Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi
(ektasis)

bronkus

lokal

yang

bersifat

patologis

dan

berjalan

kronik.Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahanperubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen
elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Di negara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak
1,3% diantara populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik
merupakan salah satu penyebab kematian dan ketidak mampuan
pasien untuk bekerja.Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami
penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang anka-angka yang pasti
mengenai penyakit ini.Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di
klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita.Penyakit ini dapat
diderita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital.

2.MANFAAT PENULISAN
1. Penulis
Sebagai Popularitas bagi Penulis dimana dari hasil karya tulis ini akan
dinikamati para pembaca yang punya niat daya baca yang tinggi.
Karya tulis ini bias dijadikan bahan pertimbangan dari hasil karya tulis
lainnya. Dan pada saat penulis ingin mengerjakan karya tulis lain
maka disitulah penulis bisa mendapatkan Inspirasi yang lebih luas dan
motivasi yang lebih tinggi.
2. Pembaca
Sebagai bahan perbandingan dalam kehidupan sehari-hari dimana
pembaca karya tulis memaklumi isi karya tulis tersebut. Dan pada saat
itulah pembaca akan memetik kesimpulan dari karya tulis dan akan
dijadikan sebagai takaran hidup baik individu maupun dalam
masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2

1. PENGERTIAN BRONCHITIS

Bronchitis adalah penyakit pernapasan dimana selaput lendir


pada saluran-saluran bronchial paru meradang. Ketika selaput yang
teriritasi membengkak dan tumbuh lebih tebal, ia menyempitkan atau
menutup jalan-jalan udara yang kecil dalam paru-paru, berakibat pada
serangan-serangan batuk yang disertai oleh dahak yang tebal dan
sesak napas.

2. JENIS JENIS BRONCHITIS


A. Bronchitis Akut
Bronkitis akut pada umumnya ringan.Berlangsung singkat
(beberapa

hari

hingga

hari.Meski

ringan,

beberapa

namun

minggu),

adakalanya

rata-rata

sangat

10-14

mengganggu,

terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk


berkepanjangan.

Pengertian Bronchitis akut

Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan


cabang-cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya edema dan
pembentukan

mukus.

Walaupun

diagnosis

bronkitis

sering

merupakan diagnosis yang sering dibuat, pada anak keadaan ini


agaknya bukan merupakan

suatu penyakit tersendiri tetapi

merupakan akibat dari beberapa keadaan lain pada saluran napas


atas dan bawah. Manifefstasi klinis biasanya terjadi akut mengikuti
suatu infeksi saluran napas atas.

Etiologi Bronchitis akut


Bronkitis
sekunder,

berhubungan

polusi

udara,

dengan

alergi,

infeksi

aspirasi

virus,

bakteri

kronis,

refluks

gastroesophageal, dan infeksi jamur.Virus merupakan penyebab


tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri.
Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B,
Parainfluenza,

RespiratorySyncitial

Virus

(RSV),

Rinovirus,

adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri


biasanya

dikaitkan

dengan

Mycoplasma

pneumoniae,

Mycobacterium tuberculosis, Bordatella pertusis,Corynebacterium


diphteriae,

Clamidia

pneumonia,

Streptococcus

pneumonia,

Moraxella catarrhalis, H. influenza,Penyebab lain agen kimia

ataupun pengaruh fisik.

Penyebab bronchitis akut


Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus
influenza, Rhinovirus, Adenivirus, dan lain-lain.Sebagian kecil

disebabkan

oleh

bakteri

(kuman),

terutama

Mycoplasma

pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain.

Tanda Tanda bronchitis akut


Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:

Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).

Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di


dada.

Sesak napas, rasa berat bernapas,

Kadang batuk darah

Pemeriksaan Bronchitis akut

Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi),


terdengar ronki, wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan
ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi (suara kretek-kretek
dengan menggunakan stetoskop).
Biasanya para dokter menegakkan diagnosa berdasarkan
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.Itu sudah cukup.
Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan
diagnosa penyakit lain.

