Disusun Oleh
Aryan Gilang Ramadhan : PO71331210032
Dosen Pengampu
Fakhrida Khairat, SKM, M.Kes : 196609051987032001
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena Atas rahmat dan hidayah-Nya
pula kami sebagai penulis dapat menyelesaikan MAKALAH dengan judul
“ PENGENDALIAN MIKROBA UDARA” dengan tepat waktu. Tujuan Utama tugas
MAKALAH ini disusun guna untuk memenuhi tugas Ibu FAKHRIDA KHAIRAT , SKM,
M.Kes
Kami juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu FAKHRIDA
KHAIRAT , SKM, M.Kes . selaku dosen pengampu mata kuliah Penyehatan Udara. Semoga
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
perkuliahan kami khususnya di lingkungan Mahasiswa Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Jambi.
Kami menyadari bahwa MAKALAH ini masih jauh dari kata sempurna. Kami sangat
berharap adanya kritik dan saran agar bisa memperbaiki MAKALAH di masa yang akan
datang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDALUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling luas dan banyak
ditemukan di dunia ini. Mikroorganisme bisa terdapat di tanah, air, permukaan benda,
makanan dan minuman. Mereka juga dapat ditemukan di permukaan tubuh manusia dan di
atmosfer atau udara. Udara bukan merupakan habitat asli bagi mikroorganisme.
Mikroorganisme yang terdapat di udara relatif lebih sedikit dibandingkan dengan di air atau
tanah (Waluyo, 2013).
Agen pengotor udara tidak hanya terdiri dari partikel debu dan sisasisa asap pembakaran
kendaraan serta asap industri saja, melainkan juga oleh spora-spora kapang yang terdapat di
udara. Ruang yang menggunakan pendingin ruangan dengan filter yang jarang dibersihkan
dapat menjadi sumber kontaminasi udara ruangan (Roosheroe dkk., 2014). Jamur yang sering
menjadi sumber kontaminasi udara adalah Aspergillus sp., Mucorsp., Rhizopus sp.,
Penicillium sp., Trichoderma sp., Candida sp., Saccharomyces sp., Paecylomyces sp. dan
sebagainya (Waluyo, 2013).
Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sering mengalami
kontaminasi pada media agar saat melakukan praktikum penanaman jamur di laboratorium
mikologi. Tumbuhnya koloni kontaminan tersebut menunjukan adanya spora-spora jamur
yang mencemari udara di ruang laboratorium mikologi. Satu orang yang masuk ke sebuah
ruangan dapat menyebabkan kenaikan kuman udara sebanyak 37 juta kuman/jam
(Pramudiarja, 2012).
Spora jamur yang terdapat di udara dapat berbahaya bagi manusia. Apabila manusia
sering terpapar oleh spora jamur dapat menyebabkan reaksi alergi seperti demam, asma atau
penyakit pada paru-paru yang disebut pneumonitis alergi (Baratawidjaja dan Rengganis,
2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1007 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah menjelaskan bahwa udara ruang yang baik
memiliki indeks angka jamur adalah 0 CFU/m3 . Hal tersebut menunjukkan pentingnya
pengendalian jamur udara supaya semua orang yang menggunakan ruangan tersebut tidak
terpapar oleh jamur di udara.
Pengendalian mikroorganisme di udara dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan cara diminimalisir, dihambat dan dimatikan
dengan metode tertentu. Metode pengendalian mikroorganisme yang umum dilakukan adalah
dengan metode fisika dan metode kimia. Metode yang digunakan mempunyai sifat
mikrobisida dan mikrobistatik. Salah satu pengendalian mikroorganisme dengan agen fisika
yaitu dengan radiasi elektromagnetik (Cappuccino dan Sherman, 2013).
Beberapa bentuk radiasi elektomagnetik mempunyai efek mikrobisida yaitu dapat
memberikan efek letal bagi mikroorganisme sehingga dapat digunakan untuk pengendalian
mikroba. Radiasi elektomagnetik yang memberikan efek mikrobisida mempunyai panjang
gelombang pendek yaitu 300 nm atau lebih rendah. Radiasi dengan panjang lebih dari 300 nm
3
tidak mempunyai energi yang cukup untuk menghancurkan sel sehingga tidak mampu
membunuh mikroorganisme. Radiasi yang mempunyai efek mikrobisida meliputi sinar
ultraviolet (UV), sinar-X dan sinar gamma (Cappuccino dan Sherman, 2013).
