossina akan terasa
gatal dan sedikit diikuti demam, sakit kepala, menggigil dan kehilangan nafsu
makan. Akan tetapi bisa juga pada phase ini tidak menunjukkan gejala apa-apa
dan penderita masih bisa bekerja.
Phase di mana Trypanosoma sp. sebagian berada di dalam jaringan lympha.
Pada phase ini timbul demam, pembengkakan spleen, liver dan kelenjar getah
bening terutama daerah belakang leher, kemudian kelenjar getah bening daerah
axilla, lipat paha, sakit kepala, sakit sendi-sendi, lemah dan ruam di kulit. Phase
di mana memasuki susunan syaraf pusat.
Pada phase ini terjadi sakit kepala yang hebat, apatis, malas, spasma otot,
tangan bergetar, koordinasi kerja otot terganggu, sakit dan kaku leher,
kelumpuhan yang semakin berat. Penderita sering mengantuk dan jatuh tidur
walau sedang makan atau duduk. Bila penyakitnya semakin parah, penderita
semakin kurusd, terus tertidur, koma dan meninggal. Kadang penyakitnya tidak
memasuki phase kronis, tetapi kematian dapat terjadi pada phase akut, terutama
waktu terjadi wabah.
Dengan diagnosa yang dini dan pengobatan yang cepat prognosanya baik,
tetapi bila Trypanosoma sudah menyerang susunan syaraf pusat, biasanya
berakhir dengan kematian.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample diambil dari darah, kelenjar getah bening, liquor cerebrospinalis
atau sumsum tulang. Dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop untuk
menemuksn Trypanosoma, perbenihan dan percobaan binatang.
Pencegahan Penyakit
Menghindari
gigitan
Glossina
sp.,
pengobatan
penderita
untuk
3. Genus Leismania
Genus Leismania umumnya bersifat parasit yang terdiri:
a. Leismania donovani: menyebabkan penyakit Kala azar dan menyerang alat-alat
visceral (alat-alat dalam seperti hati dan ginjal).
Leishmania donovani adalah protozoa yang memiliki 1 flagel, 1 inti dan 1
kinetoplast. Ukurannya antara 2-5 mikron. Mempunyai 2 bentuk, yaitu bentuk
leishmania di mana protozoa membulat tidak berflagel dan bentuk leptomonas yang
berflagel. Bereproduksi dengan pembelahan biner.
Pada manusia menyebabkan penyakit Kala-Azar (Leishmaniasis visceral).
Ditularkan melalui gigitan lalat pengisap darah, yaitu Phlebotomus sp., misalnya
Phlebotomus argentipes, Phlebotomus papatasii, dan Phlebotomus permiciosus.
Masa inkubasinya antara 2-4 bulan. Anjing adalah reservoir protozoa ini.
Gelaja Penyakit
Gejala penyakit bisa muncul secara akut atau lambat. Pada yang akut ditandai
dengan demam tinggi, menggigil dan muntah-muntah. Demamnya biasanya hilang
timbul, selang 2 hari, dan penurunan suhu disertai keringat banyak. Penderita
semakin kurus, spleen dan hepar akan membengkak. Bila tidak diobati, biasanya
berakhir dengan kematian.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample untuk pemeriksaan laboratorium berupa darah atau biopsy jaringan
untuk dilihat dengan mikroskop, perbenihan, percobaan binatang dan test serologis.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan:
1) Semua penderita diobati, untuk menghilangkan sumber penularan.
2) Hilangkan sampah yang membusuk tempat berkembang biaknya Phlebotomus sp.
3) Hindari gigitan Phlebotomus sp., misalnya dengan zat pengusir serangga dan tidur
berkelambu.
Berkembang biak dengan secara seksual yaitu dengan pembentukan sperma dan sel
telur dan secara vegetatif dengan fragmentasi.
Hidup di air tawar.
6. Noctiluca milliaris
- Bentuk tubuh memanjang dengan dua flagel yang tidak sama panjang.
- Hewan tersebut menyebabkan bersinarnya laut pada malam hari.
7. Giardia lamblia (Lamblia intestinalis)
Giardia
lamblia
bisa
berbentuk
vegetatif
(tropozoit)
maupun
kista.
