Anda di halaman 1dari 16

KONSEP MIKROORGANISME DALAM TUBUH

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety

disusun oleh :
Ane Juliana Mardiane
(043315150003)
Azka Magfira Injani
(043315150006)
Cika Insani Restuningrum
(043315150008)
Endang Dinilah Rahmat
(043315150010)
Evi Widi Alfiah
(043315150012)
Firman Nur Maulana
(043315150014)
Guntur Arya Prayoga
(043315150016)
Imanulhak
(043315150018)
Lelah Nursiah
(043315150020)
Muhamad Ramdani
(043315150022)

PROGRAM STUDI D3-2 KEPERAWATAN


STIKEP PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha
Mendengar dan atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya. Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep mikroorganisme
dalam tubuh sesuai waktu yang telah direncanakan.
Dalam makalah ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materi. Maka dari itu, penyusun ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu Nyayu Nina Putri C, Ners., M. Kep selaku dosen yang
telah memberikan tugas makalah ini. Serta kepada Bapak Deni Firmansyah,
S.Sos yang telah menjadi fasilitator dalam mencari buku sumber.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun meminta agar pembaca
dapat memberikan kritik dan sarannya sehingga dapat menjadi bahan perbaikan
untuk pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi para pembaca.

Bandung, September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Mikroorganisme...................................................................................3
B. Jenis-jenis Mikroorganisme...................................................................................3
C. Siklus Hidup Mikroorganisme (Bakteri)................................................................4
D. Cara Perkembangbiakan Mikroorganisme (Bakteri)..............................................5
E. Cara Penularan Mikroorganisme............................................................................9
F.

Jenis Organisme Parasit.......................................................................................10

G. Siklus Hidup Parasit.............................................................................................10


H. Cara Perkembangbiakan Parasit...........................................................................11
I.

Cara Penularan Parasit..........................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini banyak penyakit yang menyerang manusia yang sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme terdapat di segala
macam lingkungan sekaligus sebagai bagian dari seluruh ekosistem alam.
Mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi bakteri, protozoa, virus,
algae, dan cendawan mikroskopis yang beberapa diantaranya bermanfaat dan
yang lain merugikan. Banyak diantaranya menjadi penghuni dalam tubuh
(Pelczar, 1986).
Pengetahuan mengenai mikroorganisme dan parasit yang berkaitan
dengan kejadian penyakit merupakan bekal penting dalam kegiatan pelayanan
keperawatan. Pencegahan infeksi melalui tindakan antiseptik, desinfeksi, dan
sterilisasi di rumah sakit akan menurunkan kejadian infeksi nosokomial
(Entjang, 2003).
Dengan mengetahui berbagai hal mengenai mikroorganisme dan parasit
dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan khususnya perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan dalam melakukan pencegahan penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme. Maka dari itu, pengetahuan mengenai
mikroorganisme dan parasit perlu dipelajari dan dipahami agar pencegahan
penyakit dapat dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana siklus hidup mikroorganisme dan parasit?


Bagaimana cara berkembang biak mikroorganisme dan parasit?
Bagaimana cara penularan mikroorganisme dan parasit?
Apa saja jenis-jenis organisme parasit

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui siklus hidup mikroorganisme dan parasit.


Untuk mengetahui cara berkembang biak mikroorganisme dan parasit.
Untuk mengetahui cara penularan mikrooganisme dan parasit.
Untuk mengetahui jenis-jenis organisme parasit.

D. Manfaat
Dibuatnya makalah ini bertujuan agar petugas kesehatan khususnya
perawat dapat mengetahui tindakan untuk pencegahan penyakit dikarenakan
mikroorganisme dan parasit.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat
kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan
alat bantuan. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniselular) meskipun
beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada
beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Ilmu yang
mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja
dibidang ini disebut mikrobiolog (Anonymousc, 2009).
Mikroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil, yang tidak
dapat

dilihat

tanpa

menggunakan

mikroskop.

Untuk

menghindari

berkembangnya mikroorgaisme dalam lingkungan kerja, seorang karyawan


harus tahu bagaimana sebuah mikroorganisme itu hidup, tumbuh, dan
berkembang

menjadi

banyak

dan

bagaimana

mikroorganisme

ini

bertransformasi. (Knight dan Kotschevar, 2000 : 289).

