Anda di halaman 1dari 20

Latar belakang

Di tubuh manusia terdapat mikoorganisme yang menguntungkan dan merugikan. Meskipun


seseorang mandi lima kali sehari dan rajin merawat kulit disalon kecantikan, dijamin tidak ada kulit
yang seratus persen bebas dari mikroorganisme atau lebih dikenal dengan sebutan kuman. Tidak
hanya dikulit mikroba terdapat diseluruh bagian tubuh manusia baik diluar tubuh maupun dalam
tubuh seperti mulut, telinga, hidung maupun dalam usus.

Mikroorganisme ini bersifat komensal dimana pertumbuhan pada bagian-bagian tubuh


tertentu bergantung kepada factor fisiologis seperti suhu, kelembaban dan ada tidaknya nutrisi
tertentu serta beberapa zat penghambat. Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada
manusia yaitu pada kondisi tertentu. Contohnya, Streptococcus dari kelompok viridians merupakan
kelompok organnisme yang biasa menghuni saluran nafas atas. Apabila masuk ke aliran darah dalam
jumlah banyak, maka mereka akan hidup di katup jantung yang rusak atau katup prostetik dan
menimbulkan endokarditis infektif.

Oleh karena itu melalui laporan ini kami membuktikan bahwa di tubuh kita terdapat berbagai
mikroorganisme baik bakteri maupun jamur yang bisa di perbanyak jumlahnya melalui uji coba
menggunakan media NA dan PDA dengan sampel dari permukaan kulit pada tangan, mukosa mulut,
kulit kepala, epidermis kelamin, dan sekret vagina.

2. Tujuan : Untuk mengetahui keberadaan flora normal pada tubuh


manusia

D. Dasar teori

1. Pengertian Flora Normal

Di dalam tubuh terdapat lebih banyak sel prokariotik (bakteri) dari pada sel manusia. Flora normal ini
melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan patogen pada tempat kolonisasi dan
menghasilkan substansi antibiotik yang akan menekan organisme yang berkompetisi dengannya.
Bakteri anaerob memproduksi produk metabolic toksik dan asam lemak bebas yang dapat
menghambat organisme lain. Di saluran genitalia wanita, laktobasilus memproduksi asam laktat yang
menurunkan Ph, sehingga mencegah kolonisasi oleh patogen ( G. Stephen & B. Katheleen. 2009).

Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikrobe tidak hanya
terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikrobe yang secara alamiah
menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota ( Pelczar & chan. 2009: 545).
2. Asal Mula Flora Normal Pada Tubuh Manusia

Bila seekor hewan dilahirkan dengan pembedahan perut (Caesarian operation), dan dijaga supaya
tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba, kemudian dipelihara disuatu lingkungan kuman serta diberi
makan hanya makanan yang sudah disterilkan, maka hewan tersebut tidak membentuk mikrobiota.
Ini merupakan bukti bahwa sampai waktu dilahirkan, janin tidak mengandung organisme (Pelczar
dan Chan, 2009: 546).

Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika lewat di
sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik tersebut diperolehnya melalui kontak permukaan,
penelanan atau penghisapan. Mikroba-mikroba ini segera disertai oleh mikroba-mikroba lain dari
banyak sumber yang langsung berada disekeliling bayi yang baru lahir tersebut. Mikroorganisme
yang menemukan lingkungan yang sesuai, pada permukaan luar atau dalam tubuh, dengan cepat
berkembangbiak dan menetap. Jadi di dalam waktu beberapa jam setelah lahir, bayi memperoleh
flora mikrobe yang akan menjadi mikrobiotanya yang asli (Pelczar dan Chan, 2009: 546).

Setiap bagian tubuh manusia, dengan kondisi lingkungannya yang khusus, dihuni berbagai macam
mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga mulut berkembang populasi mikrobe alamiah
yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam waktu singkat, bergantung kepada faktor-faktor
seperti berapa seringnya dibersihkan, nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi
hidup, maka anak tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang
ada pada orang dewasa (Pelczar dan Chan, 2009: 547).

Walaupun seorang individu mempunyai mikrobiota yang normal, sering terjadi bahwa selama
hidupnya terdapat fluktuasi pada mikrobiota ini disebabkan oleh keadaan kesehatan umum, nutrisi,
kegiatan hormon, usia, dan banyak faktor lain (Pelczar dan Chan, 2009: 547).

Faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah sebeagai berikut
(Agus. K, 2011).

1.nutrisi

2.kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)

3.kondisi hidup

4.penerapan prinsip-prinsip kesehatan


Menurut (Agus. K, 2011) mikro flora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu :

a. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu


yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu dan pada usia tertentu.
Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan
akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme
komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan
makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin
atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada
kondisi buruk dari lingkungannya.

Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.

b. Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau


potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa
jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat
disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora
sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora
normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.

3. Penyebaran Flora Normal Pada Organ Tubuh Manusia

a. Kulit

Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-benda, tetapi
kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya.

Gambar 1. Epidermis Manusia beserta lapisan lainnya


(Sumber: Pelczar dan Chan, 2009: 548 )

Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar
epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah
spesiesStaphylococcus dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak
dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes penyebab jerawat.
Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen
pada kulit namun dapat menimbulkan penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu seperti
katup jantung buatan dan sendi prostetik (Agus. K, 2011) (Irianto, 2006: 167).

Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen
yaitu Staphylococcus aureus.Secara keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang
kebanyakan terletak pada stratum (lapisan) korneum. Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-
sama menyebabkan infeksi sinergistik, selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Timbulnya organisme ini
dapat diperlihatkan pada gambar 2 yang melukiskan morfologi dan sifat-sifat mikroorganisme yang
predominan didalam mikrobiota. Letak bakteri-bakteri ini pada atau di dalam kulit diperlihatkan
(Agus. K, 2011) (Irianto, 2006: 167).

Gambar 2. Morfologi Serta Ciri-CirI Utama Spesies Mikrobe Predominan yang Merupakan
Mikrobiota Normal Tubuh Manusia (Irianto, 2006: 168).

Gambar 3. Morfologi Serta Ciri-CirI Utama Spesies Mikrobe Predominan yang Merupakan
Mikrobiota Normal Tubuh Manusia (Irianto, 2006: 168).

b. Hidung dan Nasofaring

Bakteri yang paling sering dan hampir selalu dijumpai di dalam hidung ialah difteroid. Stafilokokus,
yaitu Staphylococcus aureus.Umum juga ditemukanStaphylococccus epidermidis. Di dalam bagian
kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Brauhamella catarrhalis (suatu kokus Gram
negative) dan Haemophilus influenza atau suatu batang Gram negatif (Irianto, 2006: 168).

Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus. Dalam hulu
kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis (suatu kokus gram
negatif) dan Haemophilus influenzae (suatu batang gram negatif). Pemusnahan flora normal faring
dengan penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti
Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur (Agus. K, 2011)

c. Mulut

Kelembapan yang tinggi adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil
makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut
atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing
individu (Irianto, 2006: 168).

Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan
lembap yang mengandung berbagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein,
lipid, karbohidrat dan senyawa-senyawa organik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta
kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikroba pada berbagai situs di
dalam mulut. Air liur itu sendiri pada umumnya mengandung jasad-jasad renik transien artinya
hanya singgah sebentar yang datang dari situs-situs lain rongga mulut, terutama dari permukaan
lidah bagian atas (Irianto, 2006: 169).

Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan mikroorganisme sedemikian sehingga didalam
waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong
kedalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces dan Lactobacillus. Jumlah dan
macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta hubungan antara bayi tersebut dengan
ibunya, pengasuhnya dan benda-benda seperti handuk dan botol-botol susunya. Spesies satu-
satunya selalu diperoleh dari rongga mulut bahkan sedini hari, kedua setelah lahir ialah
Streptococcus salivarius bakteri ini mempunyai afinitas terhadap jaringan epitel dan karena itu
terdapat jumlah besar pada permukaan lidah. Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme
di dalam mulut adalah aerob dan anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat
seperti bakteriodes dan bakteri fusiform (Fusobacterium sp). Menjadi lebih jelas karena jaringan
disekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobik (Irianto, 2006: 169).

Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempel. Ada dua spesies bakteri yang dijumpai
bersaosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus sanguis danStreptococcus mutans yang
disebutkan terakhir ini diduga merupakan unsur etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi, atau
pembusukkan gigi. Tertahannya kedua spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat
adhesif baik dari glikoprotein liur maupun polisakarida bakteri. Sifat menempel ini sangat penting
bagi kolonisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri-bakteri tertentu
dan mengikatkan mereka pada permukaan gigi. Baik Streptococcus sanguismaupun Streptococcus
mutans menghasilkan polisakarida ekstraseluler yang disebut dekstran yang bekerja seperti perekat,
mengikat sel-sel bakteri menjadi satu dan melekatkan mereka pada permukaan gigi. Tertahannya
bakteri dapat juga terjadi karena terperangkapnya secara mekanis didalam cela-cela gusi atau di
dalam lubang dan peletakan gigi. Agregasi bakteri semacam itu serta bahan organik pada permukaan
gigi disebut plak (plaque). Air liur terus menerus dihasilkan dan ditelan dan oleh sebab itu bekerja
sebagai pembersih (Irianto, 2006: 169).

Sekali gigi keluar, maka mikrobiota pada bayi secara umum nampak serupa seperti yang ada pada
orang dewasa. Kemudian, karena alasan-alasan yang belum begitu dipahami sekarang ini, tetapi
mungkin merupakan akibat perubahan hormonal, spiroket mulut dan Bacteroides
melaninogenicusmembentuk koloni dicelah-celah gusi pada masa akhil balig (Irianto, 2006: 170).

Menurut (Sofa, 2008) adanya flora normal dalam saluran cerna akan memberikan keuntungan bagi
hospesnya :

- menghambat pertumbuhan atau menimbulkan resistensi terhadap bakteri pathogen.

- menghasilkan vitamin B kompleks dan vitamin.

- konversi pigmen empedu dan asam empedu.

- absorbsi zat makanan

Contohnya : B. fragilis, C. perfringens.

d. Orofaring

Orofaring (bagian faring yang terletak di bawah palatum mole di atas os hiedeus) juga dihuni
sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus danStaphylococcus epidermidis dan juga difteroid.
Tetapi kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah streptokokus α
hemolitik, yang juga dinamakan Streptococcus viridans biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga
akan memperlihatkan adanya Branhamella catarhalis, spesies Haemophilus, serta galur-galur
Pneumokokus avirulen Steptococcus pneumoniae (Irianto, 2006: 170).
Gambar 4. Penyebaran Mikrobiota Normal Tubuh Manusia

Sumber: (Irianto, 2006: 171).

e. Perut

Isi perut yang sehat pada umumnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi lambung.
Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali dengan
disekresinya getah lambung dan pH zat alir perutpun menurun (Irianto, 2006: 171).

Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi lambung.
Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali dengan
disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun menurun (Agus. K, 2011).

f. Usus Kecil

Usus kecil bagian atas usus dua belas jari mengandung beberapa bakteri. Diantara yang ada,
sebagian besar adalah kokus dan basilus Gram positif. Di dalam jejunum atau usus halus kosong
(bagian kedua usus kecil, diantara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala
dijumpai spesies-spesies enterekokus, laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicansdapat juga
dijumpai pada bagian usus kecil. Pada bagian usus kecil yang jauh (ileum), mikrobiota mulai
menyerupai yang dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak
dalam jumlah besar (Irianto, 2006: 171).

g. Usus Besar

Didalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikroba yang terbanyak.
Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja ialah kira-kira 1012
organisme per gram. (Lima puluh atau enam puluh persen dari berat kering bahan tinja dapat terdiri
dari bakteri dan mikroorganisme lain). Telah pula dihitung bahwa seorang dewasa mengekskresikan
3 x 1013 bakteri setiap harinya didalam tinja; kebanyakan dari sel-sel tersebut tidak hidup (Irianto,
2006: 171).
Ada kira-kira 300 kali lebih banyak bakteri anaerobik dari pada bakteri anaerobik fakultatif (Seperti
Escherichia coli) di dalam usus besar. Basilus Gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies-
spesies Bacteroides (Bacteroides fragilis, Bacteroides melaninogenicus, Bacteroides oralis) dan
Fusobacteriu. Basilus Gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium (termasuk Clostridium
perfringens) yang mempunyai kaitan dengan kelemayuh, suatu inveksi jaringan disertai gelembung
gas dan keluarnya nanah) serta spesies-spesies Lactobacillus. Spesies-spesies anaerobik fakultatif
yang dijumpai di dalam usus tergolong dalam genus Escherichia, Proteus, Klebsiella, dan
Enterobacter. Peptostreptokokus (Streptokokus anaerobik) juga umum, Khamir Candida albicans
juga dijumpai. Harus juga diperhatikan bahwa pada diare, sebagai akibat pergerakan isi perut yang
cepat, maka mikrobiota usus mengalami perubahan yang besar. Perubahan mikrobiota ini juga
terjadi pada orang-orang yang menerima pengobatan antibiotik; sayangnya, organisme yang rentan
dapat tergantikan oleh yang resisten (Irianto, 2006: 172).

