Anda di halaman 1dari 59

PATOFISIOLOGI HEMOPTISIS

Arteri pulmonari (95% aliran Arteri bronkial(5% aliran


darah tekanan rendah) darah tekanan tinggi)

Pertukaran gas Nutrisi paru

• Trauma HEMOPTISIS
• Erosi granulomatosa
• Kalsifikasi getah bening
• Tumor
• Kateterisasi arteri paru
• Radang kapiler paru
PERBEDAAN HEMOPTISIS DAN
HEMATEMESIS
TUBERCULOSIS PARU
DEFINISI
 Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex
PATOGENESIS

 Tuberkulosis Primer
 Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran
napas akan bersarang di jaringan paru sehingga
akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang
primer ini mungkin timbul di bagian mana saja
dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi.
Dari sarang primer akan kelihatan peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional).
TB PARU
 Tuberkulosis Post-Primer
 Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-
tahun kemudian setelah tuberkulosis primer,
biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang
bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk
dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis
menahun, dan sebagainya.
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
 Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak menunjukkan hasil BTA positif.
 Hasil pemeriksaan satu spesimen
dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
 Hasil pemeriksaan satu spesimen
dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
 Tuberkulosis paru BTA (-)
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan
radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
 Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan
BTA negatif dan biakan M. tuberculosis
 Berdasarkan tipe pasien
PENEGAKAN DIAGNOSIS

 Gejala Klinik  Gelaja sistemik


Gejala klinis  Demam
tuberkulosis dapat
 Keringat malam
dibagi menjadi 2
golongan, yaitu gejala  Anoreksia
lokal dan gejala
sistemik.
 Gejala respiratorik
 batuk > 2 minggu
 batuk darah
 sesak napas
 nyeri dada
Gejala tb ekstra paru
Limfedenitis Tb
Meningitis
Pleuritis
PF
Ditemukan suara bronkial, amforik, suara nafas
melemah, ronkhi basah dan ada penarikan paru
diaphragma dan pelura.
 PP
 pemerilsaan bakteriologi
 pemerikasaan SPS
 foto thorax  aktif dan inaktif
 Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan
posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
 Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular
 Bayangan bercak milier
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
 Inaktif
 Fibrotik
 Kalsifikasi
 Schwarte atau penebalan pleura
 Pemeriksaan khusus
 pemeriksan BACTEC
 pemeriksaan PCR
 Pemeeriksaan serologi
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
 Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif (2-3bulan) dan fase lanjutan 4
atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

1. Jenis obat utama (lini 1) 2. Kombinasi dosis tetap


yang digunakan adalah: (Fixed dose combination)

 Rifampisin  Empat obat


 INH antituberkulosis
dalam satu tablet,
 Pirazinamid
yaitu rifampisin 150
 Streptomisin
mg, isoniazid 75 mg,
 Etambutol pirazinamid 400 mg
dan etambutol 275
mg.
Lanjutan kombinasi 3. Jenis obat tambahan
lainnya (lini 2)
 Tiga obat  Kanamisin
antituberkulosis  Kuinolon
dalam satu tablet,  Obat lain masih
yaitu rifampisin 150
dalam penelitian ;
mg, isoniazid 75 mg makrolid, amoksilin +
dan pirazinamid 400 asam klavulanat
mg
 Derivat rifampisin
dan INH
PENGOBATAN SUPORTIF /
SIMPTOMATIK
 Penderita rawat jalan
 Penderita rawat inap

 Terapi pembedahan
EVALUASI PENGOBATAN

 Evaluasi klinik
 Evaluasi bakteriologi (0-2-6/9)

 Evaluasi radiologik (0-2-6/9)

 Evaluasi efek samping

 Evaluasi keteraturan berobat

 Evaluasi pasien yang telah sembuh


KOMPLIKASI

 Batuk darah
 Pneumotoraks

 Luluh paru

 Gagal napas

 Gagal jantung

 Efusi pleura
TB EKSTRA PARU
DEFINISI
 Tb adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
myobacterium tb complex.

 Tb ekstra paru adalah tb yang menyerang organ


lain selain paru misalnya, pleura; selaput otak;
kelenjar limfe, tulang, persendian dll
KRITERIA
 TB ekstra paru ringan : TB kelenjar limfe,
pleuritis, eksudativa unilateral, tulang (kec.
Tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal

 TB ekstra paru berat: meningitis, pericarditis,


peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB
tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing,
dan alat kelamin
GAMBARAN KLINIS
 Gejala respiratorik
 batuk ≥ 3 minggu

 batuk darah

 sesak napas

 nyeri dada

 Gejala sistemik
 Demam

 gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia,


berat badan menurun
 Limfadenopati dengan TB paru juga dapat ditemukan,
terutama pada pasien dengan infeksi Human
PF
 Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah
bening yang tidak nyeri (pada umumnya servikalis posterior dan
supraklavikular), tersering di daerah leher, kadang-kadang di daerah
ketiak.
 Pada TB pleura, apabila cairan di rongga pleura cukup banyak, dapat
ditemukan redup atau pekak pada perkusi. Pada auskultasi suara napas
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Nyeri
pleura dan dispnea.
 Tuberkulosis saluran napas atas merupakan komplikasi dari
tuberkulosis paru dengan kavitasi. Tuberkulosis jenis ini melibatkan
laring, faring, dan/atau epiglotis sehingga memunculkan gejala serak,
disfonia, dan disfagia disertai dengan batuk produktif.
CONTINUED

 Tuberkulosis genitourinaria dapat menimbulkan gejala


frekuensi, disuria, nokturia, hematuria, serta nyeri
abdomen.
 Kejadian tuberkulosis ekstrapulmoner dapat
terjadi sekitar 15-20% pada populasi yang
prevalensi HIV-nya rendah. Kejadian ini akan
semakin meningkat dengan tingginya
prevalensi infeksi HIV. Sebagaimana yang
diketahui bahwa tuberkulosis merupakan
infeksi poportunistik tersering pada ODHA di
Indonesia. Tuberkulosis paru adalah jenis
tuberkulosis yang paling banyak ditemukan
pada ODHA, sedangkan tuberkulosis
ekstrapulmoner sering ditemukan pada ODHA
dengan hitung CD4 yang lebih rendah
 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT,MARET, 2012

 PDPI
 Definisi
 Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
dilatasi (ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang
bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten,
atau irreversibel
 Etiologi
 Disebabkan oleh perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen elastis, otot-
otot polos bronkus, tulang rawan, dan
pembuluh darah
 Patofisiologi
DIAGNOSIS
 Gambaran klinis :
 Batuk
 Hemoptisis
 Sesak Nafas
 Demam Berulang
 Pemeriksaan Fisik
 Sianosis
 Jari tabuh (clubbing finger)
 Retraksi dinding dada
 Berkurangnya gerakan dinding dada
 Ronki basah pada basal paru
 Wheezing sering ditemukan apabila terjadi obtruksi bronkus
 Pemeriksaan penunjang
 Darah Rutin:
 Lekositosis ringan (tidak selalu) dengan shift to the right
(pergeseran ke kanan)  tanda infeksi kronis
 Lekositosis berat dengan shift to the left  eksaserbasi
akut
 Kultur darah: bakteriemia (sering negatif, bila +) 
kemungkinan metastasis pernanahan
 Analisis gas darah : hipoksemia ringan (semakin
parah penderita  hipoksemia semakin nyata)
 Sputum :
 Makroskopis  indikasi bagaimana keadaan
penderita
 Makin purulen  makin bahaya, karena
sedang/hampir terjadi eksaserbasi
akut/super-infeksi
 Bau busuk  indikasi infeksi bakteri
anaerob
 Kumpulan sputum selama 24 jam (tidak
diencerkan, tidak dikocok, tidak diaduk):
volume? warna? bau? konsistensi?
PENATALAKSANAAN
 Terapi konservatif :
 Meningkatkan higiene paru
-Membatukkan keluar dahak setuntas mungkin, dengan:
o Ekspektoran : GLISERIL GUAIAKOLAT dalam bentuk sirup
100mg/5ml dalam dosis dewasa yang dianjukan 2-4 kali
kali 200-400 mg sehari.
o Ambroxol : Dewasa dan anak diatas 12 tahun: 1 tablet (30
mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12 tahun: ½ tablet 2-3 kali sehari.
o Inhalasi uap air  dahak longgar
o Memilih posisi tubuh yang tepat untuk evakuasi sputum
(postural drainage)
o Tidak merokok/hindari polutan udara (debu/kimia)
 Antibiotika dibatasi hanya bila terjadi eksaserbasi akut
atau bila ada superinfeksi, untuk mencegah resistensi
kuman terhadap antibiotika yang sering dipakai
KOMPLIKASI
 Bronkitis kronis
 Pneumonia

 Pleuritis

 Empiema

 Hemoptisis

 Gagal napas
PROGNOSIS
 Prognosis bergantung pada berat ringannya.
Serta pemilian obat yang tepat dapat
mempengarui prgnosis
DEFINISI

Kanker paru dalam arti luas adalah semua


penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan
dari luar paru (metastasis tumor di paru).

Kanker paru primer, yakni tumor ganas yang


berasal dari epitel bronkus atau karsinoma
bronkus (bronchogenic carcinoma).
DIAGNOSIS DAN
PENDERAJATAN
Deteksi dini

Sasaran pada subyek dengan risiko tinggi yaitu:

• Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok

• Paparan industri tertentu

• Perempuan perokok pasif

• Riwayat anggota keluarga dekat menderita kanker paru

Dengan satu atau lebih gejala:

• batuk darah

• batuk kronik

• Sesak napas
PROSEDUR DIAGNOSTIK
Anamnesis

• Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga


purulen)

• Batuk darah

• Sesak napas

• Suara serak

• Sakit dada

• Sulit / sakit menelan

• Benjolan di pangkal leher

• Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan


dengan rasa nyeri yang hebat.
PEMERIKSAAN JASMANI

• Tumor paru ukuran kecil -> gambaran normal

• Tumor dengan ukuran besar -> kompresi bronkus, efusi pleura


atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih
informatif

• Metastasis ke organ lain -> perabaan hepar, pemeriksaan


funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan
intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis
ke tulang
GAMBARAN RADIOLOGIS

1. Foto toraks : PA/lateral -> ukuran tumor > 1 cm.


Keganasan -> tepi ireguler, identasi pleura, tumor satelit tumor,
invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis
intrapulmoner.

2. CT-Scan toraks : lebih baik daripada foto toraks, tumor lebih kecil
dari 1 cm, mendeteksi meski tanpa gejala, menentukan stage juga
lebih baik karena pembesaran KGB (N1s/dN3), mendeteksi
kemungkinan metastasisintrapulmoner.
PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Bronkoskopi : jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas.

2. Biopsi aspirasi jarum

3. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) di karina, atau trakea 1/1


bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada
dikanan, bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB

4. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB) : lesi kecil dan lokasi agak di


perifer

5. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB) : lesi terletak di


perifer dan ukuran lebih dari 2 cm

6. Sitologi sputum : sel kanker pada sputum atau dahak penderita


PEMERIKSAAN INVASIF LAIN
Kasus yang rumit -> Torakoskopi dan tindakan bedah mediastinoskopi,
torakoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka

Jenis histologis

kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK atau small cell lung cancer,
SCLC) atau kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK,
nonsmall cell lung cancer, NSCLC).

1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid)

2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma)

3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)

4. Karsinoma sel besar (large Cell carcinoma)


Pengobatan paliatif:
radioterapi,kemoterapi,
medikamentosa, fisioterapi dan
psikososial.
TB PARU TB KANKER BRONKIEK
EKSTRA PARU TASIS
PARU
Tempat Paru Luar paru Paruluar Bronchus
Etiologi Mycobacteriu Mycobacteri Keganasan Kelainan
m um kongenital,
Tuberculosis Tuberculosis penyebab lain
(infeksi, salah
obat,
Diagnosis Anam : Anam: Anam: Anam:
Batuk darah, Tergantung Batuk darah, Batuk kronik,
keringat organ yang sesak napas, dypsnea,
malam, diserang sakit nyeri dada,
anoreksia, bb PF: menelan, demam,
turun, Tergantung wajah dan mudah lelah,
demam. organ yang leher sembab bb turun
PF : diserang dan nyeri PF :
Suara PP: PF : Wheezing
bronkovesiku uji bakteri, PP: PP:
ler, ronki Rontgen Rontgen, CT- Rontgen, CT
basah, scan, Scan,
retraksi dada bronkoskopi, bronkografi
PP: biopsi jar.
BTA +, RO + halus

Anda mungkin juga menyukai