Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TAHAP IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

i
OLEH:

ADISTY FERIANI(161211151)
1A
S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
daan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Tahap Implementasi Keperawatan”
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan
rendah hati penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya untuk semua yang telah diberikan, penulis
hanya bisa berdoa semoga budi baiknya dibalas oleh Allah SWT¸ Amin.

Padang, 3 April 2017

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………………………….……………………........ i


DAFTAR ISI ………………..………………….……………………......... ii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar belakang......................................................... 1

B Manfaat………………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi........................................ 2
B. Tujuan Implementasi…………………..................... 2
C. Proses Berpikir Kritis dalam Implementasi……….. 2
D. Standar Intervensi Keperawatan…........................ 3
E. Proses Implementasi………………........................ 5
F. Keterampilan Implementasi………......................... 8
G. Perawatan Langsung............................................. 9
H. Perawatan Tidak Langsung................................... 11

BAB III KESIMPULAN


Kesimpulan…...………............................................ 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia, manusia tidak akan luput dari sehat dan sakit. Pada
saat manusia sehat, tubuh manusia akan berjalan stabil, tidak ada gangguan akan
tetapi pada saat kita dalam keadaan sakit seluruh tubuh kita tidak akan stabil. Oleh
karena itu dalam hal ini perawat sangat dibutuhkan untuk membantu manusia untuk
menjadi stabil kembali yaitu menjadi sehat. Oleh karena itu juga perawat harus
mengerti tentang proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosis, intervensi,
implementasi hingga evaluasi. Dalam hal ini kami hanya menekankan pada proses
implementasi keperawatan. Setiap perawat itu berbeda-beda dalam proses penanganan
dalam bekerja. Di dalam perbedaan ini seorang perawat bisa mempengaruhi
implementasinya kepada pasien. Oleh karena itu kami mencoba meluruskan supaya
khususnya para mahasiswa yang membaca makalah ini menjadi lebih mengerti.

B. Tujuan
1. Menjelaskan hubungan antara implementasi dengan proses
diagnostik keperawatan
2. Mendiskusikan perbedaan antara protokol dan peraturan tetap
3. Menjelaskan hubungan antara berpikir kritis dan pemilihan intervensi keperawatan
4. Mengenal kegiatan persiapan yang dilakukan sebelum implementasi
5. Mendiskusi langkah revisi rencana perawatan sebelum melaksanakan implementasi
6. Menjelaskan tiga keterampilan implementasi
7. Mendeskripsikan dan membandingkan antara tindakan keperawatan langsung dan tidak
langsung
8. Memilih intervensi yang sesuai untuk klien

BAB II
PEMBAHASAN
 

1
A. Pengertian Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperrawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry,
1997).Intervensi keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan pertimbangan pengetahuan klinis yang bertujuan meningkatkan
hasil perawatan klien (Bulechek, Butcher, dan Dochterman 2008).

B. Tujuan Implementasi
1. Membantu klien untuk mencapai tujuan yang diinginkan
2. Mencakup dalam peningkatan kesehatan
3. Mencakup pencegahan penyakit
4. Mencakum pemulihan kesehatan
5. Memfasilitasi klien

C. Proses Berpikir Kritis dalam Implementasi


Sebelum mengimplementasikan intervensi keperwatan, gunakan
pemikiran kritis untuk menentukan ketepatan intervensi terhadap situasi klinis.
Walaupun implementasi telah direncanakan, perawat tetap berkewajiban
melakukan penilaian sebelum melaksanakan implementasi tersebut, karena
konsisi klien dapat berubah dalam hitungan menit. Berikut ini adalah
beberapa petunjuk yang dipertimbangkan saat pengambilan keputusan
tentang implementasi:
1. Tinjau ulang segala kemungkinan intervensi keperawatan yang sesuai
dengan masalah klien
2. Tinjau ulang semua kemungkinan konsekuensi pada setiap
kemungkinan intervensi keperawatan
3. Pertimbangkan peluang terjadinya kemungkinan konsekuensi
4. Buat keputusan tentang manfaat dari konsekuensi bagi klien

