Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN MENGKONSUMSI TABLET FE

TERHADAP IBU HAMIL DI PUSKESMAS CURUG

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir
Program Studi DIII Keperawatan

Disusun Oleh:
Cika Insani Restuningrum 043-315-150-008
Eva Nurlativah Astuti 043-315-150-011
Kasih Eli Gulo 043-315-150-019
Muhamad Ramdani 043-315-150-022
Nisa Infanteriani Pratiwi 043-315-150-023
Siti Mariam M 043-315-150-035
Siti Ulfa Fauziah 043-315-150-036
Yasinta Maydasari 043-315-150-041

PROGRAM STUDI D3-2 KEPERAWATAN


STIKEP PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO, 1992). Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah
dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berperan dan penyebab tingginya angka kematian ibu. Sebagian
besar perempuan mengalami anemia dalam kehamilan baik di
negara maju maupun di negara berkembang.
Akibat anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai
komplikasi pada saat persalinan baik komplikasi pada ibunya
maupun pada bayi yang dikandungnya. Anemia pada ibu hamil
disebut Potencial danger for mother of child (berpotensi
membahayakan bagi ibu dan anak) karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba, 2001).
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah,
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama hamil, kebijakan
bidan desa wajib mendatangi ibu hamil di wilayah kerjanya,
mengembangkan penyuluhan untuk ibu hamil terkait dengan
sanitasi lingkungan bagi ibu hamil. Menurut Mosley dan Lincoln
(1985) dalam Jonny (2007) pendapatan rumah tangga akan
mempengaruhi sikap keluarga dalam memilih barang-barang
konsumsi, pendapatan juga menentukan daya beli terhadap
pangan dan fasilitas lain. Rendahnya pendapatan merupakan
salah satu penyebab rendahnya konsumsi pangan serta
buruknya status gizi, kurang gizi akan mengurangi daya tahan
tubuh, produktivitas kerja ( Wirahadikusuma, 1999). Paritas juga
mempengaruhi karena pada kehamilan memerlukan tambahan
zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah ibu dan
membentuk sel darah merah janin, jika persediaan cadangan Fe
minimal maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe
tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan
berikutnya, makin sering seorang wanita mengalami kehamilan
dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan
makin menjadi anemis (Manuaba, 2001).
Menurut Penelitian Ridwan Amirudin (2009), Mengatakan
Kematian Ibu dapat terjadi karena beberapa sebab diantaranya
Anemia. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator
keberhasilan kesehatan di suatu Negara. Di Indonesia AKI
tercatat 228/100.000 kelahiran hidup, padahal pemerintah
menargetkan pada Tahun 2015 AKI akan turun menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Biro Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2007, AKI dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Barat masih berada pada
level yang cukup tinggi. Hingga saat ini, AKI Jawa Barat
sebanyak 250 per 100.000 kelahiran dan AKB di Jawa Barat
masih di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup, penyebab langsung
kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan
nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu,
sedangkan secara tidak langsung kematian ibu disebabkan oleh
anemia. Sedangkan anemia pada ibu hamil di Provinsi Banten
cukup tinggi yaitu 43,6%3.
Di Indonesia prevalensi orang terkena anemia terhitung
cukup tinggi, 50-63% ibu hamil menderita anemia, selain itu
40% wanita usia subur turut mengalami anemia (Nadia, 2013).
Development Bank (ADB) mencatat pada tahun 2012 sebanyak
22 juta anak Indonesia menderita anemia sehingga
menyebabkan penurunan IQ. Angka 51% wanita hamil
menderita anemia dapat menyebabkan kematian hingga 300
jiwa per hari. Beberapa penyebab anemia jika dikenali
masyarakat lebih awal dapat menekan tingkat risiko anemia.
Angka kematian ibu (AKI) saat melahirkan di Kabupaten
Tangerang masih terbilang tinggi, pada tahun 2010 sebanyak 33
kasus sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 19 kasus,
penyebabnya sebagian besar terjadi karena ibu menderita
anemia. Pada tahun 2011 menurut hasil laporan tahunan bagian
KIA Puskesmas Curug terdapat 120 ibu (52.6%) dari 228 ibu
hamil yang memeriksakan kehamilan di Puskesmas Curug
mengalami anemia dalam kehamilan.
Upaya peningkatan kesehatan ibu masih menghadapi
berbagai tantangan diantaranya tantangan bagaimana
menurunkan proporsi anemia pada ibu hamil yang saat ini masih
terdapat 37,1% pada tahun 2013 baik di kawasan perkotaan
(36,4%) maupun di perdesaan (37,8%).
Dibuatnya penelitian ini adalah dengan harapan agar dapat
mencegah dan menurunkan angka kematian ibu hamil yang di
sebabkan oleh anemia dengan cara mengkonsumsi tablet Fe.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul Hubungan Mengkonsumsi Tablet Fe Terhadap Ibu
Hamil dengan Anemia di Puskesmas Curug.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana hubungan mengkonsumsi tablet Fe terhadap ibu
hamil di pos yandu mawar?
1.3. Tujuan Studi Kasus
Untuk mengidentifikasi hubungan mengkonsumsi tablet Fe
terhadap ibu hamil di posyandu mawar.
1.4. Manfaat Studi Kasus
1.4.1. Manfaat Teoritis
1.4.1.1. Bagi IPTEK
Sebagai Pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya bidang maternitas.
1.4.1.2. Bagi Institusi Keperawatan
Menambah beragam hasil penelitian dalam
dunia pendidikan serta dapat dijadikan referensi
bagi pembaca lain yang ingin mengadakan
penelitian lebih lanjut, baik penelitian yang serupa
maupun penelitian yang lebih komplek.

