Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENYEHATAN UDARA -A

TENTANG

“Konsep Dasar Mikrobiologi Udara”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. DIRGA ALLIF PRATAMA SANORAJA (Aktif) (711335120006)


2. EZRA MUTIARA HELENA TANOD (Aktif) (711335120008)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Konsep Dasar Mikrobiologi Udara” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah “Penyehatan Udara-A”. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana menciptakan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami meminta kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang….............................................................1.1
B. Rumusan Masalah............................................................1.2
C. Tujuan..............................................................................1.3

BAB II DASAR TEORI........................................................................................5

A. Pengertian Mikrobiologi Lingkungan Udara................................2.1


B. Distribusi Mikroba di Udara ........................................................2.2
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mikroba di Udara.................2.3

BAB III PENUTUP..............................................................................................6

A. Kesimpulan......................................................................3.1
B. Saran................................................................................3.2

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................7

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikrobiologi merupakan ilmu tentang mikroorganisme yang mencakup
bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai
sel tunggal maupun kelompok sel, termasuk kajian virus yang bersifat
mikroskopik meskipun bukan termasuk sel.
Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memung-
kinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada
di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer (udara) serta makanan,
dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami
ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya
bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan
inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan
penyakit.Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan
kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan.
Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan
yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Udara bukan
merupakan habitat asli dari mikroba, tetapi udara sekeliling kita sampai
beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung bermacam-macam
jenis mikroorganisme dalam jumlah yang beragam. Peran udara dapat juga
sebagai sarana infeksi nosokomial (infeksi rumah sakit). Setiap kegiatan
manusia menimbulkan bakteri di udara. Maka dari itu, hal inilah yang melatar
belakangi penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mempelajarai
mikroorganisme yang hidup di udara yang dapat memberi keuntungan ataupun
kerugian bagi kehidupan manusia.
1.2 Rumusan Masalah

4
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Mikrobiologi Lingkungan Udara?
2. Bagaimana distribusi Mikroba di Udara?
3. Apa saja Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Mikroba di udara?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan Makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian Mikrobiologi Lingkungan Udara
2. Untuk mengetahui distribusi Mikroba di Udara
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Mikroba di Udara

5
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Mikrobiologi Lingkungan Udara

Mikrobiologi udara adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan peranan


mikroba di udara (berguna untuk bidang-bidang kedokteran/ kesehatan,
industri, ruang-angkasa dll). Mikroba di udara bersifat sementara dan
beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh,
tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang
kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba.
Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu
medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan
partikulat debu dan tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin dimuati
mikroba. Untuk mengetahui atau memperkirakan secara akurat berapa jauh
pengotoran udara sangat sukar karena memang sulit untuk menghitung
organisme dalam suatu volume udara. Namun ada satu teknik kualitatif
sederhana, menurut Volk, dkk (1989) yaitu mendedahkan cawan hara atau
medium di udara untuk beberapa saat. Selama waktu pendedahan ini, beberapa
bakteri di udara akan menetap pada cawan yang terdedah. Semakin banyak
bakteri maka bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak. Kemudian
cawan tersebut diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak
koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu tumbuh pada medium
yang digunakan.
Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah
bakteri, jamur dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara,
ada yang dalam bentuk vegetatif ataupun dalam bentuk generatif . Belum ada

