Anda di halaman 1dari 33

PENYAKIT DEGENERATIF PADA

GERIATRI

dr. Chacha Marissa Isfandiari, SpPD


DIVISI GERIATRI
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUZA / FK UNSYIAH
BANDA ACEH
PENDAHULUAN
Menua
• Proses berkurangnya cadangan sistem fisiologis & meningkatnya kerentanan
pada penyakit  dewasa sehat menjadi ‘frail’(lemah, rentan)
Aging
• Proses kontinu mulai fase perkembangan, proses generatif (development) &
diikuti oleh senescence, yaitu proses degeneratif yang inkompatibel dengan
kehidupan

Aging ≠ senescence

Senescence
• turunnya fungsi efisien mikroorganisme sejalan proses menua &
meningkatnya resiko kematian
DEMENSIA Gangguan fungsi intelektual & memori
didapat

Terjadi pada orang yang sadar penuh


(tidak delirium)

Mempengaruhi kualitas hidup secara


bermakna hingga berat (di rumah &
sosial)
• Demensia Alzheimer (60%) • Anamnesis : Onset, gejala, perjalanan
• Demensia vaskular penyakit, riwayat ggn psikiatri ( mis.
• Demensia neurodegeneratif lain depresi), riwayat obat-obatan, riwayat
(Demensia Lewy Bodies, Demensia keluarga
Frontotemporal dll) • Mengeksklusikan delirium (CAM),
• Demensia tipe campuran (terutama depresi (GDS) & menilai fungsi kognitif
alzheimer & Vaskular), yang paling (MMSE)
sering dijumpai • Pemeriksaan fisik
• Penunjang : Laboratorium & Radiologi
(kemungkinan gangguan vaskular,
menyingkirkan malignansi)

Pembagian Diagnosis
demensia
Kriteria diagnosis Demensia (DSM IV)

• Munculnya defisit kognitif multipel yang bemanifestasi pada kedua


gangguan berikut :
• Gangguan memori (terutama informasi baru)
• ≥ 1 dari :
• Afasia (gangguan bahasa)
• Apraksia ( tidak mampu aktifitas motorik, fungsi motorik normal)
• Agnosia (gagal identifikasi benda, fungsi sensorik normal)
• Gangguan fungsi eksekutif (berencana, organisasi, berpikir runut,
berpikir abstrak)
• Defisit kognitif pada 1a & 1b sebabkan gangguan fungsi sosial & fungsi
okupasi secara bermakna dari sebelumnya.
• Defisit yang terjadi buka khusus saat delirium
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum
• Menciptakan lingkungan yang
aman (benda tajam, obat keras,
resiko jatuh)
Preventif • Membentuk rutinitas sehari- Obat-obatan
Perubahan gaya hidup hari
Asetilkolinesterase
• Mengedukasi keluarga atau
Hindari gaya hidup caregiver dalam perawatan inhibitor
sedentari, melakukan sehari-hari termasuk dalam Donepezil
status fungsional pasien, obat,
aktifitas yang mengasah dll Galantamine
kognitif (membaca, games • Edukasi keluarga dan caregiver
edukatif) mengenai perjalanan penyakit rivastigmine
& bagaimana menghadapinya
• Memberi dukungan kepada
caregiver
PARKINSON

Parkinsonism Parkinson

• Kelainan fungsi • Sindrom yang • bagian dari


otak karena ditandai tremor parkinsonism
proses waktu istirahat, yang ditandai
degeneratif kekakuan degenerasi
progresif bradikinesia ganglia basalis
terkait proses dan hilangnya terutama
menua di refleks postural substansia
substansi nigra karena nigra pars
pars compacta penurunan compacta &
(SNc). kadar dopamin adanya Lewy
oleh karena bodies
berbagai sebab
Gejala non motorik parkinson
Gejala klinis
antara lain :
• Bradikinesia (lamban • Depresi
memulai gerakan, mimik • Gangguan tidur
wajah hilang, kekakuan sendi • Jatuh
dan otot, cepat merasa lelah
• Gejala autonom seperti
pada gerakan berulang)
disfagia, konstipasi, keringat
• Ditambah paling sedikit satu berlebihan hipotensi
dari : ortostatik
• Rigiditas (cogwheeling,
tremor & kaku seperti roda
gigi)
• Tremor (gerakan tangan
pin-rolling , memburuk saat
istirahat)
• Instabilitas postural
• Gejala lainnya :
• Perubahan gait (langkah
kecil)
• Gejala biasanya asimetris
Penatalaksanaan
Farmakologis Bedah
• Pengganti dopamin (levodopa, • Pada gejala yang tidak respon
carbidova) dengan obat-obatan
• Agonis dopamin (bromokriptin)
• Antikolinergik (benztropin,
trihexyphenidil)
• MonoAmin Oxidase inhibitor
(selegline)
• Amantadine Rehabilitasi
• Penghambat Catechol O-Methyl
Transferase /COMT (tolcapone, Latihan relaksasi, fleksibilitas
entacapone) & keseimbangan gerak, dll.
INSOMNIA
Siklus tidur & bangun (irama sirkadian) secara normal memiliki pola bangun
sepanjang hari saat cahaya matahari dekat, dan tidur sepanjang malam saat
gelap.

