A. Latar Belakang
Perkembangan bakteri semakin hari semakin tak dapat terkontrol.
Beberapa bahan obat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik,
sarung tangan bedah dan hemodialiser pada penggunaannya berkontak
langsung dengan jaringan atau cairan tubuh. Oleh karena itu produk
tersebut harus steril atau bebas dari mikroorganisme hidup terutama yang
bersifat patogen. Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu
(alat, bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak
diharapkan kehadirannya baik yang pathogen maupun yang nonpatogen.
Pengetahuan mengenai bagaimana terjadinya infeksi sangat
penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadi penyebaran
infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi
dan parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi. Selain itu,
diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi
tersebut secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula
pengetahuan mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi
atau tempat untuk melakukan asuhan kebidanan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan
yang besar bagi dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam
alat berkat penemuan beberapa ilmuan besar. Bahwa terbukti untuk
mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat
menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses
penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan
mencegah terjadinya infeksi.
Dari uraian diatas, makalah ini akan membahas tentang sterilisasi
dan desinfeksi. Juga bagaimana aplikasinya dalam keseharian dalam dunia
kebidanan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sterilisasi, Antiseptik dan Desinfeksi?
2. Bagaimana cara sterilisasi dan desinfeksi?
3. Bagaimana peranan tenaga perawat dalam proses sterilisasi dan
desinfeksi?
C. Tujuan
Diharapkan mahasiswa dapat memahami:
1. Pengertian Sterilisasi, Antiseptik dan Desinfeksi
2. Cara sterilisasi dan desinfeksi
3. Peranan tenaga perawat dalam proses sterilisasi dan desinfeksi
2
1. Pengertian Sterilisasi
Keberhasilan mempelajari perikehidupan mikroorganisme dan
bekerja dalam bidang mikroorganisme bergantung pada kondisi
kebersihan medium dan alat serta kemurnian jenis mikroorganisme yang
dipelihara. Untuk menjamin kondisi demikian perlu dilakukan
pembersihan atau sterilisasi alat, medium dan prosedur kerja atau teknik
penanganan mikroorganisme. Sterilisasi adalah proses yang menyebabkan
bahan, medium atau alat terbebas dari semua bentuk kehidupan.
Pengendalian kehidupan mikroorganisme sangat penting dalam
kegiatan rumah tangga, industri, dan lapangan medis untuk mencegah dan
memperlakukan mikroorganisme terutama mikroorganisme penyebab
penyakit.
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda
atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan
mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme
dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide,
etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia,
oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat
disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh
filtrasi (Curtis, 1999).
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,
bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang patogen maupun yang apatogen. Atau bisa juga
dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk
mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk
mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-
obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh
miroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga
penting.
3
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik
maupun kimiawi. Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta spora yang
terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia.
2. Pengertian Antiseptik
Antiseptik berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 2 kata dasar
yaitu "Anti" (melawan ) dan "Septikos" ( penyebab kebusukan ), yang
berarti zat antimikroba yang dapat dipakai oleh jaringan hidup untuk
mengurangi kemungkinan infeksi dan penyebab pembusukan. Zat ini
dapat menghancurkan mikroorganisme yang bermuatan kuman penyakit
tanpa membahayakan jaringan tubuh. Praktek penggunaan antiseptik
dalam perawatan dan pengobatan luka dipelopori oleh ahli bedah dari
Inggris Joseph Lister pada tahun (1865). Kemudian pada tahun (1929),
Hullbassed manufacturer, Albert Reckitt dari Reckitt dan Sons Ltd.,
bersama dengan W.C Reynolds mengembangkan sebuah antiseptik
desinfektan.
4
Antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan secara
bergantian) adalah bahan kimia yang diberikan pada kulit atau jaringan
hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik
sementara maupun menetap) sehingga mengurangi jumlah bakteri.
Contohnya termasuk alkohol (etil dan isopropil), larutan povidon iodine,
iodophors, klorheksidin dan triclosan.
