Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MIKROBIOLOGI

PENGENDALIAN MIKROORGANISME METODE KIMIA

Kelompok 7 :
Gian Ramadhani Pratama (2215041001)
Fino Rachmat Alvis (2215041002)
Brigita Anggun Dwi Werdaningsih (2215041007)
Imelda Fellicia Agesta (2215041008)
Herifa Chalista (2215041013)

Dosen Pengampu :
Ibu Panca Nugrahini F., S.T., M.T.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Lampung
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, kami panjatkan puji dan syukur
kehadirat-Nya yang telah memberikan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya untuk menyelesaikan Makalah 
“Pengendalian Mikroorganisme Metode Kimia”.

Makalah ini telah kami susun sebaik mungkin dan kami telah menerima bantuan dari berbagai sumber untuk
memudahkan pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman kami, terutama Teman Grup, yang telah memberikan kontribusi baik secara fisik
maupun mental dalam pembuatan artikel ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Ibu Panca
Nugrahini F, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah “Mikrobiologi Teknik” sehingga kami dapat melengkapi materi
ini dengan ilmu dan pemahaman.

Selain itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kesenjangan baik dalam struktur kalimat maupun
tata bahasa. Oleh karena itu, kami mengharapkan semua saran dan kritik pembaca yang membangun dengan
tangan terbuka untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, semoga makalah “Pengendalian Mikroorganisme Metode Kimia” ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi para pembaca.  

                                                                        Bandar Lampung, 30 April 2023

Kelompok 7A
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling luas dan banyak ditemukan di dunia ini.
Mikroorganisme bisa terdapat di tanah, air, permukaan benda, makanan dan minuman. Mereka juga dapat
ditemukan di permukaan tubuh manusia dan di atmosfer atau udara. Udara bukan merupakan habitat asli bagi
mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat di udara relatif lebih sedikit dibandingkan dengan di air atau
tanah (Waluyo, 2013). Agen pengotor udara tidak hanya terdiri dari partikel debu dan sisasisa asap pembakaran
kendaraan serta asap industri saja, melainkan juga oleh spora-spora kapang yang terdapat di udara. Ruang yang
menggunakan pendingin ruangan dengan filter yang jarang dibersihkan dapat menjadi sumber kontaminasi udara
ruangan (Roosheroe dkk., 2014). Jamur yang sering menjadi sumber kontaminasi udara adalah Aspergillus sp.,
Mucorsp., Rhizopus sp., Penicillium sp., Trichoderma sp., Candida sp., Saccharomyces sp., Paecylomyces sp. dan
sebagainya (Waluyo, 2013).

Spora jamur yang terdapat di udara dapat berbahaya bagi manusia. Apabila manusia sering terpapar oleh spora
jamur dapat menyebabkan reaksi alergi seperti demam, asma atau penyakit pada paru-paru yang disebut
pneumonitis alergi (Baratawidjaja dan Rengganis, 2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1007 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah menjelaskan bahwa udara ruang yang
baik memiliki indeks angka jamur adalah 0 CFU/m3 . Hal tersebut menunjukkan pentingnya pengendalian jamur
udara supaya semua orang yang menggunakan ruangan tersebut tidak terpapar oleh jamur di udara. Pengendalian
mikroorganisme di udara dapat dilakukan dengan beberapa cara. Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan cara
diminimalisir, dihambat dan dimatikan dengan metode tertentu. Metode pengendalian mikroorganisme yang
umum dilakukan adalah dengan metode fisika dan metode kimia. Metode yang digunakan mempunyai sifat
mikrobisida dan mikrobistatik. Salah satu pengendalian mikroorganisme dengan agen fisika yaitu dengan radiasi
elektromagnetik (Cappuccino dan Sherman, 2013).

Beberapa bentuk radiasi elektomagnetik mempunyai efek mikrobisida yaitu dapat memberikan efek letal bagi
mikroorganisme sehingga dapat digunakan untuk pengendalian mikroba. Radiasi elektomagnetik yang
memberikan efek mikrobisida mempunyai panjang gelombang pendek yaitu 300 nm atau lebih rendah. Radiasi
dengan panjang lebih dari 300 nm tidak mempunyai energi yang cukup untuk menghancurkan sel sehingga tidak
mampu membunuh mikroorganisme. Radiasi yang mempunyai efek mikrobisida meliputi sinar ultraviolet (UV),
sinar-X dan sinar gamma (Cappuccino dan Sherman, 2013). Sinar matahari mempunyai kemampuan untuk
membunuh mikroorganisme karena adanya sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet merupakan sinar non-ionik yang
memiliki panjang gelombang berkisar antara 2000-2960 A atau 240-280 nm. Panjang gelombang sinar
elektomagnetik yang dapat membunuh mikroorganisme adalah 260 nm, yang mana pada panjang gelombang
tersebut sinar akan diserap secara maksimum oleh DNA mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan sel
DNA. Penggunaan sinar ultraviolet sangat ekstensif terutama dalam mengurangi angka kuman udara (Ma’at,
2009). Kelebihan dari penggunaan sinar ultraviolet untuk sterilisasi ruangan adalah penggunaannya yang praktis,
tidak meninggalkan residu dan tidak perlu menunggu dalam waktu yang lama untuk dapat kembali menggunakan
ruangan setelah disterilisasi (Fifendy, 2017).

11.2 Capaian Pembelajaran

Setelah membaca dan memahami materi tentang Pengendalian Mikroorganisme Metode Kimia ini kami
mengharapkan agar bisa menjelaskan materi ini dengan baik, benar, dan mudah di pahami.

1.3 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami Pengendalian Mikroorganisme Metode Kimia

1.4 Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang:


1. Istilah- istilah dalam PMO kimia
2. Karakterisasi ideal zat kimia PMO
3. Disinfektan dan antiseptik
4. Kelompok sterilan
5. Managemen antiseptik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Istilah - Istilah dalam PMO Kimia

Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba dalam mengoptimalkan


keuntungan peran mikroba dan memperkecil kerugiannya. Mikroba selain memberikan keuntungan
juga dapat member kerugian pada manusia berupa penyakit atau racun. Pengendalian mikroba
bertujuan mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang
terinfeksi dan mencegah pengrusakan serta pembusukan bahan oleh mikroba, menghambat
pertumbuhan bakteri dan mencegah kontaminasi bakteri yang tidak dikehendaki kehadirannya
dalam suatu media. Berbagai macam sarana proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan
populasi mikroba. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara mematikan mikro-organisme,
menghambat pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik menyingkirkannya. Cara
pengendalian mana yang digunakan tergantung kepada keadaan yang berlaku pada situasi tertentu.
Pemberian suhu tinggi/terutama pada uap bertekanan, merupakan salah satu cara yang paling efisien
dan efektif untuk mensterilkan sesuatu bahan. Namun demikian bahan-bahan tertentu yang biasa
digunakan di laboratorium, rumah-rumah penduduk, dan rumah-rumah sakit mudah rusak bila
dikenai suhu tinggi. Prosedur sterilisasi pilihan seperti radiasi, penggunaan berkas elektron, atau
penyaringan harus digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang akan rusak bila diberi suhu
tinggi. Pengendalian mikroorganisme pada lingkungan, tubuh, dan produk adalah perhatian penting
terhadap kesehatan dan industri. Metode pengendalian mikroba termasuk dalam kategori umum
prosedur dekontaminasi; yaitu menghancurkan atau menghilangkan kontaminan. Dalam
mikrobiologi, kontaminan adalah mikroba yang ada di tempat dan waktu tertentu yang tidak
diinginkan (unwanted & undesirable). Sebagian besar metode dekontaminasi menggunakan agen
fisik, seperti panas atau radiasi, atau agen kimia seperti desinfektan dan antiseptik.

