Anda di halaman 1dari 19

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan

Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013


Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis paru (TB paru) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mycrobacterium Tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah yang ditularkan melalui airbone infection (Alsagaff dan Mukty,
2005). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Setelah berada di alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Basil tuberkel menyebar ke dalam kelenjar getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit, reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut kaseosa. Lesi primer paru-paru dinamakan focus Ghon dan lesi
primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas
kemudian akan masuk ke percabangan trakheobronkhial. Proses ini dapat terulang
kembali pada bagian paru paru yang lain atau dapat terbawa sampai laring, telinga
tengah atau usus.
Indonesia merupakan negara peringkat ke-4 terbesar dunia dengan kasus TB
paru. Penyebab utama tingginya penyakit TBC di Indonesia, pertama jumlah penduduk
Indonesia banyak dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi pada beberapa daerah
sehingga penyakit TBC mudah menular. Kedua pengobatannya cukup lama (6 bulan)
dengan biaya yang cukup mahal, sehingga banyak penderita yang tidak menyelesaikan
pengobatan. Selain itu, tingkat kedisiplinan penderita minum obat Anti TBC (OAT) masih
rendah sehingga dibutuhkan pengawas minum obat (PMO). Ketiga, masih banyaknya
penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan dan penyakit ini umumnya
menyerang orang-orang dengan status gizi buruk dan kurang, serta kondisi fisik yang

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

lemah, oleh karena itu penyakit TBC erat kaitannya dengan kemiskinan (Depkes R.I,
2012).
Dilihat dari kompleksnya masalah yang ditimbulkan dan tingginya kasus
tuberkulosis paru di Indonesia serta faktor-faktor yang menyebabkannya maka penulis
tertarik untuk membahas tentang Dampak Tuberkulosis Paru Terhadap Perubahan
Biomolekuler, Fungsi Sistem Tubuh, dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan
pemahaman kepada mahasiswa program magister keperawatan medikal bedah
angkatan I mengenai dampak tuberkulosis paru terhadap perubahan biomolekuler,
fungsi sistem tubuh dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah membahas dan mempresentasikan makalah ini, mahasiswa program
magister keperawatan medikal bedah angkatan I Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran dapat :
1. Mengetahui dan memahami tentang definsi dan etiologi tuberkulosis paru
2. Mengetahui dan memahami dampak tuberkulosis paru terhadap perubahan
biomolekuler pada tingkat sel dan jaringan tubuh manusia
3. Mengetahui dan memahami dampak tuberkulosis paru terhadap perubahan fungsi
sistem tubuh manusia
4. Mengetahui dan memahami dampak tuberkulosis paru terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia
5. Melakukan kajian lanjut dalam mengembangkan masalah masalah yang
ditimbulkan akibat tuberkulosis paru melalui kegiatan penelitian (research).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan kompleksnya masalah yang ditimbulkan dan tingginya kasus
tuberkulosis paru serta faktor-faktor yang menyebabkannya maka rumusan masalah dalam
menganalisis kasus ini adalah ; Bagaimanakah Dampak Tuberkulosis Paru Terhadap
Perubahan Biomolekuler, Fungsi Sistem Tubuh, dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia ?.

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

1.4 Sistematika Penulisan


Penyusunan makalah ini terdiri 3 (tiga) Bab yang meliputi : BAB I :
PENDAHULUAN, yang memuat tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
sistematika penulisan, dan metode penulisan makalah. BAB II : KAJIAN PUSTAKA, yang
memuat tentang definisi, etiologi, dan Dampak Tuberkulosis Paru Terhadap Perubahan
Biomolekuler, Fungsi Sistem Tubuh, dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah melalui kajian
literatur baik dari referensi buku, maupun jurnal jurnal ilmiah yang menunjang terhadap
topik yang dibahas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