Sinar matahari mempunyai kemampuan untuk membunuh mikroorganisme karena adanya
sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet merupakan sinar non-ionik yang memiliki panjang
gelombang berkisar antara 2000-2960 A atau 240-280 nm. Panjang gelombang sinar
elektomagnetik yang dapat membunuh mikroorganisme adalah 260 nm, yang mana pada
panjang gelombang tersebut sinar akan diserap secara maksimum oleh DNA mikroorganisme
yang mengakibatkan kerusakan sel DNA. Penggunaan sinar ultraviolet sangat ekstensif
terutama dalam mengurangi angka kuman udara (Ma’at, 2009). Kelebihan dari penggunaan
sinar ultraviolet untuk sterilisasi ruangan adalah penggunaannya yang praktis, tidak
meninggalkan residu dan tidak perlu menunggu dalam waktu yang lama untuk dapat kembali
menggunakan ruangan setelah disterilisasi (Fifendy, 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Perbedaan Angka Jamur Udara Sebelum dan Sesudah Penyinaran Lampu
Ultraviolet 108 Watt dan 144 Watt”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan penurunan angka jamur udara di Laboratorium Mikologi
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sesudah penyinaran dengan
lampu ultraviolet 108 watt dan 144 watt?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui angka jamur udara sebelum dan sesudah penyinaran dengan lampu
ultraviolet 108 watt
2. Mengetahui perbedaan angka jaur udara sebelumdan sesudah penyinaran dengan
lampu ultraviolet 144 watt
3. Mengetahui perbedaaan angka jamur udara sesudah penyinaran dengan lampu
ultraviolet 108 dan 144 watt
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Tidak hanya manusia, hewan, bahkan tanaman pun dapat terinfeksi
olehmikroorganisme, untuk itu perlu dilakukan pencegahan agar tidak menyebar ketanaman
lain.
- — Temperature
- — Jenis mikroba
- — Struktur fisiologis, dan
- — Lingkungan.
6
Z value : jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk menurunkan D
valuesampai menjadi sepersepuluh nilai semula.
Contoh: spora Bacillus megaterium mempunyai D100˚C = 1 menit, dan D59˚F = 10 menit,
maka Z valuenya adalah 5, oleh karena menjadi sepersepuluh (dari 10 menit menjadi 1 menit),
diperlukan kenaikan suhu sebanyak 5˚C (dari 95˚C - 100˚C).
b. Sterilisasi/suci hama
Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga menjadi
steril.Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua metode
yang seringdigunakan, yaitu Panas kering dan Panas lembab :
2) Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena
menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelem-baban
sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan
sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121˚C pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15
menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
1). Tyndalisai : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.
Tyndalisasi data membunuh sel vegetate sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat – zat
yang terkandung didalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemansan adalah 65˚C
selama 30 menit dalam waktu 3 hari bertururt – turut.
2). Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba pathogen dengan suhu terkendali berdasarkan
waktu kematian termal bagi tipe patogen yang resisten untuk dibasmi. Dalam proses
pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen
7
dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dila
ku-kan untuk susu, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama
30 menit.
3) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu100oC
selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri
yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapathidup.
Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
4) Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus)sampai
berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yangsederhana seperti jarum ose.
5) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsendengan
alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran
2. RADIASI
- Radiasi Ungu Ultra (ultraviolet)
Mikroorganisme di udara dapat di bunuh dengan penyinaran memakai sinar ungu
ultra.Panjang gelombang yang membunuh mikroorganisme adalah di antara 220-290 nm;
radiasi paling efektif adalah 253,7 nm.
Faktor penghambat dari sinar ungu ultra adalah daya penetrasinya yang lemah.
Untukmemperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik berupa
cairan, gas,atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau di tempatkan langsung di bawah
sinar ungu ultradalam lapisan-lapisan yang tipis.
