Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikoorganisme terdapat di berbagai tempat, seperti pada tanah, debu, udara,


air, makanan ataupun permukaan jaringan tubuh kita. Keberadaan mikoorganisme
tersebut ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi banyak pula yang
merugikan manusia misalnya dapat menimbulkan berbagai penyakit atau bahkan
dapat menimbulkan kerusakan akibat kontaminasi. Di dalam semua ruangan akan
selalu didapatkan mikroorganisme yang tersuspensikan dengan udara dan dapat
mengendap bersama debu pada berbagai macam permukaan seperti pakaian, meja,
lantai dan benda - benda lain. Ukuran sel mikroorganisme yang sedemikian kecil dan
ringan menyebabkan mudah terhembuskan oleh aliran udara (Rumsari et al. 2019).

Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi


merupakan pembawa bahan partikulat, debu dan tetesan cairan, yang kesemuanya
ini mungkin dimuati oleh bakteri. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari
udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan misalnya, dari
saluran pernafasan manusia yang disemprotkan melalui batuk, bersin, dan partikel-
partikel debu diedarkan oleh aliran udara. Mikroorganisme dapat hidup dimana-
mana, tidak hanya di ruang terbuka namun juga di ruangan tertutup (Rumsari et al.
2019).

Karena itu perlu adanya suatu usaha untuk mengendalikan aktifitas dari
mikroba. Yang dimaksud pengendalian di sini adalah upaya pemberantasan,
penghambatan dan pemusnahan selmikroba dan segala bentuk sel vegetatif. Telah
banyak di temukan teknik-teknik dalam pengendalian mikroorganisme seperti
desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi, antiseptik, germisida, bakteoristatik, bakterisid
yang tentu saja tiap-tiap teknik harus melewati serangkaian prosedur yang benar
sehingga upaya pengendalian dapat memberikan hasil yang maksimal. Perlu di garis
bawahi bahwa tiap-tiap teknik memiliki suatu tujuan dalam pengendalian seperti
teknik sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh segala macam sel mikroba dan
bentuk vegetatifnya (Hamijaya et al. 2014). Oleh karena itu dilakukan praktikum yang
berjudul pengendalian mikroba yang bertujuan untuk melihat pengaruh
disinfektan/antiseptik terhadap pertumbuhan bakteri.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pengendalian mikroba ini adalah untuk melihat
pengaruh disinfektan (harpic, WPC, vixal, wipol, bayclin) dan antiseptic (nuvo
handsanitizer, betadine, dettol antiseptik cair, rivanol, antis) terhadap pertumbuhan
bakteri.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum pengendalian mikroba ini adalah untuk


melihat pengaruh disinfektan (harpic, WPC, vixal, wipol, bayclin) dan antiseptic (nuvo
handsanitizer, betadine, dettol antiseptik cair, rivanol, antis) terhadap pertumbuhan
bakteri.
II. TEORI DASAR

Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba dalam


mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil kerugiannya. Mikroba
selain memberikan keuntungan juga dapat member kerugian pada manusia berupa
penyakit atau racun. Pengendalian mikroba bertujuan mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan
mencegah pengrusakan serta pembusukan bahan oleh mikroba, menghambat
pertumbuhan bakteri dan mencegah kontaminasi bakteri yang tidak dikehendaki
kehadirannya dalam suatu media (Rumsari et al. 2019).

Pengendalian bakteri sangat penting di dalam industri dan produksi pangan,


obat-obatan, kosmetika dan lain-lain. Tujuan utama pada pengendalian
mikroorganisme antara lain mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi
mikroorganisme yang sering sebagai bakteri kontaminan, mencegah pembusukan
dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Bakteri dapat dikendalikan dengan
beberapa cara diantaranya adalah disinfeksi, antiseptik, filtrasi, dan radiasi (Berliana
2016).

Desinfeksi adalah perusakan, penghambatan atau penghapusan mikroba yang


dapat menyebabkan penyakit atau masalah lain misalnya seperti pembusukan. Hal
ini biasanya dicapai dengan menggunakan bahan kimia. Antiseptik adalah anti
bakteri yang melawan flora patologis secara mekanis, kimiawi atau gabungan
keduanya, dengan tujuan membunuh, menghambat atau menurunkan jumlah
mikroorganisme (Rahayu 2017).

Pengendalian mikroba dengan filtrasi ada dua filter, yaitu filter bakteriologis
dan filter udara. Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-
bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum,
antibiotika, antitoksin, dll. Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara
yangberisikan partikel (High Ef iciency Particulate Air Filter atau HEPA)
memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalamruangan tertutup dengan sistem
aliran udara laminar (Laminar Air Flow) (Rumsari et al.2019).

Bakteri tidak dapat mengadakan foto sintesis dengan adanya sinar radiasi.
Sinar yang lebih pendek gelombangnya yaitu gelombang antara 240–300
nm,berbagai macam sinar dalam membunuh bakteri yaitu sinar matahari, sinar x,
sinar ultra violet

INI ENGGA YA MA

DAFTAR PUSTAKA

Berliana. 2016. Analisa bakteri udara sebagai upaya pemantauan dan pencegahan
infeksi nosokomial di rumah sakit. Jurnal Husada Mahakam 4(3):141-150.

Hamijaya L, Prihartiningsih, Widiastuti MG. 2014. Perbedaan daya anti bakteri


Tetrachlorodecaoxide, Povidon Iodine, dan Hidrogen Peroxida (H2O2)
terhadap bakteri Pseudomonas Aeroginosa secara invitro. Jurnal Kedokteran
Gi 5(4):329- 335.

Rumsari Y, Suyana, Martono B. 2019. Efektivitas penggunaan satu dan dua tabung
ultraviolet terhadap penurunan angka kuman udara di laboratorium
bakteriologi [skripsi]. Yogyakarta: Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

Slamet. 2014. Jumlah bakteri dan jamur dalam ruangan di jurusan analis kesehatan
politeknik kesehatan kementerian kesehatan Pontianak. Sanitarian 6(2):247-
251.

Anda mungkin juga menyukai