2.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
mycrobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah dimana sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus
primer dari ghon (Alsagaff dan Mukty, 2005).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang menyerang jaringan parenkhim
paru dan ditularkan ke bagian tubuh lain yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis (Smeltzer, C, Suzanne, dan Bare, B.G, 2001).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis yang merupakan bakteri batang tahan asam dan bersifat saprofit (Price, S.A,
1995).
Dari ketiga pengertian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa tuberculosis paru
adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang jaringan parenkhim paru yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis dengan penularan melalui udara (droplet) dan bersifat
sistemik.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya tuberkulosis paru adalah mycrobacterium tuberculosis tipe
humanus, sejenis bakteri yang berbentuk batang (bacillus) dengan ukuran panjang 1- 4
mikron dan tebal 0,3 0,6 mikron. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat bakteri lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan baik
terhadap gangguan kimia maupun gangguan fisik.
Bakteri ini mempunyai kemampuan bertahan pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin. Hal ini terjadi karena bakteri berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini bakteri dapat bangkit kembali terutama bila kondisi daya tahan tubuh
(immunitas) sedang turun / lemah sehingga menimbulkan tuberkulosis aktif kembali.
Sifat lain dari bakteri ini adalah bersifat aerob, dimana bakteri ini cenderung lebih
menyenangi jaringan paru yang mengandung tinggi oksigen. Bagian yang tinggi akan

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

oksigen adalah pada paru paru adalah bagian apeks (puncak), hal ini dikarenakan
tekanan oksigen pada bagian apeks paru lebih tinggi dibandingkan bagian lain (basal
paru), sehingga bagian apeks ini merupakan tempat yang baik untuk diferensiasi
mycrobacterium tuberculosis dan predileksi terjadinya penyakit tuberkulosis paru.

Gambar 1. Mycrobacterium Tuberculosis


2.3. Dampak Tuberkulosis Terhadap Perubahan Biomolekuler pada Sel dan Jaringan
Paru
Penyebaran mycrobacterium tuberkulosis dapat melalui tiga tempat yaitu saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi bakteri
ini terjadi melalui udara (airbone) dalam bentuk droplet (droplet infection) yang
mengandung mycrobacterium tuberculosis dari orang yang terinfeksi sebelumnya (Price,
S.A, 1995).

Gambar 2. Proses Invasi Mycobacterium Tuberculosa Pada Paru Paru


Basil tuberkulosis yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang
alveolus (terjadi dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah), hal
ini menyebabkan teraktivasinya sistem immun dengan mensekresikan antibodi berupa

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

makrofag yang diaktifkan oleh limfosit (limfosit T) dan limfokinnya untuk melawan antigen
(mycrobacterium tuberculosis) yang masuk sehingga terbentuk kompleks antigen-antibodi
yang memicu terjadinya respon inflamasi / peradangan pada jaringan parenkhim alveoli.
Ketika respon inflamasi terjadi, Leukosit polimorfonuclear (PMN) menginvasi lokasi /
tempat inflamasi dan memfagosit bakteri tersebut namun tidak mampu untuk
membunuhnya. Karena ketidakmampuan tersebut, maka setelah hari hari pertama
inflamasi, polimorfonuclear (PMN) digantikan oleh makrofag dan alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi sehingga timbul gejala pneumonia akut.

Gambar 3. Reaksi Pembentukan Kompleks Antigen Antibodi Dalam Proses Invasi


Mycobacterium Tuberculosa Pada Paru Paru
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan bersatu
membentuk tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu
10 20 hari sampai dengan terjadinya nekrosis pada bagian tengah lesi yang memberikan
gambaran semi padat seperti keju yang disebut necrosis caseosa. Jaringan yang
mengalami nekrosis tersebut akan menimbulkan respon yang berbeda dengan jaringan
granulasi yang berada disekitarnya yang terdiri dari epiteloid dan fibroblast, jaringan
nekrosis akan mencair dan bahan yang cair ini lepas ke dalam bronchus dan
meninggalkan rongga (kavum), kandungan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavum
akan masuk ke dalam percabangan trakheo-bronkhial dan bagian lain dalam paru-paru..
Bila rongga tersebut berukuran kecil, maka akan menutup dengan sendirinya tanpa melalui
proses pengobatan namun akan meninggalkan jaringan parut (fibrosa), sedangkan
jaringan granulasi menjadi lebih fibrous (berisi eksudat) dan membentuk jaringan parut

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

yang pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Bila terjadi lesi
primer paru (focus ghon ) dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan
lesi primer dinamakan kompleks ghon.

