Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“FLORA NORMAL PADA TUBUH MANUSIA”

Disusun Oleh

Nama : Dira Yuniar

Nim : G 701 22 106

Kelas : C

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2023
C
Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar
dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau
jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi
dan bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak
berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak
ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada
lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi. (Jawetz,
Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 279)

C. KEKHUSUSAN FLORA NORMAL PADA TUBUH MANUSIA


1. Awal mula Mikrobiota pada Manusia

Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika


lewat sepanjang saluran lahir. Mikroba diperoleh melalui kontak permukaan, penelanan atau
penghisapan. Mikrobe-mikrobe ini segera disertai oleh mikrobe-mikrobe lain dari banyak
sumber yang langsung berada di sekeliling bayi yang baru lahir tersebut. Mikroorganisme
yang menemukan lingkungan yang sesuai, pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan
cepat berbiak dan menetap. Jadi di dalam waktu beberapa jam setelah lahir, bayi memperoleh
flora mikrobe yang akan menjadi mikrobiota yang asli. Setiap bagian tubuh manusia, dengan
kondisi lingkungan yang khusus, dihuni berbagai macam mikroorganisme tertentu. Sebagai
contoh, di rongga mulut berkembang populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang
ada di usus. Dalam waktu singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya
dibersihkan, nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak
tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada pada
orang dewasa.

2. Penggolongan Flora Normal Tubuh Manusia


Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous)
yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan
pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun
jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal yang lainnya
2
bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-
produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari
flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari
lingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.

b. Mikroorganisme sementara (transient flora)


yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput
lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan
mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh
lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit
asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan
kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.
Contohnya : Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Clostridium perfringens, Giardia
lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah
1.nutrisi
2.kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3.kondisi hidup
4.penerapan prinsip-prinsip kesehatan

3. Flora normal pada tubuh manusia


Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak
langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital, mata,
dan telinga . Organ-organ dan jaringan biasanya steril.

1. Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-
benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai
untuk pertumbuhannya (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan 2008).Kebanyakan
bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis),
membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies
Staphylococcus dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak
3
dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes penyebab
jerawat. Jumlah dari mikroba tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus yang
terdapat pada epidermidis kulit yang bersifat nonpatogen, namun dapat menimbulkan
penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan dan sendi
prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan
kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan ada
sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan)
korneum. Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama menyebabkan infeksi sinergistik,
selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora
normal.
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH
rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan
atau pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara signifikan flora tetap.
Jumlah mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan menggosok secara kuat
setiap hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun flora
secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat, meskipun tidak ada
hubungan secara total terhadap kulit bagian lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat
pada kulit cenderung menyebabkan populasi mikrobiota secara keseluruhan sangat meningkat
dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif flora kulit. pH kulit pada umumnya 5-6,
sehingga terdapat jenis mikroba pada kulit antara lain: Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Corynebacterium sp., Micrococcus sp., C. albican,
Pityrosporum ovale, Pityrosporum obiculare

2. Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)


Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus. Dalam
hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis (suatu
kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae (suatu batang gram negatif). Pemusnahan
flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan over growth: bakteria
negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur.
3. Mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga
partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi

4
pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak
bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu.
Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang
steril, hangat, dan lembab yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air,
asam amino, protein, lipid, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan
medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien
bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut. Jenis-jenis mikroba dalam mulut, antara
lain: C. albicans, S. aureus, Treponema denticum

4. Orofaring (oropharinx)
Orofaring (bagian belakang mulut juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus
aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang
merupakan penghuni asli orofaring ialah streptokokus hemolitik, yang juga dinamakan
Streptokokus viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan memperlihatkan
adanya Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus
avirulen (Streptococcus pneumonia).
Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang
lebih halus serta alveoli atau gelembung paru -paru) tidak mengandung
mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia, yaitu
embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan -bahan lain dari
bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang. Rambut bersama
dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama membantu melindungi
saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara yang dihirup.
5. Usus Kecil
Lambung dan usus halus tidak mempunyai flora normal, karena lingkungan bersifat asam.
Pada bagian ujung posterior ileum terdapat bakteri E.coli dan Streptococcus faecalis