D. Standar Intervensi Keperawatan

2
Terdapat sistem yang menyediakan standar intervensi bagi beberapa
masalah kesehatan, sehingga perawat dapat menetapkan intervensi secara
lebih cepat dan mudah. Jika standar tersebut berbasis pada bukti, maka
perawat lebih cenderung memberikan intervensi klinis yang efektif untuk
meningkatkan hasil perawatan klien. Intervensi terstandardisasi, tersedia
dalam bentuk pedoman klinis atau protocol, petunjuk pelaksanaan dan
intervensi Nursing Interventions Classification (NIC).
1. Pedoman dan Protokol Praktis Klinis
Suatu pedoman klinis atau protocol merupakan pedoman yang
mengarahkan keputusan dan intervensi untuk masalah kesehatan
tertentu. Pedoman ini disusun berdasarkan pengkajian bukti ilmiah
terbaru dan membantu penyelenggara pelayanan kesehatan dalam
mengambil keputusan untuk kondisi klinis spesifik (Nasional Guideline
Clearinghouse, NGC, 2006). Contoh pedoman praktik klinis yang
disusun oleh kelompok kesehatan nasional adalah pedoman yang
dikeluarkan oleh Nasional Institutes of Helath dan Nasional Guideline
Clearinghouse. Pedoman ini tersedia bagi siapapun yang ingin
mengadopsi bimbingan yang berbasis pada bukti bagi klien dengan
masalah kesehatan spesifik. Contohnya adalah pedoman berbasis
bukti untuk mencegah penyakit pada wanita, manajemen diabetes
tipe 2, dan pencegahan, deteksi, evaluasi, dan terapi hipertensi
(NGC, 2006). Salah satu sumber yang baik pedoman praktik
keperawatan adalah Goronological Nursing Interventions Research
Center dari University of Iowa. Pusat penelitian tersebut memiliki
pedoman klinis untuk kondisi delirium dan kebingungan akut,
memandikan individu yang menderita demensia, pencegahan
kekerasan pada lansia, dan pencegahan terjadinya dekubitas
(GNIRC, 2006).
2. Petunjuk Pelaksanaan
Petunjuk pelaksanaan (standing orders) merupakan dokumen yang berisikan perintah
pelaksanaan terapi rutin, pedoman pengawasan, dan/atau prosedur diagnostic untuk klien
tertendu dengan masalah klinis tertentu pula. Perintah tersebut mengarahkan pelayanan
klien pada berbagai tatanan klinis. Petunjuk pelaksanaan biasanya ditemukan pada tatanan
perawatan kritis ataupun unit di mana kebutuhan klien berubah dengan cepat dan

3
membutuhkan perhatian sesegera mungkin. Contoh petunjuk pelaksanaan adalah
keterangan tentang pemakaian obat tertentu untuk disritmia sepertiLidokain untuk
propranolol. Setelah memeriksa klien dan mengidentifikasi irama jantung yang tidak
teratur, perawat unit kritis memberikan obat tersebut tanpa memberitahu dokter terlebih
dahulu. Petunjuk pelaksanaan awal berasal dari dokter yang melindungi tindakan perawat
tersebut. Petunjuk pelaksanaan juga umum ditemukan pada tatanan kesehatan komunitas,
dimana perawat sulit menghubungi dokter dengan segera. Petunjuk pelaksanaan dan

protokol klinis memberikan perlindungan hukum bagi perawat untuk


melakukan intervensi dengan tepat sesuai kebutuhan klien.
3. Intervensi NIC (Nursing Interventions Classification)
Sistem NIC dirancang oleh University of Iowa dan membantu
pemisahan praktik keperawatan dari professional kesehatan lainnya.
Sistem ini memberikan standardisasi yang meningkatkan komunikasi
asuhan keperawatan pada berbagai tatanan dan perbandingan
hasilnya. Dengan NIC, perawat mempelajari intervensi yang
disarankan untuk berbagai diagnosis keperawatan sesuai kategori
NANDA Internasional. Perawat yang mempelajari berbagai aktivitas
keperawatan untuk tiap intervensi NIC.
Standar klasifikasi komprehensif  dari campur tangan yang dilakukan
perawat. Hal ini sangat berguna bagi dokumentasi klinik, komunikasi sikap
peduli yang mencakup peraturan, hubungan antara data yang mencakup
system dan peraturan, efektifitas penelitian, ukuran produktifitas, evaluasi
kompetisi, pembayaran kembali, dan disain kurikular. Klasifikasi meliputi
campur tangan yang dilakukan oleh perawat pada kebutuhahan pasien, baik
perseorangan dan kolaboratif semuanya harus berupa keperawatan  lansung
dan tidak langsung. Sebuah campur tangan didefinisikan sebagai perlakuan,
berdasarkan pendapat dan pengetahuan, yang dilakukan perawat untuk
mempertimbangkan pasien atau klaen untuk berhasil dalam tindakan
keperawatan.