Beberapa karakteristik antiseptik yang ideal adalah membunuh
mikroorganisme dalam rentang yang luas, tetap efektif terhadap berbagai
macam pengenceran, non toksik terhadap jaringan tubuh manusia, tidak
mudah menimbulkan reaksi sensivitas baik local maupun sistemik,
bereaksi secara cepat, bekerja secara efisien meski terhadap bahan-bahan
organik (misalnya pus, darah atau sabun), tidak mahal dan awet.
Pada dasarnya antiseptik dengan desinfektan memiliki persamaan
jenis bahan kimia yang digunakan tetapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena terdapat batasan dalam penggunaan
antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras
3. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme
patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau
sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi,
penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan
bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh
fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
5
Jenis – jenis desinfektan diantaranya:
a. Klorin
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.
Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel
mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat
dalam metabolisme karbohidrat. Kelebihan dari disinfektan ini adalah
mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh
dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar
klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana
asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai
efektivitas optimum disinfektan ini. Klorin juga cepat terinaktivasi jika
terpapar senyawa organik tertentu.
b. Iodin
Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses
desinfeksi air dalam skala kecil. Dua tetes iodine 2% dalam larutan
etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih. Salah satu senyawa
iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.
Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif
mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan
spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi. Kelemahan iodofor
diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih
dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari
49 °C.
c. Alkohol
Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan
medis, contohnya termometer oral. Umumnya digunakan etil alkohol
dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat
korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan
yang terbuat dari karet atau plastik.
d. Amonium Kuartener
6
Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan
substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion
NH4+ nya. Umumnya yang digunakan adalahen:cetyl trimetil
ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida.
Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram
positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali
bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam). Senyawa
ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan
berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang,
mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap. Kelemahan
dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan
menghasilkan residu
e. Formaldehida
Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan
konsentasi efektif sekitar 8%. Formaldehida merupakan disinfektan
yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif
terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan
pernapasan. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan
spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa
organic.
f. Kalium permanganate
Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak
tepat untuk disinfeksi air. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan
perubahan rasa, warna, dan bau pada air. Meskipun begitu, senyawa ini
cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholera.
g. Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam
konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan
kreolin. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi
tertentu. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap,
dan dapat menyebabkan iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini adalah
dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan)
7
protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan
kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.
8
mendenaturasi enzim. Waktu sterilisasinya lama (sekitar 2-3
jam) dan berdaya penetrasi rendah. Metode sterilisasi kering
ini tidak memerlukan air sehingga tidak ada uap air yang
membasahi alat atau bahan yang disterilkan. Ada dua metode
sterilisasi panas kering yaitu dengan insinerasi (incineration),
yaitu pembakaran dengan menggunakan api dari Bunsen
dengan temperatur sekitar 350°C, dan dengan udara panas
oven yang lebih sederhana dan murah dengan temperatur
sekitar 160-170°C.
- Sterilisasi panas basah dengan perebusan menggunakan air
mendidih 100°C selama 10 menit efektif untuk sel – sel
vegetatif dan spora eukariot, namun tidak efektif untuk
endosprora bakteri. Tingkat sterilisasi panas basah pada
temperatur kurang dari 100°C tergantung pada temperatur
dan waktu sterilisasi. Endospore bakteri umumnya resisten
pada sterilisasi cara ini. Sterilisasi panas digunakan untuk
bahan yang sensitif panas, untuk industry makanan berkisar
pada temperatur 60-80°C, susu pada temperatur 63°C selama
30 menit atau pada temperatur 72°C selama 15 menit, produk
plasma manusia dengan pateurisasi pada temperatur 60°C
selama 10 jam, sedangkan peralatan dan cairan disterilkan
dengan pemanasan pada temperatur 100°C selama 5-10
menit. Untuk sterilisasi panas basah diatas temperatur 100°C
dilakukan dengan uap yaitu dengan autoklaf, alat serupa
pressure cooker dengan pengatur tekanan dan klep
pengaman. Prinsip autoklaf adalah terjadinya koagulasi
yang lebih cepat dalam keadaan basah di bandingkan dengan
keadan kering. Proses sterilisasi dengan autoklaf ini dapat
membunuh mikroorganisme dengan cara mendenaturasi atau
mengkoagulasi protein pada enzim dan membrane sel
mikroorganisme. Proses ini juga dapat membunuh endospore
bakteri.