6. Usus Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikrobe yang
terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja adalah
kurang lebih 1012 organisme per gram. Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi
spesies Bacteroides(B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus
gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium(serta spesies-spesies Lactobacillus.
5
Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen empedu dan
asam empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis mikroba patogen. Jenis mikroba dalam
usus besar antara lain: E.coli, Enterobacter aerogenes, Salmonella sp., Shigella sp., Candida
sp., Penicillium sp., Aspergillus sp.

7. Saluran Kemih
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung
kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai pada uretra (saluran
dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya
berkurang di dekat kandung kemih, hal ini disebabkan oleh efek antibakterial yang
dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri
populasi ini berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina dewasa adalah
laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan
epitelium vagina, dan didalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen
pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum
masa akil balig ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan glikogen,
maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6.
Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam
vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri anaerobik.
Sistem urinari dan genital secara anatomis terletak berdekatan, suatu penyakit yang
menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi sistem yang lain khususnya pada laki-laki.
Saluran urin bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan normal. Saluran uretra
mengandung mikroorganisme sepertiStreptococcus, Bacteriodes, Mycobacterium,
Neisseria dan enterik.

8. Mata (Konjungtiva) dan Telinga


Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium
xerosis), S. epidermidis dan Streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang
menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam
keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung lisozim.
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat dijumpai
Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa,

6
Staphylococcus aureusdankadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan
dalam biasanya steril.

D. Flora Normal Mata

Keragaman flora mikroba berhubungan dengan kulit dan selaput lendir setiap manusia
sejak lahir sampai mati. Tubuh manusia yang berisi 1.013 sel, secara rutin mengandung
sekitar 1.014 bakteri. Populasi bakteri ini merupakan flora normal. Flora normal relatif
stabil , dengan genera tertentu yang mengisi berbagai daerah tubuh selama periode tertentu
dalam kehidupan individu. Mikroorganisme dari flora normal dapat membantu tuan rumah
(lebih efektif melawan mikroba lingkungan yang patogen seperti Salmonella spp atau
memproduksi nutrisi yang dapat digunakan host), dapat membahayakan host (dengan
menyebabkan karies gigi, abses, atau penyakit menular lainnya), atau mungkin ada sebagai
commensals ( menghuni tuan rumah untuk waktu yang lama tanpa menyebabkan kerusakan
terdeteksi atau manfaat). Meskipun sebagian besar elemen flora normal menghuni kulit
manusia , kuku, mata, orofaring, alat kelamin, dan saluran pencernaan tidak berbahaya pada
orang sehat, organisme ini sering menyebabkan penyakit pada host immunocompromised.
Virus dan parasit tidak dianggap anggota flora normal oleh sebagian peneliti karena mereka
tidak commensals dan tidak membantu host.

Mata merupakan organ yang sebagian besar lapisannya berupa mukosa. Flora normal
pada mata memiliki peran sebagai pencegah kolonisasi kuman patogen dan kemungkinan
terjadinya penyakit.Mekanisme pencegahan tersebut dilakukan melalui mekanisme
interferensi. Flora residen di daerah tertentu memainkan peranan yang nyata dalam
mempertahankan kesehatan dan fungsi normal. Anggota flora residen dalam saluran cerna
menyintesis vitamin K dan membantu absorpsi makanan. Pada membran mukosa dan kulit,
flora residen mencegah kolonisasi patogen dan kemungkinan terjadinya penyakit melalui
“interferensi bakteri” (Yulianti,2013)

Menurut Brooks dkk dalam Nasution (2010) menyatakan bahwa mekanisme


gangguan interfernsi tersebut tidak jelas.Mekanisme tersebut dapat meliputi kompetisi
terhadap reseptor atau tempat pengikatan (binding sites) pada sel pejamu, kompetisi
mendapatkan makanan, saling menghambat oleh hasil metabolik atau toksik, saling
menghambat oleh bahan antibiotik atau bakteriosin, atau dengan mekanisme lain. Supresi

7
flora normal secara jelas menyebabkan kekosongan lokal parsial yang cenderung diisi oleh
organisme dari lingkungan atau dari bagian tubuh yang lain. Organisme tersebut bersifat
oportunistik dan dapat menjadi patogen.