E. Proses Implementasi
Persiapan proses implementasi akan memasatkan asuhan keperawatan
yang efesien, aman, dan efektif.
1. Pengkajian Ulang terhadap Klien

4
Pengkajian merupakan proses kontinu yang terjadi setiap kali
perawat berinteraksi dengan klien. Saat mengumpulkan dan
mengidentifikasi kebutuhan baru, perawat akan memodifikasi rencana
keperawatan. Selain itu, perawat juga memodifikasi rencana saat
menentukan kebutuhan kesehatan seorang klien. Langkah ini
membantu perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan
tersebut masih sesuai dengan kondisi klien.
2. Meninjau dan Merevisi Rencana Asuhan Keperawatan yang Ada
Setelah mengkaji ulang, lakukan peninjauan pada rencana
keperawatan, bandingkan data tersebut agar diagnosis keperawatan
menjadi valid, dan tentukan apakah intervensi keperawatan tersebut
masih menjadi yang terbaik untuk situasi klinis saat itu. Jika terjadi
perubahan status klien, diagnosis keperawatan dan intervensinya,
lakukan modifikasi rencana asuhan keperawatan. Modifikasi rencana
perawatan tertulis mencakup empat langkah sebagai berikut:
a. Lakukan revisi data pada kolom pengkajian untuk
menggambarkan status klien terkini. Berikan tanggal pada
data baru sehingga anggota tim yang lain mengetahui waktu
perubahan tersebut.
b. Lakukan revisi pada diagnosis keperawatan. Hapus diagnosis
keperawatan yang telah kehilangan relevansinya, tambah dan
berikan tanggal pada diagnosis yang baru.
c. Lakukan revisi pada intervensi sesuai dengan diagnosis dan
tujuan keperawatan yang baru. Revisi ini harus
menggambarkan status terkini klien.
d. Tentukan metode evaluasi untuk menentukan apakah anda
telah berhasil.
3. Mengorganisasikan Sumber Daya dan Menyampaikan Layanan
Sumber daya suatu fasilitas mencakup peralatan dan personel
yang memiliki keterampilan. Organisasi peralatan dan personel akan
membuat perawatan klien menjadi lebih tepat waktu, efisien, dan
penuh keterampilan. Persiapan pemberian asuhan juga meliputi
persiapan lingkungan dan klien untuk intervensi keperawatan.    
a. Peralatan

5
Sebelum melakukan intervensi, tentukan alat yang
dibutuhkan dan periksan persediaannya. Sediakan
peralatan tambahan untuk mengatasi kemungkinan terjadi
kesalahan, tetapi jangan membukanya kecuali benar-
benar dibutuhkan.
b. Personel
Sistem yang mengatur keperawatan akan menentukan
bagaimana personel keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien. Sebagai contoh, seorang
perawat Registered Nurse (RN) memiliki tanggung jawab
yang berbeda di dalam model keperawatan tim
dibandingkan model keperawatan primer. Seorang
perawat primer bertanggung jawab untuk melayani klien
selama dirawat inap. Seorang perawat tim bertanggung
jawab untuk melayani klien sesuai dengan giliran jaga.
Dalam metode tim, perawat  bertanggung jawab dalam
menentukan kapan melaksanakan suatu intervensi atau
mendelegasikannya kepada anggota lain.
c. Lingkungan
Lingkungan perawatan klien harus aman dan kondusif
bagi implementasi tarapi. Keamanan klien merupakan
prioritas pertama. Klien memperoleh keuntungan intirvensi
terbaik saat lingkungannya sesuai dengan kegiatan
keperawatan.
d. Klien
Sebelum melaksanakan intervensi, pastikan klien telah
merasa nyaman secara fisik dan psikologis. Buat klien
merasa nyaman secara fisik walaupun saat  ada gejala.
Mulai setiap intervensi dengan mengendalikan faktor
lingkungan, menangani kebutuhan fisik, menghindari
interupsi, dan memosisikan klien dengan benar. Juga
pertimbangkan tingkat ketahanan klien, dan rencanakan
aktiviotas dalam tingkah yang dapat ditoleransi oleh klien.
4. Antisipasi dan Pencegahan Komplikasi