Absorpsi radiasi ungu ultra menyebabkan modifikasi-modfikasi kimiawi dari nucleoprotein
sertamenimbulkan hubungan silang (cross linkages) antara pasangan-pasangan molekul
thymin.Hubungan ini dapat menyebabkan salah baca dari genetic code, yang akan
menghasilkan mutasiyang selanjutnya akan merusak atau memperlemah fungsi-fungsi vital
organism dan kemudianakan mematikannya. Orang-orang yang bekerja dengan atau dekat
sumber sinar ungu ultra harus memakai peralatan guna melindungi kornea mereka terhadap
iritasi atau kerusakan yangmungkin bersifat permanen.
- Sinar X
Sinar x bersifat letal bagi mikroba juga bagi bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Sinar
xmemiliki daya dan energi yang tinggi namun sinar x tidak banyak digunakan dalam
pengendalian populasi mikroba karena daya tembus yang besar itu menyulitkan usaha perlind
ungan terhadap pemakai dan sulit menggunakannya secara efisien.
- Sinar gamma
Sinar gamma dipancarkan dari radio isotop tertentu seperti 60CO, mempunyai
panjanggelombang pendek sehingga enrginya tinggi. Daya tembusnya besar dan bersifat letal
terhadapsemua bentuk kehidupan termasuk mikroba. Karena daya tembus serta efek
8
mikrobiosidanyatinggi serta efisiensinya lebih tinggi dibandingkan dengan sinar x maka sinar
gamma lebihdisukai untuk digunakan dalam sterilisasi bahan-bahan yang tebal serta besar
seperti kemasan peralatan media atau bahan makanan.
3. Penyaringana)
a) Menyaring Cairan
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu
bahan penyaringan yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan u
kurantertentu. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Penyaringan
dilakukan untukmensterilkan substansi yang peka terhadap panas seperti serum, solusi enzim,
toksin kuman,ekstrak sel, dan sebagainya.
b) Menyaring Udara
- Kapas dapat digunakan sebagai penutup alat (labu, tabung) yang sudah steril agar
tidaktercemar kuman. Kapas dapat ditembus oleh udara tetapi tidak oleh kuman. Tetapi
kapas basah dapat ditembus oleh kuman.
- Pada saat proses penuangan cairan / pembenihan dipergunakan suatu alat yang
disebutlaminar flow bench (udara yang masuk disaring terlebih dahulu dengan saringan
khusus).Saringan laminar flow bench ini mempunyai batas waktu pemakaian dan harus
digantidengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi.
4. Suhu rendah
Suhu yang cukup rendah dapat menyebabkan metabolisme dan pertumbuhan terhenti. Selain
itusuhu rendah bermanfaat untuk mengawetkan biakan karena mikroba
mempunyai kemampuanuntuk dapat bertahan pada keadaan yang sangat dingin.
5. Pendinginan
Biakan beberapa bakteri, khamir dan kapang yang ditumbuhkan pada media agar dalam
tabungreaksi dapat hidup selama berbulan-bulan pada suhu lemari es sekitar 4 derajat C
sampai 7derajat C.
9
Bakteri dan virus dapat bertahan pada suhu - 20 derajat, -70 derajat C, -195 derajat C.
Pada pendinginan tersebut mula-mula dapat mematikan sebagian dari sel-
sel tersebut, namun jumlahyang bertahan cukup besar dan tetap bertahan hidup untuk waktu
lama. Jadi penggunaan suhurendah tidak dapat diandalkan untuk disinfeksi. Mikroba yang
dipelihara pada suhu bekudianggap dorman karena tidak memperlihatkan aktivitas metabolik.
7. Pengeringan
pengeringan sel mikroba serta lingkungannya dapat mengurangi atau menghentikan aktivitas
metabolik. Pada umumnya mikroba yang bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi
tergantung pada : macam mikroba, bahan yang dipakai, kesempurnaan proses
pengeringan,kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembaban) yang dikenakan pada mikroba tersebut.