Pengobatan Bronchitis akut


Sebagian
simptomatis

besar

pengobatan

(meredakan

keluhan).

bronkitis
Obat-obat

akut
yang

bersifat
lazim

digunakan, yakni:
Antitusif
(penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum
2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari.Doveri 100
mg, diminum 3 kali sehari.Obat-obat ini bekerja dengan menekan
batuk pada pusat batuk di otak.Karenanya antitusif tidak dianjurkan
pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anakanak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan,

terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita


bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif
hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari
penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif
dihentikan.
Ekspektorant
adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah
dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim
digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine,
ambroxol, dan lain-lain.
Antipiretik (pereda panas):
parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika
penderita demam.
Bronkodilator (melongarkan napas),
diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin,
dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai
sesak napas atau rasa berat bernapas.Penderita hendaknya
memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi
dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis.

Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat


bronkodilator
berdebar,

yang

lemas,

mungkin
gemetar

dialami
dan

oleh

keringat

penderita,
dingin.

yakni:

Andaikata

mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan


menjadi

setengahnya.

Jika

masih

berdebar,

hendaknya

memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.


Antibiotika.
Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh
kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.

Gambaran klinisBronchitis akut

Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan), sesak


nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan, sering
menderita infeksi pernafasan (misalnya flu), bengek, lelah,
pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan
kanan, wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna
kemerahan, pipi tampak kemerahan, sakit kepala, gangguan
penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti


pilek, yaitu hidung berlendir, lelah, menggigil, sakit punggung,
sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada


awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1 2 hari kemudian
akanmengeluarkan

dahak

berwarna

putih

atau

kuning.

Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning


atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya


membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3 5 hari dan
batuk bisa menetap selama beberapa minggu.

Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat.

Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.

Bisa terjadi pneumoni

Diagnosis Bronchitis akut

Manifestasi klinis
Anamnesis dapat ditemui adanya demam, nyeri kepala,
nyeri otot selama 3-4 hari diikuti dengan batuk.Pada awalnya

batuk bersifat kering dan keras, kemudioan berkembang


menjadi

batuk

yang

produktif,

dahak

bisa

jernih

atau

pululen.Batuk biasanya berlangsung 7-10 hari, tetapi dapat juga


berlangsung samnpai 3 minggu. Pada anakj Cecil,usa untuk
emnegluarkan

dahak

yang

lengket

dan

kental

dapat

merangsang muntah, pada anak ayang lebih tua keluhan utama


dapat berupa batuyk produktif,, nyeri dada pada keadaan yang
lebih berat. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 1014 hari. Bila gejala dan tanda klinis menetap sampai 2-3
minggu,perla dicurigai adanya proses kronis atau terjadi infeksi
bakteri sekunder

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak
khas.Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai
manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.Sejalan dengan
perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dada
dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau
tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu
lengket akan terdengar ronki basah.

Pemeriksaan penunjang

10

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan


hasil definitif untuk diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur
dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk
kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis
kronis.Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak
karena sebagian besar penyebabnya adalah virus.
Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan
bronkial meningkat.

Pada beberapa penderita menunjukkan

adanya penurunan ringan uji fungsi paru.Akan tetapi uji ini tidak
perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat.Jika
dicurigai adanya asma sebagai penyakit yang mendasari, uji
fungsi paru perlu dipertimbangkan untuk dilakukan.

Terapi Bronchitis akut


Penderita tidak perlu dirawat inap kecuali ada indikasi
seperti dehidrasi atau penyempitan bronkus yang berat.

Medikamentosa
Antibiotik tidak direkomendasikan secara rutin pada
bronkitis akut, bahkan pemberian antibiotik dengan indikasi
untuk pencegahan superinfeksi saluran napas bawah tidak

11

memberikan

keuntungan.Bronkodilator agonis

seperti

salbutamol dapat memberikan manfaat untuk mengatasi batuk,


utamanya pada keadaan yang disertai dengan tanda-tanda
bronkokontriksi. Pemberian salbutamol dengan dosis 0,1
mg/kgBB/kali.akan mengurangi batuk dalam 7 hari, lebih baik
dibandingkan pemberian antibiotik,Analgesik & antipiretik bila
diperlukan

dapat

diberikan.