Banyak zat-zat kimia yang dewasa ini digunakan untuk membunuh atau mengurangi jumlah
mikroba, terutama yang patogen. Pengendalian secara kimia umumnya lebih efektif digunakan pada
sel vegetatif bakteri, virus dan fungi, tetapi kurang efektif untuk menghancurkan bakteri dalam
bentuk endospora. Oleh karena tidak ada bahan kimia yang ideal atau dapat digunakan untuk segala
macam keperluan, maka diperlukan beberapa hal dalam memilih dan menggunakan senyawa kimia
untuk tujuan tertentu, yaitu :
a) Aktivitas antimikroba, yaitu memiliki kemampuan untuk mematikan mikroorganisme, dalam
konsentrasi yang rendah pada spektrum yang luas, artinya dapat membunuh berbagai macam
mikroorganisme.
b) Kelarutan, artinya senyawa ini bisa larut dalam air atau pelarut lain, sampai pada taraf yang
diperlukan secara efektif.
c) Stabilitas, artinya memiliki stabilitas yang tinggi bila dibiarkan dalam waktu yang relatif lama
dan tidak boleh kehilangan sifat antimikrobanya.
d) Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa ini bersifat letal bagi
mikroba dan tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
e) Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa ini bersifat letal bagi
mikroba dan tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
f) Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa ini bersifat letal bagi
mikroba dan tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
g) Sifat bahan harus serasi , yaitu zat kimia yang digunakan untuk disinfeksi alat-alat yang
terkontaminasi tidak baik digunakan untuk kulit karena dapat merusak sel kulit.
h) Tipe mikroorganisme, artinya tidak semua mikroorganisme rentan terhadap mikrobiostatik atau
mikrobiosida, oleh karena itu harus dipilih tipe mikroorganisme yang akan dibasmi.

Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi:


1. Agen kimia yang merusak membran sel mikroba : Golongan Surfaktans (Surface Active
Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan nonionik.
2. Agen kimia yang merusak enzim mikroba, yaitu:
• Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
• Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan formaldehid.
3. Agen kimia yang mendenaturasi protein, yaitu agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya
koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan
alkalis.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan mikroba,
yaitu :
1. Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya
semakin meningkat.
2. Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka
hasilnya akan semakin baik.
3. Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten dibandingkan yang
tidak berkapsul dan tidak berspora.
4. Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan efektivitas
agen kimia.

Berikut Istilah – Istilah dalma PMO Kimia:


1. Sterilisasi.
Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan disebut sterilisasi.
Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme
hidup. Suatu benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak steril; tidak akan pernah mungkin
setengah steril atau hampir steril.

2. Disinfektan.
Disinfektan adalah suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel vegetatif tetapi belum
tentu mematikan bentukbentuk spora mikroorganisme penyebab penyakit, disebut disinfektan.
Istilah ini pada umumnya dipakai untuk substansi yang digunakan terhadap benda mati.

3. Antiseptik.
Antiseptik adalah suatu substansi yang melawan infeksi (sepsis) atau mencegah pertumbuhan atau
kerja mikroorganisme dengan cara menghancurkan mereka atau menghambat pertumbuhan serta
aktivitasnya disebut antiseptik. Istilah ini biasanya dipakai untuk substansi yang digunakan terhadap
tubuh.

4. Bahan sanitasi.
Bahan Sanitasi adalah suatu bahan yang mengurangi populasi mikrobe sampai pada batas yang
dianggap aman menurut persyaratan kesehatan masyarakat, disebut bahan sanitasi. Biasanya
merupakan bahan kimia yang mematikan 99,9 persen bakteri yang sedang tumbuh. Bahan sanitasi
biasanya digunakan terhadap benda mati dan pada umumnya dipergunakan dalam pemeliharaan
sehari-hari peralatan serta perkakas di pabrik-pabrik persusuan dan pangan, juga untuk gelas, piring
dan alat-alat makan di restoran. Proses disinfeksi akan menghasilkan sanitasi (kebersihan); namun
menurut arti yang tepat, sanitasi ialah keadaan yang bersih, yang tidak selalu mengimplikasikan
disinfeksi.

5. Germisida (Mikrobisida).
Germisida adalah suatu bahan yang mematikan sel-sel vegetatif tetapi tidak selalu mematikan
bentuk-bentuk spora resisten (kebal) kuman, disebut germisida (mikrobisida). Di dalam prakteknya,
germisida hampir sama dengan disinfektan, tetapi germisida pada umumnya digunakan terhadap
semua jenis kuman (mikroorganisme) untuk penerapan yang mana saja.

6. Bakterisida.
Suatu bahan yang mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri disebut bakterisida (kata sifat,
bakterisidal). Demikian pula istilah-istilah fungsida, virisida dan sporisida, masing masing diartikan
sebagai bahan yang mematikan cendawan, virus dan spora.

7. Bakteriostasis.
Suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostasis (kata sifat,
bakteriostatik). Demikian pula fungistatik, menggambarkan kerja suatu bahan yang menghentikan
pertumbuhan cendawan. Bahan-bahan yang mempunyai persamaan dalam kemampuan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara kolektif dinamakan bahan mikrobistatik.

8. Bahan Antimikrobial.
Sebagai istilah umum, bahan antimikrobial diartikan sebagai bahan yang menganggu pertumbuhan
dan metabolisme mikrobe. Dalam penggunaan umum, istilah ini menyatakan penghambatan
pertumbuhan, dan bila dimaksudkan untuk kelompok-kelompok organisme yang khusus, maka
seringkali digunakan istilah-istilah seperti antibakterial atau antifungal. Beberapa bahan
antimikrobial digunakan secara khusus untuk mengobati infeksi. Ini disebut bahan terapeutik.

9. Bakterin
Vaksin yang dibuat dari bakteri yang mati, dandapat menimbulkan kekebalan pada tubuhterhadap
penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri jenis itu.

10. Bakteriosilin
Anti bodi yang terbentuk dalam darah dan dapat menghancurkan bakteri.

11. Bakteriolisis
Suatu proses pembasmian bakteri dengan memecahkannya sel-sel bakteri.

12. Bakteriostat
adalah substansi atau agen atau bahan yang menghambat pertumbuhan atau perkembangbiakan
bakteri, misal golongan sulfonamida.

13. Bakterisidal
berkemampuan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri.

14. Bakteriuria
terdapatnya bakteri dalam urin

15. Septikemia
terdapatnya bakteri dalam aliran darah

16. Germicidal
adalah istilah yang umum digunakan sebagai bahan yang dapat mengurangi dan menghilangkan
mikroorganisme

17. Sporosida
bahan/senyawa yang dapat membunuh endospora bakteri

18. Fungisida; Fungistatik


ditujukan untuk fungi

19. Virusida;
Virustatik ditujukan untuk virus

2.2 Karaktersasi Ideal Zat Kimia PMO

Senyawa kimia yang mengendalikan mikroorganisme dengan membunuh atau menghambat


pertumbuhan mikroorganisme disebut senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba meliputi bahan kimia
pengawet dan antiseptik, juga obat-obatan untuk penyakit pada hewan atau tumbuhan. Senyawa
antimikroba dapat berupa bahan alam murni atau bahan kimia sintetis.
Senyawa antimikroba :
1. Antiseptik
2. Disinfektan
3. Preservatif
4. Antibiotik.
Faktor utama yang menentukan efektif atau tidak agen kimia dapat mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme antara lain: kadar disinfektan, waktu, suhu, jenis disinfektan, jumlah, dan tipe
mikroorganisme. Mekanisme penghambatan meliputi: mempengaruhi beberapa bagian sel
mikrooganisme seperti pada membran sel, enzim tertentu dan protein struktural seperti yang terdapat
pada dinding sel hidup.