2.3 Pengendalian Mikroba Secara Kimia
Banyak bahan kimia yang menghambat metabolisme sel atau merusak komponen
selsehingga dapat menghambat atau mematikan mikroba. Bahan kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan atau mematikan ini banyak digunakan dirumah sakit dan laborator
ium untukmembersihkan peralatan bedah dan ruangan penyiapan media. Beberapa faktor
yang perludiperhatikan dalam penggunaan bahan kimiawi adalah :
Sifat bahan yang akan diberikan perlakuan. Harus dipilih zat kimia yang sesuai
dengan bahan yang diberi perlakuan. Sebagai contoh, zat kimia untuk disinfeksi alat-
alat laboratoriumtidak baik digunakan untuk kulit. Tipe mikroba. Harus dipilih zat kimia
yang telah diketahuiefektiv terhadap jenis mikroba yang akan dibunuh karena tidak semua
mikroba sama rentannyaterhadap sifat menghambat atau mematikan zat kimia tertentu.
Keadaan lingkungan. Faktor-faktor seperti suhu, PH, waktu, konsentrasi dan adanya bahan
organik asing turut mempengaruhilaju dan efisiensi pembasmian mikroba.
Berdasarkan kekuatan dalam memusnahkan mikroba, bahan kimiawi digolongkan atas :
Bahan kimiawi tingkat tinggi, jika mampu mematikan semua jenis mikroba
termasukendospora bakteri. Misalnya etilen oksida dan glutaraldehida 2%.
Bahan kimiawi tingkat menengah adalah bahan kimia yang mampu
mematikanMycobacterium tuberculosis sehingga disebut juga bahan tuberkulosida.
Bahan kimia
ini juga mampu melawan virus resisten seperti virus hepatitis dan rhinovirus tetapi tid
akefektif untuk melawan endospora.
Bahan kimiawi tingkat rendah adalah bahan kimiawi yang efektif terhadap
kebanyakansel vegetatif bakteri dan fungi tetapi tidak efektiv
terhadap Mycobacterium tuberculosis,endospora, spora fungi dan virus. Bahan
kimiawi tingkat rendah banyak digunakansebagai dikontaminasi sebab ekonomis dan
tidak toksik terhadap manusia.
Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat
mikroba.Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang
10
baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang
rendah tanpamerusak bahan atau alat yang didisinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :
Fenol dan turunannya : fenol, o-kresol, m-kresol, p-kresol, 2-4 dimetil fenol, butil
fenol,heksilresorsinol, dan heksaklorofen. Turunan fenol dapat bersifat bakterisida
atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi yang digunakan. senyawa ini bekerja
11
denganmendenaturasi protein sel dan merusak membran sel. Aktivitas senyawa fenol
ini
dapat berkurang sebagai anti mikroba karena pengaruh PH basa, bahan organik, suhu
rendah dan sabun
Alkohol : etanol dan isopropanol (70-80%) efektif untuk membasmi fungi, sel
vegetatif bakteri, virus etanol dan isopropil digunakan untuk anti septik
dan disinfektan pada kulitsebelum diinjeksi. Alkohol juga digunakan untuk
mengurangi flora mikroba pada termometer.
Halogen : iodium, khlorin, fluorin, bromine. Khlorine dan iodium paling
luas penggunaannya sebagai anti mikroba. iodium merupakan zat yang efektif
untuk bakteri,fungi dan virus. Larutan iodium terutama digunakan disinfeksi kulit
seperti iodiumtinktur. Khlorin merupakan disinfektan yang luas penggunaannya,
misalnya dalam proses pemurnian air
Logam berat : merkuri khlorida, perak nitrat, tembaga sulfat. Logam-logam
beratterutama perak dalam jumlah amat kecil dapat mematikan bakteri, hal ini disebut
aksioligodinamik . Perak nitrat telah lama digunakan untuk mencegah infeksi oleh
gonokokus pada mata bayi yang baru lahir. persenyawaan yang mengandung tembaga
digunakansebagai fungisida dibidang pertamanan.sedangkan merkuri khlorida tidak
banyakdigunakan tetapi beberapa persenyawaan merkuri organik digunakan sebagai
antiseptik.Kerja logam berat adalah mendenaturasikan protein sel .
Deterjen : zat pengurang tegangan yang pertama digunakan untuk
membersihkan permukaan benda disebut detergen. Misalnya sabun, tetapi sabun tidak
dapat bekerjadengan baik dalam air sadah karena itu telah dikembangkan bahan
pembersih baru yangdisebut surfaktan atau deterjen sintetis. Secara kimiawi deterjen
diklasifikasikan menjadi :
- Deterjen anionik yang berionisasi dan sifat deterjennya pada anion. Misalnya
sabunmempunyai kemampuan menghilangkan mikroba secara mekanis.
- Deterjen kationik yaitu: deterjen yang berionisasi dan sifat deterjennya terletak
padakation. Misalnya persenyawaan amonium kuartener meliputi bensalkonium
klorida, benzetonium klorida dan setilpiridinium klorida. Persenyawaan amonium kua
rtener bekerja sebagai anti mikroba dengan menghambat kerja enzim, denaturasi prote
in dankerusakan membran sel.
1. Antimikroba
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat
pertumbuhanmikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan
antiseptik, serta obat yangdigunakan dalam pengobatan penyakit menular pada
tanaman dan hewan. Antimikrobadidapatkan dari sintetis atau berasal dari alam, dan
mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme.
a. Antiseptik
12
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan
tidak boleh digunakan secara internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodiu
m, dandeterjen. Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh ataumenghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti
pada permukaankulit dan membran mukosa.
Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan
untukmembunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk
membunuhmikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan anti septik lebih aman
diaplikasikan
pada jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada bend
a mati,contohnya wastafel atau meja.
Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapatdialihf
ungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik
sebagaiantiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan
ketika terjadiepidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada
beberapafaktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi
atau penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik mengha
mbatfungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut.
Ketikakonsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam
sel danmengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat
biosintesis(pembuatan)makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat
(DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel
mikroorganisme berbanding lurus.
1) Jenis-jenis Antiseptik
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja
denganmendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri,
mengkoagulasi(menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri.
Beberapa contoh antiseptikdiantaranya adalah hydrogen peroksida, garam merkuri, boric acid,
dan triclosan.
Hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namuntidak
mengiritasi jaringan hidup. Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik
padamembrane mukosa. Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena
zat inimudah mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen.
Garam merkuri
Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat
digunakanuntuk mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000. Senyawa ini dapat
membunuhhampir semua jenis bakteri dalam beberapa menit. Kelemahan dari senyawa ini
adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang
sangat kuat.
13
Asam Borat
Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini
dapatdigunakan secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.
Triclosan
Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun,
obatkumur, deodoran, dan lain-lain. Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan
spektrum luas(dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim.
Mekanismekerja triclosan adalah dengan menghambat biosintesislipidsehingga membran
mikrobakehilangan kekuatan dan fungsinya.
b. Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh mikroorganisme, tetapi tidak
mencakupspora mikroorganisme, dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup,
desinfektan hanyadigunakan pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan, dll. Efeknya
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-
beda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak. Olehkarena itu perlu diketahui
perilaku bahan kimia yaang akan digunakan sebagai desinfektan.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untukmencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga
untukmembunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Sedangkanantiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-
lain pada jaringan hidup. Bahandesinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan,
lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik
dandesinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena
adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak m
erusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan jug
adijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan
kuman.Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai
bahan dalam proses sterilisasi.
Golongan pertama
Yaitu desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B, contohnya
yaitu:Klorhexidine (Hibitane, Savlon), Cetrimide (Cetavlon, Savlon) dan Fenol-fenol
(Dettol).Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan. Biasanya dipergunakan untuk
hal-halseperti berikut:
14
o Mensterilkan alat-alat bedah dan untuk membunuh kuman yang tercecer
dilaboratorium. Larutan yang dipakai biasanya berkadar 3 persen.
o Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
o Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan
yangterkena darah.
o Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit.
o Fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti mejadan
almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.
Golongan kedua
15
B. Antibiotik Alami
Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat
membunuhatau menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas antibiotik
merupakan bahankimia yang berasal dari alam (dari semua jenis sel) yang memiliki efek
untuk membunuh ataumenghambat pertumbuhan sel-sel jenis lain. Sejak klinis antibiotik
sebagian besar dihasilkanoleh mikroorganisme dan digunakan untuk membunuh atau
menghambat Bakteri menular.
C. Antibiotik semisintetik
Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu mikroba
kemudiandimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan sifat antimikroba
antibiotik tersebutatau membuat mereka unik agar dapat dipatenkan secara farmasi.Peran
mikroorganisme dalamkehidupan sangat penting. Teknologi mikrobiologis telah
memecahkan sekelumit permasalahanmanusia. Pengadaan energi, pangan, obat-obatan
merupakan hasil dari peranan mikroorganisme.