Bagian mata yang ditempati oleh mikroorganisme adalah konjungtiva. Secara


anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata
dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi
konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan
melipat berkali-kali. Adanya lipatan - lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2010). Penjelasan tentang
konjungtiva dapat dipahami pada gambar 1 di bawah ini

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti Streptococci,
Staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh
ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran
dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah (Rapuano dalam Anonim 2012).
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab
perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik (Visscher
dalam Anonim 2012).
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi
konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal
dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada
mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi dalam
Anonim 2012).
Mikroorganisme yang dapat ditemukan adalah Corynebacterium xerosis,
Staphylococcus epidermidis,Streptococcus non hemolitik, Neisseria sicca, dan Moraxella.
Untuk mendeteksi adanya flora normal pada mata dapat dilakukan melalui pemeriksaan air
mata.

8
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S.
epidermidis dan Streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang
menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam
keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung lisozim (Yulianti,2013)
E. Flora Normal Saluran Pernapasan (Traktus Respiratorus)

Mikroorganisme yang ada pada saluran pernapasan sebagian besar berada di saluran
pernapasan bagian atas terutama pada mukosa hidung. Walaupun pada umumnya saluran
pernapasan agak steril pada kondisi normal, mikroorganisme akan terus menerus masuk
sewaktu bernafas (Raharja, 2010). Flora normal pada saluran pernapasan bagian atas
terutama bagian hidung antaralain adalah anggota Staphylococcus (baik S. epidermis atau S.
aureus) yang menetap, dan anggota Streptococcus. Selaput mukosa dan faring biasanya steril
ketika lahir, tetapi dapat terkontaminasi saat keluar melalui jalan kelahiran. Dalam 4-12 jam
setelah kelahiran, Sterptococcus viridians menetap sebagai flora paling utama selama
kehidupan (Whidia, 2010). Kontaminasi mikroorganisme ini dapat berasal dari saluran
pernapasan ibu atau tenaga medis yang ada selama persalinan.

Dalam mukosa faring dan trakea, flora yang dapat ditemukan sama dengan pada
hidung, namun juga ada S. pneumococcus, Streptococcus haemolyticus, dan anggota
Mycoplasma (Whidia, 2010). Walaupun saat mikroorganisme memasuki mukosa trakea akan
ada mekanisme fisik untuk mengeluarkannya seperti batuk (Ryan, 2011). Namun pada
kondisi normal, di bronkus hampir tdak ada mikroorganisme yang dapat ditemukan. Dan
umumnya kondisi bronkiolus dan alveolus adalah steril.

Secara umum seluruh manusia adalah karier (pembawa) bagi mikroorganisme tertentu
penyebab infeksi saluran pernapasan. Mikroorganisme tersebut dapat hidup di saluran
pernapasan manusia sehat dan manusia ini dikatakan sebagai karier sehat (healthy carrier).
Mikroorganisme yang ada pada karier sehat selain yang telah disebutkan di atas ada pula
Haemophillus influenza (penyebab influenza), Diplococcus pneumonia (penyebab radang
paru), Neisseria meningitides (penyebab meningitis), dan Streptococcus pyogenes (penyebab
faringitis) (Ryan, 2011).

F. Flora Normal Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)

9
Saluran pencernaan adalah saluran yang berliku dan panjang. Mikroorganisme
memasuki saluran pencernaan dengan mudah dari makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Pada dasarnya saat dilahirkan, usus adalah steril yang kemudian dapat dimasuki
mikroorganisme melalui air susu. Dimana sebagian besar mikroorganisme pada saluran
pencernaan in bersifat anaerob dan sisanya anaerob fakultatif (Dian, 2011).