6
mikroba yang habitat aslinya di udara. Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu
udara luar dan udara dalam ruangan. Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu
udara luar dan udara dalam ruangan. Udara dalam ruang atau indoor air adalah
udara dalam ruang gedung (rumah, sekolah, restoran, hotel, rumah sakit,
perkantoran) yang ditempati sekelompok orang dengan tingkat kesehatan yang
berbeda-beda selama minimal satu jam. Sedangkan udara luar atau outdoor air
adalah udara yang bergerak bebas di atmosfer dan jumlahnya lebih banyak
dari udara dalam suatu ruangan (Budiyanto. 2001).
Kualitas udara dalam ruangan (indoorair quality) juga merupakan masalah
yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan
manusia. Timbulnya permasalahan yang mengganggu kualitas udara dalam
ruangan umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi
udara (52%) adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi
dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) , lain-
lain (13%) CDC-NIOSH.
Mikroorganisme yang berasal dari luar misalnya serbuk sari, jamur dan
spora, yang bisa juga berada di dalam ruangan. Selain itu cemaran dalam
ruangan yang berasal dari mikroorganisme dalam ruangan seperti serangga,
jamur pada ruangan yang lembab, bakteri. Mikroorganisme yang tersebar di
dalam ruangan dikenal dengan istilah bioaerosol.
Bioaerosol adalah mikroorganisme atau partikel, gas, substansi dalam gas
atau organisme hidup yang hidup atau terdapat dalam udara. Contoh
bioaerosol di udara bakteri (Legionella, Actinomycetes), jamur (Histoplasma,
Alternaria, Penicillium, Aspergillus, Stachybotrys, Aflatoxins), protozoa
(Naegleria, Acanthamoeba), virus (Influenza (flu)). Pada jumlah terbatas,
keberadaan bioaerosol tidak akan menimbulkan efek apapun, akan tetapi
dalam jumlah tertentu dan terhirup akan menimbulkan infeksi pernapasan
misalnya asma, alergi.
Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling
sederhana. Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1 %, oksigen
20,93 % dan karbondioksida 0.03 %, sementara selebihnya berupa gas argon,

7
neon, kripton, xenon dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu,
bakteri, spora dan sisa-sisa tumbuhan. Meskipun terdapat bakteri di udara,
belum ditemukan bakteri yang berhabitat asli dari udara. Udara bukanlah
lingkungan alami bagi bakteri, karena tidak mengandung cukup air dan nutrisi
untuk mendukung pertumbuhan dan reproduksinya. Udara dalam ruang
tertutup mengandung lebih sedikit bakteri dari jenis yang sama dibandingkan
yang ditemukan di udara terbuka. Bakteri tersebut sebagian besar adalah
saprofit dan bersifat non patogenik, tetapi dengan bertambahnya bakteri non
patogenik dalam jumlah yang relatif besar dapat berpotensi sama seperti
bakteri patogenik. Pada mulanya udara jarang mengandung bakteri patogenik,
tetapi dalam perkembangan selanjutnya menjadi sasaran penularan sejumlah
spesies utama yang menyebebkan infeksi pada saluran pernafasan.
Dalam hal ini droplet berperan sebagai sumber bakteri patogen di udara.
Bakteri dalam mulut yang keluar bersama batuk dan bersin dapat tersebar,
kemudian menguap pada waktu jatuh sehingga meninggalkan droplet nuklei
(inti tetesan) yang mampu bertahan dalam sirkulasi udara di dalam ruangan
selama berjam-jam, bahkan berhari-hari.
2.2 Distribusi Mikroba di Udara
Kelompok mikroba yang paling banyak di udara adalah bakteri, jamur
(termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Kehadiran jasad hidup
tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun
dalam bentuk generatif (umumnya spora). Mikroba udara dapat dipelajari
dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan mikroba di dalam
ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan (Pudjiastuti,
dkk. 1998).
Belum ada mikroba yang habitat aslinya di udara. Pada sub pokok
bahasan sebelumnya mikrooganisme di udara dibagi menjadi 2, yaitu
mikroorganisme udara di luar ruangan dan mikroorganisme udara di dalam
ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan.
1. Mikroba di luar Ruangan

8
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun
terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih
dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada
fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin.
Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai
sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki.
Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutama
Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik
di daerah kutub maupun tropis.Mikroba yang ditemukan di udara di
atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora
Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi,
serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium,
dan lain-lain (Budiyanto. 2001).
2. Mikroba di dalam Ruangan
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau
kamar orang menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba
seperti bakteri tuberkulum, streptokokus, pneumokokus, dan
staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin,
berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva
dan mukus yang mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan
dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu dan udara.
Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi
cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya
dibentuk oleh bersin, batuk.dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air
liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa
jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai
100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke
tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada
tanaman dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi spora jamur di
udara.
3. Mikroorganisme di Rumah Sakit