Individu yang termasuk ke dalam kelas Cilliata memiliki bentuk tubuh yang
bervariasi dengan alat gerak yang disebut silia (rambut getar Genus/Species yang termasuk
pada Cilliata yaitu:
1. Paramaecium caudatum dan Paramaecium eurelia
- Bentuk tubuh memanjang seperti sandal dengan ukuran sekitar 120-130 mikron,
bentuk tubuh tetap.
- Hidup dalam air tawar yang banyak mengandung bahan organic atau bakteri.
- Dinding tubuh terlindung oleh silia sebagai alat gerak, dinding tersenut serin disebut
pelikel, memiliki mulut atau sistosom (mulut) tempat makanan keluar masuk yang
akan dicernakan dalam vakuola makanan.
- Terdapat makronukleus dan mikronukleus yang berperan dalam pembelahan sel.
- Reproduksi dengan cara pembelahan dan secara generative dengan konjugasi.
kadang-kadang
asymptomatis,
tetapi
umumnya
gejalanya
menyerupai dysenteri berupa diarrhea, abdominal kolik, tenesmus, nausea, hilang nafsu
makan, lesu dan berat badan yang menurun.
Bahan untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sample berupa feces penderita, dilihat dengan mikroskop untuk menemukan
trophozoite atau kistanya.
Pencegahan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene pribadi khususnya kebersihan
makanan dan minuman.
D. Kelas Sporozoa
Tubuh tidak memiliki alat gerak, bersifat parasit baik pada manusia maupun pada
hewan, tubuh merupakan sel tunggal.
Genus/Species Sporozoa
1. Plasmodium
- Dalam kehidupannya memiliki fase generatif dan fase vegetatif; fase generatif terjadi
dalam tubuh nyamuk dan fase vegetaif terjadi dalam tubuh manusia.
- Perkembangan vegetatif terjadi dalam butir eritrosit sehingga dapat menimbulkan
anemia.
Perkembangan Plasmodium dapat dibagi menjadi:
- Schizogony; meliputi Sporozoit Tropozoit Merozoit
- Sporogony; meliputi makrogamet dan mikrogamet zygot ookinet sporozoit
Plasmodium sp. pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala
demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dan vektornya nyamuk
Anopheles
betina,
karena
nyamuk
Anopheles
jantan
makanannya
cairan
ookinete. Ookinete akan menembus dinding lambung nyamuk dan tumbuh menjadi
oocyst, kemudian berkumpul di dalam bagian luar dan dinding lambung. Di dalam
oocyst ini akan tumbuh banyak sporozoite. Oocytst yang matang akan pecah dan
sporozoitenya akan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk dan sebagian akan berkumpul
di dalam kelenjar ludah nyamuk. Sporozoite ini akan masuk ke aliran darah manusia
bila nyamuk tadi mengisap darah manusia.
Reproduksi aseksual dimulai ketika sporozoite keluar dari aliran darah dan masuk
ke dalam sel parencym hepar untuk memulai schizogoni exoerythrocytic (schizogoni di
luar erythrocyte) yang pada tahap selanjutnya akan diikuti schizogoni erythrocyte
(schizogoni di dalam erytrhocytic).
Masa inkubasi malaria bervariasi bergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14 - 17 hari, Plasmodium ovale 11
16 hari, Plasmodium malariae 12 14, dan Plasmodium falcifarum 10 12 hari.
Gejala Penyakit
Gejala utama malaria adalah demam yang periodik disertai menggigil dan
diakhiri dengan berkeringat, anemia, splenomegali dan leukopenia. Munculnya demam
yang periodik ini berkaitan dengan pecahnya sejumlah besar erythrocyte, baik yang
parasit maupun tidak.
Interval (selang) waktu untuk terjadinya demam yang periodik, bergantung pada
lamanya waktu yang diperlukan untuk siklus schizogoni erythrocytic. Misalnya,
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, siklus schizogoni erythrocytic-nya
memerlukan waktu 48 jam sehingga demamnya akan terjadi selang 2 hari atau setiap
hari ketiga (tertian). Plasmodium malariae memerlukan waktu 72 jam sehingga
demamnya muncul setiap hari keempat (quartana) sedangkan Plasmodium falcifarum
antara 36-48 jam sehingga datangnya demam menjadi tidak teratur.