B. Jenis-jenis Mikroorganisme
Menurut Knight dan Kotschevar (2000 : 277 ) mikroorganisme dibagi
menjadi:
1. Bakteri
Bakteri biasanya menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam
perkembangannya bakteri membutuhkan makanan, udara yang lembab,
dan pada temperatur yang tepat. Contoh : Salmonella, Eccerecia Coli,
Staphylococcus dan Diphtheria bacilus.
2. Virus
Organisme hidup yang paling kecil adalah virus. Ada beberapa virus
yang tidak bisa dilihat, walaupun sudah menggunakan mikroskop.

Biasanya virus ini menyebar lewat media air dan makanan. Sebagai
contoh, virus hepatitis. Sedangkan virus polio, menyebar lewat makanan
atau susu.
3. Parasit
Sebagai contoh Endamoeba histolytica adalah parasit yang hidup di
air, minyak, buah atau sayuran dan makanan yang lain.
4. Jamur
Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori fungi.
Biasanya jamur ini tidak menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan
kerusakan pada makanan. Sebagai contoh, jamur yang ditemukan pada
permukaan daging, bisa dibuang bagian daging tersebut tanpa harus
membuang semua daging.
5. Ragi
Sama dengan jamur, ragi juga tidak menyebabkan penyakit, tetapi
menyebabkan kerusakan pada makanan. Ragi biasanya bereaksi jika ada
karbondioksida. Ragi biasanya digunakan dalam pembuatan minuman
alcohol dan pembuatan roti.

C. Siklus Hidup Mikroorganisme (Bakteri)


1. Fase Lag (Lag Phase)
Pada fase ini, bakteri tidak mengalami pertumbuhan. Namun, mereka
melakukan adaptasi dengan lingkungan baru mereka dan bermetabolisme,
dengan cara, menghasilkan vitamin dan asam amino yang dibutuhkan
untuk untuk pembelahan. Selanjutnya, bakteri memulai proses penyalinan
DNA mereka, dan jika lingkungan baru mereka memiliki pasokan nutrisi
yang sesuai dan banyak, fase lag dapat terjadi dengan singkat. Kemudian
bakteri akan melanjutkan ke fase berikutnya dalam siklus hidup mereka.
2. Fase eksponensial (Log or Exponential Phase)
Selama fase log atau eksponensial, bakteri berkembang biak dengan
sangat cepat, bahkan secara eksponensial.Waktu yang dibutuhkan Kultur
untuk menggandakan diri disebut "Generation Time," dan apabila berada
pada kondisi terbaik, bakteri dapat menggandakandirinya dalam waktu

sekitar 15 menit. Ada juga bakteri lain yang membutuhkan waktu berharihari.
Dalam bakteri, salinan DNA melayang ke sisi berlawanan dari
membran. ujung dari bakteri kemudian tertarik untuk berpisah, yang
menciptakan dua "sel anak," yang identik dan siap memulai kehidupan
baru. Proses ini disebut pembelahan biner (binary fission).
3. Fase stasioner (Stationary Phase)
Selama fase stasioner, pertumbuhan bakteri sedikit datar. Karena
banyaknya zat sisa dan semakin menyempitnya ruang hidup, bakteri tidak
dapat mempertahankan wilayah yang terbentuk pada fase sebelumnya. Jika
bakteri mampu bergerak menuju kultur yang lain, maka pertumbuhannya
dapat dilanjutkan.
4. Fase Kematian (Death Phase)
Selama fase kematian, bakteri kehilangan semua kemampuan untuk
mereproduksi, yang seolah-olah menjadi lonceng kematian mereka.
Seperti pada fase log atau fase eksponensial, kematian bakteri dapat terjadi
secepat pertumbuhan mereka.

D. Cara Perkembangbiakan Mikroorganisme (Bakteri)


Kemampuan reproduksi yang cepat sangat menguntungkan bagi bakteri
untuk mempertahankan kelestarian jenisnya. Tubuh bakteri tersusun atas satu
sel (uniseluler), oleh karena itu bakteri sangat sensitif terhadap lingkungan.
Lingkungan yang baik membuat laju perkembangan bakteri melesat,
sedangkan

apabila

lingkungan

ekstrim

(buruk),

bakteri

cenderung

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Beberapa mekanisme reproduksi


yang dipilih bakteri untuk mempertahankan kelangsungan jenisnya akan kita
bahas dalam artikel ini. Bakteri mampu melakukan reproduksi baik secara
seksual ataupun secara aseksual berdasarkan kondisi lingkungan atau
kebutuhan bakteri tersebut.
5

1. Reproduksi Seksual
Ciri khas reproduksi seksual pada bakteri adalah terjadinya
penggabungan gen (genetic recombination) antar bakteri, hal ini akan
meningkatkan keanekaragaman jenis bakteri karena munculnya variasi
baru dari penyatuan gen bakteri ini. Mutasi adalah akibat dari reproduksi
ini, bakteri mengalami perubahan genetik. Pada banyak kasus, mutasi
menyebabkan

bakteri

mengalami

kekebalan

terhadap

antibiotik.