9
Meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai penyakit,
ada kasus dimana penyakit menular tambahan diderita pasien pada saat
rawat inap. Udara di dalam rumah sakit dapat bertindak sebagai
reservoir mikroorganisme patogen yang ditularkan oleh pasien.
Infeksi yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit tersebut
disebut infeksi nosokomial dan patogen yang terlibat disebut sebagai
patogen nosokomial. Infeksi, diwujudkan oleh gejala terkait, setelah
tiga hari dirawat di rumah sakit bisa dianggap sebagai infeksi
nosokomial. Terdapat dua cara utama penyebaran patogen nosokomial,
yaitu dengan kontak (baik langsung atau tidak langsung), dan
penyebaran melalui udara.
Infeksi nosokomial di rumah sakit mungkin dibawa oleh staf atau
pasien yang masuk ke rumah sakit. Infeksi nosokomial yang banyak
ditemukan yaitu berasal dari Haemophilus.influenzae, Streptococcus
pneumoniae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,
anggota Enterobacteriaceae dan virus pernafasan.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Mikroba di Udara
Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi distribusi jenis
mikroba di udara. Faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan fisiologis
mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak dari
pada sel vegetatif. Hal ini terutama karena sifat spora dorman yang
memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan
seperti pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet.
Demikian pula spora fungi berlimpah di udara karena spora merupakan alat
penyebaran penyebaran fungi.
Ukuran mikroorganisme merupakan faktor yang menentukan jangka waktu
mereka untuk tetap melayang di udara. Umumnya mikroorganisme yang lebih
kecil dapat dengan mudah dibebaskan ke udara dan tetap udara dalam jangka
waktu yang lama. Miselium fungi memiliki ukuran yang lebih besar dan
karena itu tidak dapat bertahan lama di udara. Keadaan suspensi memainkan
peran penting keberadaan mikroorganisme di udara. Semakin kecil suspensi,

10
semakin besar kemungkinan mereka untuk tetap berada di udara. Biasanya
mereka melekat pada partikel debu dan air liur. Mikroorganisme yang ada
dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk waktu yang singkat. Tetesan
yang dibuang ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya dapat bertahan di
udara untuk waktu singkat. Namun jika ukuran suspensi menurun, mereka
dapat bertahan lama di udara.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari
mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. Coli
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup mikroba udara terkait erat dengan
suhu (Setyaningsih, dkk. 2003).
Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara.
Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit
aliran udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif
lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa
mereka lebih jauh. Arus juga memproduksi turbulensi udara yang
menyebabkan distribusi vertikal mikroba udara. Pola cuaca global juga
mempengaruhi penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroba
di udara. Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi
ultraviolet semakin tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak
troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan
demikian, mikroba yang masih mampu bertahan pada ketinggian adalah
mikroba dalam fase spora dan bentuk-bentuk resisten lainnya.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah mikroba di udara
bersifat sementara dan beragam. Pemindah sebaran mikroba melalui udara
serimg dinamakan infeksi asal udara dan infeksinya ditularkan melalui
udara.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan di
atas maka disarankan untuk senantiasa menjaga kesehatan pribadi dan
tetaplah menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto , 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita.


Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Pudjiastuti, L. Rendra, S. Santosa, H.R. 1998. Kualitas Udara dalam Ruang.


Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Hal 27.

Setyaningsih, Y. Soebijanto, Soedirman. 2003. Hubungan Antara Kualitas


Udara dalam Ruangan Berpendingin Sentral dan Sick Building Syndrome. Jurnal
Sains Kesehatan. Hal 16;3; 373-388.

13
14

Anda mungkin juga menyukai