Pada lansia  menjadi kurang sensitif terhadap perubahan gelap & terang,
ekskresi kortisol & growth hormone (GH) serta perubahan temperatur tubuh
berfluktuasi & kurang menonjol. Sekresi melatonin juga menurun seiring
pertambahan umur.

Pada lansia dibutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama
di tempat tidur sebelum tertidur) & memiliki waktu lebih pendek untuk tidur
nyenyaknya.

Secara luas gangguan tidur pada lansia dapat dibagi menjadi


• kesulitan masuk tidur (sleep onset problems),
• kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep mainatance maintanance )
• Bangun terlalu pagi (early morning awakening)
Peubahan sistem sirkadian
Penyebab
gangguan Gangguan tidur primer (ggn tidur ok ggn pernapasan, restless leg
tidur syndrome, REM behaviour disorder)
pada usia Penyakit fisik (hipertiroid, artritis)
lanjut :
Penyakit – penyakit jiwa (depresi, gangguan anxietas)

Pengobatan polifarmasi, kafein, alkohol

Demensia

Kebiasaan hygiene tidur yang tidak baik


Edukasi
Diagnosis

Penatalaksanaan
• anamnesis (pola tidur, • Penatalaksanaan • Tunggu sampai sangat
aktifitas, kebiasaan gangguan tidur pada ngantuk sebelum naik
makan, kafein, lansia : ke tempat tidur
alkohol, depresi atau • Bersifat individual • Hindari pemakaian
cemas, riwayat obat- • Edukasi tidur, kamar tidur untuk
obatan) merubah gaya hidup, kerja, membaca atau
• Pemeriksaan fisik psikoterapi, medikam menonton
• Pemeriksaan • Bangun pagi pada jam
penunjang (fg tiroid, yang sama
status besi, AGDA) • Hindari kopi & rokok
• Kurangi jumlah
minum setelah makan
malam
• Belajar teknik
relaksasi
• Hindari gerakan
badan berlebihan di
tempat tidur
• Berdoa sebelum tidur
Salah satu infeksi yang paling
sering dialami lansia

P Gejala tidak klasik


N
E Gejala yang sering : Batuk, mengantuk, letargi,
U anoreksia, terjatuh, dan
hoyong
M Tanda : Nyeri dada, demam dan sesak
O napas

N
Pemeriksaan CURB 65 untuk tambahan diagnosis
I
A
Pemeriksaan dahak, analisa gas darah, CRP, kultur dahak,
foto thorax
CURB
65 Skor
Confusion (Abbreviated Mental 0-1 resiko mortalitas rendah (0-
test Score) ≤ 8 3%) dapat rawat rumah

Resiko mortalitas sedang (13%)


Urea (serum urea > 7 mmol/l
indikasi rawat jalan

3-5 : pneumonia berat (skor 3 :


17%, skor 4 : 41%, skor 5 : 57%,
Respirasi (frekuensi napas ≥30 x/i
mortalitas tinggi, pertimbangkan
raat ruang intensIF

Blood pressure (TD sistolik <90


dan/atau TD diastolik ≤ 60 mmHg)

Usia 65 tahun ke atas


PENATALAKSANAAN

Menjaga
Evaluasi status Antibiotik
saturasi
cairan adekuat
oksigen >90%

Mobilisasi
Fisioterapi Mukolitik
awal
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

PPOK ditandai oleh adanya obstruksi jalan napas

PPOK lebih sering dijumpai pada usia tua, gejala yang muncul disebabkan
penurunan fungsi paru dan progresifitas penyakit, perjalanan penyakitnya
bersifat kronik & perlahan, perburukan gejala biasanya terjadi pada kondisi akut

Kondisi akut : dahak bertambah, sesak napas bertambah, dahak menjadi purulen

Disebabkan oleh paparan terhadap asap terutama rokok (makin besar jumlah
pack-year makin berat gejala yang di derita)
Diagnosis Penatalaksanaan