16
Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung
darikesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya kontak antara mikroba
danantimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan efek
khususnya pada tuberculostatik.
Obat yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin,golongan polien serta berbagai
antimikrobakemoterapeutik,umpanya antiseptic surface active agents. Polimiksin sebagai
senyawaammonium-kuartener dapat merusak membrane sel setelah bereaksi dengan fosfat
padafosfolipid membrane sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap kuman garam positif
karena jumlah-jumlah fosfor bakteri ini rendah. Bakteri tidak sensitive terhadap antibiotic
polien,karenatidak memiliki struktur sterol pada membrane selnya.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosit, makrolit,
linkomisin,tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya,sel mikroba perlu mensintetis
berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom,dengan bantuan mRNA dan tRNA.
Pada bakteri,ribosom terdiri dari 2 sub unit,yang berdasarkan konstanta sedimentasi di nyatak
17
ansebagi ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi pada sintesis protein,kedua komponen ini
akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS. Penghambatan sintesis
protein terjadidengan berbagai cara.
Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin,dan golongan kuinolon.
Yanglainnya walaupun bersifat antimikroba,karena sifat sitotoksisitasnya,pada umumnya
hanyadigunakan sebagai obat antikanker; tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini
dapat puladigunakan sebagai antivirus. Yang akan dikemukakan disini hanya kerja obat yang
bergunasebagai antimikroba,yaitu rifampisin dan golongan kuinolon.
Antibiotic
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapatmenghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini
dibuatsecara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik
yang tidakditurunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering
digolongkansebagai antibiotik.
Penelitian sistematik pertama yang menyelidiki serta mempelajari antibiotik dilakukanoleh A.
Gratia dan S. Dath sekitar tahun 1924. Penelitan tersebut menghasilkan
penemuanakinomisetin pada galur-galur aktinomisetes, yang merupakan salah satu kelompok
utama
bakteri penting yang terdapat dalam tanah. Aktinomisetin tidak pernah digukanan untukmeng
obati pasien tetapi untuk melisis kultur bakteri dalam pembuatan vaksin.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris
dr.Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru
diperkembangkandan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat laindengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di
seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat
digunakan sebagai obat.
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba,penyebab infeksi
padamanusia,ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artinya,abat
harus bersifat sangat toksik umtuk mikroba,tetapi relative tidak toksik untuk hospes. Sifat tok
osisitasselektif yang absolute belum atau mungkin tidak diperoleh.
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:
18
- Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganismeyang luas (broad spectrum antibiotic.
- Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
- Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti
reaksialergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
- Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau
flora kulit.
Zat kemoterapeutik ialah zat kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit
menularatau kemoterapi atau mencegah penyakit (kemoprofilaksis). Zat ini diperoleh
darimikroorganisme atau tumbuhan atau disintesis didalam laboratorium kimia.
Secara umum, zatkimia yang terdapat di alam dapat di bedakan dari persenyawaan
sintetik dengan digunakannyanama abiotik.
Kemoterapeutika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme,
terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri, misalnya:
a) Dinding sel : sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan
tidaktahan terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan akibat pecah. Contohnya :
kelompok penisilin dan sefalosporin.
b) Membran sel : molekul lipoprotein dari mambran plasma (di dalam dinding sel)dikacaukan
sintesanya, hingga menjadi lebih permeable. Hasilnya, zat-zat penting dari isisel dapat
merembas keluar. Contohnya : polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin)dan imidazol
(mikonazol, ketokonazol, dan lain-lain)
c) Protein sel : sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida,dan
makrolida.
d) Asam-asam inti (DNA, RNA) : rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, IDU,
danasiklovir (DNA).
e) Antagonisme saingan. Obat menyaingi zat-zat yang penting metabolisme kuman
hingga pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida, trimetoprim, PAS, dan INH.