9
Faktor yang perlu diperhatikan pada sterilisasi panas adalah
Thermal Death Time (TDT), yaitu waktu minimal yang di
perlukan oleh seluruh bakteri pada kultur cair untuk mati pada
temperatur tertentu yang digunakan. TDT merupakan petunjuk
berguna yang mengindikasikan kekuatan perlakuan panas yang
diperlukan untuk membunuh populasi bakteri.
- Sterilisasi Radiasi
Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi dilakukan
dengan menggunakan sinar UV ataupun dengan metode ionisasi.
Sinar UV dengan panjang gelombang 260 nm memiliki daya
penetrasi yang rendah sehingga tidak mematikan
mikroorganisme namun dapat mempenetrasi gelas, air, dan
lainnya. Penggunaan sterilisasi dengan sinar UV antara lain
untuk sterilisasi cabinet dan ruangan. Endospore bakteri resisten
terhadap sinar UV.
- Sterilisasi Filtrasi
Metode sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk
bahan yang sensitif terhadap panas, misalnya enzim. Pada proses
ini digunakan membran filter yang terbuat dari selulosa asetat.
Kerugian prosedur ini adalah biaya yang mahal serta filter yang
mudah mampat akibat filtrat tertinggal pada saringan sehingga
harus sering diganti. Kerugian yang lain adalah meskipun
memiliki poro – pori yang halus, membrane filter tidak dapat
digunakan untuk menyaring virus.
10
- Sterilisasi Desikasi
pengeringan (desikasi) merupakan metode sterilisasi dengan
menghilangkan kandungan air. Karena mikroorganisme harus
tumbuh dalam lingkungan yang lemba, maka ketiadaan air dapat
menghambat pertumbuhannya. Endospora bakteri sangat tahan
terhadap kekeringan, sehingga proses pengeringan (desikasi) ini
tidak dapat diaplikasikan pada endospore bakteri.
11
Pada pemanasan basah proses pembunuhan mikroba
berdasarkan koagulasi atau penggumpalan zat putih telur dari
mikroba tersebut. Sterilisasi dengan cara ini menggunakan
suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam farmakope untuk
media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121 atm. Alat
yang digunakan pada sterilisasi basah adalah autoklaf, yaitu suatu
panci logam yang kuat dengan tutup yang berat. Autoklaf ini
mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya,
termometer, pengatur tekanan udara, dan klep pengaman. Cara
sterilisasi ini lebih efektif dibandingkan dengan pemanasan yang lain
karena suhunya lebih tinggi yang dapat disterilkan menggunakan
sterilisasi basah ini antara lain adalah alat pembalut, kertas saring,
alat gelas (buret, labu ukur, dan lain-lain) dan media pertumbuhan
(Hadioetomo, 1993).
2. Desinfeksi
Menurut A. Aziz Alimul H. (2012), desinfeksi dapat dilakukan
dengan empat cara, yaitu sebagai berikut:
1) Cara desinfeksi dengan mencuci
Prosedur kerja:
a. Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian
siram atau membasahi dengan alkohol 70%.
b. Cucilah luka dengan H2O2, betadine, atau larutan lainnya.
c. Cucilah kulit/jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan
yodium tinktur 3%, kemudian dengan alcohol.
d. Cucilah vulva dengan larutan sublimat atau larutan
sejenisnya.
12
a. Oleskan luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan
menggunakan alkohol atau betadine.
3) Cara desinfeksi dengan merendam
Prosedur kerja:
a. Rendamlah tangan dengan larutan lisol 0,5%.
b. Rendamlah peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2
jam.
c. Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih 24
jam.