Reproduksi seksual pada bakteri membutuhkan waktu yang lebih lama


dibanding reproduksi aseksual, namun hasil dari reproduksi seksual
menghasilkan spesies baru yang lebih kuat dibanding induknya.
Penyatuan genetik pada reproduksi seksual dapat diperoleh melalui
berbagai cara:
a. Transformasi
Pada metode ini, bakteri mengambil fragment DNA bakteri lain
dari lingkungan kemudian merekontruksi dengan DNA yang ia miliki.
Bakteri rekombinan yang terbentuk kemudian akan melakukan
reproduksi secara aseksual untuk menghasilkan spesies bakteriyang
sama.
Teknik ini pertama kali ditemukan oleh Fred Griffith pada
bakteri penyebab pneumonia (Streptococcus pneumonia). Ditemukan
varian baru dari S. pneumonia berkapsul, penelitian Griffith
menunjukkan bahwa varian baru ini terbentuk hasil dari S. pneumonia
tak berkapsul yang mengambil gen kapsul dari fragmen DNA bakteri
lain yang ada di lingkungan sekitarnya. Tidak semua bakteri mampu
melakukan metode ini, hal ini dipengaruhi oleh stuktur morfologi
bakteri tersebut untuk mengambil dan menggabungkan DNA donor.
Fragment DNA donor ini dikenal dengan istilah eksogen, sedang
DNA asli bakteri penerima disebut endogen, hasil gabungan dari dua
DNA ini akan menghasikan merozigote.
b. Transduksi
Rekombinasi genetik yang diperantarai oleh bakteriofage virus.
Virus bakteriofage adalah kelompok virus yang menyerang bakteri,

virus ini meminjam tubuh bakteri untuk melakukan reproduksi. Virus


bakteriofage membawa DNA dari bakteri yang sebelumnya telah
diinfeksi ke dalam tubuh bakteri lain. Fragmen DNA antar bakteri
kemudian akan menyatu (merekombinasi) sehingga terbentuk Bakteri
rekombinan. Penemuan Zander dan Lederberg ini membawa
perkembangan dalam dunia rekayasa genetik. Virus bakteriofage
sering digunakan untuk menyisipkan gen-gen yang diinginkan ke
dalam tubuh bakteri sehingga bakteri akan menghasilkan produk
untuk kemaslahatan manusia, seperti pembuatan hormon insulin.
c. Konjugasi
Konjugasi melibatkan dua sel bakteri yang akan secara langsung
melakukan transfer genetik. Teknik ini pertama kali diperkenalkan
oleh Lederberg dan Tatum pada bakteri E.coli. Plasmid adalah DNA
ektstra yang dimiliki oleh beberapa bakteri. Pertukaran ini akan
melalui jembatan konjugan yang dibentuk oleh Bakteri F+ . Bakteri
F+ akan memperpanjang pili yang berperan sebagai jembatan
konjugan menembus sel bakteri penerima (F-). Pili ini akan ditarik
kembali setelah plasmid selesai ditransfer. Sebelumnya, bakteri donor
(F+) akan mengcopy plasmid, sehingga terbentuk dua plasmid (asli
dan replika). Plasmid replica ini yang akan ditransfer ke bakteri
recipient (F-) sehingga bakteri penerima kini bermutasi memiliki
kombinasi gen dari bakteri F+.
2. Reproduksi Aseksual (Vegetatif)
Reproduksi aseksual tidak terjadi penyatuan gen. Reprosuksi ini
berlangsung sangat cepat, dalam satu jam dapat dihasilkan jutaan bakteri
dengan reproduksi aseksual (bila kondisi lingkungan mendukung).
Macam-macam reproduksi aseksual yang dilakukan bakteri:
a. Pembelahan biner (membelah diri)
Bakteri pada umumnya melakukan teknik ini. Pembelahan diri
berlangsung sangat cepat dan mudah karena tanpa melalui tahapan
pembelahan seperti pada sel hewan atau tumbuhan. Pada teknik ini
bakteri akan meng-copy DNA-nya dengan menyematkan di membran
sel. Setelah terbentuk DNA copy, bakteri akan membagi tubuhnya

menjadi dua sel. Sehingga akan terbentuk dua sel anak yang memiliki
DNA identik satu sama lain dengan induk. Tiap-tiap anak sel akan
melakukan pembelahan lagi dalam waktu 20-30 menit, sehingga dapat
dihasilkan jutaan bakteri dalam 10 jam dengan teknik ini jika
b.

lingkungan mendukung.
Fragmentasi
Pada lingkungan yang buruk, bakteri akan membentuk tubuh
gonidia yang berisi fragmen (potongan) DNA dan protoplasma sel
bakteri. Setelah lingkungan kembali normal, masing-masing gonidia
akan tumbuh menjadi sel bakteri yang utuh dengan mereplikasi ulang

DNA untuk melengkapi fragmen DNA-nya.


d. Tunas (budding)
Pada beberapa kasus, bakteri dapat membentuk tonjolan dari
tubuhnya yng disebut dengan tunas. Sel induk bakteri akan membuat
copy-an DNA yang akan diberikan kepada tunas. Copy DNA akan
ditransfer ke dalam tubuh tunas yang masih melekat pada tubuh induk.
Tunas ini semakin membesar dan akan memisahkan diri dari tubuh
induk. Sel anak dari pertunasan memiliki DNA yang identik dengan
induknya dan akan mengalami perkembangan yang sama.
e. Endospora
Pada teknik endospora, bakteri akan meng-copy DNA,
membungkusnya dengan dinding yang sangat kuat. Endospora tetap di
dalam tubuh induk sel bakteri. Hanya beberapa bakteri dapat
berkembangbiak dengan endospora, biasanya ditemukan pada
golongan bakteri gram positif. Endospora dilakukan apabila terjadi
perubahan lingkungan yang buruk untuk pertumbuhan bakteri. Bila
cuaca buruk, induk bakteri akan mati, endospora akan terlepas keluar.
Dinding endospora tahan panas, sehingga tahan akan kondisi yang
ektrem. Sampai lingkungan akan kembali normal, endospora ini akan
menetas membentuk bakteri yang baru.

E. Cara Penularan Mikroorganisme


8

Proses penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia


maupun hewan,dapat melalui berbagai cara, diantaranya :
1. Kontak tubuh
Kuman masuk kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung
maupun tidak langsung,penyebaran secara lamgsung melalui sentuhan
dengan kulit,sedangkan tidak langsung dapat melalui benda yang
terkontaminasi kuman.
2. Makanan dan minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi,seperti pada penyakit tifus abdominalis,penyakit infeksi
cacing dan lain lain.
3. Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serannga adalah penyebaran
penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes dan beberapa
penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
4. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran
penyakit sistem pernapasan (penyebaran kuman tuberkolosis) atau
sejenisnya.

F. Jenis Organisme Parasit


Jenis pertama adalah Zooparasit yaitu parasit yang berupa hewan yang
kemudian dibedakan atau dibagi dalam :
1. Protozoa adalah parasit yang berupa hewan yang bersel satu seperti
amoeba.
2. Metazoa adalah parasit berupa hewan yang bersel banyak yang dibagi lagi
dalam helmintes atau cacing dan artropoda atau serangga.
Jenis parasit kedua adalah Fitoparasit yaitu parasit yang berupa tumbuhtumbuhan yang kemudian dikelompokkan dan terdiri dari :
a. Bakteri
b. Fungi atau Fungus atau jamur

3. Jenis parasit yang ketiga adalah Spirochaeta dan Virus


Sebenarnya parasit tidak bermaksud membunuh hospesnya (yang
menjadi tempat jasad renik hidup dan berkembang) tanpa membahayakan
dirinya sendiri, yang berlainan sekali dengan pemangsa (predator) yang
membunuh terlebih dahulu sebelum makan mangsanya. Spesies yang
dihinggapi parasit disebut hospes, yang mungkin menderita berbagai
kelainan fungsi dari organ sehingga dapat menimbulkan kelainan.