Bronkodilator
Anamnesis • Pada lansia antikolinergik seperti ipratropium
lebih baik daripada B2 agonist
• B2 agonist dosis tinggi dpt menimbulkan ES
tremor, takikardi, nyeri dada
Pemeriksaan fisik
• ES antikolinergik (mulut kering, mata kabur, dll)
lebih jarang
Kortikosteroid
Spirometri
• Biasanya inhalasi
• Pemberian oral reguler harus pertimbangan
kemungkinan osteoporosis
Foto thorax
Lainnya : vaksinasi terhadap influenza dan
pneumococcal

Edukasi pemakaian inhaler yang tepat

Pertimbangkan pemakaian inhaler + spacer yang


lebih mudah bagi lansia
Prolaps uteri, sistokel, rectokel
Prolaps uteri  kondisi jatuhnya uterus ke dalam atau
keluar melalui vagina, karena kelemahan ligamentum
kardinal dan uterosakral serta struktur penyangga pelvis
yang mengalami kerusakan .
Di Indonesia prevalensi kejadian prolaps uteri sekitar 3,4-
56,4% pada wanita yang telah melahirkan
Faktor resiko :
multipara, persalinan pervaginam, usia,
menopause, peningkatan tekanan intra abdomen,
obesitas, riwayat persalinan dengan tindakan,
makrosomia (BBL ≥ 4000 gram)
PROLAPS UTERI, CYSTOCELE,
RECTOCELE

Jatuhnya uterus ke Turunnya kandung Kelemahan dinding

Cystocele

Rectocele
Prolaps uteri

dalam atau keluar kemih karena belakang vagina


melalui vagina, kelemahan sehingga
karena kelemahan jaringan suportif menyebabkan
ligamentum antara vagina dan penonjolan dinding
kardinal dan kandung kencing. rectum ke vagina
uterosakral serta
struktur penyangga
pelvis yang
mengalami
kerusakan
PROLAPS UTERI

Prevalensi di
Indonesia 3,4-
56,4% pada
wanita yang telah
melahirkan

Faktor resiko :
• multipara, persalinan pervaginam, usia, menopause, peningkatan tekanan intra
abdomen, obesitas, riwayat persalinan dengan tindakan, makrosomia (BBL ≥ 4000
gram)
PROLAPS UTERI

Penatalaksanaan
Diagnosis

• anamnesis • Konservatif :
• pemeriksaan • Latihan otot
fisik dasar panggul
• Pemeriksaan • Pemasangan
penunjang : USG pesarium
• Operatif
CYSTOCELE
Grade 1 : ringan
(kandung kemih turun
sedikit ke arah vagina
Grade 2 : sedang :
kandung kemih turun
ke pintu masuk vagina
Grade 3 berat :
kandung kemih
menonjol ke pintu
depan vagina

Faktor resiko : konstipasi, batuk berat, menopause, Melahirkan,


usia, riwayat histerektomi, obesitas, genetik

Gejala :
• Rasa penuh di panggul atau vagina, rasa tidak nyaman saat batuk, rasa
tidak lampias saat B.A.K, infeksi saluran kemih berulang
CYSTOCELE

Penatalaksanaan :

• Capai BB ideal
• Latihan kegel
• Pemasangan pessari pada
cystocele derajat ringan
• Bedah pada cystocele derajat
sedang atau berat
RECTOCELE

Melahirkan, konstipasi, Latihan kegel Latihan kegel


Faktor resiko

Gejala

Pencegahan

Penatalaksanaan
obesitas, rasa penuh di secara reguler, Diet tinggi
genetik, usia perut bawah, koreksi serat
rasa tidak konstipasi,
lampias capai BB ideal Pemasangan
setelah BAB pessaries
Bedah bila
tindakan non
bedah hasilnya
tidak optimal
OSTEOARTRITIS
Gangguan sendi paling sering pada lansia

Gangguan keseimbangan regenerasi sendi sinovial yang ditandai oleh :


• Penyempitan celah sendi
• Kongesti vaskular
• Pembentukan osteofit
• Fibrosis kapsular

Gejala :
• Nyeri sendi (muncul secara tiba-tiba, memberat saat aktifitas, nyeri berkurang bila
istirahat)
• Melibatkan satu atau beberapa sendi penopang tubuh, kaku pagi hari minimal
• Gerakan terbatas (jalan, bangkit dari kursi, dll)
• Osteoartritis berat dapat menyebabkan instabilitas & jatuh
Tanda :