Gambar 4. Aktivasi Makrofag Dalam Proses Invasi Mycobacterium Tuberculosa


Basil tuberkel akan terlokalisir dalam tuberkel dan tidak menimbulkan gejala
(dormant) dalam waktu yang lama tetapi bakteri tetap aktif / berdiferensiasi. Bakteri akan
aktif bila mekanisme pertahanan tubuh (imunitas) rendah / menurun, dimana basil akan
terlepas dari tempatnya dan menyebar melalui aliran darah (hematogen) dan melalui
kelenjar getah bening (limfogen) atau penyebarannya bersifat sistemik. Basil tuberkel yang
lolos dari kelenjar getah bening akan masuk kedalam pembuluh darah (vaskuler) dan ikut
bersama aliran darah melalui pompa jantung sehingga tersebar ke berbagai organ tubuh
seperti ; otak, ginjal, tulang, persendian, ataupun peritoneum.
Dari pemaparan tentang dampak tuberkulosis terhadap perubahan biomolekuler
pada sel dan jaringan diatas, secara keseluruhan penulis gambarkan dalam skema
dibawah ini :

Skema 1. Dampak Tuberkulosis Terhadap Perubahan Biomolekuler pada Sel dan


Jaringan Paru

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

Inhalasi mycrobacterium tuberculosis ke alveolus

Teraktivasinya sistem immune


mensekresikan antibodi berupa makrofag yang diaktifkan oleh limfosit (limfosit T) dan limfokinnya
untuk melawan antigen (mycrobacterium tuberculosis)
terbentuk kompleks antigen-antibodi
Menyebabkan terjadinya respon inflamasi / peradangan pada jaringan parenkhim alveoli

Leukosit polimorfonuclear (PMN) menginvasi lokasi / tempat inflamasi dan memfagosit bakteri

setelah hari hari pertama inflamasi, Polimorfonuclear (PMN) digantikan oleh makrofag dan alveoli yang terserang mengalami konsolidasi

Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan bersatu membentuk tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit

Necrosis Caseosa

Jaringan nekrosis akan mencair dan bahan yang cair ini lepas ke dalam bronchus dan meninggalkan rongga (kavum)

Bila kecil akan menutup dan


membentuk jaringan parut

Jaringan granulasi menjadi lebih fibrous (berisi


eksudat) dan membentuk jaringan parut

Membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel

Basil tuberkel akan terlokalisir dalam tuberkel dan tidak menimbulkan gejala (dormant) dalam waktu yang lama

mekanisme pertahanan tubuh (imunitas) rendah / menurun

Basil akan terlepas dari tempatnya dan menyebar melalui aliran darah (hematogen) dan
melalui kelenjar getah bening (limfogen) atau penyebarannya bersifat sistemik

Basil tuberkel yang lolos dari kelenjar getah bening akan masuk kedalam pembuluh darah (vaskuler) dan ikut bersama
aliran darah melalui pompa jantung sehingga tersebar ke berbagai organ tubuh

Sumber : Silbernagl
dan Lang
(2012), Alsagaff
dan Perubahan
Mukty (2005),
Smeltzer,
C, Tubuh
Suzanne dan Bare, B.G (2001),
2.4. Dampak
Tuberkulosis
Terhadap
Fungsi
Sistem
Price, S.A, (1995)

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

Manifestasi yang tampak sangat tergantung dari luas area yang terkena. Adapun
gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik dan
gejala sistemik.
1. Pada Sistem Pernafasan
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Batuk mula-mula bersifat non-produktif kemudian menjadi batuk
produktif. Batuk terjadi sebagai respon tubuh terhadap inflamasi pada saluran
pernafasan. Adanya inflamasi pada jaringan paru akibat mycrobacterium
tuberkulosis, tubuh melakukan mekanisme kompensasi dengan meningkatkan
sekresi mukus oleh sel goblet yang berada pada sel epitelia basilica sehingga
menyebabkan terjadinya penumpukan mucus pada saluran nafas, dan akibat dari
menumpuknya mucus pada saluran nafas maka rambut rambut getar (cilia) yang
berada pada dinding saluran nafas akan teraktivasi sehingga timbul respon batuk
dengan sputum yang purulen.
b. Batuk Darah (Haemaptoe)
Batuk darah disebabkan karena terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh
darah pada dinding kavum. Kavum ini sendiri terbentuk dari makrofag yang
berinfiltrasi membentuk tuberkel epiteloid yg dikelilingi limfosit kemudian terjadi
nekrosis kaseosa dan mencair masuk ke dalam bronkus. Jumlah darah yang
dikeluarkan dalam sputum bervariasi, dapat berupa bercak darah, gumpalan darah,
atau berupa darah segar dalam jumlah yang banyak. Berat ringannya batuk darah
sangat tergantung dari banyaknya atau besar kecilnya pembuluh darah alveoli
yang rupture / pecah.
c. Sesak Nafas
Gejala ini diakibatkan oleh adanya kerusakan parenkim paru yang luas dan
menurunkan luas permukaan paru yang menimbulkan gangguan dalam proses
difusi gas di membran alveoli. Hal ini akan berdampak pada menurunnya jumlah
oksigen yang masuk ke vena pulmonal dan meningkatnya CO 2 di dalam arteri
pulmonal. Adanya peningkatan jumlah CO 2 berdampak pada meningkatnya
stimulasi pusat nafas di pons dan medulla oblongata sehingga sehingga
meningkatkan

frekuensi

nafas.