1.4.2. Manfaat Praktis


1.4.2.1. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan ibu hamil.
1.4.2.2. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan
kemampuan khususnya dibidang anemia beserta
pengaruh tablet FE selama kehamilan.
1.4.2.3. Bagi Ibu Hamil
Memberi pengetahuan pada ibu hamil
tentang anemia dan pengkonsumsian tablet FE
selama kehamilan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
2.1.1. Pengertian kehamilan
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional) kehamilan adalah proses yang diawali dengan keluarnya sel
telur matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma,
lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh.
Menurut Guyton kehamilan adalah suatu rangkaian peristiwa yang
baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan tersebut berkembang
sampai menjadi fetus yang aterm. Saat hamil seorang wanita akan banyak
mengalami perubahan pada kondisi fisik tubuhnya, perubahan tersebut
mungkin relative pada tiap-tiap wanita. Saat hamil merupakan saat-saat
paling membahagiakan bagi seorang calon ibu dan juga merupakan saat-
saat perjuangan karena ia harus membawa beban berat selama sembilan
bulan kemana pun ia pergi yaitu calon buah hatinya. Proses terjadinya
kehamilan sendiri terjadi saat sel sperma laki-laki bertemu dengan sel
telur matang dari wanita bertemu ( kemudian terjadi proses pembuahan ).
Pertemuan itu terjadi setelah melakukan hubungan suami istri dan akan
bisa berhasil jika di lakukan oleh perempuan dewasa pada masa
suburnya.Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum
dari perempuan (H. Farrer, 1999 : 33).
Kehamilan adalah masa dimulai dari kontrasepsi sampai janin
lahir, lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung
dari hari pertama haid terakhir. (Sarwono, 1999). Kehamilan adalah
seorang wanita mengandung sel telur yang telah dibuahi atau kehamilan
oleh sperma (Zr. Dra. Christina, 1996 : 63).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Manuaba, 1998). Masa kehamilan di mulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir (Sarwono,
2002).
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di
dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan
dan besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada setiap dilakukan
pemeriksaan kahamilan (Muhimah dan SafeI, 2010).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah
peristiwa yang dimulai dari konsepsi(pembuahan) dan berakhir dengan
permulaan persalinan.
2.1.2. Pengertian anemia
Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana
jumlah sel darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Hemoglobin yang terkandung di dalam Sel darah merah
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan
anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari
13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada perempuan konsentrasi
Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%.
2.1.3. Pengertian anemia pada Ibu hamil
2.1.3.1. Pengertian
Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002).
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun
atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut
oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin
menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah
jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan
11,00 gr/dl (Varney H, 2006).
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah
merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia
berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis.
Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan
hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar
Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50
gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi
wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada
trimester II (Sarwono P, 2002).
2.1.3.2. Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang
keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut
Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah
sebagai berikut:
2.1.3.2.1. Kurang gizi (malnutrisi)
2.1.3.2.2. Kurang zat besi dalam diit
2.1.3.2.3. Malabsorpsi
2.1.3.2.4. Kehilangan darah banyak seperti
persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
2.1.3.2.5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC
paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
2.1.3.3. Patofisiologi
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah
kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga
pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%,
sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi
pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga
menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi
dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran
dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat
dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output
untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas
rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak
naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang
hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap
kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel
darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia.
Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32
dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).
2.1.3.4. Tanda dan Gejala
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu
makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada
anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
2.1.3.5. Klasifikasi
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah
sebagai berikut:
a. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita
hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
pemberian tablet besi. Pengobatannya adalah:
1) Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu
fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian
preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1
gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
2) Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak
tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan
penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian
preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus,
dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,
2001).