• Herbeden’s node
• Deformitas
• valgus (bentuk kaki O)
• varus (bentuk kaki X)
• range of motion terbatas
• krepitasi genu
• effusi sendi

Pemeriksaan penunjang : foto sendi untuk menilai


penyempitan celah sendi, osteofit, sklerosis, defotmitas.
Penatalaksanaan :
• Non farmakologi
• Latihan fisik (strecthing & strenghtening, renang, yoga, tai chi)
• Capai berat badan ideal
• Menggunakan alas kaki yang nyaman (soft sole, tidak sepatu tinggi)
• Alat bantu bagi yang beresiko/riwayat jatuh
• Edukasi
• Farmakologi
• Paracetamol, hingga 1gr per 6 jam, bila masih nyeri dapat dikombinasi
dengan codein
• NSAID, sebaiknya hanya pada fase akut
• Steroid intra artikular
• NSAID topikal
• Zalf capsaicin
• Bedah
• Indikasi : nyeri tidak respon dengan farmakologi, deformitas, instabilitas
sendi
OSTEOPOROSIS

Berkurangnya massa tulang &


Pembentukan massa tulang meningkat
perubahan mikroarsitektur tulang
seiring umur sampai usia 30 tahun &
sehingga meningkatkan kerentanan
menurun setelahnya 0,5% pertahun
tulang & resiko patah

Data Sistem Informasi Rumah sakit


IOF (International Osteoporosis
(SIRS) 2010 menyebutkan insiden patah
Foundation) menyebutkan 1 dari 4
tulang paha atas akibat osteoporosis
perempuan Indonesia rentang usia 50-
pada usia > 50 tahun adalah 200 dari
80 beresiko menderita osteoporosis
100.000 kasus pada usia > 40 tahun

Kecurigaan osteoporosis biasanya pada Tempat yang rawan osteoporosis


patah yang tidak mengalami benturan diantaranya tulang belakang, panggul
kuat dan pergelangan tangan
FAKTOR RESIKO

faktor resiko yang dapat diubah Faktor resiko yang tidak dapat di ubah:

• Kurang aktivitas fisik • Riwayat keluarga jenis kelamin


• Asupan kalsium rendah perempuan
• Kekurangan protein • Usia
• Kekurangan paparan sinar matahari • Ras asia & kaukasia
• Kurang asupan vitamin D • Menopause
• Konsumsi kafein dan beralkohol
tinggi
• Kebiasaan merokok
• Hormon estrogen rendah
• Meminum obat tertentu ( seperti
steroid)
PEMBAGIAN OSTEOPOROSIS

Osteoporosis
Osteoporosis
primer, yang
idiopatik, yang
disebabkan
tidak diketaui
oleh proses
penyebabnya
penuaan

Osteoporosis sekunder,
yang disebabkan oleh
hal selain tipe 1
misalnya karena
penyakit, konsumsi
obat atau penyebab
lainnya
Diagnosis : Penatalaksanaan :

• Pemeriksaan darah biasanya • Kalsium dan Vit.D oral


normal • Biphosponate (risedronate,
• Peningkatan calcium atau ALP alendronate, etiodronate )
pertimbangkan kemungkinan
metastase atau penyakit
Paget’s
• Foto tulang untuk melihat
fraktur dan densitas tulang
• Gold standart : Dual Energy X-
ray Absorptiometri (DEXA) pada
tulang panggul dan tulang
belakang
• T score membandingkan
densitas tulang dengan peak
bone mass. T score < -2,5
dianggap osteoporosis
FRAKTUR

Fraktur adalah Pada lansia, Sama seperti Pada lansia yang


kondisi fraktur sering dewasa muda, paling sering
terputusnya disebabkan oleh gejala fraktur adalah
kontinuitas jatuh, trauma pada orang tua pergelangan
jaringan tulang atau benturan adalah nyeri, tangan, leher
oleh karena langsung ke gangguan gerak femur atau
trauma baik tubuh. bengkak dan tulang belakang
langsung atau adanya
tidak langsung. deformitas
Penatalaksanaan
fraktur pada lansia :

Tromboemboli

dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta


assessment geriatri termasuk obat-obatan penyakit
penyerta, penyakit dasar serta pemeriksaan penunjang. Delirium

Nyeri

Setelah itu dilakukan penilaian secara menyeluruh untuk


tindakan operasi pada pasien. Infeksi

Komplikasi yang
sering dijumpai
pada fraktur :
Target terapi adalah mengembalikan pasien seperti
sebelum terjadi f6raktur.

Anda mungkin juga menyukai