Pemberian

antitusif

tidak

direkomendasikan, mukolitik, dan ekspektoran,walau belum


cukup bukti klinis yangkuat, dapat dipertimbangkan diberikan
bila batuknya efektif dan pada anak diatas 2 tahun

Suportif
Terapi bronkitis akut sebagian besar bersifat suportif.
Diperlukan istirahat dan asupan makanan
kelembaban

udara

yang

cukup

serta

yang cukup,

masukan

cairan

ditingkatkan.

Pemantauan Bronchitis akut


Anak-anak dengan bronkitis akut berulang harus dinilai
secara seksama untuk menemukan kemungkinan adanya
anomali-anomali

pada

12

saluran

napas,

benda

asing,

bronkiektasis, imunodefisiensi, tuberkulosis, alergi, sinusitis,


tonsilitis, adenoiditis, serta fibrosis kistik.

B. Bronchitis kronik
Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas dengan
penyempitan/hambatan jalan napas dan peningkatan produksi
sputum mukoid, menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perkusi
dan menyebabkan sionasis.Bronkitis didefinisikan sebagai adanya
batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama
2 tahun berturut-turut.Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles
mengganggu pernapasan yang efektif.Merokok atau pemajanan
terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik.Pasien
dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi
saluran pernapasan bawah.Kisaran infeksi virus, bakteri, dan
mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis
akut.Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama
musim

dingin.

Menghirup

udara

yang

dingin

pasti

menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan

Etiologi bronchitis kronik

13

dapat

Penyebab bronkitis sampai sekarang masih belum diketahui


dengan jelas.Pada kenyataannya kasus-kasus bronkitis dapat
timbul secara kongenital maupun didapat.Kelainan kongenital
dalam ini bronkitis terjadi sejak dalam kandungan.Faktor genetik
atau

faktor

pertumbuhan

dan

faktor

perkembangan

fetus

memegang peran penting.

Patofisiologi bronchitis kronik


Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi
lendir dan inflamasi. Karena iritasi dyang konstan ini, kelenjarkelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat
jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang
dihasilkan.Sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit dan
tersumbat.Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat
menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan
fungsi

makrofag

alveolar,

yang

berperan

penting

dalam

menghancurkan partikel asing termasuk bakteri.Pasien kemudian


menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.Penyempitan
bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang
terjadi

dalam

jalan

napas.Pada

14

waktunya,

mungkin

terjadi

perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan


emfisime dan brokiektasis.

Manifestasi klinis bronchitis kronik


Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin
adalah tanda dini bronkitis kronis.Batuk mungkin dapat diperburuk
oleh cuaca yang dingin, lembab, dan iritan paru.Pasien biasanya
mempunyai riwayat merokok dan sering mengalami infeksi
pernapasan.

Evaluasi diasnostik bronchitis kronik


Riwayat

kesehatn

yang

lengkap,

termasuk

keluarga,

pemajanan terhadap lingkungan, terhadap lingkungan, terhadap


bahan-bahan

yang

mengiritasi

dan

riwayan

pekerjaan

dikumpulkan, termasuk kebiasaan merokok (jumlah bungkus per


hari).Selain itu, pemeriksaan gas-gas darah arteri, rontgen dada,
dan

pemeriksaan

funsi

paru

hemoglobin dan hematokrit.

15

dilakukan,

juga

pemeriksaan

Pemeriksaan funsi paru menunjukkan penurunan kapasitas


vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV ; jumlah udara yang
diekshalasi) dan peningkatan volume residual (RV ; udara yang
tersisa dalam paru-paru setelah ekshalasi maksimal), dengan
kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat.
Hematokrit dan hemaglobin dapat sedikit meningkat.Analisa gas
darah dapat menunjukkan hipoksia dengan hiperkapnia.Rontgen
dada mungkin menunjukkan perbesaran jantung dengan diafragma
normal atau mendatar.Konsolidasi dalam bidang paru mungkin juga
terlihat.