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat


dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat
digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata


mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg
diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin
dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 810 mg zat besi. Perhitungan makan 3
kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 2025 mg
zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg
sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita
hamil (Manuaba, 2001).

b. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam
folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
1) Asam folik 15 30 mg per hari
2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan transfusi darah.
c. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum
tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan
retikulosi.
d. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-
kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya
diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun
pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil.
Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita
ini.
2.1.3.6. Efek Anemia Pada Ibu Hamil
a. Bahaya Pada Trimester
Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed
abortion, kelainan congenital, abortus / keguguran.
b. Bahaya Pada Trimester II
Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus
premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis
hingga kematian ibu.

c. Bahaya Saat Persalinan


Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his
primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan
tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan
perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk,
2008).
2.1.4. Pengertian Fe
2.1.4.1. Pengertian Zat Besi (FE)
Zat besi adalah suatu suplemen panambah darah yang
sangat dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah terjadinya
anemia selama kehamilan. Zat besi merupakan mineral mikro
yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan
hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia
dewasa.
2.1.4.2.Fungsi tablet besi
Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan untuk
membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral
ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk
mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen
(protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan
penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam
sistem pertahanan tubuh.
2.1.4.3.Tablet yang mengandung zat besi
Dewasa ini banyak jenis obat yang mengandung zat
besi yang ditawarkan oleh tenaga kesehatan beberapa contoh
seperti etabion, sangobion, feroplek, farmobion.
2.1.4.4.Dosis dan waktu pemberian Fe
Kebutuhan atau dosis zat besi dari setiap tingkat umur
dan jenis kelamin berbeda-beda. Wanita membutuhkan zat besi
lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan
perdarahan sebanyak 50 80 cc setiap bulan dan kehilangan
zat besis sebanyak 30 40 mgr. Dosis yang dianjurkan untuk
diminum adalah 1 x 1 tablet perhari sesuai dosis yang
dianjurkan. Tetapi apabila terjadi anemia berat dosis bisa
dinaikkan menjadi 2 x 1 tablet yang di minum. Angka
kecukupan zat besi yang dianjurkan untuk Indonesi sebagai
berikut:
a. Bayi : 3-5 mg
b. Balita : 8-9 mg
c. Anak sekolah : 10 mg
d. Remaja laki-laki : 14-17 mg
e. Remaja perempuan : 14-25 mg
f. Dewasa laki-laki : 13 mg
g. Dewasa perempuan : 14-26 mg
h. Ibu hamil : + 20 mg
i. Ibu menyusui : + 2 mg
2.1.4.5.Kebutuhan atau dosis zat besi selama hamil
Saat hamil kebutuhan zat besi sangat meningkat. Beberapa
literatur mengatakan kebutuhan tersebut mencapai dua kali
lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Dari jumlah zat besi yang
perlu ditimbun oleh tubuh untuk persediaan cadangan zat besi
yaitu 1040 mg, ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi zat