G. Siklus Hidup Parasit


Siklus hidup (daur hidup) parasit adalah serangkaian fase (stadium)
dari paarsit untuk kelangsungan hidupnya. Mengenai siklus hidup parasit
sangatlah penting, karena pengendalian penyakit parasit tanpa dilandasi
dengan pengetahuan siklus hidup parasit adalah sia sia.
Siklus hidup parasit secara umum dapat dibedakan menjadi :
1. Siklus hidup secara langsung, untuk melangsungan hidup parasit
memerkulan hanya satu hospes (hospes definitif) dan parasit ini biasanya
memiliki fase bebas. Contoh cacing Ascaris suum yang menginfeksi babi,
cacing dewasa bertelur dan keluar bersama tinja dan mencemari
lingkungan, telur mengalami perkembangan dimana di dalam telur
terbentuk larva stadium 1 dan 2 yang bersifat infektif dan akhirnya
tertelan lagi oleh babi dan berkembang menjadi dewasa. Disini hanya
memerluka satu hospes babi dan perkembangan telur terjadi diluar tubuh
babi (fase bebas).
2. Siklus hidup secara tidak langsung, untuk kelangsungan hidup parasit
membutuhkan satu hospes definitive dan satu atau lebih hospes
intermedier. Contoh cacing hati Fasciola gigantica yang menginfeksi
sapi, cacing dewasa yang berpredileksi didalam kantung empedu bertelur
dan keluar bersama tinja dan mencemari lingkungan, dari dalam telur
akan keluar mirasidium yang harus membutuhkan hospes intermedier
siput Lymnaea sp untuk berkembang menjadi sporokista, redia dan

10

serkaria, serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel pada
rumput menjadi Metaserkaria infektif dan akhirnya harus tertelan oleh
sapi.

H. Cara Perkembangbiakan Parasit


Protozoa dapat memperbanyak diri (reproduksi) secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual dapat berupa pembelahan biner dari satu
menajdi dua atau pembelahan multiple dari satu menjadi beberapa (lebih dari
dua) sel protozoa yang baru. Reproduksi seksual dapat berupa konjugasi atau
bersatunya gamete (fungsi gamet).

I. Cara Penularan Parasit


Cara penularan parasitisis dapat berupa:
1. Tanah dan air yang terkontaminasi. Tanah yang dikotori feses manusia
merupakan

sumber

penularan

yang

disebabkan

oleh

Ascaris

Lumbricoides, Trichuris Trichuira. Air yang terkontaminasi mengandung


kista amoeba dan telur taenia solium.
2. Makanan yang mengandung parasit.
3. Antropoda penghisap darah seperti penyakit malaria, leismania, cacing
filaria, dan trypanosoma.
4. Binatang peliharaan atau binatang liar yang mengandung parasit.
Contohnya seperti binatang anjing merupakan sumber investasi dari
echinococcus granulosus dan toxocara canis sedangkan binatang
herbivora sebagai sumber parasit trichostrongylus sp.
5. Penderita parasitosis beserta barang-barang atau lingkungannya yang
sudah terkontaminasi penderita.
6. Penderitanya dapat menjadi sumber infestasi bagi dirinya sendiri
(autoinfeksi).

11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mikroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil, yang tidak
dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Jenis mikroorganisme yang
paling banyak menginfeksi tubuh manusia yaitu bakteri. Siklus hidup bakteri
terdiri dari beberapa fase yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan
fase kematian. Cara penularan bakteri pada tubuh manusia berupa kontak
tubuh, makanan/minuman, serangga dan udara.
Parasit terdiri dari beberapa jenis yakni Protozoa Metazoa Spirochaeta
dan virus. Siklus hidup parasit yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara
penularannya berupa tanah dan air yang terkontaminasi. Tanah yang dikotori
feses manusia merupakan sumber penularan yang disebabkan oleh Ascaris
Lumbricoides, Trichuris Trichuira. Air yang terkontaminasi mengandung
kista amoeba dan telur taenia solium dan Antropoda penghisap darah seperti
penyakit malaria, leismania, cacing filaria, dan trypanosoma.
B. Saran
Berdasarkan uraian makalah yang telah dibuat, diharapkan dapat
menambah pengetahuan mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan
dalam mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
dan parasit.
A.

12

DAFTAR PUSTAKA
Entjang, I. (2003). Mikrobiologi & Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti.
Chan, E.C.S & Pelczar, M. J. (1986). Dasar-Dasar Mikroorganisme. Jakarta : UIPers.
Kurniawan, A. (2015). Jenis, Pengertian Mikroorganisme Menurut Para Ahli
Beserta Contohnya. http://www.gurupendidikan.com/jenis-pengertianmikroorganisme-beberapa-ahli-beserta-contohnya/ Diakses 29 September
2016

13

Anda mungkin juga menyukai