Syarat Bahan Kimia yang digunakan untuk mengendalikan mikroba:


1. Konsentrasi rendah dengan spektrum bunuh yang luas

2. Mudah larut dalam pelarutnya,

3. Mempunyai stabilitas yang baik dalam waktu yang lama.

4. Tidak beracun bagi manusia dan hewan,

5. Mempunyai homogenitas yang tinggi,

6. Bahan aktif tidak mudah bergabung dengan bahan lain.

7. Aktif pada suhu kamar

8. Mempunyai kemampuan menembus dinding sel mikroba

9. Tidak menimbulkan karat atau warna,

10. Dapat menghilangkan bau,

11. Memiliki sifat sebagai detergen (pembersih)

12. Harga murah dan mudah didapat.

Pemilihan bahan anti mikroba dipengaruhi oleh:


1. Sifat bahan kimia

2. Tipe mikroba

3. Keadaan lingkungan

Kelompok utama bahan kimia:


1. Fenol dan turunannya

2. Alcohol

3. Halogen (flour,clor, brom, dan yodium)

4. Logam berat dan persenyawaannya

5. Detergen

6. Senyawa ammonium kuartener

7. Aldehid

8. Gas kemoseterilisator

1. Senyawa fenol dan turunannya


Fenol (asam karbolat) pertama kali digukan oleh Joseph Lister 1865.
Mekanisme kerja:
• Mendenaturasi protein
• Merusak membran sel mikroba Senyawa turunannya

m-kresol, ρ-kresol, α-kresol, α-fenilfenol, heksil resolsinol dan heksaklorofen. Aktifitas berkurang
oleh:
• Adanya bahan organik
• pH alkali
• Dipakai pada suhu rendah
• Dan adanya sabun, Fenol digunakan: 0.5% dalam bentuk asam karbolat, Lisol 3%, domestos
1% bahan-bahan ini banyak digunakan sebagai disinfektan.

2. Alkohol dan turunannya etanol


Dalam konsentrai 50 – 70% efektif membunuh sel vegetatif mikroba dan yang tidak
memiliki spora. Metanol sangat beracun, bila terkena mata dapat menyebabkan kebutaan sehingga
jarang digunakan. Metanol kurang bakterisidal berbanding etanol. Propanol Propanol DAN
Isopropanol Isopropanol dalam konsentrasi konsentrasi 40 – 60% berguna berguna sebagai
disinfektan kulit. Alkohol di atas 60% efektif terhadap virus, tetapi keefektifannya dipengaruhi oleh
jumlah protein asing di dalam campuran. Mekanisme kerja: mendenaturasi protein.

3. Golongan halogen dan bersenyawaaannya


Senyawa gol ini adalah Flour, Klor, Brom dan Yodium. Klor dan Yodium paling luas
penggunaannya. Yodium efektif terhadap bakteri, spora, jamur dan virus. Yodum tinktur dapat
dibuat dengan mencampur 2% yodium, 2% Na. yodida atau K Yodida dalam 50% alkohol. Yodium
sering digunakan untuk mendisinfeksi kulit sebelum operasi. Klor dan persenyawaannya. Kalsium
hipoklorit (CaOCl2) dan Natrium hipokorit NaOCl adalah nama lain dari Kaporit. Pada Konsentrasi
1% natrium hipoklorit banyak digunakan sebagai disinfektan alat rumah tangga, sedangkan 5 – 12%
digunakan sebagai Pemutih Dan Disinfektan dalam industri pengolahan susu dan pangan.

4. Logam dan berat persenyawaannya


Logam dan berat persenyawaanya yang paling sering digunakan : Hg (merkuri), Pb (Perak), As
(arsen) dan Cu (tembaga). Mekanisme kerja : mendenaturasi protein. Disinfektan dengan bahan
aktif logam berat sudah ditinggalkan/dilarang karena berbahaya bagi manusia, hewan dan
lingkungan.

5. Detergen
Fungsi detergen dapat menurunkan tegangan permukaan, beberapa jenis sabun dan detergen bersifat
bakterisidal. Detergen tidak efektif dalam air sadah. Secara Kimiawi, detergen dikelompokkan
menjadi:
• Detergen Anionik
Sifat detergennya detergennya terletak terletak pada anion (ASAM), contoh: detergen berbentuk
cair sunlight, mama lemon, sabun B29 dll.
• Detergen Kationik
Sifat detergennya terletak pada kationnya yang bersifat BASA. Detergen ini berbentuk serbuk atau
tepung seperti attack, rinso, Daia dll.

6. Ammonium Kuartener
Bersifat bakterisidal yang baik terhadap bakteri gram negatif, cendawan dan protozoa, tetapi tidak
pada virus. Contoh dengan merek dagang : Zephiran, Phemerol dan Ceepryn. Banyak digunakan
sebagai antiseptik antiseptik kulit dan sanitasi sanitasi perusahaan perusahaan pangan, pangan,
industri susu, restoran dll.

7. Aldehid
Dua senyawa turunan dari aldehid :
Glutaraldehid dan Formaldehid.
• Glutaraldehid:
Konsentrasi 2% dapat membunuh mikroba dengan spektrum spektrum yang luas untuk membunuh
membunuh bakteri, bakteri, jamur, spora bakteri, bakteri, serta virus. Banyak digunakan untuk
seterilisasi alat urologis, alat berlensa dan alat-alat lainya. Untuk mencapai steril diperlukan waktu
yang lama.
• Formaldehid.
Berbentuk cair dengan kandungan 37 – 40% yang sering disebut Formaldehida. Formalin memiliki
antimikrobial yang cukup tinggi. Uap formalin dapat digunakan untuk mensetrilkan benda dalam
ruangan yang terkondisikan. Efek negatifnya adalah : dapat menimbulkan iritasi dan uapnya
berbahaya.

8. Gas Kemosterilisator etilenoksida.


Bahan plastik yang tidak tahan panas dan kelembaban tingi, dapat diseterilkan dengan gas ini. Pada
suhu 10.8°C berbentuk cair, sedangkan di atas suhu tersebut akan mudah menguap. Uap
Etilenoksida sangat mudah terbakar, meledak dan beracun meski dalam konsentrasi rendah. Untuk
menghindari , dapat dicampurkan karbondioksida atau diklorofluometan

2.3 Kelompok Disinfektan Dan Antiseptik


1. Antiseptik
Senyawa yang dapat membunuh ataupun mencegah pertumbuhan jasad renik (mikroorganisme).
Antiseptika biasa digunakan terhadap jaringan tumbuh yang hidup. Dalam penggunaannya biasanya
dalam kadar yang rendah, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan pada jaringan.
Penggunaan antiseptic dalam kadar tinggi dapat membunuh sel-sel kuman maupun jaringan pada
individu yang tekena. Sedangkan dalam konsentrasi rendah antiseptika hanya menghambat
pertumbuhan bakteri-bakteri patogen (bakteriostatik).