6
Resiko pada klien berasal dari penyakit dan terapi. Sebagai
perawat, awasi dan kenali resiko tersebut, sesuaikan intervensi
dengan situasi, evaluasi keuntungan terapi terhadap resiko dan
akhirnya mulailah tindakan pencegahan resiko. Perawat merupakan
pihak pertama yang mendeteksi perubahan kondisi klien. Pada
penelitiannya, Benner (1948) menunjukkan bahwa perawat ahli
belajar mengantisipasi perburukan klien sebelum tanda diagnostic
yang mengonfirmasi hal tersebut timbul.
Pengetahuan perawat tentang patofisiologi dan pengalaman
dengan klien sebelumnya akan membantu mengenali resiko
komplikasi yang dapat terjadi. Pemeriksaan yang menyeluruh akan
menunjukkan tingkat dari resiko klien. Alasan ilmiah mengenai
bagaimana intervensi yang benar dapat mencegah komplikasi
(misalnya alat penghilang tekanan, reposisi, atau perawatan luka)
akan membantu anda memilih tindakan terhadap klien.
5. Mengenali Area Asistensi
Sebelum memulai perawatan, tinjaulah rencana untuk
menentukan kebutuhan bantuan dan jenis yang dibutuhkan. Sebagai
contoh, jika melayani klien dengan imobilitas dan berat badan
berlebihan, seorang perawat akan membutuhkan personel tambahan
untuk membantu klien berganti posisi dengan aman. Pastikan jumlah
dan waktu bantuan yang dibutuhkan sebelumnya. Diskusikan
kebutuhan akan bantuan dengan perawat lainnya atau asisten.
Pada situasi dimana perawat diminta memberikan obat baru,
mengoperasikan peralatan baru, atau melaksanakan suatu prosedur
yang tidak dikenali, ikuti langkah berikut:
a. Cari pengetahuan yang dibutuhkan
b. Kumpulkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk prosedur
tersebut.
c. Pastikan kehadiran perawat-perawat yang pernah melakukan
prosedur tersebut dengan baik dan benar untuk menyediakan
bantuan dan bimbingan.

F. Keterampilan Implementasi

7
Perawat membutuhkan tiap jenis keterampilan untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung.
1. Keterampilan Kognitif
Keterampilan kognitif meliputi aplikasi pemikiran kritis pada
proses keperawatan. Untuk melaksanakan intervensi dibutuhkan
pertimbangan yang baik dan keputusan klinis yang jelas. Perawat
harus berfikir dan mengantisipasi secara kontinu sehingga dapat
menyesuaikan perawatan berbagai konsep dan menghubungkannya
sambil mengingat kembali takta, situasi, dank lien yang pernah anda
temui sebelumnya (Di Vito-Thomas, 2005).
2. Keterampilan Interpersonal
Keterampilan ini dibutuhkan untuk terwujudnya tindakan
keperawatan yang efektif. Perawat membangun hubungan
kepercayaan, menunjukkan perhatian dan berkomunikasi dengan
jelas. Komunikasi interpersonal yang baik sangat penting untuk
memberikan informasi, pengajaran, dan dukungan pada klien dengan
kebutuhan emosional.
3. Keterampilan Psikomotor                                            
Keterampilan psikomotor membutuhkan integritas antara aktivitas
kognitif dan motorik. Sebagai contoh, saat melakukan penyuntikan,
perawat harus memahami anatomi dan farmakologi (kognitif), serta
menggunakan koordinasi dan presisi untuk melakukan penyuntikan
dengan tepat (motorik). Keterampilan ini sangat penting untuk
membangun kepercayaan klien.

G. Perawatan Langsung
Perawat menyediakan berbagai bentuk perawatan langsung, yaitu
penanganan yang dilakukan melalui interaksi dengan klien. Cara interaksi
perawat akan menentukan keberhasilan perawatan langsung tersebut.
Seluruh perawatan langsung membutuhkan praktik yang kompeten dan
aman.
1. Kegiatan Harian
Kegiatan harian merupakan kegiatan yang dilakukan pada hari
biasa, termasuk mobilitas, makan, berpakaian, mandi, menggosok