Penatalaksanaan medis bronchitis kronik


Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar
brinkiolus terbuka dan berfungsi untuk memudahkan pembuangan
sekresi bronkial untuk mencegah infeksi dan untuk mencegah
kecacatan.Perubahan dalam pola sputum (sifat, warna, jumlah,
ketebalan) dan dalam batuk adalah tanda yang penting untuk
dicatat. Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotik
berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas. Untuk

16

membantu membuang sekresi bronkial, diresepkan bronkodilator


untuk menghilangkan bronkospasme dan mengurangi obstruksi
jalan napas sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan ke
seluruh bagian paru dan ventilasi alveolardiperbaiki. Drainase
postural dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat
membantu, terutama jika terdapat bronkiektasis.Cairan (yang
diberikan per oral atau parenteral jika bronkospasme berat) adalah
bagian penting dari terapi, karena hidrasi yang baik membantu
untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat mudah dikeluarkan
dengan membatukannya.Terapi kortikosteroid mungkin digunakan
ketika pasientidak menunjukkan keberhasilan terhadap pengukuran
yang lebih konservatif.Pasien harus menghentikan merokok karena
menyebabkan brokokonstriksi, melumpuhkan silia, yang penting
dalam menbuang partikel yang mengiritasi dan menginaktivasi
surfaktan, yang memainkan peran penting dalam memudahkan
pengembangan paru-paru.Perokok juga lebih rentan terhadap
infeksi bronchial.

Pencegahan bronchitis kronik


Karena

sifat

ketidakmampuan,

bronkitis

setiap

upaya

17

kronik

yang

diarahkan

menimbulkan

untuk

mencegah

kekambuhan. Satu tindakan esensial adalah untuk menghindari


iritan pernapasan (terutama asap tembakau). Individu yang rentan
terhadap infeksi saluran pernapasan harus diimunisasi terhadap
agens virus yang umum dengan vaksin untuk influenza dan untuk
S. pneumoniae. Semua pasien dengan infeksi traktus respiratorius
atas akut harus mendapat pengobatan yang sesuai, termasuk
terapi antimikroba berdasarkan pemeriksaan kultur dan sensitivitas
pada tanda pertama sputm purulen.

3. ETIOLOGI BRONCHITIS
Bronkitis

infeksiosa

disebabkan

oleh

virus,

bakteri

dan

organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan


Chlamydia)
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita
penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun.Infeksi berulang
bisa merupakan akibat dari:

Sinusitis kronis

18

Bronkiektasis

Alergi

Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:

Berbagai jenis debu

Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin,


hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin

Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen


dioksida

Tembakau dan rokok lainnya.

Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara


congenital maupun didapat sebagai berikut:

a. Kelainan congenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan.Factor
genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus
memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini
mempunyai ciri sebagai berikut :
19

Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu


atau kedua paru.

Bronchitis

konginetal

sering

menyertai

penyakit-penyakit

konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary


fibrosis), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal,sinusitis
paranasal dan situs inversus), hipo atau agamaglobalinemia,
bronkiektasis pada anak kembar satu telur ( anak yang satu
dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita
bronkiektasis ), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan
congenital berikut : penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis
konginetal.

b. Kelainan
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita
pneumonia yang sering

kambuh dan berlangsung lama,

pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza


yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
Obstruksi Bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan
oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma
bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus.

4.PERUBAHAN PATOLOGIS ANATOMIK


20

Terdapat berbagai macam variasi bronchitis, baik engenai


jumlah atau luasnya bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit

Tempat predisposisi bronchitis.


Bagian paru yang sering terkena dan merupakan predisposisi
bronchitis adalah lobus tengah paru kanan, bagian lingua paru kiri
lobus atas, segmen basal pada lobus bawah kedua paru.

Bronkus yang terkena.


Bronkus yang terkena umumnya yang berukuran sedang,
bronkus yang terkena dapat hanya satu segmen paru saja maupun
difus mengenai

bronki kedua paru.

Perubahan morfologis bronkus yang terkena


a. Dinding Bronkus
Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami
perubahan berupa proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan
irreversibel. Jaringan bronkus yang mengalami kerusakan
selain otot-otot polos bronkus juga elemen-elemenelastis.
b. MukosaBronkus
Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia
pada sel epitel menghilang, terjadi perubahan metaplasia
skuamosa,. Apabila terjadi eksaserbasi infeksi akut, pada
mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi
c. Jaringan paru peribronchiale

21

Pada keadaan yang hebat, jaringan paru distal akan


diganti jaringan fibrotik dengan kista-kista berisi nanah.