• Efektivitas
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor,
misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan
komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia
membran bakteri, namun tidak hendak membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik
tersebut tinggi, komponen antiseptik hendak berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi
normal seluler secara lapang, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan
persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik dengan
banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.
Antiseptik juga dapat digunakan sebagai :
• Disinfeksi tangan : menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan dengan
air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan antiseptik
sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.
• Disinfeksi pra-tindakan : antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora
kulit.
• Disinfeksi membran mukosa : irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra,
kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum
kateterisasi.
• Disinfeksi mulut dan mukosa : Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mencegah
dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.

• Jenis-Jenis Antiseptik
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan
mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan)
cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik ditengahnya yaitu:

• Etakridin Laktat (Revanol)


Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau menyengat.
Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagang rivanol.
Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel
mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada gram negatif.
Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak
mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul, atau borok
bernanah. Bila Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol dapat
membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi lebih besar,
penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan.
• Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan
protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh
alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk
mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol
kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar. Jenis alkohol
yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60-90%), propanol (60-70%) dan isopropanol
(70-80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai
antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah
penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri.

• Yodium
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur)
untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan
untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore), sebuah
polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak
memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat
menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidone adalah
betadine.Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya.
Yodium menewaskan semua patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh
disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah
ruam kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal.

• Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) yaitu mata-mata negara asing oksidasi, yaitu antiseptik kuat
namun tidak mengiritasi jaringan hidup. Senyawa ini bisa diaplikasikan sbg antiseptik pada
membrane mukosa. Kelemahan dari zat ini yaitu harus selalu diamankan keadaannya karena zat ini
gampang merasakan kerusakan ketika kehilangan oksigen.
Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan borok. Larutan 3% lebih
umum digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen
peroksida sangat efektif memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen.
Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan menambah waktu
penyembuhan. Untung mengurangi efek sampingnya, hidrogen peroksida sebaiknya digunakan
dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hidrogen
peroksida sebagai obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali setelah
berkumur. Jangan menelannya.Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga antiseptik
berbasis merkuri yang dikenal dengan nama merkurokrom atau obat merah. Obat merah kini
tidak dianjurkan, bahkan dilarang di banyak negara maju, karena kandungan merkurinya dapat
berbahaya bagi tubuh.

• Garam Merkuri
Senyawa ini yaitu antiseptik yang sangat kuat. Merkuri klorida (HgCl) bisa dipergunakan sbg
mencuci tangan dengan perbandingan dalam cairan 1:1000. Senyawa ini bisa membunuh nyaris
semua jenis bakteri dalam beberapa menit. Kelemahan dari senyawa ini yaitu berkemungkinan
mulia mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat.

• Asam Borat
Asam Borat yaitu antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini bisa dipergunakan secara
optimum kala dilarutkan dalam cairan dengan perbandingan 1:20.

• Triclosan
Triclosan yaitu antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur,
deodoran, dan sbgnya. Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum lapang (dapat
melawan bermacam jenis bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja triclosan
yaitu dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan daya dan
fungsinya.
2. Desinfektan
Senyawa yang dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran ataupun pelarutan jasad
renik yang bersifat pathogen (sesuatu yang dapat menyebabkan sakit). Disinfektan biasanya
digunakan untuk barang-barang yang tidak hidup, seperti kandang, alat praktek, ruang operasi dll.
Di dalam bidang kedokteran hewan, disinfektan digunakan untuk mencegah ataupun
mengendalikan penyakit infeksi. Biasa digunakan untuk disinfeksi pada kandang, bangunan, serta
alat-alat peternakan.
Digunakan pula dalam pencegahan penyakit menular, waktu dilakukan pembedahan bangkai, serta
pada proses penguburannya terhadap hewan ataupun ternak yang diduga mengidap penyakit
menular. Kadang-kadang penggunaan disinfektan dengan cara dicampur air panas, kemudian
disemprotkan ke dalam ruangan-ruangan pengelolaan susu, daging, ataupun dalam kandang suatu
peternakan. Sanitizer juga sering digunakan untuk mengurangi jumlah kuman.
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih desinfektan adalah :
• Sifat mikrosidal (membunuh jasad renik)
• Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
• Kecepatan penghambat
• Sifat lain (tidak mahal, aktivitasnya tetap dalam waktu lama, larut dalam air dan stabil
dalam larutan)

• Efektivitas
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu,
konsentrasi disinfektan, pH, dan telah tersedia tidaknya bahan pengganggu. pH merupakan faktor
penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan
programa disinfeksinya pada pH lingkungan semakin dari 10. Contoh senyawa pengganggu yang
mampu menurunkan efektivitas disinfektan yaitu senyawa organik.

• Macam-macam desinfektan
• Klorin
Senyawa klorin yang sangat aktif yaitu asam hipoklorit. Mekanisme kerjanya yaitu
menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan programa menghambat enzim-
enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat . Keunggulan dari disinfektan ini yaitu mudah
dipergunakan, dan jenis mikroorganisme yang mampu dibunuh dengan senyawa ini juga cukup
lapang, mencakup bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Kelemahan dari disinfektan
berbahan landasan klorin yaitu mampu mengakibatkan korosi pada pH rendah (suasana asam),
walaupun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk sampai efektivitas optimum disinfektan ini.
Klorin juga cepat terinaktivasi bila terpapar senyawa organik tertentu.

• Iodin
Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk ronde desinfeksi air dalam skala kecil. Dua
tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih. Satu senyawa
iodine yang sering dipergunakan sebagai disinfektan yaitu iodofor. Sifatnya stabil, mempunyai
waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan nyaris semua sel bakteri, namun tidak aktif
mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi. Kelemahan iodofor diantaranya programanya
tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan semakin dan mahal. Iodofor tidak mampu dipergunakan
pada suhu semakin tinggi dari 49 °C.

• Alkohol
Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, misalnya termometer oral.
Umumnya dipergunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak
bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan mampu merusak bahan yang terbuat dari karet
atau plastik.

• Amonium Kuartener
Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada
beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya. Umumnya yang dipergunakan yaitu en:cetyl
trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida. Amonium kuartener mampu
dipergunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram
negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam). Senyawa ini mudah
berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif,
mempunyai umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap.
Kelemahan dari senyawa ini yaitu programa disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu.

• Formaldehida
Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%.
Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun
tidak korosif terhadap metal, mampu mengakibatkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan.
Senyawa ini mempunyai daya inaktivasi mikroba dengan spektrum lapang. Formaldehida juga
mampu terinaktivasi oleh senyawa organik.

• Kalium permanganat
Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air.
Penggunaan senyawa ini mampu menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air. Walaupun
begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae.

• Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air,
umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol mampu diperoleh melewati distilasi produk
minyak bumi tertentu. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan mampu
mengakibatkan iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini yaitu dengan penghancuran dinding sel dan
presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan
fungsi pada mikroorganisme tersebut.

• Desinfektan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :


• Kelompok alkohol larut
Contoh: isopropil alkohol, etanol Konsentrasi : 70-90 %
Keuntungan : bakterisidal cepat, tuberkulosidal
Kelemahan : tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal kecuali ditambah dengan pereduksi

• Kelompok gas sterilisasi


Contoh: etilen oksida Waktu reaksi: 4-8 jam
Keuntungan : tidak berbahaya untuk kebanyakan bahan, mensterilkan bahan, digunakan untuk
bahan yang tidak tahan panas.
Kelemahan : membutuhkan peralatan khusus

• Kelompok gas desinfektan


Contoh: formaldehida
Konsentrasi : larutan jenuh dalam bentuk gas
Keuntungan : membunuh spora, tidak korosif, digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas
Kelemahan : membutuhkan bahan yang relatif lama sebagai desinfektan, menimbulkan bau,
keracunan pada membran kulit dam membran mukus.