besi minimal 90 tablet selama hamil. Namun, bukan berarti
selama hamil ibu hanya mengkonsumsi selama tiga bulan usia
kehamilan namun itu adalah nilai minimal. Hal ini terjadi
karena selama hamil, volume darah meningkat sampai 50%,
sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang
sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil rata-rata mendekati
800 mg. Kebutuhan ini terdorong dari sekitar 300 mg
diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
diperlukan untuk meningkatkan masa hemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg akan diekskresikan lewat usus, urin, dan
kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan
sekitar 8 10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20 25 mg zat besi
perhari. Selama hamil dengan perhitungan 288hari, ibu hamil
akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga
kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil.
Sumber lain mengatakan, kebutuhan ibu hamil akan
meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darh merah)
sebesar 200 300%. Perkiraan besar zat besi yang perlu
ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg
Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya
hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50
75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah
jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I
kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester
III 70%. Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama
kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak
terjadi menstruasi dan perumbuhan janin masih lambat.
Menginjak trimester II dan III, volume darah dalam tubuh
wanita akan meningkat sampai 35% ini sebanding dengan 450
mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah
merah harus mengangkut oksigen lebih banyak utnuk janin.
Sedangkan saat melahirkan perlu tambahan besi 300 350 mg
akibat proses melahirkan yang mengeluarkan darah banyak.
Sampai saat melahirkan wanita, hamil butuh zat besi sekitar 40
mg perhari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
2.1.4.6.Waktu minum tablet zat besi
Waktu yang tepat untuk minum tablet zat besi adalah
pada malam hari menjelang tidur, hal ini untuk mengurangi
rasa mual yang timbul setelah ibu meminumnya. Jika ibu
meminum tablet besi pada pagi hari maka ibu akan mual
muntah karena salah satu efenya menimbulkan rasa eneg (rasa
tidak enak pada perut).
2.1.4.1. Cara minum tablet zat besi
Tablet besi sebaiknya diminum dengan menggunakan
air jeruk atau air putih, karena membentu proses penyerapan
zat besi. Dan hindari minum tablet zat besi dengan
menggunakan air teh, susu dan kopi, karena akan menghambat
proses penyerapan absorpsi zat besi.
2.1.4.2. Efek samping tablet zat besi
Efek samping dari pil atau tablet tambah darah ini
adalah kadang dapat terjadi mual, muntah, perut tidak enak,
susah buang besar, tinja berwarna hitam, namun hal ini tidak
berbahaya.
2.1.4.3. Bahan makanan yang mengandung zat besi
Sumber zat besi baik adalah makanan hewani seperti
daging, ayam, dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur,
sereal tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa
jenis buah. Pada umumnya zat besi di dalam daging, ayam dan
ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, zat besi di dalam
serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan
biologik sedang, dan zat besi di dalam sebagian besar sayuran,
terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam
mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya
diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas
campuran sumber besi dari hewani dan tumbuh-tumbuhan serta
sumber gizi lain yang dapat membantu absorpsi. Menu
makanan sebaiknya terdiri ats nasi, daging/ayam/ikan, kacang-
kacangan, serta sayuran dan buah-buahan yang kaya akan
vitamin C. Kandungan besi beberapa bahan makanan dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Nilai besi berbagai bahan makanan (mg/100gram)