Variasi kelainan anatomis bronchialis


Telah dikenal 3 variasi bentuk kelainan anatomis
bronchitis, yaitu :
a. Bentuk tabung
Bentuk ini sering ditemukan pada bronchitis yang
menyertai bronchitis kronik.
b. Bentuk kantong
Ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan
bronkus yang bersifat irregular.Bentuk ini berbentuk kista.
c. Bentuk antara bentuk tabung dan kantong

Pseudobronchitis
Pada bentuk ini terdapat pelebaran bronkus yang bersifat
sementara dan bentuknya silindris.Bentuk ini merupakan
komplikasi dari pneumonia.

5. PATOGENESIS

22

Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui


diduga erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan
dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang
didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor
obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis
paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui
dua mekanisme dasar :
1. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul
bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses
destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian
timbulbronchitis.
2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada
bagian distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi
bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan
sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik
dan menetap.Keluhan-keluhan yang timbulerat dengan : luas atau
banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi
bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut. keluhan-

23

keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal :


adanya

kerusakan

dinding

bronkus,akibat

komplikasi,

adanya

kerusakan fungsi bronkus.


Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis,
data dijelaskan sebagai berikut ;

Infeksi pertama ( primer )


Infeksi

yang

mendahului

bronchitis

adalah

infeksi

bacterial yaitu mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan


bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis,
sedangkan infeksi virus tidak dapat ( misalnya adenovirus tipe
21, virus influenza, campak, dan sebagainnya ).

Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi
sekunder pada lesi, apabila

sputum pasien yang semula

berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi


kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi
infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya : fusifomis
fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman
yang erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya :
streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella
ozaena.

24

6.GAMBARAN KLINIS
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis
tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan
ada tidaknya komplikasi lanjut.Ciri khas pada penyakit ini adalah
adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan
pneumonia berulang.Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat
pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala
pada penyakit yang ringan.
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan
memberikan gejala.

Keluhan-keluhan
a. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk
produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada
bronchitis

kronis,

jumlah

seputum

bervariasi,

umumnya

jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada


perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada
infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi
infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau
yang tidak sedap.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob,
akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang
sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung
beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian :
Lapisan teratas agak keruh.
Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah).

25

Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan


nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).

b. Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan
ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus
mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan.
Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan
( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak
( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat
hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri
broncialis

daerah

berasal

dari

peredaran

darah

sistemik ).Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe


justru gejala satu-satunya karena bronchitis jenis ini letaknya
dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah
menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien
tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru,
bronchitis

(sekunder)

ini

merupakan

penyebab

utama

komplikasi haemaptoe.
c. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan
keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas
tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi
dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan
26

paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang


biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi
( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat
local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
d. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik,
sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada
paru, sehingga sering timbul demam ( demam berulang ).

Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari
tubuh, manifestasi klinis komplikasi bronchitis.Pada kasus yang berat
dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik
maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas
pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari
waku kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami
drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian
paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat
menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan
berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi
penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi
komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan

27

pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi


bronkus.
Sindrom kartagenr. Sindrom ini terdiri atas gejala-gejala berikut :

Bronchitis congenital, sering disertai dengan silia bronkus imotil.


Situs inversus pembalikan letak organ-organ dalam dalam hal
ini terjadi dekstrokardia, left sided gall bladder, left-sided liver,
right-sided spleen.
Sinusitis paranasal atau tidak terdapatnya sinus frontalis.
Semua elemen gejala sindrom kartagener ini adalah kelainan
congenital. Bagaimana asosiasi tentang keberadaanya yang
demikian

ini

belum

diketahui

dengan

jelas.

Bronchitis Kelainan ini merupakan klasifikasi kelenjar limfe yang


biasanya merupakan gejala

sisa komleks primer tuberculosis

paru primer. Kelainan ini bukan merupakan tanda klinis


bronchitis, kelainan ini sering menimbulkan erosi bronkus
didekatnya dan dapat masuk kedalam bronkus menimbulkan
sumbatan dan infeksi, selanjutnya terjadilah bronchitis. Erosi
dinding bronkus oleh bronkolit tadi dapat mengenai pembuluh
darah dan dapat merupakan penyebab timbulnya hemaptoe
hebat.

Kelainan laboratorium

28

Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru


dapat

ditemukan

gambaran

polisitemia

darahnya

sekunder.Bila

normal.Seing

penyakitnya

ditemukan

anemia,

ringan
yang

menunjukan adanya infeksi kronik, atau ditemukan leukositosis yang


menunjukan adanya infeksi supuratif. Urine umumnya normal kecuali
bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan ditemukan proteiuria.
Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap antibiotic, perlu
dilakukan bila ada kecurigaan adanya infeksi sekunder.

Kelainan radiologist
Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan
adanya kista-kista kecil dengan fluid level, mirip seperti gambaran
sarang tawon pada daerah yang terkena, ditemukan juga bercakbercak pneumonia, fibrosis atau kolaps. Gambaran bronchitis akan
jelas pada bronkogram

Kelainan faal paru


Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital (KV ) dan
kecepatan aliran udara ekspirasi satu detik pertama (FEV1), terdapat
tendensi

penurunan,

karena

terjadinya

obstruksi

airan

udara

pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas darah berupa penurunan


PaO2 ini menunjukan abnormalitas regional ( maupun difus ) distribusi
ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru.

29

Tingkatan beratnya penyakit


a. Bronchitis ringan
Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya
terjadi sesudah demam, ada haemaptoe ringan, pasien tampak
sehat dan fungsi paru norma, foto dada normal.
b. Bronchitis sedang
Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum
timbul setiap saat, ( umumnya warna hijau dan jarang mukoid,
dan bau mulut meyengat ), adanya haemaptoe, umumnya
pasien masih Nampak sehat dan fungsi paru normal. Pada
pemeriksaan paru sering ditemukannya ronchi basah kasar
pada daerah paru yag terkena, gmbaran foto dada masih
terlihat normal.

c. Bronchitis berat
Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak,
berwarna kotor dan berbau. Sering ditemukannya pneumonia
dengan haemaptoe dan nyeri pleura. Bila ada obstruksi nafas
akan ditemukan adany dispnea, sianosis atau tanda kegagalan

30

paru. Umumny pasien mempunyai keadaan umum kurang baik,


sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata ,
pasien mudah timbul pneumonia, septikemi, abses metastasis,
amiloidosis. Pada gambaran foto dada ditemukan kelainan :
bronkovascular marking, multiple cysts containing fluid levels.
Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan ronchi basah kasar
pada daerah yang terkena.

7.DIAGNOSIS
Diagnosis pasti bronchitis dapat ditegakan apabila telah
ditemukanadanya dilatasi dan nekrosis dinding bronkus dengan
prosedur pemeriksaan bronkografi dan melihat bronkogram yang
didapat.
Bronkografi tidak selalu dapat dikerjakan pada tiap pasien
bronchitis, karena terikat adanya indikasi, kontraindikasi, syarat-syarat
kaan elakukannya. Oleh karena pasien bronchitis umumnya
memberikan gambaran klinis yang dapat dkenal, penegakan diagnosis
bronchitis dapat ditempuh melewati proses diagnostik yang lazim
dikerjakan dibidang kedokteran, meliputi:

Anamnesis
Pemeriksaan fisis
31

Pemeriksaan penunjang

a. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang perlu diingat atau dipertimbangkan
kalau kita berhadapan dengan pasien bronchitis :

Bronchitis kronis ( ingatlah definisi klinis bronchitis

kronis ).
Tuberculosis paru ( penyakit ini dapat disertai

kelainan anatomis paru berupa bronchitis ).


Abses paru ( terutama bila telah ada hubungan

dengan bronkus besar ).


Penyakit paru penyebab hemaptomisis misalnya

karsinoma paru, adenoma paru.


Fistula bronkopleural dengan empisema.

b. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai
pada pasien, antara lain :
Bronchitis kronik
Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis
sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder
terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini
sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang

baik.
Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan
timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada

daerah yang terkena.


Efusi pleura atau empisema

32

Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman


penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi

penyebab kematian.
Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah
cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri
bronchialis

atau

anastomisis

pembuluh

darah.

Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali

merupakan tindakan beah gawat darurat.


Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis

pada saluran nafas.


Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi
anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis
pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt,
terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis
sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan
lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner

kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.


Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir

pada bronchitis yang berat da luas


Amiloidosis keadaan ini merupakan

perubahan

degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi.


Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat
ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.

33

BAB III
PROSEDUR
1. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pasien bronchitis terdiri atas dua kelompok :

A. Pengobatan konservatif,terdiri atas :


1. Pengelolaan umum
Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien
bronchitis,Meliputi:

a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk


pasien :
Contoh :
Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
Mencegah / menghentikan rokok.
Mencegah / menghindari debu,asap dan
sebagainya.

34

b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang


baik untuk dikerjakan adalah sebagai berikut :
Melakukan drainase postural..Pasien dilelatakan
dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat
dicapai drainase sputum secara maksimum.Tiap kali
melakukan drainase postural dilakukan selama 10 20
menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip
drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum
( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi
tubuh

saat

dilakukan

drainase

postural

harus

disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan


dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan
pada pada punggung pasien dengan punggung jari.
Mencairkansputum
yang
kentalDapat
dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi
uap air panas, mengguanakan obat-obat

mukolitik dan sebagainya.


Mengatur posisi tepat tidur pasienSehingga
diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk

memudahkan drainase sputum.


c. Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus
diperkecil dengan

jalan mencegah penyebaran kuman,

35

apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai


agar infeksi tidak berkelanjutan
2. Pengelolaan khusus
a. Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan :
secara continue untuk mengontrol infeksi

bronkus (ISPA).
untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut

pada bronkus/paru.
atau kedua-duanya digunakan.

Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih,


pemkaian
berdasarkan

antibiotic
hasil

uji

antibiotic

sebaikya

sensivitas

kuman

harus
terhadap

antibiotic secara empiric.Walaupun kemotherapi jelas


kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada
setiap

pasien

harus

iberikan

antibiotic.

Antibiotik

diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic


diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau
dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi
warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau
menjadi mukoid ( putih jernih).Kemotherapi dengan
antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi

36

gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama


pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan
ini hanya bersifat sementara.
b. Drainase secret dengan bronkoskop
Cara

ini

penting

dikerjakan

terutama

pada

saat

permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain :

Menentukan dari mana asal secret.


Mengidentifikasi lokasi stenosis

obstruksi bronkus.
Menghilangkan bstruksi bronkus dengan

atau

suction drainage daerah obstruksi.

3. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang
mungkin mengganggu atau mebahayakan pasien.
Pengobatan obstruksi bronkusApabila ditemukan tanda
obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru ( % FEV
1 < 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
a. Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu
diberikan oksigen.

37

b. Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya
menghentikan

perdarahan.Dari

berbagai

penelitian

pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya


memuaskan walau sulit diketahui mekanisme kerja obat
tersebut untuk menghentikan perdaraha.
c. Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami

eksaserbasi

inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih kalau


terjadi

septikemi.Pada

kasus

ini

selain

diberikan

antibiotic perlu juga diberikan obat antipiretik.

B. Pengobatan pembedahan
1. Tujuan pembedahan :
mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru
yang terkena.
a. Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas
dan resektabel, yang tidak berespon
yang tidak berespon terhadap tindakantindakan

38

konservatif

yang

adekuat.

Pasien perlu dipertimbangkan untuk


operasi.

Pasien bronchitis yang terbatas tetapi


sering mengaami infeksi berulang atau
haemaptoe
Pasien

dari

dengan

daerakh

tersebut.

haemaptoe

massif

seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.


b. Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD.
Pasien bronchitis berat.
Pasien bronchitis dengan koplikasi kor
pulmonal kronik dekompensasi.
c. Syarat-ayarat operasi.
Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas

dan resektabel.
Daerah paru yang

mengalami perubahan ireversibel.


Bagian paru yang lain harus masih baik
misalnya

terkena

telah

tidak ada bronchitis atau

bronchitis kronik.
d. Cara operasi.
Operasi elektif : pasien-pasien yang
memenuhi indikasi dan tidak terdapat
kontra

indikasi,

pengobatan

yang

konservatif

gagal

dalam

dipersiapkan

secara baik utuk operasi. Umumnya

39

operasi berhasil baik apabila syarat dan

persiapan operasinya baik.