• Kelompok halogen
Contoh: khlorin, yodium
Konsentrasi : hipoklorit-konsentrasi tinggi
Keuntungan :
• Khlorin : tuberkulosidal
• Yodium : pencuci dan desinfektan, tidak meninggalkan warna, meninggalkan residu
anti bakteri
Kelemahan:
• Khlorin : memutihkan bahan, korosi logam, tidak stabil dalam air sadah, larutan harus
segar
• Yodium: yodium tinkur menimbulkan warna dan menyebabkan iritasi kulit, aktifitasnya
hilang dalam air sadah, korosif terhadap kulit, menyebabkan pengeringan kulit.
• Kelompok fenol
Contoh: kreosol, fenol semi sintetis, lisol Konsentrasi : kresol 2 %, lisol 1%
Keuntungan: aktifitasnya tidak hilang dalam bahan organik, sabun. Ataupun air sadah,
meninggalkan efek residu jika kering
Kelemahan: kresol harus digunakan dalam air lunak f. Kelompok detergen kationik
Contoh: amonium quartener Keuntungan : tidak berbau
Kelemahan: tidak bersifat tuberkulosidal

10 Kriteria suatu disinfektan dikatakan ideal, yaitu;


1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas

2.4 Kelompok Sterilan.

Sterilisasi adalah proses pemusnahan mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan,


termasuk dalam bentuk spora. Sementara itu, disinfeksi merupakan proses untuk merusak
organisme yang bersifat patogen, namun tidak dapat mengeliminasi dalam bentuk spora. Sterilisasi
adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme
(protozoa,fungi,bakteri,mycoplasma,virus) yang terdapat dalam suatu benda. Agen kimia untuk
sterilisasi disebut sterilan. Kriteria sterilan yang ideal adalah :1.Dayapenetrasiyangbaik;
2.Amanatautidaktoksik; 3.Dayabunuhkuat; 4.Bisadigunakanuntuksemuaalat; 5.Prosesnyacepat;
6.Indikatortersedia. Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:1. Sterilisasi dengan
suhu tinggi seperti sterilisasi uap (steam heat) dan sterilisasi panas kering (dry heat). Peroxide; 2.
Sterilisasi dengan suhu rendah seperti Ethyleneoxide, Hydrogenplasmasterilization dan
Formaldehydeatauformalin; 3. Sterilisasi dengan cairan kimia seperti Paraceticacid,
GlutaraldehydedanHydrogenperoxide; 4. Sterilisasi dengan radiasi seperti sinargamma, sinar x dan
sinar ultraviolet. Sterilisasi uap adalah pemaparan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu
dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pembunuhan mikroorganisme secara
irreversible akibat dari denaturasi atau koagulasi. Metode sterilisasi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu metode sterilisasi dengan cara panasdan sterilisasi dengan cara dingin. Metode sterilisasi
dengan cara panas dibagi menjadisterilisasi panas kering (menggunakan oven pada suhu 160-180⁰C
selama 30-240 menit), dan sterilisasi panas basah (menggunakan autoklafdengan suhu 121⁰C
dengan tekanan 15 psi, selama 15 menit).
Metode Kimiawi.

Dalam metode kimiawi, sterilisasi yang dilakukan menggunakan zat-zat kimia. Jadi, alat-alat medis
yang memang bisa terkena air akan direndam ke dalam larutan kimia yang bisa mematikan kuman,
bakteri, dan virus. Bisa dibilang metode kimiawi menjadi metode yang paling awal dilakukan dalam
sterilisasi. Setelah menggunakan metode kimiawi, terkadang masih banyak yang memutuskan untuk
melakukan metode lainnya sebagai pelengkap agar alat media semakin bersih.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sterilisasi memiliki makna yang berbeda
dalam 2 bidang pembahasan:
1. Pembahasan Kimia, Sterilisasi merupakan perlakuan untuk menjadikan suatu bahan atau
benda bebas dari mikroorganisme dengan cara pemanasan, penyinaran, atau dengan zat
kimia untuk mematikan mikroorganisme hidup maupun sporanya.
2. Pembahasan biologi, Sterilisasi perlakuan untuk meniadakan kesanggupan berkembang biak
pada hewan atau manusia dengan menghilangkan alat kelamin atau menghambat fungsinya.
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang
terdapat pada atau didalam sutu benda. ketika melakukan pemindahan biakkan bakteri
secara aseptik. Di dalam pengamatan tentang mikrobiologi, sterilisasi merupakan bagian
yang sangat penting atau merupakan suatu keharusan, baik pada alat maupun media.

Macam- macam Sterilan:


SECARA FISIKA

1. Pemanasan Suhu Tinggi


Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat dimatikan. Waktu yang diperlukan untuk
membunuh tergantung pada jumlah organisme, spesies, sifat produk yang dipanaskan, pH, dan
suhu.

• Pendidihan
Pendidihan 100oC selama 30 menit dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan (memerlukan
waktu lebih banyak di ketinggian). Membunuh semua mikroorganisme yang patogen maupun non
patogen kecuali beberapa endospore dan dapat menonaktifkan virus.
• Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu terkendali untuk mengurangi
jumlah mikroorganisme patogen dengan berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang
paling resisten untuk dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi susu, waktu
dan suhu tergantung tujuan untuk membunuh jenis potensial yang patogen yang terdapat dalam susu
yang diinginkan.

• Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat
membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam
makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65°C selama 30 menit dalam waktu
tiga hari berturut-turut.

• Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap dan tekanan yang diatur. Autoklaf
merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan
dipertahankan pada suhu serta yang ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki. Bahan-
bahan dipanaskan sampai 121°C selama 15-20 menit pada tekanan uap 15 pon per inci persegi. Uap
air jenuh memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan dengan melepaskan
panas yang laten. Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100 °C dan tekanan 1 atmosfir,
akan terjadi embun sejumlah 1 ml dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun tadi akan
menyebabkan keadaan lembab yang cukup utuk membunuh kuman. Autoklaf dipergunakan untuk
mensterilkan pembenihan, barangbarang dari karet, semperit, baju, pembalut dan lainlain.

2. Pendinginan dan Pembekuan


Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit atau tidak sama sekali pada suhu 0° C.
Makanan akan tahan lama jika disimpan di temperatur rendah untuk memperlambat laju
pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya mikroorganisme (misalnya susu). Tetapi suhu rendah
tidak berarti bebas bakteri.

3. Pengeringan (pengangkatan H2O)


Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada keadaan kekurangan air. Metode ini
melibatkan penghilangan air dari produk oleh panas, penguapan, beku-pengeringan, dan
penambahan garam atau gula. Pengeringaan sel mikroba serta lingkungannya sangat mengurangi
atau menghentikan aktivitas metabolik.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya:
• Jenis mikroorgaanisme
• Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme
• Kesempurnaan proses pengeringan
• Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada organisme yangdikeringkan.
• Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman. Namun spora tidak
terpengaruh oleh pengeringan, karena itu merupakan cara yang kurang memuaskan.