Bahan Makanan Nilai Fe Bahan Makanan Nilai Fe

Tempe kacang kedelai murni 100 Biskuit 2,7

Kacang kedelai kering 8,0 Jagung kuning, pipil lama 2,4

Kacang hijau 6,7 Roti putih 1,5

Kacang merah 5,0 Beras setengah giling 1,2

Kelapa tua, daging 2,0 Kentang 0,7

Udang segar 8,0 Daun kacang panjang 6,2

Hati sapi 6,6 Bayam 3,9

Daging sapi 2,8 Sawi 2,9

Telur bebek 2,8 Daun katuk 2,7

Telur ayam 2,7 Kangkung 2,5

Ikan segar 2,0 Daun singkong 2,0

Ayam 1,5 Pisang ambon 0,5

Gula kelapa 2,8 Keju 1,5


2.1.4.4. Bahan makanan yang membantu penyerapan zat besi
Bahan makanan yang membantu penyerapan zat besi
adalah jenis makanan atau minuman yang mengandung
vitamin C yang tinggi, sayuran yang berwarna hijau, kentang
dan makanan yang mengandung B12 seperti hati, telur, ikan,
keju, dan daging.
2.1.4.5. Bahan makanan yang menghambat proses penyerapan zat besi
Sebaiknya menghindari minum yang mengandung
cafein (kopi), theofilin (teh), susu, bromeni (coklat), kokain
(ganja), minuman bersoda pada saat mengkonsumsi zat besi
karena akan menghambat penyerapan zat besi di dalam tubuh,
disarankan untuk tidak meminumnya setelah makan. Minum
teh, kopi, susu, minuman bersoda setelah makan dapat
menghambat penyerapan zat besi sebanyak 80%. Padahal zat
besi sangat dibutuhkan oleh tubuh.
2.1.5. Asuhan Keperawatan Ibu hamil dengan Anemia
2.1.5.1. Pengkajian Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab)
Meluputi: nama, umur pada anemia, jenis kelamin biasanya
wanita lebih cenderung mengalami anemia disebabkan oleh
kebutuhan zat besi wanita yang lebih banyak dari pria terutama
pada saat hamil, pekerjaan berat dan super ekstra dapat
menyebabkan seseorang terkena anemia dengan cepat seiring
dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit, hubungan
klien dengan penanggung jawab, agama, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, golongan darah. Lalu pasien ditanyakan
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai,
pandangan berkunang-kunang. Dikaji pula riwayat penyakit
sekarang pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan
sebab dari anemia, yang nantinya membantu dalam membuat
rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
apa yang terjadi. (Ignatavicius, Donna D, 1995). Setalah itu
kaji riwayat penyakit dahulu pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit tertentu
seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia tulang.
Kemudian kaji riwayat keluarga penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung
diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995). Lalu
kaji pula riwayat psikososial merupakan respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995). Dan yang terakhir
kaji riwayat bio-psiko-sosial-spiritual pengkajian pasien
dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1. Aktivitas /
istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja.
Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu
bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan
kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunujukkan keletihan.
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya
perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif
kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD :
peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG,
depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T;
takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas
(warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera: biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian
kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk
seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP). 3.
Integritas ego Gejala : keyakinanan agama/budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah. Tanda : depresi. 4. Eleminasi Gejala : riwayat
pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi.
Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen. 5.
Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan
diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB).
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat
badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam
folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB). 6.
Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo,
tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
(AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka
rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis
retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP). 7.
Nyeri/kenyamananGejala : nyeri abdomen samara : sakit
kepala (DB). 8. Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru.
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea,
ortopnea, dan dispnea. 9. Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan
terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam
rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
2.1.5.2. Analisa data
Diagnosa pertama di dapatkan data subjektif berupa klien
mengatakan sesak nafas saat beraktifitas dan klien mengatakan
lemah dan lesu. Setelah di lihat dan mendapatkan data objektif
yaitu TD kurang dari 120/80 mmhg, tampak eritema. Sehingga
memunculkan masalah intoleransi aktifitas etiologinya dari
kebutuhan oksigen tidak tercukupi hipoksia sel dan jaringan .
sehingga perawat mengambil diagnose intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kebutuhan oksigen tidak tercukupi hipoksia
sel dan jaringan. Tujuan kriteria hasil: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3x24 jam klien mampu menoleransi aktivitas yang
dilakukan dengan kriteria hasil, menyadari keterbatasan energy,
menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, mengatur jadwal aktivitas
untuk menghemat energy. Sehingga mengambil Intervensi
keperawatan (NIC) Manajemen energy meliputi : Kaji TTV
pasien, kaji penyebab keletihan, pantau asuhan nutrisi pasien,
ajarkan rentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan, bantu pasien untuk mengidentifikasi
aktivitas pasien, bantu pasien untuk merubah posisi berkala jika
perlu.
Analisa data kedua pasien mengatakan tidak ada nafsu makan,
pasien mengatakan mual dan muntah, dilihat dari data objektifnya
tampak kurang minat terhadap makanan, membran mukosa pucat,
bising usus. Masalah yang terjadi ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh etiologinya yaitu Aliran darah GIT
menurun regurgitasi peningkatan isi lambung mual dan muntah.
Sehingga memunculkan diagnosa keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan isi lambung Tujuan kriteria hasil (NOC).
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam pasien
memperlihatkan status gizi yang baik dengan kriteria hasil: pasien
akan mempertahankan berat badan, menoleransi yang dianjurkan,
memiliki tingkat energy yang adekuat. Intervensi keperawatan
(NIC) Manajement nutrisi berupa kaji factor pencetus mual dan
muntah, kaji makanan kesukaan pasien, kaji riwayat alergi pasien
berikan pasien makanan yang hangat, berikan pasien makanan
sedikit tapi sering, meminimalkan factor yang dapat menimbulkan
mual muntah.
Analisa data ketiga data subjektif pasien terlihat pucat dan
lemas. Data objektif CRT lebih dari 2 detik, turgor kulit lebih dari
3 detik. Masalah Gangguan perfusi jaringan, etiologi menurunnya
kadar hemoglobin dalam darah maka diagnose keperawatan yang
muncul Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
menurunnya kadar hemoglobin dalam darah Tujuan kriteria hasil
(NOC): Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam status
sirkulasi normal dengan kriteria hasil: tekanan systole dan diastole
dalam rentang yang diharapkan, menunjukan konsentrasi yang
baik, tingkat kesadaran baik. Intervensi keperawatan (NIC)
Manajement sirkulasi berupa kaji TTV, kaji sirkulasi ke jaringan
perifer, berikan diet tinggi zat FE, informasikan pasienb untuk
istirahat total, kolaborasi kedokter untuk pemberian oksigen,
kolaborasi untuk transfuse.
Dalam analisa data dan intervensi nya penyusun mengambil
implementasin mengenai pemberian zat FE kepada ibu hamil yang
mengalami anemia berupa obat peroral. Dan dalam evaluasi
Setelah dilakukan pemberian zat FE pada ibu hamil yang
menderita anemia. Kaji respon pasien setelah di berikan zat FE
yang telah perawat berikan.
2.1.6. Tindakan pemberian zat FE bagi anemia defisiensi zat besi
Pemberian preparat besi peroral dengan sulfat ferrous, fero fumarat
atau fero glukonat. Respon terapeutik : kadar hemoglobin harus naik
sekitar 100-200 mg per 100 mL (1-2 gram per liter) per hari atau 2 gr/100
mL (20gr/L) dalam 3-4 minggu. Setelah hemoglobin kembali normal,
terapi harus diberikan untuk 3 bulan berikutnya untuk mengganti cadangan
besi.