individu

berupaya

untuk

mengatasinya

(kompensasi) melalui peningkatan frekuensi pernafasan. Sedangkan adanya

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

penurunan luas permukaan difusi menyebabkan tubuh melakukan upaya


kompensasi dengan meningkatkan penggunaan energi / tenaga untuk menghirup
oksigen yang lebih banyak ke dalam alveoli.
d. Sianosis dan Akral Dingin
Adanya penurunan luas permukaan difusi akan mengakibatkan tertahannya CO 2 di
dalam arteri pulmonal yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) di dalam arteri dan menimbulkan kondisi hiperkapnia /
hiperkarbia. Selain itu, dengan menurunnya luas area permukaan difusi akan
menyebabkan tidak adekuatnya oksigen yang masuk dari alveoli ke vena pulmonal
yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan parsial oksigen (PO 2) dan
menimbulkan kondisi hipoksemia yang berlanjut kepada kondisi hipoksia.
Timbulnya kondisi hipoksia pada sel dan jaringan menyebabkan terjadinya iskemia
jaringan dan gangguan metabolisme sel sehingga muncul sianosis sentral maupun
peripheral disertai, akral dingin, dan melambatnya cafilary refilling time (CRT) > 3
detik.
e. Nyeri Dada
Adanya respon inflamasi akibat masuknya mycobacterium tuberculosis
menyebabkan terjadinya injuri pada jaringan parenkhim paru. Adanya respon injuri
tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator mediator nyeri di tingkat
seluler seperti ; histamine, bradikinin, serotonin, prostaglandin, dan substansia P
yang akan mengaktivasi reseptor nyeri perifer (noci reseptor). Selanjutnya
stimulus nyeri tersebut dihantarkan oleh serabut delta A sebagai reseptor nyeri
tajam dan dialirkan dalam bentuk impuls elektrokimia ke ganglia radiks posterior
medulla spinalis dan ditransfer melalui traktus spinothalamikus untuk disampaikan
ke thalamus dan korteks serebri bagian gyrus post sentralis sehingga timbul
manifestasi klinis berupa nyeri dada.
2. Pada Sistem Persarafan
Masuknya basil tuberkel ke dalam sistem vaskuler (hematogen) menyebabkan
terjadinya penyebaran ke susunan saraf pusat (otak dan meningen) melalui sirkulasi
darah otak (Cerebral Blood Flow / CBF). Masuknya basil tuberkel ke dalam jaringan
ataupun selaput pembungkus otak menyebabkan terjadinya proses pembentukan dan
diferensiasi tuberkel baru dalam jaringan otak. Hal tersebut menimbulkan terjadinya

10

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

respon inflamasi dan terjadinya injuri pada jaringan ataupun selaput pembungkus otak
yang menyebabkan destruksi sel saraf sehingga terjadi penurunan tingkat kesadaran
ataupun gangguan transmisi impuls saraf yang dimanifestasikan dengan adanya
respon kejang.
Selain itu, adanya respon inflamasi pada jaringan ataupun selaput pembungkus
otak menyebabkan rusaknya keutuhan sel dan meningkatnya permeabilitas membran
sehingga terjadi perpindahan / transudasi cairan ke rongga interstisial otak yang
menyebabkan bertambahnya volume otak yang akan berdampak pada terjadinya
peningkatan tekanan intra kranial yang dimanifestasikan dengan penurunan tingkat
kesadaran, muntah proyektil, peningkatan denyut jantung, peningkatan frekuensi nafas,
vertigo, hipotensi, dan penurunan gerakan refleks.
3. Pada Sistem Muskuloskeletal
Masuknya basil tuberkel ke dalam sistem vaskuler (hematogen) menyebabkan
terjadinya penyebaran ke sistem muskuloskeletal melalui sirkulasi haverst ataupun ke
sirkulasi persendian. Masuknya basil tuberkel ke dalam sistem haverst dan sirkulasi
persedian menyebabkan terjadinya proses pembentukan dan diferensiasi tuberkel baru
dalam jaringan tulang atau sendi yang menyebabkan terjadinya destruksi sehingga
menimbulkan terjadinya spondilitis TB atau arthritis TB yang dimanifestasikan berupa
nyeri tulang ataupun nyeri persendian.
4. Pada Sistem Perkemihan
Masuknya basil tuberkel ke dalam sistem vaskuler (hematogen) menyebabkan
terjadinya penyebaran ke sistem renalis melalui sirkulasi darah renal (Renal Blood Flow
/ RBF). Masuknya basil tuberkel ke dalam jaringan parenkhim ginjal menyebabkan
terjadinya proses pembentukan dan diferensiasi tuberkel baru dalam jaringan
parenkhim ginjal. Hal tersebut menimbulkan terjadinya respon inflamasi dan terjadinya
injuri pada jaringan parenkhim ginjal yang menyebabkan destruksi nefron pada korteks
ginjal (glomerulonefritis) sehingga terjadi gangguan dalam proses pembentukan urine
baik filtrasi glomerolus, maupun reabsorpsi dan sekresi tubulus yang mengakibatkan
terjadinya penurunan produksi urine ataupun kebocoran pada sistem glomerolus yang
dimanifestasikan dengan adanya penurunan urine output (< 1 2 ml/KgBB/jam),
glukosuria, proteinuria, albuminuria, dan kehilangan elektrolit.
5. Pada Sistem Pencernaan