4) Cara desinfeksi dengan menjemur
Prosedur kerja:
a. Jemurlah kasur, tempat tidur, urinal, pispot, dan lain-lain
dengan masing-masing permukaan selama 2 jam
13
Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah
secara benar)
1. Cuci Tangan
Cuci tangan merupakan prosedur paling penting dari pencegahan
penyebaran infeksi yang meyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir.
Harus dilakukan saat:
1) Segera setelah tiba di tempat kerja
2) Sebelum dan sesudah melakukan kontak fisik dangan pasien
3) Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
4) Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah /
cairan tubuh lainnya / setelah menyentuh selaput mukosa
(hidung,mulut atau mata)
5) Setelah ke kamar mandi
6) Sebelum pulang kerja
14
Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar
mikroorganisme penyebab infeksi dangan cara menghalangi atau
membatasi (kaca mata pelindung,masker wajah,sepatu boot atau sapatu
tertutup,celemek) petugas dari cairan tubuh,darah atau cedera selama
melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik
sederhana dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang
bersedia di masing-masing daerah jika alat atau perlengkapan sekali pakai
tidak tersedia.
4. Antisepsis
Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi
dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan
tubuh atau kulit.karena kulit dan mukosa tidak dapat disterilkan maka
penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme
yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan penyebab infeksi.Cuci
tangan secara teratur diantara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru
lahir,membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
pada kulit.
15
Iodine 1-3%,larutan yang dicampur alkohol atau encer (lugol) atau
tincture (iodine dalam alkohol 70%).iodine tidak boleh digunakan
pada selaput mukosa seperti vagina
Iodofor,berbagai konseentras (betadine)
16
tersebut tidak digunakan dalam waktu peyimpanan tersebut maka
proses kembali dulu sebelum digunakan kembali.
Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk
menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-
benda lain yang terkontaminasi.Dekontaminasi membuat benda-
benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh
petugas.Untuk perlindungan lebih jauh pakai sarung tangan karet
yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari
bahan lateks jika akan menangani peralatan bekas pakai atau
kotor.segera setelah digunakan,masukkan benda-benda yang
terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% 10 menit. Selama
prosedur ini dengan cepat memastikan virus hepatitis B dan HIV.
Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi terendam
seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja larutan klorin,cepat
mengalami sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam,atau
lebih cepat terlihat kotor atau steril.
Pencucian dan pembilasan
Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan
sebagian besar mikroorganisme pada peralatan / perlengkapan yang
kotor atau yang sudah digunakan.Baik sterilisasi maupun disinfeksi
tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian
sebelumnya.Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat
dicuci segera setelah di kontaminasi,bilas peralatan dengan air
untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik,
lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.
17
organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme (termasuk
endospora) dan melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi
atau disinfeksi kimiawi. Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi
tidak tersedia,pencucian secara seksama merupakan proses fisik
satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri.
DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi) dan sterilisasi
Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali
beberapa endospora bakterial. DTT dapat diperoleh dengan
merebus dalam air mendidih, mengukus (dengan uap panas), atau
merendam alat dalam disinfektan kimiawi.
a) Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan Perebusan atau
Pengukusan
Suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih
atau uap tekanan rendah adalah 100 °C pada permukaan
laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk DTT
sekurang-kurangnya 20 menit. Perebusan dalam air
merupakan cara yang efektif dan praktis untuk DTT alat-
alat dan semua alat yang lainnya. Walaupun perebusan
dalam air selama 20 menit akan membunuh semua bakteri
vegetatif, virus, ragi dan jamur, perebusan tidak membunuh
semua endospora. Perebusan alat selama 20 menit,
dilakukan dalam tempat merebus yang tertutup. Waktu
perebusan mulai dicatat sewaktu air mulai mendidih.