Mikroorganisme saluran pencernaan biasanya ditemukan pada usus besar, walaupun


tidak menutup kemungkinan ditemukan di organ lain. (Tanjung, 2012). Pada mulut, ada 2
macam mikroorganisme dominan yang menyebabkan kerusakan gigi, yaitu Strepcoccus
sanguinis dan S. aureus. Keduanya adalah bakteri yang menghasilkan polisakarida ekstra
seluler (dekstran) sebagai perekat bakteri pada permukaan gigi yang disebut plak (Plague).
Fermentasi gula oleh bakteri dapat menyebabkan turunnya pH (asam) yang dapat
menyebabkan email gigi larut dan gigi berlubang . Selain kedua bakteri tersebut,
mikroorganisme penetap pada mulut antara lain adalah C. albicans,Treponema denticum,
anggota Streptococcus, Neisseria, Actynomyces, dan Lactobacillus (Ismail, 2012).

Pada esofagus dan lambung, umumnya bersifat steril kecuali saat ada makanan yang
masuk atau melewatinya. Makanan yang tidak steril secara otomatis akan menjadi steril
ketika memasuki lambung dan terkena getah lambung. Pada saluran setelah lambung, akan
lebih sering ditemukan bakteri E. coli. Pada usus duabelas jari, terdapat bakteri yang
didominasi bentuk kokus dan basil, sedangkan pada bagian jejunum terdapat bakteri yang
antara lain merupakan anggota dari : Enterococcus, Lactobasilus, Difteroid, Candida. Pada
Ileum ditemukan banyak E. coli.

Selanjutnya adalah pada usus besar. Pada usus besar ditemukan banyak jenis
mikroorganisme tinggal dan merupakan populasi terbanyak flora normal dalam saluran
pencernaan (Ismail, 2012). Jenis mikroba yang hidup dalam usus besar antara lain adalah
E.coli, Enterobacter aerogenes, Salmonella sp, Shigella sp, Candida sp, Penicillium sp, dan
Aspergillus sp. Hal ini disebabkan karena pada usus besar banyak terdapat makanan yang
telah dicerna dan sisa-sisa makanan, sehingga menjadi tempat yang ideal bagi
mikroorganisme untuk dapat hidup.

G. Flora Normal Pada Kulit

10
Bakteri normal / Flora normal merupakan mikroorganisme yang secara alami berada di
tubuh kita. Mikroorgansime alami tersebut sejatinya tidak berbahaya bagi tubuh manusia jika
tubuh manusia dalam keadaan yang sehat. Mikroorganisme alami dapat membahayakan
manusia jika tubuh manusia tidak berjalan dengan normal. Contohnya jika sistem kekebalan
tubuh manusia mengalami penurunan, dan saat bagian tubuh tersebut rusak dan
mengakibatkan mikroorganisme dapat masuk kedalam tubuh manusia.
Kulit merupakan barier / perlindungan pertama bagi tubuh, melindungi tubuh agar
mikrooorganisme tidak masuk ke dalam tubuh. Kulit manusia secara umum bukanlah tempat
tinggal bagi kebanyakan mikroorganisme, tetapi kulit dapat mendukung pertumbuhan
mikroba tertentu yang ditetapkan sebagai bagian flora normal kulit. Pada bagian kulit
superfisial, bakteri aerobi tertentu memproduksi asam lemak dari sebum (kelenjar minyak).
Asam lemak tersebut menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroba dan membuat
bakteria tertentu yang mampu beradaptasi menjadi lebih berkembang jumlahnya.