11

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

Masuknya basil tuberkel ke dalam sistem vaskuler (hematogen) menyebabkan


terjadinya penyebaran ke sistem gastrointestinal melalui sirkulasi splanknik. Masuknya
basil tuberkel ke dalam sirkulasi splanknik menyebabkan terjadinya proses
pembentukan dan diferensiasi tuberkel baru dalam usus, limpa, pankreas, hati dan
peritoneum yang menyebabkan terjadinya destruksi organ-organ tersebut sehingga
menimbulkan terjadinya gangguan dalam proses pencernaan makanan ataupun
terjadinya destruksi pada rongga peritoneum yang mengakibatkan terjadinya peritonitis
ataupun gangguan dalam proses absorpsi intestinal, dan reabsorspi kolon, yang
dimanifestasikan berupa nyeri pada daerah abdomen, marasmik, kwasiorkhor,
penurunan berat badan, ataupun ascites.
Dari pemaparan tentang dampak tuberkulosis terhadap perubahan pada fungsi
sistem tubuh diatas, secara keseluruhan penulis gambarkan dalam skema dibawah ini :

12

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

Skema 2. Dampak Tuberkulosis Terhadap Perubahan Fungsi Sistem Tubuh (Pada Sistem Pernafasan)
Proses inflamasi pada jaringan paru
Leukosit polimorfonuclear (PMN) menginvasi lokasi /
tempat inflamasi dan memfagosit bakteri
Neutropil
banyak yang
mati

polimorfonuclear (PMN) digantikan oleh makrofag dan


alveoli yang terserang mengalami konsolidasi

Makrofag berinfiltrasi membentuk tuberkel epiteloid yg


dikelilingi limfosit

Kerusakan parenkim
paru

fibrosa

PO2 menurun
PCO2 meningkat

Mencair---lepas ke dalam
bronkus ----kavum

O2 menurun CO2
meningkat
Stimulasi pusat nafas di pons dan
medula oblongata

Hipoksemia---hipoksia

Iskemia dan Gangguan


metabolime sel

Penumpukan mucus pada


saluran nafas

Aktivasi cilia dinding


saluran nafas

Nekrosis kaseosa

Penurunan luas permukaan paru


gangguan difusi
Co2 tertahan di arteri
pulmonal

Terjadi
penumpukan

Mekanisme kompensasi tubuh


terhadap MO dengan meningkatnya
sekresi mucus oleh sel goblet yg
berada pada sel epiteial basilica

Penurunan luas
permukaan paru
gangguan difusi

Terlepasnya mediator nyeri ;


histamin, bradikinin,
prostaglandin,dan substansi P

O2 menurun CO2
meningkat

Mengaktivasi reseptor nyeri


perifer (noci reseptor)

Hipoksia---iskemia
Stimulus dihantarkan oleh serabut
Delta A sebagai reseptor nyeri
tajam