h. Saluran Kemih Kelamin

Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas
dari mikroorganisme, namun bakteri pada umumnya dijumpai pada uretra ( saluran dari kandung
kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat
kandung kemih agaknya disebabkan oleh efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir
uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi daur
haid. Penghuni utama vagina dewasa ialah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini
mengubah glikogen yang dihasilkan oleh epitelium vagina, dan didalam proses tersebut
menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebabkan oleh kegiatan indung
telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun setelah menopause (berhenti haid).
Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4,4 – 4,6.
Mikroorganisme yang mampu berbiak pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup
enterokokus, Candida albicans, dan sejumlah besar bakteri anaerobik (Irianto, 2006: 172)

i. Mata (Konjungtiva) dan Telinga

Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S.epidermidis dan


Streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies Haemophilus
(Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air
mata, yang mengandung lisozim. Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit.
Dapat dijumpaiStreptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureusdan kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah dan dalam
biasanya steril (Kamaruddin, 2012).

j. Bakteri di Darah dan jaringan

Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadangkadang karena manipulasi sederhana
seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora komensal dari mulut dapat masuk ke jaringan
atau darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme tersebut segera dimusnahkan oleh sistem
kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan saluran
kemih. Pada keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa lain,
bakteremia di atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi (Kamaruddin, 2012).

4. Manfaat Flora Normal

Menurut (Khanzima, 2011) anggota flora normal memiliki peran dalam mempertahankan kesehatan
tubuh atau menyebabkan penyakit dengan 3 cara:

1. Akan menimbulkan penyakit, terutama pasien imunokompromis dan individu yang lemah.
Walaupun sebenarnya organism tersebut adalah non pathogen pad lokasi normal, dapat menjadi
pathogen diluar lokasi normal.

2. Akan menyusun mekanisme protektif hospen. Bakteri residen yang non pathogen memerlukan
kebutuhan ekologi untuk hidupnya sehingga bakteri pathogen yang akan berproliferasi di suatu
lokasi yang dihuni flora normal. Mikroorganisme non residen akan kesulitan bersaing dengan
residen. Jika flora normal tertekan, pathogen akan pesat dan menyebabkan sakit.

3. Kemungkinan mikroorganisme flora normal memiliki peran nutrisional. Bakteri intestinal


memproduksi beberapa vitamin B dan vitamin K. individu yang memperoleh terapi antibiotic per-
oral akan mengalami defisiensi sebagai akibat dari reduksi flora normal. Hal tersebut masih menjadi
kontroversi mengingat hewan percobaan steril (germ-free animals) tetap sehat, sehingga belum
terbukti bahwa flora normal esensial untuk nutrisi.

E. Pelaksanaan Praktikum
1. Waktu dan Tempat

§ Waktu : Jum’at, 14 November 2014

§ Tempat : Laboratorium biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Alat dan Bahan

a) Alat

- Cawan petri - Sprayer

- Pinset - Autoclave

- Bunsen - inkubator

- Rak tabung reaksi - Termometer

- Cotton bud

b) Bahan

- Media NA

- Media PDA

- Spiritus

- Flora normal pada tubuh pada tubuh manusia

- Alcohol 70%

3. Cara Kerja

§ Flora normal pada epidermis kulit

1. Usapkan cotton bud steril ( metode swab) pada epidermis kulit pilih salah satu ( pipi, jari tangan,
kulit tangan, kulit alat kelamin pria/ wanita ) secara aseptis.

2. Cotton bud yang diusap pada kulit adi goreskan pada media agar NA dan PDA secara aseptis.

3. Bungkus cawan petri scara terbalik dengan kertas putih kemudian inkubasi selama 24 jam
dengan suhu 37℃ dalam inkubator.
4. Setelah inkubasi selam 24- 48 jam amti koloni yang terbentuk.