8
gigi, dan mengurus diri. Beberapa klien cenderung membutuhkan
bantuan dalam kegiatan harian. Saat hasil pengkajian
memperlihatkan bahwa klien sedang mengalami kelelahan,
keterbatasan mobilitas, kebingungan, dan nyeri, maka sangat
mungkin mereka membutuhkan bantuan kegiatan harian.
a. Kegiatan Harian Instrumental
Kegiatan harian instrumental meliputi aktivitas seperti
berbelanja, menyiapkan makanan, menulis cek pembayaran,
dan mengkonsumsi obat harian. Perawat pada lingkungan
rumah dan komunitas sering membantu klien dalam
beradaptasi dengan kegiatan harian instrumental.
2. Teknik Perawatan Fisik
Teknik perawatan fisik rutin dilakukan saat merawat klien.
Contohnya adalah mengganti posisi, melakukan prosedur invasive,
memberikan obat, dan meningkatkan rasa nyaman bagi klien. Teknik
fisik melibatkan pelaksanaan prosedur keperawatan (memasang
kateter urine, latihan gerak, dan penyuntikan) secara aman dan
kompeten. Metode umum untuk melakukan teknik perawatan fisik
yaitu: melindungi diri dan klien dari cedera, menerapkan praktik
pengendalian infeksi, mengorganisasi klien, dan mengikuti pedoman
praktik.
3. Tindakan Penyelamatan Jiwa
Tindakan penyelamatan jiwa merupakan teknik perawatan fisik
yang digunakan saat kondisi fisiologis atau psikologis klien berada
dalam ancaman. Tujuan tindakan penyelamatan jiwa adalah
mengembalikan keseimbangan fisiologis atau psikologis. Tindakan ini
dapat berupa pemberian obat darurat, resusitasi jantung paru,
intervens untuk melindungi klien yang kasar atau kebingungan, dan
memperoleh konseling segera dari sentra krisis bagi klien dengan
ansietas berat. Jika perawat yang belum berpengalaman menghadapi
keadaan darurat, tindakan keperawatan yang tepat adalah memanggil
professional yang berpengalaman.
4. Konseling

9
Konseling merupakan metode pelayanan langsung yang
membantu klien menggunakan proses pemecahan masalah untuk
mengenali dan menangani stress dan memfasilitasi hubungan
interpersonal. Konseling melibatkan dukungan emosional, intelektual,
spiritual, dan psikologis.
5. Pengajaran                                   
Pengajaran merupakan tanggung jawab penting bagi perawat
yang penting. Konseling berhubungan erat dengan pengajaran.
Keduanya melibatkan keterampilan berkomunikasi untuk menciptakan
perubahan pada klien. Perawat mengajar untuk memberikan prinsip,
prosedur, dan teknik layanan kesehatan yang benar dan
menginformasikan klien tentang status kesehatan mereka. Contoh
umum dari topik pengajaran adalah jadwal pemberian obat,
pembatasan aktivitas, kegiatan promosi kesehatan (misalnya: diet
dan olahraga), dan pengetahuan tentang penyakit dan implikasinya.
6. Mengendalikan Reaksi Negatif
Reaksi negatif merupakan efek yang berbahaya dan tidak
disengaja dari suatu obat, pemeriksaan diagnostic, atau intervensi
terapeutik. Reaksi negatif dapat terjadi setelah berbagai intervensi
keperawatan. Oleh karena itu, selalu melakukan antisipasi dan
ketahui reaksi yang dapat terjadi. Tindakan keperawatan dalam
mengendalikan reaksi negatif bertujuan menurunkan atau melawan
reaksi tersbut.
Saat memberikan intervensi yang diinstruksikan oleh dokter
(misalnya: pemberian obat). Perawat harus mengetahui efek samping
obat tersebut. Setelah pemberian obat, perawat mengevaluasi klien
untuk melihat adanya reaksi negatif. Perawat mencatat reaksi
tersebut, menghentikan pemberian obat selanjutnya, dan
berkonsultasi dengan dokter. Perawat harus mengenali tanda dan
gelaja dari suatu reaksi negative dan memberikan intervensi pada
waktu yang tepat.
7. Tindakan Preventif
Tindakan keperawatan preventif mempromosikan kesehatan dan
pencegahan penyakit untuk menghindari kebutuhan pelayanan akut

10
atau rehabilitatif. Pencegahan meliputi pengkajian dan promosi
potensi kesehatan klien, pemberian tindakan yang diresepkan
(contoh: imunisasi), pengajaran kesehatan, dan identifikasi faktor
resiko dari suatu penyakit dan/atau trauma.