Sifat anti mikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Umpumanya, penisilin G
bersifataktif terutama terhadap bakteri gram positif , sedangkan bakteri gram negatif pada
umumnyatidak peka ( resisiten) terhadap penisilin G : Streptomomisin memiliki sifat yang
sebaliknya ;tetrasiklin aktif terhadap beberapa bakteri gram positif maupun gram negative,
dan juga terhadapRickettsia dan Chlamydia. Berdasarkan sifat ini antimikroba dibagi menjadi
2 kelompok
yaitu berspektrum sempit, umpamanya benzyl penisilin dan streptomizin, dan berspektrum lu
asumpamanya tetrasiklin dan kloramfenikol. Batas antara kedua jenis spectrum ini terkadang
tidak jelas.
Penisilin alamiah.
Penisilin dihasilkan selama pertumbuhan dan metabolismecendawan tertentu, yaitu
Penisillium notatum dan P chrysogenum. Penisilium alamiah dapat disiapkan sebagi garam
natrium, kalium, prokain dan basa lain. Kristal garam-garam natrium dankalium terebut
mudah larut dalam air. Penisilin alamiah di inaktifkan oleh panas, sistein, natriumhidrokside,
penisilinasie (enzim yang terdapat dalam banyak bakteri yang dapat merusak penisilin), dan
asam hidroklorat, seperi yang terdapat dalam lambung.
Panisilin semisintetis
Melalui penelitian ekstensif mengenai aspek alami telah di
dapati bahwa persenyawaan tersebut memiliki suatu inti bersama yang dikenali sebagai asam
β - aminopenisilanat. Salah satu penisilin semisintetis pertama yang dibuat untuk penggunaan
klinisialah fenitisilin. Penisilin ini lebih mudah di absorbsi dibandingkan dengan penisilin V
dankeefektifannya sama seperti penisilin G.
Cara kerja. Penisilin menghambat pemebentukan dinding sel bakteri dengan
caramencegah digabungkannya asam N-asetilmuramat, yang di bentuk di dalam sel, ke
dalamstruktur mukopeptide yang biasanya memberi bentuk kaku pada dinding sel bakteri.
Mekanismekerja ini konsiste dengan kenyataan bahwa penicilin hany bekerja pada bakterri
yang sedangatumbuh dengan akatif.
b. Sefalosporin
c. Streptomisin
Dihasilkan oleh strptomyces griseus, suatu bakteri tanah yang di isolasi oleh
Waksmandan rekan rekannya yang melapoprkannya mengenai aktifitas anti biotik pada tahun
20
1944. Yangterutama penting ialah penemuan mengenai aktivitasnya terhadap basilus tbc,
strepsomisinkemudian menjadi antibiotic utama untuk kemoterapi tuberculosis.
Cara kerja. Streptosimin menlancarkan efek antimikrobanya dengan cara bergabung dengan
sertamenyebabkan disorti ein. antibiotic padesis prota subunit - subunit ribosom, dan
dengandemikian menggangu sintesis protein. Antibiotic lain dalam dalam kelompok ini,
yaituaminogliside lain, juga bekerja dengan cara seupa.
d. Tetrasiklin
Cara kerja. Tetrasiklin bekerja dengan cara menghalangi terikatnya RNA (RNA
transferaminoasil) pada situs spesifik di ribosom, selama pemanjangan rantai peptide.
Akibatnya sintesis protein megalami hambatan pula.
e. Eritromisin
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal :
- Dengan membunuh mikroorganisme
- Dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
3.2 Saran
Menurut kamimasih banyak kekurangan dalam makalah ini, karenga kurangnya
pengetahuan mengenai materi yang kami dapatkan dan kami kemukakan pada
makalah ini, oleh karena itu disarankan kepada penulis agar lebih banyak
membaca buku atau artikel mengenai materi ini, agar lebih bisa membahas materi
pada makalah ini dengan lebih jelas.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Kab. Takalar. http://respositori.uin-
alauddin.ac.id/5879/
Diakses pada 30 September 2023 Pukul 16:00
Sofiana, L., & Wahyuni, D. (2015). Angkat Kuman Di Ruangan Rawat Inap Di Rumah Sakit
Umum Pku Muhammadiyah Bantul 2014. Pengaruh sterilisasi Ozon Terhadap
Penurunan Angka Kuman Udara Di Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pku
Muhammadiyah Bantul 214, 9(1),
Diakses Pada 30 September 2023 Pukul 12:45
24