§ Flora normal pada saliva

1. Kumpulkan saliva tepat diatas lidah, usap dengan cotton bud steril ( secara aseptis ).

2. Cotton bud yang sudah diusap tadi usapkan pada edia agar NA secara aseptis.

3. Bungkus cawan petri scara terbalik dengan kertas putih kemudian inkubasi selama 24 jam
dengan suhu 37℃ dalam inkubator.

4. Setelah inkubasi selama 24- 48 jam amati koloni yang terbentuk.

§ Sekret Vagina

1. Usapkan cotton bud steril pada mulut vagina/ pada labium mayora dan labium minora ( secara
aseptis ).

2. Cotton bud yang sudah diusap tadi usapkan pada edia agar NA secara aseptis.

3. Bungkus cawan petri scara terbalik dengan kertas putih kemudian inkubasi selama 24 jam
dengan suhu 37℃ dalam inkubator.

4. Setelah inkubasi selama 24- 48 jam amati koloni yang terbentuk.

§ Rambut

1. Ambil sehelai rambut dikepala dengan pinset steril.

2. Letakkan rambut tersebut secara aseptis pada permukaan medium NA dan PDA secara aseptis.

3. Bungkus cawan petri secara terbalik dengan kertas putih, inkubasi selama 24- 48 jam dalam
inkubator dengan 37℃.

4. Setelah inkubasi 24- 48 jam amati koloni yang terbentuk.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. HASIL PRAKTIKUM

Berdasarkan data hasil praktikum, didapatkan hasil pengamatan terhadap keberadaan Flora Normal
Pada Tubuh Manusia sebagai berikut.

No

Lokasi

No Koloni

Jenis Koloni

Jumlah Koloni

Bentuk

Tepian

Elevasi

Diameter

Warna

Saliva

Keriput

Sikat

Timbul

0,575 Cm

Kuning

2
2

10

Bentuk LT

Berambut

Timbul

0,325 cm

Kuning

22

Bundar dengan tepian timbul

Tak Beraturan

Datar

0,8 cm

Kuning

Bundar

Licin

Cembung

0,35 cm

Kuning
2

Epidermis Kelamin

223

Bundar

Licin

Timbul

0,1 Cm

Kuning

11

Keriput

Berambut

Datar

0,67 Cm

Kuning

Tidak Beraturan dan menyebar

Berlekuk
Timbul

0,4 Cm

Kuning

Secret Vagina

Bentuk LT

Berambut

Datar

0,82 Cm

Putih

Bundar dengan tepian timbul

Licin

Timbul

0,17 Cm

Putih

3
70

Bundar

Licin

Timbul

0,12 Cm

Putih

216

Berbenang- benang

Berambut

datar

0,3 Cm

Putih

Rambut

11

Bentuk LT

Berlekuk

Datar

1,07 Cm
Putih

52

Berbenang- benang

Berambut

Timbul

0,4 Cm

Putih

412

Bundar

Licin

Timbul

0,1 Cm

Putih
2. Pembahasan

Pada hasil praktikum dapat dilihat bahwa

a. Pada saliva

Pada saliva terdapat bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4 pada bakteri jenis 1 berjumlah 3 berbentuk keriput,
tepian sikat, elevasi timbul, berdeameter 0,575 Cm, dan berwarna kuning. Pada bakteri jenis 2
berjumlah 10, berbentuk LT, tepian berambut dan elevasi timbul dan berdiameter 0,325 cm, dan
berwarna kuning. Pada bakteri jenis 3 berjumlah 22 memiliki bentuk bundar dengan tepian
menyebar, tepian tak beraturan dan elevasi datar, memiliki diameter 0,8 Cm dan berwarna kuning.
Pada koloni bakteri jenis 4 berjumlah 6 berbentuk bundar, tepian koloni licin dan elevasinya
cembung, berdiameter 0,35 Cm dab berwarna kuning.

b. Pada epidermis kelamin

Pada epidermis kelamin terdapat oloni bakteri jenis 1, 2, dan 3. Pada koloni bakteri jenis 1 berjumlah
223 memiliki bentuk bundar, tepian licin dan berelevasi timbul, memiliki diameter 0,1 Cm dan
berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 22 berbentuk keriput tepian berambut dan
elevasi datar, berdiameter 0,67 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah 1
berbentuk tidak beraturan dan menyebar, tepian berlekuk dan elevasi timbul, berdiameter 0,4 Cm
dan berwarna kuning.

c. Pada secret vagina

Pada secret vagina terdapat koloni bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4. Pada koloni bakteri jenis 1 berjumlah 2
berbentuk LT, tepian berambut dan berelevasi datar, berdiameter 0,82 Cm dan berwrna putih. Pada
koloni bakteri jenis 2 berjumlah 1 memiliki bentuk bundar dengan tepian timbul, tepian pada koloni
licin, elevasi timbul, diameter 0,17 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah 70
koloni, berbentuk bundar dengan tepian timbul dan elevasi timbul, berdiameter 0,12 Cm dan
berwrna putih. Pada koloni bakteri jenis 4 terdapat 216 koloni berbentuk berbenang- benang, tepian
berambut dan elevasi datar, berdiameter 0,3 Cm dan berwarna putih.
d. Pada rambut

Pada rambut terdapat jenis koloni 1, 2 dan 3. Pada koloni jenis 1 berjumlah 11 berbentuk LT dengan
tepian berbenang- benang, berelevasi datar, diameter 1,07 Cm dan berwarna putih. Pada koloni
bakteri jenis 2 berjumlah 52 berbentuk berbenang- benang, elevasi timbul, diameter 0,4 Cm dan
berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 terdapat 412 koloni bakteri, berbentuk bundar dengan
tepian licin dan bertepian timbul dengan diameter 0,1 Cm dan berwarna putih.

KESIMPULAN
1. Pada saliva terdapat bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4 pada bakteri jenis 1 berjumlah 3 berbentuk
keriput, tepian sikat, elevasi timbul, berdeameter 0,575 Cm, dan berwarna kuning. Pada bakteri jenis
2 berjumlah 10, berbentuk LT, tepian berambut dan elevasi timbul dan berdiameter 0,325 cm, dan
berwarna kuning. Pada bakteri jenis 3 berjumlah 22 memiliki bentuk bundar dengan tepian
menyebar, tepian tak beraturan dan elevasi datar, memiliki diameter 0,8 Cm dan berwarna kuning.
Pada koloni bakteri jenis 4 berjumlah 6 berbentuk bundar, tepian koloni licin dan elevasinya
cembung, berdiameter 0,35 Cm dab berwarna kuning.

2. Pada epidermis kelamin terdapat oloni bakteri jenis 1, 2, dan 3. Pada koloni bakteri jenis 1
berjumlah 223 memiliki bentuk bundar, tepian licin dan berelevasi timbul, memiliki diameter 0,1 Cm
dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 22 berbentuk keriput tepian berambut
dan elevasi datar, berdiameter 0,67 Cm dan berwarna kuning. Pada koloni bakteri jenis 3 berjumlah
1 berbentuk tidak beraturan dan menyebar, tepian berlekuk dan elevasi timbul, berdiameter 0,4 Cm
dan berwarna kuning.

3. Pada secret vagina terdapat koloni bakteri jenis 1, 2, 3 dan 4. Pada koloni bakteri jenis 1
berjumlah 2 berbentuk LT, tepian berambut dan berelevasi datar, berdiameter 0,82 Cm dan berwrna
putih. Pada koloni bakteri jenis 2 berjumlah 1 memiliki bentuk bundar dengan tepian timbul, tepian
pada koloni licin, elevasi timbul, diameter 0,17 Cm dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3
berjumlah 70 koloni, berbentuk bundar dengan tepian timbul dan elevasi timbul, berdiameter 0,12
Cm dan berwrna putih. Pada koloni bakteri jenis 4 terdapat 216 koloni berbentuk berbenang-
benang, tepian berambut dan elevasi datar, berdiameter 0,3 Cm dan berwarna putih.

4. Pada rambut terdapat jenis koloni 1, 2 dan 3. Pada koloni jenis 1 berjumlah 11 berbentuk LT
dengan tepian berbenang- benang, berelevasi datar, diameter 1,07 Cm dan berwarna putih. Pada
koloni bakteri jenis 2 berjumlah 52 berbentuk berbenang- benang, elevasi timbul, diameter 0,4 Cm
dan berwarna putih. Pada koloni bakteri jenis 3 terdapat 412 koloni bakteri, berbentuk bundar
dengan tepian licin dan bertepian timbul dengan diameter 0,1 Cm dan berwarna putih.

Anda mungkin juga menyukai