4. Radiasi
Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi jus buah dengan mengalirkan jus di atas sumber
cahaya ultraviolet intensitas cahaya tinggi. Sistem UV untuk penggunaan air tersedia pribadi,
perumahan dan komersial untuk dapat digunakan dalam pengendalian bakteri, virus dan kista
protozoa.
Macam-macam radiasi yang digunakan :
• Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar matahari yang menyebabkan
perubahanperubahan di dalam sel berupa :
• Denaturasi protein
• Kerusakan DNA
• Hambatan repikasi DNA
• Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam pembenihan
• Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan merusak
penghambatnya di dalam sitoplasma.

• Cahaya Ultraviolet
Dipergunakan untuk :
• Membunuh mikrooganisme
• Membuat vaksin kuman dan virus.
• Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat umum dan laboratorium
bakteriologis.

• Radiasi sinar-X dan pengion l ainnya


Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk menginduksikan perubahan-perubahan yang
mematikan pada DNA sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai misalnya
benang bedah, semperit sekali pakai, pembalut lekat dan lain-lain.Menurut FDA, radiasi tidak
membuat makanan menjadi radioaktif, juga tidak terlihat perubahan rasa, tekstur, atau penampilan.
Radiasi produk pangan untuk mengendalikan penyakit yang terbawa makanan pada manusia
umumnya telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan
American Medical Association. Dua bakteri penyebab penyakit penting yang dapat dikendalikan
oleh iradiasi meliputi Escherichia coli dan spesies Salmonella.

5. Filtrasi
• Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan
terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi
prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara
jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.

• Filter udara
Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency
Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow ).

SECARA KIMIA
• Antimikroba
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang digunakan dalam
pengobatan penyakit menular pada tanaman dan hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau
berasal dari alam, dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme.

• Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan tidak boleh digunakan
secara internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium, dan deterjen.

• Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora
mikroorganisme, dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya digunakan
pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan, dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan
juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak.

• Pengawet
Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan
paling sering digunakan dalam makanan. Bahan yang dapat digunakan tidak berbahaya jika
masuk ke dalam tubuh dan tidak beracun. Contohnya adalah kalsium propionat, natrium benzoat,
formaldehid, nitrat dan belerang dioksida

• Antibiotik
• Antibiotik sintetik
Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari mikroba maupun virus. Contohnya
adalah sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam nalidiksat dan kloramfenikol.

• Antibiotik Alami
Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau
menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas antibiotik merupakan bahan kimia
yang berasal dari alam (dari semua jenis sel) yang memiliki efek untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel-sel jenis lain. Di antara produk antibiotik yang paling menonjol
adalah Penicillium dan Cephalosporium, yang merupakan sumber utama beta-laktam antibiotik
(penisilin dan turunannya).

• Antibiotik semisintetik
Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu mikroba kemudian
dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan sifat antimikroba antibiotik tersebut atau
membuat mereka unik agar dapat dipatenkan secara farmasi.

2.5 Managemen Antiseptik

Antiseptik berasal dari bahasa Yunani, "Anti" (melawan ) dan "Septikos" ( penyebab
kebusukan), yang berarti zat antimikroba yang dapat dipakai oleh jaringan hidup untuk mengurangi
kemungkinan infeksi dan penyebab pembusukan. Zat ini dapat menghancurkan mikroorganisme
yang bermuatan kuman penyakit tanpa membayahakan jaringan tubuh. Antiseptik atau germisida
adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa.
Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh
mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada
benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup daripada
disinfektan. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialih
fungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik
maupun disinfektan.

Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat
memperlambat penyebaran penyakit. Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme
bergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi
mempengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa
antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri
tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi
kedalam sel dan menganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis
pembuatan makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA).
Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya dengan mendehidrasi
(mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan
disekitar bakteri atau meracuni bakteri.
- Praktek penggunaan antiseptik dalam perawatan dan pengobatan luka dipelopori oleh ahli
bedah daru Inggris Joseph Lister pada tahun (1865). Kemudian pada tahun (1929),
Hullbassed manufacturer, Albert Reckitt dari Reckitt dan Sons Ltd., bersama dengan W.C
Reynolds mengembangkan sebuah antiseptik desinfektan.
- Penyelamatan Mulcahy secara fundamental mengubah penile prosthesis infections (PPI).

- Intinya adalah urutan irigasi antiseptik yang bertujuan untuk menghilangkan dan
memberantas mikroflora patogen dari bidang yang terinfeksi, sehingga siapk untuk segera
direimplantasi.

- Manajemen kali ini memeriksa 3 solusi irigasi antiseptik yang umum digunakan (povidone-
iodine [PVI], hidrogen peroksida [H2O2], dan chlorhexidine gluconate [CHG]) dalam hal
aktivitas antimikroba, sitotoksisitas, dan penggunaan klinisnya. Protokol penyelamatan asli
dipilih untuk solusi irigasi pada konsentrasi yang cenderung merugikan jaringan asli

- Ketiga agen menunjukkan efek sitotoksik in vitro pada konsentrasi subklinis, tetapi H2O2
dikaitkan dengan sifat merusak paling signifikan. Tampaknya tidak memperluas cakupan
antimikroba di luar apa yang dicakup oleh PVI.

- PVI encer (0,35-3,5% dengan waktu pajanan minimal 3 menit) memiliki bukti klinis paling
kuat sebagai tambahan intraoperatif, mengurangi insiden komplikasi infeksi pasca operasi.

- chlorhexidine gluconate adalah agen baru yang menjanjikan tetapi tidak memiliki data
klinis.

PVI encer (0,35-3,5% selama 3 menit) mungkin bermanfaat dalam pencegahan PPI. Bukti
mendukung penggunaannya baik dalam pengaturan implantasi primer maupun penyelamatan
perangkat keras yang terinfeksi.

MEKANISME KERJA ANTISEPTIK


1. Merusak dinding sel
2. Kerusakan Sitoplasma
3. Mengubah permeabilitas membran sel
4. Menghambat kerja enzim
5. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein

Contoh-Contoh Antiseptik
1. Germisida
2. Hidrogen Peroksida (H2O2)
3. Garam merkuri
4. Asam borat
5. Ticlosan

Sterilisasi Secara Kimiawi


• Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol.
• Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek
yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan
kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara
lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna
ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.

Jenis-Jenis Antiseptik
1. Etakridin laktat (rivanol) senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau menyengat.
Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagang
rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada
asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif
daripada gram negatif. Meskipun fungsi

2. Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan
protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh
alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan untuk mensterilkan
kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok
untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar. Jenis alkohol yang
digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60- 90%), propanol (60-70%) danisopropanol (70-
80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakansebagai
antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah
penglihatan. Etil dan isopropil alkohol 60-90% merupakan antiseptik yang baik dan mudah
diperoleh serta murah. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit. Juga efektif
terhadap virus hepatitis dan HIV, jangan dipakai untuk selaput lendir (misalnya di vagina), karena
alkohol mengeringkan dan mengiritasi selaput lendir dan kemudian merangsang pertumbuhan
mikroorganisme. Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman.
Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi lebih
tinggi, lebih murah dari yang konsentrasi lebih tinggi. Karena pengeringan pada kulit kurang, etil
alkohol lebih sering digunakan pada kulit.

Keuntungan :
• Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol membunuh
sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh semua jenis virus.
• Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan cepat
mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan
selama beberapa jam.
• Relatif murah dan tersedia di mana-mana.

Kerugian :
• Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan
kulit.
• Mudah pengeringan kulit.
• Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
• Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik.
• Merusak karet atau lateks.
• Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih. 

3. Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk
sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan
untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan
memperlama waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore),
sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit,
tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat
menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidoneadalah
betadine. Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya.
Yodium menewaskan semua patogen utama. Larutan yodium 3% sangat efektif dan tersedia
dalam bentuk cair (lugol) dan tinktur (yodium dalam alkohol 70%). Iodofor 7,5-10% adalah
larutan yodium dicampur dengan polivinil pirolidon (providon) yang mengeluarkan yodium
jumlah kecil. PVI adalah iodofor yang umum dan tersedia di mana-mana. Sejumlah yodium
“bebas” menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor (misalnya 10% povidon iodin berisi
1% iodin, menghasilkan konsentrasil “bebas” iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989).
Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas. Ia membunuh bakteria vagetatif, virus
mikrobakteria, dan jamur. Namun, ia memerlukan waktu 2 menit untuk mengeluarkan yodium
bebas yang merupakan bahan kimiawi aktif. Sejak mengeluarkan yodium bebas, ia mempunyai
efek membunuh yang cepat. Akhirnya, iodofor umumnya nontaksik dan non-iritaif pada kulit dan
selaput lendir, kecuali jika pasiennya alergi terhadap yodium.

Keuntungan:
• Efek antimokrobial spektrum luas.
• Preparat yodium cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana.
• Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal.
• Larutan 3% tidak menodai kulit.
Kerugian :
• Efek antimikrobial lambat atau perlahan.
• Iodofor mempunyai efek residual yang kecil.
• Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak.
• Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering
(pakai alkohol).
• Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada
bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman 1989).
• Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi.

4. Hidrogen peroksida Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan
borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris ringan
di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif memberantas jenis kuman anaerob yang tidak
membutuhkan oksigen. Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan
parut dan menambah waktu penyembuhan. Hidrogen peroksida dengan konsentrasi rendah (3–
9%) biasanya digunakan sebagai komposisi berbagai produk pembersih rumah tangga, cat, atau
produk kecantikan, termasuk produk bleaching rambut.

Pada sektor perindustrian, hidrogen peroksida dengan konsentrasi yang lebih tinggi digunakan sebagai
pemutih untuk bahan baku tekstil dan kertas. Tak hanya itu, hidrogen peroksida juga memiliki kegunaan
lain, yaitu:
 Sebagai obat oles untuk mengobati penyakit kulit tertentu, seperti keratosis seboroik dan jerawat
 Sebagai kandungan dalam obat tetes telinga yang berfungsi untuk membersihkan kotoran telinga
 Sebagai bahan baku produk perawatan gigi, termasuk pasta gigi, pemutih gigi, dan obat kumur
atau mouthwash.
 Sebagai obat untuk meredakan atau meringankan iritasi mulut dan gusi, misalnya akibat sariawan
dan gingivitis
 Sebagai kandungan dalam produk antiseptik ringan yang berguna untuk mencegah infeksi luka
ringan

Di samping kegunaannya yang beragam, hidrogen peroksida juga berpotensi membahayakan tubuh,
terutama jika tidak digunakan dengan bijak. Hidrogen peroksida yang digunakan sebagai obat, seperti
obat oles atau obat tetes, harus digunakan sesuai dengan dosis dan petunjuk pemakaian dari dokter.
Pemakaian hidrogen peroksida yang tidak sesuai anjuran, dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai
bahaya serta memicu munculnya efek samping, seperti:
 Kesulitan bernapas, mual, muntah, nyeri dan kram perut, dan nyeri dada, jika produk dengan
kadar hidrogen peroksida tinggi tertelan
 Luka bakar yang semakin meluas, jika digunakan pada kondisi luka bakar serius
 Kerusakan mata, jika hidrogen peroksida dengan kadar tinggi tak sengaja mengenai mata
 Iritasi pada saluran pernapasan, batuk, sesak napas, hingga kerusakan paru-paru, jika hidrogen
peroksida terhirup terlalu banyak

5. Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur,
deodoran, dan lainlainTriclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat
melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja
triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan
kekuatan dan fungsinya. Pemakaian antiseptik sebagai obat kumur mempunyai peran ganda yaitu
sebagai pencegahan langsung pertumbuhan plak gigi supragingiva dan sebagai terapi langsung
terhadap plak gigi subgingiva.

Keuntungan :
• Aktivitas berspektrum luas.
• Persistensi sangat bagus.
• Sedikit efeknya oleh bahan organik.

Kerugian :
• Tidak ada efeknya terhadap P aeruginosa atau baksil gram negatif lain.
• Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan).

Penggunaan Antiseptik dan Disenfektan


• Disinfektan dan antiseptic merupakan dua dari berbagai barang yang paling banyak dicari dimasa
pandemi COVID-19.

• Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan
antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar
ringan. Penerapan antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersihan
dan penutupan luka

• Antiseptik ditujukan untuk bahan yang digunakan pada kulit atau manusia. Antiseptic adalah
bahan kimia yang mampu menghancurkan atau menghambat mikroorganisme yang terdapat
dalam jaringan hidup. Caranya adalah dengan membatasi atau mencegah infeksi yang
membahayakan. Antiseptic biasanya digunakan untuk cuci tangan, disinfeksi kulit, perawatan
kulit terinfeksi,  dan obat kumur. Sementara disinfektan biasanya digunakan untuk ruangan,
lantai, peralatan, dan kamar mandi

 Jenis Antiseptik dan Desinfektan yang dipakai untuk pencegahan covid 19

Jenis Antiseptik dan Desinfektan bermacam-macam menurut Lachenmeir 26:


1. Golongan aldehid : formaldehid, Glutaral

2. Golongan Guanid : Klorhexidine, poliheksametilen guanid

3. Cetrimide

4. Golongan senyawa benzalkonium

5. Etilen Oksida

6. Halogen

7. Iodofosfor

Selain jenis-jenis tersebut, terdapat pula zat yang mampu menjadi antiseptik ataupun desinfektan dengan
komposisi sebagai berikut :
1. Bahan inti yang dapat digunakan Antiseptik : Sabun biasa Desinfektan : deterjen, desinfektan
pembersih lantai

2. Bahan Pelengkap yang dapat digunakan : Etanol dan isopropanol : Bekerja < 30 detik Basis
alcohol : Durasi aplikasi 30-60 detik, volume yang digunakan 3 ml-5 ml, efektif pada konsentrasi
60-70% dibandingkan dengan konsentrasi 90-95% Povidone iodin (PVI) : Larutan scrup PVI
7,5% atau 4% dapat digunakan untuk pembersihan kulit Glutaraldehyde : Digunakan untuk
mengdesinfektasi bahan-bahan atau benda yang peka terhadap panas. Dampak bila tidak
digunakannya desinfektan sesuai dengan peruntukannya dapat yang paling umum adalah
menimbulkan iritasi. 18 Iritasi yang dapat muncul adalah iritas kulit, jalur pernapasan, mata,dan
dapat menimbulkan keracunan. Namun berdasarkan jenis jenis antiseptik dan desinfektan tersebut
tentunya memiliki bahayanya masing-masing jenisnya. Bahaya tersebut terangkum dalam table
berikut.
Disinfektan merupakan cairan yang digunakan untuk membasmi bakteri, virus, dan jamur yang terdapat
di permukaan suatu benda. Umumnya, disinfektan terbuat dari campuran alkohol dan klorin. Akan tetapi,
banyak pula disinfektan yang ditambahkan dengan senyawa lain, seperti hidrogen peroksida, iodin, fenol,
dan amonium kuartener. Kemampuan disinfektan dalam membunuh mikroorganisme memang tidak usah
diragukan. Namun, jika disemprotkan langsung ke tubuh manusia, disinfektan justru bisa berdampak
buruk bagi kesehatan.