Metabolisme
anaerob
Menghasilkan asam
laktat

Dialirankan dalam bentuk eletrokimia ke


ganglia radiks posterior medulla spinalis

eksvasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada


dinding kavitas

haemoptis
Sesak nafas ;
RR meningkat

Respon batuk
dengan sputum
purulen

Mengenai pleura parietalis

Kerusakan parenkim paru

ditransfer melalui traktus


spinothalamikus

disampaikan ke thalamus dan korteks


serebri gyrus post sentralis

Dipersepsikan sebagai nyeri dada


Sumber : Silbernagl dan Lang (2012), Alsagaff dan Mukty (2005), Smeltzer, C, Suzanne dan Bare, B.G (2001), Price, S.A, (1995)
sianosis

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

Skema 3. Dampak Tuberkulosis Terhadap Perubahan Fungsi Sistem Tubuh (Persarafan, Muskuloskeletal, Perkemihan, Pencernaan)
Invasi mycrobacterium tuberculosis
inflamasi / peradangan pada jaringan parenkim alveoli : pembentukan tuberkel
bila mekanisme pertahanan tubuh (imunitas) rendah / menurun bakteri akan aktif

basil akan terlepas dari tempatnya


basil tuberkel masuk ke dalam sistem vaskuler (hematogen)

Sirkulasi darah otak


Menyebar ke SSP
Menyebar ke jaringan ataupun selaput pembungkus
proses pembentukan dan diferensiasi tuberkel baru dalam jaringan otak
respon inflamasi dan terjadinya injuri pada jaringan ataupun selaput
pembungkus otak
Destruksi sel

penurunan tingkat

rusaknya keutuhan sel dan


meningkatnya permeabilitas
membran

Sirkulasi persendian atau haverst


proses pembentukan dan diferensiasi tuberkel
baru dalam jaringan tulang dan persendian

destruksi
Spondilitis TB dan arthritis TB yang dimanifestasikan
berupa nyeri tulang ataupun nyeri persendian.
perpindahan / transudasi cairan ke rongga
interstisial otak intra kranial
bertambahnya volume otak

Peningkatan Tekanan Intra Kranial

Sirkulasi darah renal


proses pembentukan dan diferensiasi
tuberkel baru dalam jaringan parenkim ginjal

terjadinya respon inflamasi dan terjadinya


injuri pada jaringan parenkhim ginjal

Sirkulasi splanknik
proses pembentukan dan
diferensiasi tuberkel baru
pada usus, hati, limpa,
pankreas dan peritoneum
Destruksi
Ggn proses
pencernaan dan

destruksi nefron pada korteks ginjal


(glomerulonefritis)
gangguan dalam proses pembentukan
urine ( filtrasi glomerolus, reabsorpsi dan
sekresi tubulus

Sumber : Silbernagl dan Lang (2012), Alsagaff dan Mukty (2005), Smeltzer, C, Suzanne dan Bare, B.G (2001), Price, S.A, (1995)
penurunan produksi urine ataupun
kebocoran pada sistem glomerolus

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

2.5. Dampak Tuberkulosis Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


1. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen : Ventilasi
Adanya inflamasi pada jaringan paru akibat mycrobacterium tuberkulosis,
tubuh melakukan mekanisme kompensasi dengan meningkatkan sekresi mukus
oleh sel goblet yang berada pada sel epitelia basilica sehingga menyebabkan
terjadinya penumpukan mucus pada saluran nafas dan dinding / lumen saluran
nafas menjadi menyempit akibat akumulasi sekret tersebut. Hal tersebut
berdampak pada intake oksigen yang masuk ke alveoli menjadi tidak adekuat
sehingga pemenuhan kebutuhan oksigen melalui proses ventilasi terganggu.
2. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen : Difusi
Adanya kerusakan parenkim paru yang luas dapat menurunkan luas
permukaan paru yang menimbulkan gangguan dalam proses difusi gas di membran
alveoli. Hal ini akan berdampak pada menurunnya jumlah oksigen yang masuk ke
vena pulmonal dan meningkatnya CO 2 di dalam arteri pulmonal. Adanya
peningkatan jumlah CO2 berdampak pada meningkatnya stimulasi pusat nafas di
pons dan medulla oblongata sehingga sehingga meningkatkan frekuensi nafas.
individu berupaya untuk mengatasinya (kompensasi) melalui peningkatan frekuensi
pernafasan. Sedangkan adanya penurunan luas permukaan difusi menyebabkan
tubuh melakukan upaya kompensasi dengan meningkatkan penggunaan energi /
tenaga untuk menghirup oksigen yang lebih banyak ke dalam alveoli.
3. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen : Transportasi / Perfusi
Adanya penurunan luas permukaan difusi akan mengakibatkan tertahannya
CO2 di dalam arteri pulmonal yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) di dalam arteri dan menimbulkan kondisi hiperkapnia
/ hiperkarbia. Selain itu, dengan menurunnya luas area permukaan difusi akan
menyebabkan tidak adekuatnya oksigen yang masuk dari alveoli ke vena pulmonal
yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan parsial oksigen (PO 2) dan
menimbulkan kondisi hipoksemia yang berlanjut kepada kondisi hipoksia. Hal
tersebut disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara ikatan haemoglobin
dengan oksigen. Timbulnya kondisi hipoksia pada sel dan jaringan menyebabkan
terjadinya iskemia jaringan dan gangguan metabolisme sel sehingga timbul
sianosis sentral maupun peripheral disertai, akral dingin, dan melambatnya cafilary