Infeksi oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovela dan Plasmodium malariae
gejalanya datang mendadak berupa demam tinggi (40 40,6 0C), menggigil, sakit
kepala, sakit otot, malaise, nausea dan setelah berlangsung beberapa jam demamnya
hilang berkeringat banyak. Pada peyakit yang berat dapat terjadi coma, kejang-kejang
dan kegagalan jantung, tetapi sangat jarang.
Infeksi oleh Plasmodium falcifarum demamnya berlangsung lebih lama dan
interval waktu terjadinya serangan lebih pendek. Plasmodium falcifarum sering
menimbulkan kematian, diantaranya blacwater fever yang ditandai dengan demam
yang tinggi, menggigil, urina berwarna kemerahan atau kecoklatan, dan kadang-kadang
terjadi anuria.
Malaria bisa juga menyerang otak (Malaria cerebralis). Pada penderita yang
pengobatannya tidak sempurna penyakitnya sering kambuh lagi (relapse) terutama
Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.
Relapse ini diduga karena adanya sisa-sisa exoerythrocytic parasit atau parasit di
dalam exythrocyte yang berada di kapiler-kapiler viscera. Faktor yang memudahkan
kambuhnya malaria adalah daya tahan tubuh yang menurun atau sewaktu menderita
penyakit lain, misalnya gastro enteritis, pneumonia, atau setelah bekerja berat.
Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium
Sample untuk pemeriksaan di laboratorium adalah darah yang diambil pada
waktu penderita mengalami demam.
Pencegahan
Pencegahan malaria dilakukan dengan:
1. Menghindari gigitan nyamuk, misalnya tidur memakai kelambu.
2. Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
3. Pemberantasan nyamuk dan larvanya.
Jenis-jenis Malaria
Nama Species
Plasmodium falsifarum
Plasmodium vivac
Plasmodium malariae
2. Toxoplasma gondii
Nama penyakit
Malaria tropika
Malaria tertian
Malaria quartana
Sporulasi
1 2 x 24 jam
2 x 24 jam
3 x 24 jam
BAB III
KESIMPULAN
Protozoa berarti hewan-hewan yang pertama. Protozoa merupakan kelompok lain
protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme
mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya
berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan
klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Bentuk dan ukuran protozoa bermacam-macam. Ada yang bentuk dan ukurannya relatif
tetap ada yang waktu aktif bentuknya berubah-ubah. Walaupun ukuran dan bentuknya
berbeda-beda, secara umum protozoa memiliki beberapa persamaan. Protozoa mempunyai
nucleus (inti) yang berisi kromosom dan terletak dalam sitoplasma (protoplasma).
JENIS
SISTEM PROTOZOA
SISTEM
Otot-rangka
Protozoa tidak memiliki kerangka dalam atau luar. Mereka bergerak dengan
berbagai cara. Amoeba memiliki kaki palsu atau pseudopodia yang meluas
ketika bergerak. Paramecium ditutupi dengan rambut yang disebut silia.
Euglena viridis memiliki cambuk seperti ekor yang disebut flagel untuk
bergerak.
Pencernaan
Saraf
Protozoa memiliki tingkat reaksi yang sangat rendah terhadap dunia di sekitar
itu dan tidak mempunyai sistem saraf. Mereka dapat bereaksi terhadap cahaya
dan perubahan suhu.
Sirkulasi
Protozoa memiliki aliran air yang masuk melalui pori-pori. Air berisi makanan
dan kebutuhan oksigen protozoa.
Respirasi
Reproduksi
Ekskresi
Simetri
Warna
Kelompok
Reproduksi Aseksual
Reproduksi
Seksual
Phylum: Sarcomatigopora
Pembelahan biner
Fusi gamet
Subphylum: Sarcodina
Genus
Amoeba
Entamoeba
Trysopoma
Subphylum: Mastigophora
Pembelahan biner
Giardia
Trichomonas
Phylum: Apicomplexa
Scizogony
(pembelahan
Kelas : Sporozoa
Phylum: Cilophora
Subphylum: Ciliata
Nama Species
Plasmodium falsifarum
Plasmodium vivac
Plasmodium malariae
Fusi gamet
multiple)
Pembelahan
transversal
konjugasi
Nama penyakit
Malaria tropika
Malaria tertiana
Malaria quartana
Plasmodium
Toxoplasma
Balantidium
Paramaecium
Sporulasi
1 2 x 24 jam
2 x 24 jam
3 x 24 jam