Operasi paliatif : ditujukan pada pasien
bronchitis yang mengalami keadaan
gawat darurat paru, misalnya terjadi
haemaptoe masif ( perdarahan arterial )
yang memenuhi syarat-syarat dan tidak

terdapat kontra indikasi operasi.


e. Persiapan operasi :
Pemeriksaan
faal

paru

:pemeriksaan spirometri,analisis
gas

darah,

pemeriksaan

broncospirometri ( uji fungsi paru

regional ).
Scanning dan USG.
Meneliti ada atau tidaknya kontra

indikasi operasi pada pasien.


Memperbaiki keadaan umum
pasien.

40

2.PENCEGAHAN
Timbulnya bronchitis sebenarnya dapat dicegah, kecuali dalam bentuk
congenital tidak dapat dicegah. Menurut beberapa literature untuk
mencegah terjadinya bronchitis ada beberapa cara :

Pengobatan dengan antibiotic atau cara-cara lain secara tepat


terhadap semua bentuk pneumonia yang timbul pada anak

akan dapat mencegah ( mengurangi ) timbulnya bronchitis.


Tindakan vaksinasi terhadap pertusis ( influenza, pneumonia )
pada anak dapat pula diartikan sebagai tindakan preventif
terhadap timbulnya bronchitis.

3.PROGNOSIS
Prognosis pasien bronchitis tergantung pada berat ringannya serta
luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan
pengobatan secara tepat ( konservatif atau pembedahan ) dapat
memperbaiki prognosis

penyakit.

Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,


survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena
pneumonia, empiema, payah jantung kanan, haemaptoe dan lainnya.

BAB IV
41

PENUTUP
1. K E S I M P U L A N
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya
dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan
berjalan kronik.Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus
yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size ),
sedangkan bronkus besar jarang terjadi.

2. S A R A N
Bronchitis dapat di sebabkan sebagai berikut:

Berbagai jenis debu.


Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik,

klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromine.


Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan

nitrogen dioksida.
Tembakau dan rokok lainnya.

Jika ada Keluhan seperti berikut harap di bawah ke dokter.:

Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).

42

Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di


dada.

Sesak napas, rasa berat bernapas,

Kadang batuk darah

LAMPIRAN

43

GAMBAR 1

GAMBAR 2

44

Daftar Pustaka
Davison AJ, Scott J: The complete DNA sequence of varicella-zoster virus. J
Gen Virol 67:1759, 1986.
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta : 2005
Grose C: Glycoproteins of varicella-zoster virus and their herpes simplex
virus homologs. Rev Infect Dis 13:S960, 1991.
Hope-Simpson RE: Infectiousness of communicable diseases in the
household (measles, chickenpox, and mumps). Lancet 2:549, 1952.
http://www.andye reszeck.ymail.com.editordirect/htm.

Kundratitz K: Experimentelle bertagungen von Herpes zoster auf Menschen


and die Beziehungen von Herpes zoster zu Varizellen. Z Kinderheilkol
39:379, 1925.
Mehta, Parang. Varicella.Emedicine from WebMD. Sept 2007
Straus SE, Reinhold W, Smith HA, et al: Endonuclease analysis of viral DNAs
from varicella and subsequent zoster infections in the same patient. N
Engl J Med 311:1362, 1984.
Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta : 2005
Siti Harfiyani (9920261015) varisellla
Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
von Bakay J: ber den aetiologischen Zusammenhang der Varizelllen met
gewissen Fllen von Herpes zoster. Wien Klin Wochenschr 22:1323,
1909.
Weller TH, Witton HM, Bell EJ: The etiologic agents of varicella and herpes
zoster. J Exp Med 108:843, 1958.

45

BIODATA
1. Nama Lengkap
2. Nama Panggilan
3. NISN
4. Jurusan
5. Tempat,tgl.Lahir
6. Alamat
7. No.Telp/ HP
8. Pekerjaan
9. Hobi

: Rendi Andika
: Dhyqha
:
: Keperawatan
: malino,29-01-1994
: jln. Bonto Duri Raya No.44
: 085696905xxx
: Pelajar
: foodball

10.Riwayat Pendidikan

a. SD

: SDn Inpres Parigi

b. SLTP

: MTsn Model Makassar

c. SLTA

: Smk Kesehatan YapikaMakassar

46

Anda mungkin juga menyukai