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

refilling time (CRT) > 3 detik. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pemenuhan
kebutuhan oksigen melalui proses transportasi dan perfusi terganggu.
4. Gangguan Keseimbangan Suhu Tubuh : Hiperthermi
Adanya respon inflamasi menyebabkan terjadinya pelepasan pirogen eksogen
yang merupakan bagian lipopolisakarida (endotoksin) dari bakteri gram negatif.
Pirogen tersebut selanjutnya diopsonisasi oleh komplemen dan difagosit oleh
makrofag. Proses ini menyebabkan terjadinya pelepasan sitokin berupa pirogen
endogen dalam bentuk interleukin I, II, 6, 8 dan 11. Adanya pelepasan interleukin
tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan set point di hypothalamus sebagai
pusat thermoregulasi sehingga ambang batas suhu tubuh meningkat yang
dimanifestasikan dengan demam / hiperthermi.
5. Intoleransi Aktivitas
Adanya kondisi hipoksia pada sel dan jaringan menyebabkan terjadinya iskemia
jaringan dan menimbulkan gangguan dalam proses metabolisme sel, dimana akibat
hipoksia tersebut sel melakukan metabolisme secara anaerob yang menghasilkan
asam laktat dan energi sebanyak 2 ATP. Akibat menumpuknya asam laktat dan
sedikitnya energi yang dihasilkan akan berdampak pada menurunnya aktifitas sel
otot dan terganggunya proses pompa natrium-kalium (Na+ - K+ pump) pada tingkat
seluler yang mengakibatkan potensial aksi dan depolarisasi sel otot menjadi
terganggu. Hal tersebut menyebabkan tubuh menjadi mudah lelah (Intolerance
Activity) bila melakukan aktifitas sebagai dampak dari tidak seimbangnya antara
supply dan demand oksigen untuk kebutuhan metabolisme pada tingkat seluler.
6. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Adanya penumpukkan asam laktat pada tingkat seluler dan vaskuler menyebabkan
teraktivasinya sistem saraf simpatis pada sel parietal lambung yang mengakibatkan
terjadinya hipersekresi asam lambung (HCL) sehingga menimbulkan kondisi
hiperasiditas lambung. Kondisi ini mengakibatkan timbulnya rasa mual dan muntah
yang menyebabkan pasien menjadi tidak nafsu makan (anoreksia). Akibat
menurunnya nafsu makan, maka intake nutrisi (proses ingesti) juga tidak adekuat
yang menyebabkan suplai nutrien ke tingkat sel juga menurun yang berdampak
pula pada menurunnya aktivitas seluler dalam melakukan proses metabolisme
(anabolisme) dan proses penyimpanan cadangan makanan (karbohidrat, protein,
dan lemak) di hati, otot, dan jaringan adiposa. Kondisi tersebut menyebabkan sel

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

melakukan proses pemecahan (katabolisme) cadangan makanan yang disimpan


dalam hati, otot, dan jaringan adiposa melalui proses glikolisis, lipolisis, dan
glukoneogenensis yang bertujuan untuk mempertahankan aktivitas seluler. Akibat
dari adanya proses katabolisme tersebut menyebabkan terjadinya penurunan
massa otot yang berdampak pada menurunnya berat badan individu.
7. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Dada
Adanya respon inflamasi akibat masuknya mycobacterium tuberculosis
menyebabkan terjadinya injuri pada jaringan parenkhim paru. Adanya respon injuri
tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator mediator nyeri di tingkat
seluler seperti ; histamine, bradikinin, serotonin, prostaglandin, dan substansia P
yang akan mengaktivasi reseptor nyeri perifer (noci reseptor). Selanjutnya
stimulus nyeri tersebut dihantarkan oleh serabut delta A sebagai reseptor nyeri
tajam dan dialirkan dalam bentuk impuls elektrokimia ke ganglia radiks posterior
medulla spinalis dan ditransfer melalui traktus spinothalamikus untuk disampaikan
ke thalamus dan korteks serebri bagian gyrus post sentralis sehingga timbul
keluhan rasa tidak nyaman berupa nyeri dada.
Dari pemaparan tentang dampak tuberkulosis terhadap perubahan pada
fungsi sistem tubuh diatas, secara keseluruhan penulis gambarkan dalam skema
dibawah ini :