H. Flora Normal Saluran Genitourinaria


Sistem urogenital atau sistem genitourinari adalah sistem organ dari sistem reproduksi dan
sistem kemih Keduanya dikelompokkan bersama karena kedekatannya satu sama lain,
memiliki asal embriologis yang sama dan penggunaan jalur umum seperti uretra pria.
Perkembangan organ kemih dan organ reproduksi berkembang dari mesoderm perantara.
Organ permanen orang dewasa didahului oleh seperangkat struktur yang murni embrionik,
dan dengan pengecualian pada duktus, menghilang hampir seluruhnya sebelum akhir
kehidupan janin. Struktur embrio ini berada di kedua sisi: pronephros, mesonephros, dan
metanephros dari ginjal, dan saluran Wolffian dan Mullerian alat kelamin. Pronephros
menghilang sangat awal; unsur-unsur struktural mesonephros sebagian besar mengalami
kemunduran, tetapi dikembangkan di tempatnya, dengan mana duktus Wolffian tetap sebagai
duktus pada jantan, dan Müllerian seperti jantan. Beberapa tubulus mesonephros membentuk
bagian dari ginjal permanen.

1. Ginjal

Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm,
terletak di ruang belakang selaput perut tubuh (retroperitonium) sebelah atas. Ginjal
kanan terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri.
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, diantaranya sebagai
penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah) yang
11
merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya ginjal akan memproses sekitar
200liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter ‘sampah’ dan ekstra
(kelebihan) air. Sampah dan esktra air ini akan menjadi urin, yang mengalir ke
kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin akan disimpan di
dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda berkemih.

Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial terdapat
cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar masuk pembuluh
darah dan keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan mengisi hilus ginjal,
dikenal sebagai piala ginjal (pelvis renalis). Pelvis renalis akan terbagi lagi menjadi
mangkuk besar dan kecil yang disebut kaliks mayor (2 buah) dan kaliks minor (8-12
buah). Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang
disebut papila ginjal. Pada potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap papila
merupakan puncak daerah piramid yang meluas dari hilus menuju ke kapsula. Pada
papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens. Satu piramid dengan bagian korteks
yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal.

2. Ureter
Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia.
Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina propria.
Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal
bentuk mulai dari kuboid (bila kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai
gepeng (bila kandung kemih dalam keadaan penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini
mempunyai batas konveks (cekung) pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel
permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa
yang relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen pada potongan melintang
tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang.
Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan elastin
dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan.

Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung
kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang
reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan
menyebabkan penderita batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal
sebagai kolik ureter.

3. Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter
(terdiri atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina
propria dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos
yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu.

4. Uretra
Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan untuk keperluan deskriptif terbagi atas 3
bagian yaitu: 1) Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada
kandung kemih hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini
bermuara 2 saluran yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar

12
prostat. 2) Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di
antara otot rangka pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus
korpus kavernosus uretra. 3) Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra
yang menembus korpus kavernosum dan bermuara pada glands penis.Epitel uretra
bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada bagian lain berubah
menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya epitel gepeng berlapis
pada ujung uretra pars kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat
sedikit sel goblet penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri
atas jaringan ikat fibro-elastis longgar.

DAFTAR PUSAKA

Anonim.2012.Konjungtiva Chapter II (Online). http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter


%20II.pdf. Diakses pada tanggal 01 November 2014
Dian, Yulia. 2011. Mikroorganisme Pada Saluran Pencernaan. Makalah. Makalah tidak
diterbitkan.
Ismail, Elza. 2012. Flora Normal Tubuh Manusia. Handout. Handout tidak diterbitkan.
Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology).
Jakarta: Salemba Medika.
Michael J. Pelczar and E.C.S Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI-
Press
Raharja, Budi. 2010. Mikrobiologi Untuk Tehnisi Kesehatan: Flora Normal Manusia.
Makalah. Makalah tidak diterbitkan.
Ryan, Chaterina. 2011. Bakteriologi: Flora Normal (Bakteri) Saluran Napas. Makalah.
Makalah tidak diterbitkan.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.Jakarta:
Bina Rupa Aksara.
Tanjung, Ratna. 2012. Flora Normal Tubuh Manusia. Makalah. Makalah tidak diterbitkan.
Yulianti,Suryani.2013. FLORA NORMAL PADA MATA (online).
www.fkunissula.ac.id/index.php. Diakses pada tanggal 01 November 2014
Whidia, Weda. 2010. Flora Normal Tubuh Manusia. Makalah. Makalah tidak diterbitkan.

13

Anda mungkin juga menyukai