H. Perawatan Tidak Langsung


Perawatan tidak langsung merupakan tindakan yang mendukung efektifitas
intervensi perawatan langsung (Dochterman dan Bulechek, 2003).
1. Mengkomunikasikan Intervensi Keperawatan
Setiap intervensi yang dilakukan akan dikomunikasikan dalam
bentuk tertulis maupun lisan. Perawat akan mengkomunikasikan
intervensi keperawatan secara lisan kepada professional kesehatan
lainnya. Komunikasi harus bersifat tepat waktu dan akurat karena
dapat terjadi kesalahan informasi, penggandaan intervensi,
penundaan prosedur, atau tidak terlselesaikannya suatu tugas akibat
kesalahan komunikasi.
2. Mendelegasikan, Mengawasi, dan Mengevaluasi Pekerjaan Anggota
Staf Lainnya
Sesuai dengan sistem asuhan keperawatan, perawat yang
menyusun rencana keperawatan tidak melakukan seluruh intervensi
keperawatan tersebut. Beberapa aktivitas akan dikoordinasi dan
delegasikan kepada anggota tim kesehatan lainnya. Saat
pendelegasian, perawat yang memberikan tugas memiliki tanggung
jawab untuk memastikan bahwa setiap tugas dilaksanakan dengan
tepat dan sesuai dengan standar pelayanan. Perawat juga memiliki
tanggung jawab untuk mendelegasikan intervensi kepada personel
yang kompeten secara langsung.
3. Mencapai Tujuan Klien                      
Implementasi asuhan keperawatan bertujuan memenuhi tujuan
klien dan hasilnya. Menetapkan prioritas juga penting dalam
kesuksesan proses implementasi. Prioritas akan membantu anda
mengantisipasi dan mengurutkan intervensi keperawatan pada klien
yang memiliki banyak diagnosis keperawatan dan masalah

11
kolaboratif. Cara lain untuk mencapai tujuan adalah membantu klien
tetap patuh pada rencana terapinya.
 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung
terhadap klien. Selalu pikirkan terlebih dahulu ketepatan suatu intervensi
sebelum  mengimplementasikannya. Pedoman klinis atau protokol

12
merupakan dokumen berbasis bukti yang membimbing keputusan dan
intervensi untuk masalah kesehatan tertentu. Saat mempersiapkan
pelaksanaan intervensi, lakukan pengkajian ulang pada klien, tinjau dan
revisi rencana asuhan keperawatan yang ada, organisasi sumber daya
dan penyampaian layanan, antisipasi dan cegah komplikasi, serta
implementasikan intervensi tersebut.
Selama fase awal implementasi, lakukan pengkajian ulang pada klien
untuk menentukan apakah tindkaan keperawatan yang diajukan masih
sesuai dengan kondisi klien. Implementasi asuhan keperawatan
membutuhkan tambahan pengetahuan, keterampilan keperawatan, dan
sumber daya personel. Sebelum memulai intervensi, pastikan klien
merasa nyaman secara fisik dan psikologis. Untuk mengantisipasi dan
mencegah komplikasi, perawat mengenali resiko pada klien,
menyesuaikan intervensi dengan situasi, mengevaluasi keuntungan terapi
dibandingkan resikonya dan memulai tindakan pencegahan resiko.
Implementasi intervensi keperawatan yang berhasil membutuhkan
keterampilan kognitif, interpersonal, dan psikomotor.
Metode yang digunakan untuk memastikan ketepatan teknik
perawatan fisik meliputi perlindungan perawat dank lien dari cedera,
menggunakan praktik pengendalian infeksi yang sesuai, tetap
terorganisasi dan mengikuti petunjuk praktik. Konseling merupakan
metode perawatan langsung yang membantu klien menggunakan
pemecahan masalah untuk mengenali dan mengatasi stress serta
memfasilitasi hubungan interpersonal.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher,H.K., Dochherman,J.M.,2008. Nursing Intertvention


Classification (NIC) ; 5th edition. Mosby Elsevier

Perry, Potter.2010.Fundamental keperawatan buku 1 edisi 7.Jakarta:Salemba


Medika

13
Potter-Perry. 2011. Basic Nursing. 7th edition. Mosby Elsevier

Purwanto. Edi. 2011. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

14

Anda mungkin juga menyukai