Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MIKROBIOLOGI
“Pengendalian Mikroorganisme”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
FARID G 701 12 038
PRISKA AMELIA G 701 16 084
MUHAMMAD RISKI RUSLAN G 701 16 014
ADITYA SABDA REZA G 701 16 132
UMI MUSAROFAH G 701 16 227
Kelas D

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Melalui makalah
ini, kita dapat mengetahui tentang “Pengendalian mikroorganisme”.

Makalah ini kami susun sebagaimana materi yang terdapat dalam mata
kuliah Mikrobiologi. Materi ini kami ambil dari berbagai sumber. Dengan
demikian, para pembaca bisa memperluas wawasannya, memahami dan
mengaplikasikan isi makalah dalam kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah ini. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar
makalah ini akan semakin baik sajiannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pembaca.

Palu, 13 Maret 2018

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Cover Makalah .........................................................................................................


Kata Pengantar ..........................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang .................................................................................................
1.2. Rumusan masalah ............................................................................................
1.3. Tujuan .............................................................................................................
Bab II Pembahasan
2.1. Pengertian dan pentingnya Pengendalian.........................................................
2.2. Steril dan sterilisasi ..........................................................................................
2.3. Macam-macam dan prinsip metode sterilisasi .................................................
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................
3.2. Saran .................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak
dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat
bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan
dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis,
sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Hal
itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman,
menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai pada
kematian. Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting di dalam
industri dan produksi pangan, obat-obatan, kosmetika dan lainnya.
Makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut
dalam kehidupannya dapat dilihat oleh mata telanjang dan ada yang tidak
dapat langsung dilihat oleh mata telanjang. Oleh karena itu untuk melihat
makhluk tersebut yaitu dengan menggunakan alat pembesar misal mikroskop
ataupun loop. Karena itulah makhluk yang dilihat dengan mikroskop tersebut
disebut sebagai mikroorganisme dikarenakan ukurannya yang terlalu kecil.
Tetapi biarpun ukurannya kecil, mikroorganisme juga memiliki kebutuhan
layaknya makhluk hidup yang lain. Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik
maupun kimia. Selain itu, mikroorganisme juga melakukan proses
perkembangbiakkan. Proses perkembangbiakkan dilakukan oleh
mikroorganisme agar mereka tidak punah. Dalam pertumbuhan
mikroorganisme, mereka memiliki beberapa fase pertumbuhan sel dan
pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan oleh beberapa cara.
Mikroba tidak secara instan dapat terbunuh ketika diberi agen letal. namun
penurunan populasi sedikit konstan dengan interval konstan (kematian
eksponensial). Mikroba biasanya benar-benar mati ketika mereka tidak dapat
tumbuh pada kondisi yang secara normal biasanya mendukung pertumbuhan
dan reproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. 2. 1 Apakah yang di maksud dengan pengendalian mikoorganisme?
1. 2. 2 Bagaimana cara pengendalian mikroorganisme?

1.3 Tujuan
1. 3. 1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengendalian
1. 3. 2 Mengetahui teknik pengendalian mikroorganisme
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan pentingnya pengendalian mikroorganisme

Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba


dalam mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil
kerugiannya. Mikroba selain memberikan keuntungan juga dapat member
kerugian pada manusia berupa penyakit atau racun. Pengendalian mikroba
bertujuan mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi
mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan mencegah pengrusakan
serta pembusukan bahan oleh mikroba, menghambat pertumbuhan bakteri
dan mencegah kontaminasi bakteri yang tidak dikehendaki kehadirannya
dalam suatu media.

Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan.


Hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta
tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai
kepada kematian. Mikroorganisme pun dapat mencemari makanan, dan
dengan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi di dalamnya, membuat
makanan tersebut tidak dapat dimakan atau bahkan beracun. Kerusakan
yang ditimbulkan juga dapat terjadi pada berbagai bahan seperti kain
(tekstil); kulit; struktur berkayu seperti pilar jembatan, dan rumah-rumah;
insulasi listrik yang terbuat dari plastik serta bahan-bahan organik lainnya
bahkan pula bahan bakar jet. Kerugian ekonomi yang diakibatkannya dapat
sangat besar. Karena itu adanya prosedur untuk mengendalikan
pertumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba merupakan suatu keharusan.
Beberapa alasan utama untuk mengendalikan mikroorganisme dapat
dirangkumk secara singkat dan padat sebagai berikut: Mencegah
penyebaran penyakit dan infeksi, Membasmi mikroorganisme pada inang
yang terinfeksi, Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat atau dibunuh dengan
sarana atau proses fisik, atau bahan kimia. Tersedia berbagai teknik dan
sarana yang bekerja menurut berbagai macam cara yang berbeda-beda dan
masing-masing mempunyai keterbatasan sendiri-sendiri di dalam penerapan
praktisnya. Suatu sarana fisik dapat diartikan sebagai keadaan atau sifat fisik
yang menyebabkan suatu perubahan. Beberapa contoh sarana fisik ialah
suhu, tekanan, radiasi dan penyaringan. Suatu proses fisik ialah suatu
prosedur yang mengakibatkan perubahan, misalnya sterilisasi, pembakaran
dan sanitasi. Suatu bahan kimia ialah suatu substansi (padat, cair, atau gas)
yang dicirikan oleh komposisi molekular yang pasti dan menyebabkan
terjadinya reaksi; contoh-contohnya ialah senyawa-senyawa fenolik,
alkohol, klor, iodium, dan etilen oksida.

Mikroba umumnya ada yang bersifat baik maupun buruk. Mikroba


yang membawa dampak buruk tersebut harus dikendalikan
perkembangannya. Sehingga tidak dapat menganggu makhluk hidup
lainnya. Pengendalian pertumbuhan mikroba dilakukan dengan berbagai
cara. Pengendalian tersebut memiliki 3 tujuan khusus, yaitu mencegah
penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikrorganisme pada inang
yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme. Dengan demikian, maka mikroorganisme tidak dapat
mengganggu kelangsungan makhluk hidup lainnya.

II.2 Cara pengendalian Mikroorganisme

Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat


dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika
atau bahan kimia.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah
populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan
sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan
sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian
besar populasi mikroba.
b) Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif
mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk
membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.

c) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis
terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas
mikroba.

d) Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi
steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas.
Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu :
1) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk
sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses
cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga
mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan
sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2
dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure
cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
2) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat
laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang
digunakan pada umumnya adalah oven.
e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
a) Pasteurisasi :
Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali
berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling
resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh
hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun
tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu,
rum, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC
selama 30 menit.

b) Tyndalisasi :
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan
minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus
spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam
makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC
selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
c) Boiling :
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan
pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel
vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan
beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat
kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
d) Red heating :
Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar
spiritus) sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk
mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose.
e) Flaming :
Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar
bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.

f) Pengendalian Mikroba dengan Radiasi


Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan
penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.

a) Sinar UV :
Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan
permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
b) Sinar Ionisasi :
Sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar
gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar
dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi maupun industri
kedokteran.
- Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki
daya penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada
sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk
sterilisasi bahan makanan.
g) Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
a) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-
bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula,
serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya
menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri
saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz
(dari asbes) dan seluosa.
b) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan
partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA)
memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup
dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)

h) Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia


Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk
membunuh atau menghambat mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa
kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang baik adalah yang memiliki
kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah
tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :
a) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
b) Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
c) Agen kimia yang mendenaturasi protein.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di


dalam mengendalikan mikroba, yaitu :
a) Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi
konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat.
b) Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan
yang disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.
c) Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih
resisten dibandingkan yang berkapsul dan berspora.
d) Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik
dapat menurunkan efektivitas agen kimia.
e) pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat
berubah seiring dengan perubahan pH.
a) Agen Kimia yang merusak membran sel
1. Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan
anionik, kationik dan nonionik.
2. Golongan fenol.

b) Agen Kimia merusak enzim


1. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
2. Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen
dan formaldehid.

c) Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein


Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan
presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam
dan alkalis.

II.3 Macam dan Prinsip metode sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara


mekanik, fisik dan kimiawi.

1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)

Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu


saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik.

Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau


tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi
yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan.
Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan
adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter
chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada
tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring.

Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan


melalui suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk
menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar
sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu
juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme.
Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu,
sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam otoklaf.
Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap
panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb.

 Menyaring cairan

Hal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan


Seitz, yang menggunakan saringan asbestos sebagai alat
penyaringannya; saringan berkefeld, yang mempergunakan filter yang
terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland, yang mempergunakan
filter yang terbuat dari porselen; dan fritted glass filter, yang
mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes
lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen. Saringan
asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen
terlalu mahal bila dibuang, tetapi terlalu sulit untuk dibersihkan.

 Menyaring udara

Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar
oleh mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak
tercemar oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus ditutup
denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat
menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi
basah, oleh karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus
kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada
waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut
laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring
terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas
waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah
tidak berfungsi lagi.

2. Sterilisasi secara fisik

Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan &


penyinaran.

· Pemanasan

a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara


langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi


panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dll.

c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak
terjadi dehidrasi.

d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf

· Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,


misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
3. Sterilisaisi secara kimiawi

Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa


desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan
dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil
alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang
sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan
meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak
efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah
campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk
dipakai sebagai antiseptik.

Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada


tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa
beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi.
Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen
(senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu
kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn),
aldehida, dll.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba


dalam mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil
kerugiannya. pengendalian mikroba bertujuan mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
dan mencegah pengrusakan serta pembusukan bahan oleh mikroba,
menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah kontaminasi bakteri yang
tidak dikehendaki kehadirannya dalam suatu media. Cara pengendalian
pertumbuhan mikroba secara umum terdapat dua prinsip, yaitu: 1) dengan
membunuh mikroba, 2) menghambat pertumbuhan mikroba. Pengendalian
mikroba, khususnya bakteri dapat dilakukan baik secara kimia maupun fisik,
yang keduanya bertujuan menghambat atau membunuh mikroba yang tidak
dikehendaki.

III.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh


karena itu penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan
saran. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewick, P.M, 1999, Medicinal Natural Products, A Biosynthesis Approach, John


Willey & Sons Ltd, England.
Hogg, S., 2005, Essential Microbiology, John Willey & Sons Ltd, England
Pelczar, Michael J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiolgi. Universitas Indonesia:
Jakarta
Sudibyo, R.S., 2002, pengendalia mikroba, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Suharni, Theresia Tri. 2007. Mikrobiologi umum. Yogyakarta :Penerbit
Universitas Atma Jaya.

Anda mungkin juga menyukai