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

Skema 4. Dampak Tuberkulosis Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Proses inflamasi pada jaringan paru

Injury jaringan perenkim paru

Terlepasnya mediator nyeri ; histamin,


bradikinin, prostaglandin,dan substansi P

Mengaktivasi reseptor nyeri perifer


(noci reseptor)
Stimulus dihantarkan oleh serabut
Delta A sebagai reseptor nyeri tajam

Dialirankan dalam bentuk eletrokimia ke


ganglia radiks posterior medulla spinalis

Kerusakan parenkim paru

Penurunan luas
permukaan paru
gangguan difusi
Co2 tertahan di
arteri pulmonal

Hipoksemia--hipoksia

iskemia

Gangguan metabolime sel


ditransfer melalui traktus spinothalamikus

Mekanisme kompensasi tubuh


terhadap MO dengan
meningkatnya sekresi mucus
oleh sel goblet yg berada pada
sel epiteial basilica
Penumpukan mucus
pada saluran nafas

Penyempitan lumen
saluran nafas

Intake oksigen ke alveoli


tidak adekuat

Gangguan ventilasi

Penurunan luas permukaan paru


gangguan difusi
O2 menurun CO2
meningkat

hipoksia

iskemia

Glikolisis anaerob

Asam laktat pada sel

Bakteri melepaskan
endotoksin ; merangsang
tubuh mengeluarkan
sejumlah sitokin diantaranya
pirogen- endogen interleukin
1,1,6 8 dan 11

Metabolisme anaerob

Menghasilkan asam laktat dan 2 ATP


SS simpatis pada sel
parietal
lambungteraktivasi;
hiperekresi HCL
Hiperasiditas lambung : mual
dan muntah

Peningkatan set point


di hipothalamus
sebagai pusat
thermoregulasi

Aktivitas sel otot menurun dan


mengganggu pompa natrium kalium

Potensial aksi dan depolarisasi


terganggu

Peningkatan suhu
tubuh

sianosis
disampaikan ke thalamus dan korteks
serebri gyrus post sentralis

anoreksia
Gangguan transportasi

Gangguan rasa nyaman ;


Nyeri dada
Sesak nafas

Intake nutrisi menurun; suplai nutrient ke sel menururn

Penggunaan1/3 energi total

Intoleransi
Aktivitas seluler dalam proses metabolisem menurun

Pemecahan karbohidrat, lemak dan protein berlebih

Sumber : Silbernagl dan Lang (2012), Alsagaff dan Mukty (2005), Smeltzer, C, Suzanne dan Bare, B.G (2001), Price, S.A, (1995)
Penurunan BB

Tugas Individu Mata Kuliah Patofisiologi Lanjut Program Magister Keperawatan


Universitas Padjadjaran Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun Oleh : Devi Ratnasari. NPM : 220120120013

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H. dan Mukty, A. 2005. Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan 3. Airlangga
University Press. Surabaya.
Carolla, et.al.,1992. Human Anatomy and Physiology.Mc Graw Hill. St. Louis
Despopoulos, A. dan Silbernagl, S. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi.
Bahasa Yurita Handojo. Edisi Revisi 4. Hipokrates. Jakarta.

Alih

Koolman, J. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia Alih Bahasa Septelia Inawati.
Hipokrates. Jakarta.
Porth, C., 1990. Pathophysiology, Concept of Altered Health States. J.B. Lippincott
Company. Philadelphia.
Price, S. A. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Volume I
dan II. Alih bahasa Peter Anugerah. EGC. Jakarta.
Willsen, L.M., 1992. Pathophysiology, Clinical Concept of Disease Proccesses. Mosby
Year Book Inc., St. Louis.
Smeltzer, Suzanne, C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.edisi 8. Volume 1,2, dan 3. EGC. Jakarta.
Silbernagl, S. dan Lang, F. 2012. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai