Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

Disusun oleh :

Kelompok A-07

Bayu Prasetya Alfandy 1807101010075


Kevin Taufik Ramadhan 1807101010076
Riyan Arisandi 1807101010077
Fitriah Rizki 1807101010073
Dinda Pebrianti Nur Azizah 1807101010074
Farah Nabilah Awayna 1807101010078
Aufa Caesaria Gusman 1807101010101
Mutia Anggraini 1807101010082
Rika Hadianti 1807101010083
Qorina Mardhatillah Fikkar 1807101010084
Aisyah Fitri Ramadhani 1807101010085
Cut Ruhurrifati 1807101010155

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018/2019
A. Tinjauan Pustaka

Mikrobiologi adalah sebuah cabang ilmu biologi yang mempelajari


mikroorganisme. Objek kajiannya adalah semua makhluk yang dapat dilihat
dengan mikroskop. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu mikros
berarti kecil, bios berarti hidup dan logos berarti ilmu. Organisme kecil
tersebut dikenal dengan istilah mikroorganisma, mikroba, mikrobia,
microbe, protista, atau jasad renik. Secara umum diambil ketentuan bahwa
semua makhluk hidup yang berukuran beberapa micron disebut dengan
microbe. Mata manusia tidak dapat menangkap suatu benda dengan ukuran
kurang dari 0,1 mm.
Bidang mikrobiologi mencakup bakteri (bakteriologi), protozoa, virus
(virologi), algae dan jamur (mikologi) terutama yang meliputi jamur-jamur
rendah seperti Phycomycetes, Ascomycetes, dan Deuteromycetes.
Pembagian mikrobiologi tergantung habitatnya, taksonominya (susunan dan
pengelompokan mikroba) serta terhadap permasalahan yang ditimbulkan
akibat mikroba. Mikrobiologi merupakan bagian dari ilmu biologi yang
tersusun atas banyak disiplin ilmu. Mikroorganisme sangat erat dengan
kehidupan manusia baik menguntungkan maupun merugikan masyarakat,
misalnya: alkohol yang dihasilkan melalui proses fermentasi dapat
digunakan sebagai sumber energi. Strain-strain dari mikroorganisme yang
dihasilkan melalui proses rekayasa genetika, insulin yang dibutuhkan
manusia dapat diproduksi oleh bakteri yang telah direkayasa.
Mikroorganisme juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk
membersihkan lingkungan, hal ini berkaitan dengan proses bioremidiasi,
misalnya: dari tumpukan minyak di lautan. Selain itu karena
mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk mendekomposisi atau
menguraikan senyawa kimia komplek maka dapat dipergunakan sebagai
senyawa komplek maka dapat dipergunakan sabagai herbisisida dan
insektisida di bidang pertanian. Kemampuan mikroorganisme yang telah
direkayasa untuk tujuan tertentu menjadikan lahan baru dalam mikrobiologi
industri yang dikenal dengan bioteknologi.
Beberapa diantar mikroorganisme yang merugikan bagi manusia
diantaranya bersifat patogen sehingga menyebabkan timbulnya berbagai
macam penyakit. Sebelum memahami bahwa penyakit menular disebabkan
oleh wabah penyakit seperti cacar, difteri dan pes. Setelah penemuan-
penemuan di bidang mikrobiologi untuk ilmu kedokteran diterapkan maka
dapat digunakan untuk mendiagnosis, mencegah dan menyembuhkan
penyakit (Lestari, 2017)
Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses membunuh segala bentuk
kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sample/contoh, alat-alat atau
lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering
dipakai untukmenggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan
meniadakan atau membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme.
Teknik sterilisasi pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua cara :
1. Secara fisis.
2. Secara kimia/chemical.

Sterilisasi secara fisis pertama kali yaitu dengan metode radiasi. Dalam
mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan
adalah radiasi sinar ultraviolet, radiasi sinar gamma atau sinar X dan sinar
matahari. Sinar matahari banyank mengandung sinar ultraviolet, sehingga
secara langsung dapat dipakai untuk proses sterilisasi; hal ini telah lama
diketahui orang. Sinar ultraviolet bisa diperoleh dengan menggunakan
katoda panas (emisis termis) yaitu ke dalam tabung katoda bertekanan
sendah diisi dengan uap air raksa. Sterilisasi dengan penyinaran gamma
berdaya tinggi untuk objek-objek yang tertutup plastik (stick untuk swab,
jarum suntik). Untuk makanan maupun obat-obatan tidak boleh
menggunakan sinar gamma untuk disterilisasi oleh karena akan terjadi
perubahan struktur kimia pada makanan maupun obat-obatan tersebut.
Kedua ada metode pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan (auto
clave), dengan cara benda yang akan disterilisasi diletakkan di atas
lempengan saringan dan tidak langsung mengenai air dibawahnya.
Pemanasan dilakukan hingga air mendidih. Ketiga yaitu metode pemanasan
secara kering, pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur
kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas diperlukan pemanasan mencapai
temperatur antara 160OC s/d 180oC. Pada temperatur ini akan menyebabkan
kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya
auto oksidasi sehingga bakteri patogen dapat terbakar. Keempat yaitu
metode incineration (pembakaran langsung). Alat-alat platina, khrome yang
akan disterilisasi dapat dilakukan melalu pembakaran langsung pada nyala
lampu bunsen hingga mencapai merah padam. Hanya saja dalam proses
pembakaran langsung ini alat-alat lama kelamaan menjadi rusak,
keuntungannya yaitu mikroorganisme akan hancur semua. Metode terakhir
yaitu metode penyaringan. Sterilisasi dengan metode pemanasan dapat
membunuh mikroorganisme tetapi mikroorganisme yang mati tetap berada
pada material tersebut, sedangkan sterilisasi dengan metode penyaringan
mikroorganisme tetap hidup yang dipisahkan dari material. Bahan
filter/penyaringan adalah sejenis porselin yang berpori yang dibuat khusus
dari masing-masing pabrik. Metode filtrasi ini hanya dipakai untuk
sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti serum atau sterilisasi hasil
produksi mikroorganisme seperti enzim dan esotoksin dan untuk
memisahkan fitrable virus dari bakteria dan organisme lain.
Selanjutnya sterilisasi secara kimia. Sterilisasi secara kimia biasanya
atau yang lazimnya digunakan adalah alkohol 96%, Aceton atau fromalin,
sulfur dioksida dan klorin. Materi yang akan disterilisasi dibersihkan
terlebih dahulu kemudian direndam dalam alkohol atau aceton atau formalin
kurang lebih 24 jam (Gabriel, 1996).

Sterilisasi merupakan metode untuk membersihkan atau merusak semua


bentuk kehidupan mikroba. Pemanasan paling sering digunakan untuk
membunuh mikroba, termasuk terhadap spora yang sangat resisten. Agen
sterilisasi disebut dengan sterilan. Sterilisasi cairan dan gas biasa
menggunakan metode filtrasi. Semenjak sterilisasi dapat diartikan
menghambat kemampuan mikroorganisme untuk reproduksi, maka bahan
yang steril mungkin masih mengandung mikroba yang masih utuh dan dapat
melakukan metabolisme.

Makanan kaleng di supermarket, secara teknik penanganannya sudah


dilakukan secara steril. Kejadian di lapang menunjukkan, bahwa sterilisasi
dengan pemansan tidak cukup untuk membunuh beberapa bakteri berspora,
dan membahyakan karena menghasilkan toksin. Clostridium botulinum
adalah bakteri berspora, menghasilkan toksin yang mematikan, dan sering
ditemukan pada makanan kaleng. Spora tidak berkembang pada suatu suhu
normal, akan tetapi pada proses pemanasan makanan kaleng yang
membutuhkan suhu diatas 45oC, yang dapat menginduksi terbentuknya
spora. Pengendalian yang langsung ditujukan untuk menghancurkan
mikroorganisme yang membahayakan disebut disinfeksi. Disinfeksi
terutama ditujukan untuk destruksi sel vegetatif patogen (bukan bakteri
pembentuk spora), hal ini berbeda dengan sterilisasi komplit. Disinfektan
dapat dibuat dari bahan kimia, radiasi ultraviolet, memasak sampai
mendidih atau dengan uap air. Disinfektan dipergunakan pada benda mati.
Apabila perlakuan diaplikasikan pada benda hidup atau jaringan hidup,
disebut antiseptis. Bahan kimia yang bekerja pada proses antiseptis disebut
antiseptik. Suatu bahan kimia kemungkinan dapat berfungsi sebagai
disinfektan maupun antiseptik (Murwani, 2015).

B. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai metode sterilisasi yang


digunakan serta dapat menentukan metode sterilisasi yang sesuai
dengan aat dan bahan yang akan disterilkan (teoritis).
2. Mahasiswa dapat mengetahui teknik cuci tangan yang benar sesuai
rekomendasi WHO
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perbedaan ada atau
tidaknya bakteri yang tumbuh saat tidak mencuci tangan, mencuci
tangan tujuh langkah dengan air, maupun setelah mencuci tangan
dengan antiseptik atau menggunakan alkohol 70%

C. Alat dan Bahan Praktikum


1. Alat

a) 3 cawan Petri berisi media Nutrient Agar (NA)


b) 3 Cotton swab steril
c) 1 lampu spiritus

2. Bahan

a) Media cair Nutrient Broth (NB)


b) Sabun cuci tangan
c) Air mengalir
d) Antiseptik tangan berbahan dasar alkohol atau Larutan Alkohol
70%

C. Prosedur Praktikum

1. Sebelum Mencuci Tangan

Teknik pengambilan sampel sebelum mencuci tangan adalah sebagai


berikut:
a) Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB
b) Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3 kali
c) Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan Petri
d) Inkubasi pada suhu 37 °C selama 18-24 jam
e) Amati pertumbuhan koloni

2. Setelah Mencuci Tangan

a) Prosedur mencuci tangan

Kedua telapak tangan dibasuh dengan air mengalir/air kran, lalu


gunakan sabun hingga menutupi permukaan telapan tangan.
Kegiatan pencucian dilanjutkan dengan melakukan prosedur
mencuci tangan tujuh langkah menurut WHO (2009), yaitu:
 Gosok kedua telapak tangan secara bergantian sehingga kedua
telapak tangan
terkena sabun.
 Gosok kedua punggung tangan secara bergantian dan gosok
diantara jari jemari
tangan secara bergantian sehingga kena sabun.
 Gosok kedua telapak tangan dan diantara jari jemari secara
bergantian sehingga
kena sabun.
 Gosok punggung jari yang saling mengunci pada telapak
satunya, secara
bergantian.
 Gosok jempol,dan jari jari tangan lainnya, secara memutar
bergantian di kedua
tangan.
 Gosok gosoklah ujung ujung kuku pada telapak tangan,
sehingga busa sabun
masuk kedalam sela sela kuku, secara bergantian dikedua
tangan.
 Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan &
sebaliknya, gerakan
memutar gosok pergelangan tangan secara memutar dari
pergelangan tangan sampai siku secara bergantian. Prosedur di
atas dilakukan selama 15-20 detik. Kedua telapan tangan lalu
disiram dengan air mengalir, lalu dikeringkan menggunakan
kain yang bersih.

b) Prosedur pengambilan sampel setelah mencuci tangan


 Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB
 Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3
kali
 Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan
Petri
 Inkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam
 Amati pertumbuhan koloni

3. Setelah Menggunakan Antiseptik/ Larutan Alkohol 70%


a) Prosedur mencuci tangan dengan antiseptik tangan berbahan dasar
alkohol atau larutan alkohol 70%
 Aplikasikan antiseptik pada permukaan tangan, hingga
menutupi permukaan.
 Gosok kedua telapak tangan 10
 Gosok kedua punggung tangan secara bergantian dan gosok
diantara jari jemari tangan secara bergantian
 Gosok kedua telapak tangan dan diantara jari jemari secara
bergantian Gosok punggung jari yang saling mengunci pada
telapak satunya,secara bergantian
 Gosok jempol,dan jari jari tangan lainnya , secara memutar
bergantian di kedua tangan
 Gosok gosoklah ujung ujung kuku pada telapak tangan
 Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan &
sebaliknya , gerakan memutar gosok pergelangan tangan
secara memutar dari pergelangan tangan sampai siku secara
bergantian

b) Teknik pengambilan sampel setelah mencuci tangan dengan


antiseptik/ larutan alkohol 70%
 Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB
 Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3
kali
 Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan
Petri
 Inkubasi pada suhu 37 ͦC selama 18-24 jam
 Amati pertumbuhan koloni

D. Hasil dan Pembahasan

1. Sebelum mencuci tangan


Dari hasil pengamatan, sebelum mencuci tangan menggunakan
sabun maupun antiseptik. Diperoleh jumlah angka kuman sebanyak 500
koloni. Ini merupakan jumlah tertinggi, karena tidak adanya senyawa
kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit
dan membran mukosa. Sehingga tidak ada yang membunuh
mikroorganisme tersebut atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas
metaboliknya. Kemudian, mencuci tangan hanya menggunakan air saja
sangatlah tidak efektif, karena yang dapat hilang hanyalah bakteri yang
ada di permukaan saja.

2. Setelah mencuci tangan dengan sabun

Berdasarkan hasil pengamatan setelah mencuci tangan menggunakan sabun biasa


didapatkan jumlah angka kuman yaitu 250 koloni. Hasil yang didapatkan
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan hasil penelitian WHO,
sabun akan meminimalisir kuman yang ada di tangan. Menurut Journal of
Environmental Research and Public Health menyatakan bahwa mencuci tangan
dengan sabun dapat menghilangkan lebih dari 82% kuman penyebab penyakit
yang menempel di tangan serta dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit yang
disebabkan oleh kuman serta dapat menghilangkan beberapa mikroba secara
mekanis, caranya adalah air sabun akan mengelmusikan dan menghilangkan
minyak dan kotoran. Mikroba terperangkap dalam busa sabun dan hilang setelah
dibilas air. Jadi, sabun saja selain menghilangkan kotoran dan minyak, juga dapat
mengurangi mikroba.

3. Setelah menggunakan antiseptik di tangan


Berdasarkan hasil pemeriksaan angka kuman setelah menggunakan
cairan antiseptik , diperoleh jumlah angka kuman sebanyak 68 koloni .
sebelum menunggunakan antiseptik dan tidak mencuci tangan didapatkan
jumlah kuman sebanyak 500 koloni setelah menggunakan antiseptik
jumlah kumat turun drastis menjadi 68 koloni . hal ini dipengaruhi karena
antiseptik sendiri adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan antiseptik
juga bergantung pada beberapa faktor yaitu kosentrasi dan lama paparan
mikroorganisme tersebut . Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau
penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa
antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak
akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik tersebut
tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan
mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat
biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler
dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik dengan
banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.

E. Kesimpulan

Dalam kegiatan sehari-hari, tanpa disadari kita berkontak langsung


dengan mikroorganisme yang dinamakan bakteri. Bakteri ini dapat
menyebabkan beragam jenis penyakit bagi manusia. Bakteri yang ada pada
tangan kita pun jumlahnya sangat banyak. Dari hasil pengamatan ini, tangan
yang tidak dicuci terdapat 500 koloni bakteri. Bahkan, setelah mencuci
tangan dengan sabun pun bakteri-bakteri ini hanya mati setengahnya saja.
Hal ini artinya, bakteri di tangan sangat banyak serta mencuci tangan
dengan sabun saja tidak cukup. Kita harus mengimbanginya dengan
menggunakan antiseptik. Penggunnaan antiseptik membuat perubahan
jumlah bakteri yang signifikan. Pada tangan yang tidak dicuci dengan
sabun, bakteri yang terdeteksi ada 500 koloni bakteri kemudin ketika tangan
tersebut dicuci dengan sabun terdapat 250 koloni bakteri dan setelah
digunakan antiseptik, bakteri ini lebih dari 70% mati dan yang tersisa 68
koloni saja. Jadi, penggunaan antiseptik ini sangat efektif untuk
membersihkan tangan kita dari bakter-bakteri yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit ini.

F. Daftar Pustaka

Lestari, P. B. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Malang: Penerbit


Gunung Samudera.

Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.

Murwani, S. 2015. Dasar Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang: UB Press.

Anda mungkin juga menyukai