Paparan bahan-bahan kimia dalam disinfektan dapat menyebabkan iritasi atau alergi pada kulit, apalagi
bila paparan ini terjadi secara terus-menerus. Bila terkena mata, kornea bisa terluka dan mungkin saja
mengalami kerusakan permanen. Percikan disinfektan yang disemprotkan ke badan juga dapat terhirup
dan mengiritasi sistem pernapasan. Hal ini bisa menimbulkan sejumlah gangguan pernapasan, mulai dari
bronkitis, asma kronis, hingga edema paru, bahkan pada orang yang sebelumnya tidak memiliki keluhan
pernapasan sama sekali.
BAB III
KESIMPULAN

1. Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba dalam mengoptimalkan


keuntungan peran mikroba dan memperkecil kerugiannya. Mikroba selain memberikan
keuntungan juga dapat member kerugian pada manusia berupa penyakit atau racun.

2. Istilah-istilah dalam pengendalian mikroorganisme ada sterilisasi, disinfektan, disinfeksi,


antiseptik, bahan sanitasi, germisida, bakerisida, bakteriostatis, bahan anti mikrobial, dan
lain- lain.

3. beberapa hal dalam memilih dan menggunakan senyawa kimia untuk tujuan tertentu, yaitu :
a) Aktivitas antimikroba, yaitu memiliki kemampuan untuk mematikan
mikroorganisme, dalam konsentrasi yang rendah pada spektrum yang luas, artinya
dapat membunuh berbagai macam mikroorganisme.
b) Kelarutan, artinya senyawa ini bisa larut dalam air atau pelarut lain, sampai pada
taraf yang diperlukan secara efektif.
c) Stabilitas, artinya memiliki stabilitas yang tinggi bila dibiarkan dalam waktu yang
relatif lama dan tidak boleh kehilangan sifat antimikrobanya.
d) Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa ini bersifat
letal bagi mikroba dan tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
e) Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa ini bersifat
letal bagi mikroba dan tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
f) Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa ini bersifat
letal bagi mikroba dan tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
g) Sifat bahan harus serasi , yaitu zat kimia yang digunakan untuk disinfeksi alat-alat
yang terkontaminasi tidak baik digunakan untuk kulit karena dapat merusak sel kulit.
h) Tipe mikroorganisme, artinya tidak semua mikroorganisme rentan terhadap
mikrobiostatik atau mikrobiosida, oleh karena itu harus dipilih tipe mikroorganisme
yang akan dibasmi.

4. Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi:


a) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba : Golongan Surfaktans (Surface
Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan nonionik.
b) Agen kimia yang merusak enzim mikroba, yaitu:
Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan formaldehid.
c) Agen kimia yang mendenaturasi protein, yaitu agen kimiawi yang menyebabkan
terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-
bahan asam dan alkalis.

5. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan
mikroba, yaitu :
a) Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka
efektivitasnya semakin meningkat.
b) Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan
maka hasilnya akan semakin baik.
c) Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten
dibandingkan yang tidak berkapsul dan tidak berspora.
d) Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan
efektivitas agen kimia.
6. Senyawa kimia yang mengendalikan mikroorganisme dengan membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme disebut senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba meliputi
bahan kimia pengawet dan antiseptik, juga obat-obatan untuk penyakit pada hewan atau
tumbuhan. Senyawa antimikroba dapat berupa bahan alam murni atau bahan kimia sintetis.
Senyawa antimikroba :
a) Antiseptik
b) Disinfektan
c) Preservatif
h) Antibiotik.

7. Faktor utama yang menentukan efektif atau tidak agen kimia dapat mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme antara lain: kadar disinfektan, waktu, suhu, jenis disinfektan, jumlah, dan tipe
mikroorganisme.

8. Syarat Bahan Kimia yang digunakan untuk mengendalikan mikroba:


a) Konsentrasi rendah dengan spektrum bunuh yang luas
b) Mudah larut dalam pelarutnya,
c) Mempunyai stabilitas yang baik dalam waktu yang lama.
d) Tidak beracun bagi manusia dan hewan,
e) Mempunyai homogenitas yang tinggi,
f) Bahan aktif tidak mudah bergabung dengan bahan lain.
g) Aktif pada suhu kamar
h) Mempunyai kemampuan menembus dinding sel mikroba
i) Tidak menimbulkan karat atau warna,
j) Dapat menghilangkan bau,
k) Memiliki sifat sebagai detergen (pembersih)
l) Harga murah dan mudah didapat.

8. Pemilihan bahan anti mikroba dipengaruhi oleh:


a) Sifat bahan kimia
b) Tipe mikroba
c) Keadaan lingkungan

9. Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor,


misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan
komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi
biokimia membran bakteri, namun tidak hendak membunuh bakteri tersebut. Ketika
konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik hendak berpenetrasi ke dalam sel
dan mengganggu fungsi normal seluler secara lapang, termasuk menghambat biosintesis
(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau
RNA}.

10. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih desinfektan adalah :


a) Sifat mikrosidal (membunuh jasad renik)
b) Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
c) Kecepatan penghambat
d) Sifat lain (tidak mahal, aktivitasnya tetap dalam waktu lama, larut dalam air dan
stabil dalam larutan)

11. Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu,
konsentrasi disinfektan, pH, dan telah tersedia tidaknya bahan pengganggu. pH merupakan faktor
penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan
programa disinfeksinya pada pH lingkungan semakin dari 10.

12. Kriteria suatu disinfektan dikatakan ideal, yaitu;


a) Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
b) Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
c) Tidak toksik pada hewan dan manusia
d) Tidak bersifat korosif
e) Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f) Tidak berbau/ baunya disenangi
g) Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h) Larutan stabil
i) Mudah digunakan dan ekonomis
j) Aktivitas berspektrum luas

13. Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan
antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar
ringan. Penerapan antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersihan
dan penutupan luka
DAFTAR PUSTAKA

https://fkm.unair.ac.id/kenali-disinfektan-dan-antiseptik-yang-baik/#:~:text=Antiseptic%20adalah
%20bahan%20kimia%20yang,kulit%20terinfeksi%2C%20dan%20obat%20kumur.

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/844/4/Chapter%202.pdf

http://p2k.itbu.ac.id/ind/1-3064-2950/Disinfektan_27766_itbu_p2k-itbu.html

https://www.scribd.com/presentation/473029887/Pengendalian-mikroorganisme-PMO-secara-kimia
Caca. http://blog.unnes.ac.id/cacacaul/2015/11/11/11/.
C. R. Vestal, Z. J. Chang. 2004. Int. J. Nanobiotechnology. Vol 1. Nos ½ Cao, Guozhong. 2004.sss
Imperial College Press. USA
Larasati, A. L., & Haribowo, C. (2020). Penggunaan desinfektan dan antiseptik pada pencegahan
penularan COVID-19 di masyarakat. Majalah Farmasetika, 5(3), 137-145.
Pokropivny,V., Lohmus,R., Hussainova, I., Pokropivny, A., Vlassov, S. 2007. Introduction in. Tartu
University Press, Ukraina, 225 p.
Zhou W., Apkarian, R.P., Wang, ZL., Joy, D., 2006. Fundamentals of Scanning Microscopy. Ufam. Edu
Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai