Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAKTERIOLOGI

PEMERIKSAAN NASOFARING & TENGGOROKAN

DISUSUN OLEH :

KARLIN GAIB (2320191062)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA MANDIRI GORONTALO


PROGRAM D-III ANALIS KESEHATAN
2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Dasar Teori..............................................................................................................3
2.2 Kasinoma Nasofaring..............................................................................................3
2.3 Kolonisasi Bakteri Nasofaring.................................................................................4
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kolonisasi Bakteri Nasofaring......................5
BAB III METODE PEMERIKSAAN..............................................................................7
3.1 Prosedur Pengambilan Sampel................................................................................7
3.2 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................................7
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................9
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................9
4.2 Saran........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang ”Pemeriksaan NASOFARING & TENGGOROKAN”

Penulis selaku penyusun mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, oleh karena itu kritik dan saran yang
yang bersifat membangun selalu penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah lainnya dimasa
mendatang.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat diterima dan
dapat bermanfaat untuk kita semua

Gorontalo, November 2020

Penulis

ii
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan

Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan sistem organ

yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan ini merupakan salah

satu sistem yang berperan sangat penting dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan hidup.

Sistem pernafasan dibentuk oleh beberapa struktur, seluruh struktur tersebut terlibat didalam

proses respirasi eksternal yaitu pertukaran oksigen antara atmosfer dan darah serta pertukaran

karbon dioksida antara darah dan atmosfer, selain itu terdapat juga respirasi internal yaitu

proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan dimana system respirasi internal

ini terjadi pada seluruh system tubuh. (Djojodibroto, 2012).

Nasofaring ialah salah satu bagian dari faring. Udara dari rongga hidung masuk ke

faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada

bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.

Saluran pernafasan bagian atas merupakan tempat yg dapat menjadi kolonisasi berbagai

jenis bakteri. Pada anak-anak bakteri komensal yang sering ditemukan di nasofaring

diantaranya adalah S. pneumoniae, Haemophilus influenzae (H. influenza), dan Moraxella

chataralis (M.chataralis) 7 . Kolonisasi di nasofaring anak yang banyak ditemuka adalah S.

pneumoniae sedangkan pada dewasa banyak ditemukan Enterbocateriaceae sp8 . Biasanya

kolonisasi bakteri ini bersifat asimptomatis, akan tetapi ada beberapa kasus yang kemudian

bermanifestasi menjadi penyakit apabila mencapai bagian yang steril melalui respon

inflamasi terhadap bakteri tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu nasofaring?

1
2. Apa saja bakteri pathogen pada nasofaring?

3. Apa itu karsinoma nasofaring?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu nasofaring!

2. Untuk mengetahui apa saja bakteri pathogen pada nasofaring!

3. Untuk mengetahui apa itu karsinoma naofaring!

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Bakteri potensial patogen merupakan flora normal yang hidup pada kulit dan mukosa

yang bersifat sementara mengolonisasi nasofaring orang sehat. Keberadaannya selalu

ditemukan pada setiap individu walaupun sedang dalam keadaan tidak sakit.12 Kolonisasi

nasofaring oleh bakteri potensial patogen respiratori, seperti batang Gram negatif,

Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae dan Moraxella

catarrhalis umumnya tanpa menimbulkan manifestasi klinis, tetapi keberadaan bakteribakteri

potensial patogen respiratori ini tetap menjadi sebuah masalah karena dapat menjadi sumber

penularan dan penyebaran pada orang lain.

2.2 Karsinoma Nasofaring

Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas epitel yang muncul dari mukosa rongga

nasofaring. Karsinoma nasofaring biasanya muncul sebagai benjolan leher tanpa rasa sakit.

Kanker ini memiliki beberapa jalur penyebaran lokal, dimana penyebaran ke arah anterior ke

dalam rongga hidung, secara inferior ke dalam orofaring dan hipofaring, superior ke basis

kranii, penyebaran arah lateral ke dalam ruang parapharyngeal dan fossa infratemporal dan

posterior ke dalam ruang retrofaring. Ketika menyebar ke dasar tengkorak, itu menyebabkan

kompresi saraf kranial yang melibatkan foramen jugularis (CN IX, X, XI), kanal hypoglossal

(CN-XII) atau saraf simpatik (sindrom Horner). Karsinoma nasofaring umumnya menyebar

secara limfatik ke kelenjar getah bening servikal. Aliran limfatik dari fossa Rossenmuler

mengalir ke node Rouvier dalam ruang retropharyngeal dan kemudian ke kelenjar getah

bening servikal bagian dalam atas. Hal ini menjelaskan mengapa benjolan pada leher sering

3
kali merupakan gejala pertama dari penyakit ini. Karsinoma nasofaring juga dapat menyebar

melalui aliran darah (rute hematogen) ke tempat yang lebih jauh seperti tulang, paru-paru dan

hati (Khoo & Pua, 2013; Dhingra & Dhingra, 2014).

2.3 Kolonisasi Bakteri Nasofaring

Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya sekumpulan bakteri pada

permukaan tubuh seseorang. Kolonisasi ditandai dengan adanya mikroba pada host di mana

mikroba tersebut tidak mengganggu fungsi tubuh normal host tersebut. Kolonisasi biasanya

terjadi pada permukaan yang bersentuhan dengan lingkungan sekitar seperti pada kulit,

selaput lendir rongga hidung dan mulut, urogenitalia, dan mukosa gastrointestinal tanpa

menimbulkan penyakit hingga infeksi dari bakteri tersebut terjadi. Mikroba yang berkoloni

bisa berupa flora endogen atau yang di dapat.

Nasofaring manusia adalah salah satu bagian spesifik dari saluran pernapasan bagian atas.

Ini merupakan reservoir dan habitat alami untuk berbagai macam bakteri. Kolonisasi bakteri

pada mukosa nasofaring terdiri dari bakteri patogen dan komensal. Sebagian besar spesies

patogen seperti, Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Moraxella catarrahlis,

Staphylococcus aureus, dan Neisseria meningitides dijumpai pada individu yang tampaknya

sehat. Penularan dari bakteri ini diduga terjadi melalui airborne droplets atau melalui kontak

langsung dengan sekresi dari individu yang mengandung bakteri (Bergh, 2013; Allen, et al.,

2014). Kulit dan rongga tubuh yang terpapar lingkungan luar ditemukan populasi

mikroorganisme dalam jumlah besar, hingga 100 triliun sel (Zhou X. , 2015).

Kolonisasi pada nasofaring ini mulai sejak tahun pertama kehidupan meningkat sebelum

usia 2 tahun dan terus berkurang hingga usia remaja7 . Puncak dari kolonisasi S. pneumoniae

4
sebanyak 55% pada usia 3 tahun. Pada usia lebih dari 10 tahun rata-rata kolonisasi S.

pnuemonia stabil hanya sekitar 8%.

Terbentuknya kolonisasi bakteri patogen di nasofaring merupakan hasil interaksi dari

faktor host, agen dan lingkungan dalam satu waktu. Faktor host antara lain usia, ada tidaknya

pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, imunisasi dan riwayat infeksi pada saluran nafas atas

dan faktor lingkungan antara lain paparan asap rokok pasif, kepadatan hunian dan sosio-

ekonomi

2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kolonisasi Bakteri Nasofaring

Kolonisasi bakteri di nasofaring dipengaruhi oleh banyak faktor pada suatu waktu yang

saling berkaitan yang melibatkan host, mikroorganisme, lingkungan dan sosial ekonomi (Salz

& Yagupsky, 2010).

Usia mempengaruhi pola kolonisasi bakteri pada nasofaring. Secara umum, prevalensi

bakteri patogen pada individu sehat menurun seiring bertambahnya usia. Bakteri ini sering

dijumpai dalam sampel nasofaring yang diambil dari anak-anak pra-sekolah yang sehat ( 16

tahun (Rodríguez & Martínez, 2002). Penelitian oleh Farida et al., (2014) dijumpai penderita

karrier terhadap bakteri Streptococcus pneumonia adalah pada anak anak 43 % sedangkan

dewasa 11%. Pada penderita karsinoma nasofaring belum didapatkan data tingkat kolonisasi

bakteri berdasarkan usia. Faktor agen mikroorganisme yang sangat berpengaruh terhadap

terjadinya kolonisasi bakteri patogen di nasofaring adalah jenis strain bakteri dan interferensi

atau kompetisi dengan bakteri komensal yang ada di nasofaring. Flora normal saluran

pernapasan menunjukkan hubungan kompleks, mulai dari kerja sama hingga saling

berinterferensi. Ini tidak hanya terbatas pada kemampuan spesies yang berkoloni di tempat

yang sama, tetapi juga ada di antara anggota spesies yang berbeda. Jenis strain yang dapat

5
hidup dalam kolonisasi nasofaring adalah strain yang dapat bertahan karena adanya

fenomena imunologis yang mengeliminasi bakteri patogen (Salz & Yagupsky, 2010). Respon

imun lokal yang cepat terhadap mikroorganisme dapat mencegah terjadinya kolonisasi dan

membatasi durasinya, sementara respon kekebalan yang buruk akan terjadi, sementara sistem

imun yang buruk dapat menyebabkan kolonisasi yang berkepanjangan. Secara umum sistem

imun lokal pada mukosa bekerja lebih awal dari imunitas sistemik dan besarnya respons

mempengaruhi pola kolonisasi. (Rodríguez & Martínez, 2002).

Penggunaan antibiotika menghalangi tingkat isolasi bakteri potensial patogen. Tingkat

isolasi yang lebih rendah dijumpai selama dan segera setelah pemberian antibiotik,

dibandingkan dengan sebelum pengobatan. Akan tetapi pemberian antibotik tidak membasmi

bakteri dari nasofaring dan hanya sementara mengurangi kolonisasi bakteri . Setelah

pengobatan, penggantian strain yang cepat terjadi dengan pertumbuhan berlebih dari strain

yang lebih resisten yang ditutupi oleh organisme lain atau strain resisten yang baru didapat

(Rodríguez & Martínez, 2002). Paparan rokok pada rongga mulut dan nasofaring memiliki

pengaruh dan dampak yang signifikan terhadap bakteri oropharyngeal baik anak-anak

maupun orang dewasa. Dilaporkan juga akibat dari rokok ini dapat meningkatkan bakteri

patogen dan mengurangi flora normal pada nasofaring. Paparan asap rokok secara tidak

langsung pada anak anak juga meningkatkan kolonisasi oleh bakteri patogen dan

menyebabkan risiko terjadinya infeksi saluran pernafasan, termasuk otitis media serta

meningococcal meningitis (Brook, 2011). Faktor-faktor seperti tipe histopatologi karsinoma

nasofaring dalam mempengaruhi terjadinya kolonisasi bakteri nasofaring belum pernah

dilaporkan, sehingga pada penelitian ini faktor-faktor tersebut juga dianalisis.

6
BAB III

METODE KERJA

3.1 Prosedur Pengambilan Sampel

Swab nasofaring diambil menggunakan alat swab khusus nasofaring. Aplikator swab

dilindungi dengan pelindung modifikasi yang telah disterilkan untuk mencegah kontaminasi.

Subyek dalam posisi mengadah, fiksasi kepala dengan satu tangan memegang dahi atau

dagu subyek. Apusan nasofaring diambil dengan standar metode klinis, dengan cara

memasukkan swab kedalam hidung dengan arah mendatar cenderung naik sampai

nasofaring, kemudian putar tiga kali. Spesimen swab dimasukkan kedalam media transport.

Setiap media diberi kode dengan nama subyek dan tanggal pengambilan.

3.2 Pemeriksaan Laboratorium

a. Isolasi Bakteri

Penilaian biakan kuantitatif dan identifikasi bakteri dilakukan dengan Streak Plate

technique sesuai dengan standar prosedur laboratorium mikrobiologi. Isolasi primer

dilakukan pada tiga buah (media agar darah, media agar coklat, dan media Mac

Conkey). Pada dasar cawan petri dibuat 4 daerah dengan spidol. Ujung alat swab

digoreskan pada media kurang lebih seluas 2 cm daerah I. Osse disterilkan, lalu

bekas goresan ujung alat swab tadi digoreskan pada daerah II dan seterusnya hingga

daerah IV. Osse kembali disterilkan, cawan petri ditutup kemudian diberi kode, yaitu

nama subyek dan tanggal inkubasi. Media diinkubasi dan diamati koloni yang

terbentuk. Inkubasi pada suhu 35ºC selama 48 jam. Pertumbuhan koloni dapat dilihat

setelah 24 jam untuk mengidentifikasi koloni apa saja yang tumbuh pada ketiga

media agar tersebut (Leboffe, 2010). Identifikasi jenis bakteri dengan uji biokimiawi.

7
b. Pengecatan Gram

Mempersiapkan gelas objek yang bersih dilewatkan di atas api untuk

menghilangkan lemak dan biarkan dingin sebelum dipakai, kemudian mengambil

bakteri sebanyak satu ose lalu mengoleskan di atas gelas objek, sebarkan seluas 1-2

cm2. Apusan tersebut kemudian difiksasi dengan memanaskan gelas objek. Teteskan

larutan kristal violet hingga menutupi seluruh apusan. Menunggu 5 menit kemudian

diirigasi dengan air mengalir. Tuangkan cairan Lugol selama 45- 60 detik, kemudian

cuci dengan air. Cuci dengan alkohol dengan cara mencelupkan ke dalam bejana

yang berisi alkohol 96% dan goyang-goyangkan selama 30 detik, atau sampai zat

warna tidak mengalir lagi. Cuci kembali dengan air. Tuangkan air Fukhsin, biarkan

selama 1-2 menit kemudian irigasi dengan air mengalir, dikeringkan lalu diamati.

8
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Nasofaring manusia adalah salah satu bagian spesifik dari saluran pernapasan bagian atas.

Ini merupakan reservoir dan habitat alami untuk berbagai macam bakteri. Kolonisasi bakteri

pada mukosa nasofaring terdiri dari bakteri patogen dan komensal. Sebagian besar spesies

patogen seperti, Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Moraxella catarrahlis,

Staphylococcus aureus, dan Neisseria meningitides dijumpai pada individu yang tampaknya

sehat.

Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas epitel yang muncul dari mukosa rongga

nasofaring. Karsinoma nasofaring biasanya muncul sebagai benjolan leher tanpa rasa sakit.

Kanker ini memiliki beberapa jalur penyebaran lokal, dimana penyebaran ke arah anterior ke

dalam rongga hidung, secara inferior ke dalam orofaring dan hipofaring, superior ke basis

kranii, penyebaran arah lateral ke dalam ruang parapharyngeal dan fossa infratemporal dan

posterior ke dalam ruang retrofaring.

4.2 Saran

Upaya-upaya pencegahan dapat dilakukan pada pasien kasinoma nasofaring untuk

menghambat berkembangnya kolonisasi menjadi bakteri infeksi patogen dengan klinis

tertentu

9
DAFTAR PUSTAKA

Chua, M. L., Wee, J. T., Hui, E. P., & Chan, A. T. (2016). Nasopharyngeal carcinoma. The

Lancet, 387(10022), 1012-1024.

Adams, G. L. (2013). Tumor tumor ganas kepala dan leher. In G. L. Adams, J. Lawrence R.

Boies, & P. A. Higlerr, BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Furtdamentals of

Otolaryngology). EGC.

Bogaert, D., Groot, R. d., & Hermans, P. W. (2004). Streptococcus pneumoniae colonisation: the

key to pneumococcal disease. The Lancet Infectious Diseases, 4, 144-154.

Anda mungkin juga menyukai