Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sutinah Anggriyani Y.

Noho
Npm : 2320191072
Prodi : D-III Analis Kesehatan

RESUME STERILISASI

A. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda
dari semua bentuk kehidupan (termasuk virus). Semua material sebagai subjek proses
ini disebut sebagai bahan yang steril. Istilah steril tidak menggambarkan suatu bahan
mutlak steril namun lebih tepatnya hampir tidak dapat kehidupan karena steril tidak
dapat dipastikan. Ketika sejumlah mikroorganisme terpapar terhadap suatu perlakuan
sterilisasi seperti seperti panas atau sinar UV, mereka tidak akan mati secara langsung
spontan melainkan akan mati secara bertahap. Menurut Hogg (2005), secara teoritis
dampak sterilisasi terhadap jumlah mikroorganisme yang homogen yaitu akan
mematikannya secara eksponensial dengan kecepatan yang seragam.
Sebelum proses sterilisasi, instrumen pakai ulang akan melewati berbagai
tahap di antaranya berupa pengumpulan, pencucian, pengeringan, pemilihan,
pengemasan, sterilisasi, dan distribusi. Semua kegiatan untuk pelayanan CSSD itu
membutuhkan biaya. Biaya-biaya itu antara lain biaya untuk pembelian bahan habis
pakai, investasi peralatan seperti autoklaf, alat disinfeksi, pencuci, biaya listrik, biaya
pengemas, biaya sumber daya manusia, serta biaya indikator. Setelah proses sterilisasi
selesai, instrumen pakai ulang sebelum didistribusikan disimpan terlebih dahulu pada
ruang penyimpanan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Penyimpanan dilakukan
pada ruang dengan kelembaban antara 35-75%, suhu antara 18-22ºC serta bertekanan
positif sehingga udara mengalir keluar dari almari penyimpanan.
Selama ini proses sterilisasi dapat dikatakan berhasil jika dilihat dari
monitoring indikator yang digunakan dan uji mikrobiologinya. Setelah proses
sterilisasi selesai, sebelum didistribusikan instrumen pakai ulang disimpan terlebih
dahulu pada tempat penyimpanan sesuai dengan ketentuan. Pada proses penyimpanan
inilah dimungkinkan terjadi kontaminasi. Kontaminasi bisa disebabkan karena
penyimpanan yang tidak benar, atau terjadi cemaran dari udara luar.
Setelah proses sterilisasi selesai, sebelum didistribusikan instrumen pakai
ulang disimpan dalam ruang penyimpanan yang dilengkapi dengan sinar UV dan
persyaratan standar sesuai dengan ketetapan. Selama ini secara empiris instrumen
pakai ulang yang telah enam hari disimpan dan tidak digunakan maka akan
disterilisasi ulang (recall). Berdasarkan uraian prosedur penyimpanan yang ada di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dimungkinkan instrumen pakai ulang yang telah
disimpan selama enam hari masih dalam keadaan steril dan belum ditemukan
pertumbuhan mikroorganisme.
Secara umum sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 metode: mekanis, fisis dan
ataupun secara kimia. Sterilisasi mekanis diantaranya menggunakan microfillter, fisis
terbagi menjadi 2 penyinaran dan pemanasan, sedangkan kimia adalah dengan
menggunakan bahan kimia (desinfektan).
Adapun sterilisasi yang sering digunakan dalam praktek dasar mikrobiologi
adalah sterilisasi secara fisis dengan pemanasan, yang dibagi menjadi sterilisasi
kering dan sterilisasi basah. Beberapa cara yang dapat dilakukan pada sterilisasi
kering yaitu dengan Pemijaran merupakan suatu kegiatan membakar langsung alat-
alat seperti ujung ose, ujung pinset, ujung spatula yang berbahan logam. Pemijaran
dilakukan sampai alat-alat tersebut berwarna merah pijar. Sterilisasi kering dapat pula
dilakukan dengan Flaming (Jilatan Api) Alat-alat seperti kaca objek, cawan petri yang
telah berisi media, mulut erlenmeyer yang berisi media dan jarum cukup dilakukan
jilatan api atau melewatkan alat tersebut pada nyala api bunsen. Artinya alat-alat
tersebut hanya mengalami jilatan api dan tidak sampai memijar. Sterilisasi kering juga
dapat dilakukan dengan memberikan  udara panas.Umumnya sterilisasi kering
dilakukan dengan cara ini, dimana alat yang digunakan adalah oven. Suhu yang biasa
digunakan 160-1800C selama 1-2 jam. Sterilisasi kering dengan oven ini baik