Obat Sediaan Dosis Nama dagang


Fero Tablet salut Profilaksis : 1 tablet 200 mg Fero sulfat
Sulfat selaput 200 per hari: terapeutik : 200- (generic);
mg, 300 mg, 300 mg 1-3 kali sehari Iberet
sirup 50 mg/5 ( lebih diutamakan 1x sehari
mL karena pemberian yang
sering menyebabkan
konsipasi
Fero Tablet salut 1-2 tablet 200mg 3 kali Fero fumarat
fumarat selaput 200 sehari (generic);
mg, 300 mg; hemobion
kaptab 200
mg; kapsul
Fero Tablet merah Profilaksis: 2 tablet sehari Fero glukonat
glukonat berlapis 300 sebelum makan; terpeutik : (generic);
mg (besi 35 4-6 tablet sehari dalam dosis sangobion
mg); kapsul terbagi sebelum makan
Sediaan Tablet salut Profilaksi defisiensi besi Ferro folat
besi dan selaput ; dan asam folat pada 200mg + 0,25
asam folat Drop; Sirup kehamilan 1 tablet sehari mg; tablet
tambah darah
200 mg + 0,25
mg; ferrum
hausamann
drop 50
mg/mL; Iberet
Folic
2.1.7.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriftif korelasi dalam bentuk studi kasus untuk
mengetahui masalah hubungan mengkonsumsi tablet Fe terhadap ibu hamil
dengan anemia di posyandu mawar. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan retrospektif yaitu rancang bangun dengan melihat kebelakang
tentang suatu kejadian yang berhubungan dengan kejadian yang kesakitan
diteliti.
3.2. Subjek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah
individu dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan mendalam. Adapun
subyek penelitian yang akan diteliti minimal berjumlah dua kasus dengan
masalah keperawatan yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil dua
subjek penelitian yaitu ibu hamil dengan anemia akibat kekurangan Fe.
3.3. Fokus Studi
Studi kasus yang kami teliti berfokus pada pengaruh tablet Fe terhadap ibu
hamil dengan anemia di puskesmas curug.
3.4. Definisi Operasional
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
haemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-
organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi
anemia adalah jika konsentrasi haemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan
11,00 gr/dl (Varney H, 2006).
Ibu hamil dengan anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
(Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan
anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah
11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002).
Pengaruh tablet Fe terhadap ibu hamil dengan anemia diantaranya:
1. Triwulan I (umur kehamilan 0-12 minggu) zat besi adalah 1 mg/hari yaitu
kebutuhan basal 0.8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin dan red cell
mass 30-40 mg.
2. Triwulan II (umur kehamilan 13-24 minggu) zat besi yang diberlakukan
adalah 5 mg/ hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/ hari ditambah
dengan kebutuhan red cell mass 300 mg conceptus 115 mg.
3. Triwulan III (umur kehamilan 25-40 minggu), zat besi yang dibutuhkan
adalah 5 mg/ hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan
kebutuan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg, maka kebutuhan pada
triwulan II dan III jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang di dapat dari
makan.
Manfaat dari mengkonsumsi zat Fe sendiri terbagi menjadi 3, yaitu
untuk ibu untuk janin, dan pembentukan plasenta. Manfaat mengkonsumsi
tablet Fe untuk ibu hamil yang memiliki anemia bertujuan untuk mengurangi
anemia pada ibu hamil. Selain itu mengkonsumsi tablet Fe untuk ibu hamil
juga bermanfaat bagi janin. Temuan lain pada penelitian yang dilakukan
adalah pemberian talet besi sebelum hamil dapat meningkatkan berat badan
lahir bayi. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Cristian (2003) dan
Palma (2007) yang menyatakan suplemen zat besi berhubungan dengan
risiko BBLR pada ibu yang mengalami anemia.

3.5. Tempat dan Waktu


Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Pada studi
kasus di Puskesmas Curug lama waktu bisa menyesuaikan dengan target
keberhasilan dari tindakan, bisa 1 s/d 2 minggu.
Sedangkan tempat/ lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan
data selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Curug.
3.6. Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu dengan cara wawancara
dan observasi lingungan sekitar puskesmas curug. Dimana didalamnya berisi
hasil dari anamnesis yaitu tentang identitas klien, identitas keluarga, keluhan
utama, riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan sekarang-dahulu-keluarga,
kondisi lingkungan, psikologis, pola komunikasi, karakter penduduk
(demografi), dan lingkungan psikis.
3.7. Penyajian Data
Penyajian data adalah kegiatan dimana disusunnya suatu rangkaian masalah,
sehingga dengan adanya penyajian data memungkinkan akan adanya penarikan
kesimpulan. Disini penulis mengambil bentuk penyajian data berupa teks naratif,
dan berbentuk catatan lapangan. Bentuk ini menggabungkan informasi yang
tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan
untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau
sebaliknya melakukan analisis kembali.
3.8. Etika Studi Kasus
Penelitian ini dilakukan setelah institusi pendidikan mengirimkan surat
persetujuan untuk dilakukan penelitian ke Puskesmas Curug kabupaten Bandung
untuk disetujui perihal surat penelitian tersebut dan memberikan balasannya
kembali ke institusi pendidikan, kemudian baru di lakukan penelitian
berdasarkan masalah etika yang meliputi:
3.8.1. Lembaran persetujuan (informed consent)
Saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada
responden secara lisan atas kesediaannya menjadi responden dan meminta
persetujuan secara tertulis yang berbentuk inforrmed consent.
3.8.2. Tanpa nama (Anonymity)
Pada lembar persetujuan maupun lembar pertanyaan wawancara tidak akan
menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi simbol saja.
3.8.3. Confidentiality (kerahasiaan)
Pembenaran informasi oleh reponden dan semua data yang terkumpul akan
menjadi koleksi pribadi dan tidak akan disebarluaskan kepada orang lain
tanpa seijin responden.

Anda mungkin juga menyukai