Semua alat-alat logam harus terendam sempurna. Selama
perebusan berlangsung, jangan menambahkan sesuatu
kedalam wadah. Setelah merebus 20 menit, pindahkan alat-
alat dengan cunam yang telah di DTT terlebih dahulu,
kemudian simpan dalam kontainer yang telah di DTT dan
tutup rapat.
b) Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan Bahan Kimiawi
Walaupun banyak disinfektan tersedia dimana-mana, 4
disinfektan yaitu klorin, glutaraldehid, formaldehid, dan
18
peroksfd secara rutin digunakan sebagai disinfektan tingkat
tinggi. Bahan-bahan kimiawi ini dapat mencapai DTT jika
alat-alat yang akan didisinfeksi dibersihkan dulu sebelum
direndam. DTT dengan kimiawi tidak dianjurkan pada
jarum dan semprit, karena sisa-sisa bahan kimia dapat
tertinggal dalam jarum tersebut. Larutan klorin bereaksi
cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV, dan HIV/AIDS,
serta murah dan mudah didapat. Larutan klorin > 0,5%
dapat merusaklogam. Untuk DTT, larutan 0,1% dibuat
dengan air matang,dan lakukan penyaringan bila air keruh.
Masalah korosi dapat dikurangi jika beda-benda tersebut
dibilas dengan air matang dan dikeringkan segera. Korosi
terjadi bila lamanya perendaman dilakukan > 20 menit dan
terjadi kontak pada konsentrasi > 0.5%. Disinfektan
kimiawi harus disimpan ditempat yang gelap dan dingi,
jangan disimpan di bawah. cahaya matahari atau panas yang
berlebihan karena semua disinfetan kimiawi sensitif
terhadap panas.
19
4) Jangan menutup kembali,melengkungkan,mematahkan atau
melepaskan jarum yang akan di buang.
5) Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan
perekat jika sudah 2/3 penuh. Jangan memindahkan benda-benda
tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel
tadi harus dibakar insinerator.
6) Jika benda-benda tajam tidak bisa di buang secara aman dengan cara
insinerasi,bilas tiga kali dengan larutan klorin 1,5%
(dekontaminasi),tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan
kemudian dikubur.
9. Pengelolaan Sampah
Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi. Sampah
yang tidak terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang
menanganinya. Tetapi sebagian besar limbah persalinan dan kelahiran bayi
adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan banar,sampah
terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan
kontak atau menangani sampah tersebut termasuk anggota masyarakat.
Sampah terkontaminasi termasuk darah,nanah,urine,kotoran manusia dan
benda-benda yang kotor oleh cairan tubuh.tangani pembuangan sampah
dengan hati-hati.
Tujuan pembuangan sampah secara benar :
Menyegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani
sampah dan kepada masyarakat
20
Melindungi petugas pengelola sampah dari luka atau cedera tidak
sengaja oleh benda-benda yang sudah terkontaminasi.
21
2) Selalu gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah
tangga.
3) Seka dan gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai
setelah digunakan
4) Tempelkan petunjuk kusus kebersihan di unit tertentu pada area
yang mudah dilihat / dibaca
5) Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastik atau
logam vertikal untuk mencegah penumpukan debu
6) Jika dinding atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan
dengan larutan klorin 0,5 %.
A. Kesimpulan
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,
bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang patogen maupun yang apatogen.
Antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan secara
bergantian) adalah bahan kimia yang diberikan pada kulit atau jaringan
hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik
sementara maupun menetap) sehingga mengurangi jumlah bakteri.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme
patogen.
B. Saran
Sterilisasi apabila dilakukan secara baik dan sempurna makan akan
menjamin keselamatan kerja dan berkurangnya resiko terpapar
mikroorganisme. Dan dapat juga dilakukan untuk mencegah ataupun
mengendalikan infeksi.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://mahasiswafarmasibicara.blogspot.co.id/2016/08/antisetik-
pengertian-jenis-manfaat-dan.html
http://www.budhii.web.id/2012/07/pengertian-sterilisasi-dan-
macam.html
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.
https://id.wikipedia.org/wiki/Disinfektan
23