dilakukan terhadap alat-alat kering yang terbuat dari kaca, seperti: cawan petri, tabung
reaksi, botol sampel, pipet, alat suntik kaca, pinset, gunting, bahan-bahan yang tidak
tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin, bubuk, dan atau apa saja yang tidak
menjadi rusak, menyala, hangus atau menguap pada suhu tinggi.
B. Alat Sterilisasi
1. Autoklaf
Autoklaf adalah suatu alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilkan suatu alat dan benda dengan menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi biasanya suhu yang digunakan yaitu 121°C dan bertekanan 15
lbs. Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap
inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch) yang dilakukan selama kurang lebih
15 menit. Adanya penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk
membunuh mikroorganisme, melainkan untuk meningkatkan suhu dalam autoklaf.
Dengan adanya suhu tinggi, akan menyebabkan mikroorganisme dapat terbunuh
atau mati.
Autoklaf digunakan terutama untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten
yang diproduksi oleh bakteri. Sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan
antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi
lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora mati
pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal.
Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel
vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C
(Nurhabibah, 2014)
a. Pemanas Gas
Autoklaf yang sederhana menggunakan sumber uap dari pemanasan air
yang ditambahkan ke dalam autoklaf. Pemanasan air dapat menggunakan
kompor atau api bunsen. Dengan autoklaf sederhana ini, tekanan dan
temperatur diatur dengan jumlah panas dari api.
Kelemahan autoklaf ini adalah perlu penjagaan dan pengaturan panas
secara manual selama masa sterilisasi dilakukan. Autoklaf ini juga
mempunyai keuntungan, diantaranya sederhana, harga relatif murah, tidak
tergantung dari aliran listrik, serta lebih cepat dari autoklaf listrik yang
seukuran dan setara.
b. Pemanas Listrik
Autoklaf yang lebih baik menggunakan sumber energi listrik. Alatnya
dilengkapi dengan timer dan thermostat. Bila pengatur otomatis ini
berjalan dengan baik, autoklaf dapat dijalankan sambil mengerjakan
pekerjaan lain. Kelemahan dari autoklaf ini adalah bila salah satu pengatur
tidak bekerja, maka pekerjaan persiapan media tidak dapat dilakukan dan
kemungkinan menyebabkan kerusakan total pada autoklaf. Sumber uap
berasal dari air yang ditambahkan ke dalam autoklaf dan didihkan.
2. Oven
Bahan yang karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap
destilasi dalam udara panas - oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak
lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk
kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas
kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat
bedah. Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan
bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen
penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya
lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan.
Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak
dibunuh oleh suhu sampai 121 oC (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf
bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untuk alasan ini, autoklaf
merupakan metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang
dibuat dengan basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit
lembab atau tidak sama sekali.
3. Pembakaran
Pembakaran dilakukan untuk alat-alat dari bahan logam atau kaca dengan cara
dilewatkan di atas api bunsen namun tidak sampai memijar. Misalkan: a)
melewatkan mulut tabung yang berisi kultur bakteri di atas api Bunsen; b)
memanaskan kaca objek di atas api busnen sebelum digunakan; c) memanaskan
pinset sebelum digunakan untuk meletakkan disk antibiotic pada cawan petri yang
telah ditanam bakteri untuk pemeriksaan uji kepekaan antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai