DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Dasar Teori..............................................................................................................3
2.2 Kasinoma Nasofaring..............................................................................................3
2.3 Kolonisasi Bakteri Nasofaring.................................................................................4
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kolonisasi Bakteri Nasofaring......................5
BAB III METODE PEMERIKSAAN..............................................................................7
3.1 Prosedur Pengambilan Sampel................................................................................7
3.2 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................................7
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................9
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................9
4.2 Saran........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang ”Pemeriksaan NASOFARING & TENGGOROKAN”
Penulis selaku penyusun mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, oleh karena itu kritik dan saran yang
yang bersifat membangun selalu penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah lainnya dimasa
mendatang.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat diterima dan
dapat bermanfaat untuk kita semua
Penulis
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan sistem organ
yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan ini merupakan salah
satu sistem yang berperan sangat penting dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan hidup.
Sistem pernafasan dibentuk oleh beberapa struktur, seluruh struktur tersebut terlibat didalam
proses respirasi eksternal yaitu pertukaran oksigen antara atmosfer dan darah serta pertukaran
karbon dioksida antara darah dan atmosfer, selain itu terdapat juga respirasi internal yaitu
proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan dimana system respirasi internal
Nasofaring ialah salah satu bagian dari faring. Udara dari rongga hidung masuk ke
faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada
Saluran pernafasan bagian atas merupakan tempat yg dapat menjadi kolonisasi berbagai
jenis bakteri. Pada anak-anak bakteri komensal yang sering ditemukan di nasofaring
kolonisasi bakteri ini bersifat asimptomatis, akan tetapi ada beberapa kasus yang kemudian
bermanifestasi menjadi penyakit apabila mencapai bagian yang steril melalui respon
1
2. Apa saja bakteri pathogen pada nasofaring?
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri potensial patogen merupakan flora normal yang hidup pada kulit dan mukosa
ditemukan pada setiap individu walaupun sedang dalam keadaan tidak sakit.12 Kolonisasi
nasofaring oleh bakteri potensial patogen respiratori, seperti batang Gram negatif,
potensial patogen respiratori ini tetap menjadi sebuah masalah karena dapat menjadi sumber
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas epitel yang muncul dari mukosa rongga
nasofaring. Karsinoma nasofaring biasanya muncul sebagai benjolan leher tanpa rasa sakit.
Kanker ini memiliki beberapa jalur penyebaran lokal, dimana penyebaran ke arah anterior ke
dalam rongga hidung, secara inferior ke dalam orofaring dan hipofaring, superior ke basis
kranii, penyebaran arah lateral ke dalam ruang parapharyngeal dan fossa infratemporal dan
posterior ke dalam ruang retrofaring. Ketika menyebar ke dasar tengkorak, itu menyebabkan
kompresi saraf kranial yang melibatkan foramen jugularis (CN IX, X, XI), kanal hypoglossal
(CN-XII) atau saraf simpatik (sindrom Horner). Karsinoma nasofaring umumnya menyebar
secara limfatik ke kelenjar getah bening servikal. Aliran limfatik dari fossa Rossenmuler
mengalir ke node Rouvier dalam ruang retropharyngeal dan kemudian ke kelenjar getah
bening servikal bagian dalam atas. Hal ini menjelaskan mengapa benjolan pada leher sering
3
kali merupakan gejala pertama dari penyakit ini. Karsinoma nasofaring juga dapat menyebar
melalui aliran darah (rute hematogen) ke tempat yang lebih jauh seperti tulang, paru-paru dan
permukaan tubuh seseorang. Kolonisasi ditandai dengan adanya mikroba pada host di mana
mikroba tersebut tidak mengganggu fungsi tubuh normal host tersebut. Kolonisasi biasanya
terjadi pada permukaan yang bersentuhan dengan lingkungan sekitar seperti pada kulit,
selaput lendir rongga hidung dan mulut, urogenitalia, dan mukosa gastrointestinal tanpa
menimbulkan penyakit hingga infeksi dari bakteri tersebut terjadi. Mikroba yang berkoloni
Nasofaring manusia adalah salah satu bagian spesifik dari saluran pernapasan bagian atas.
Ini merupakan reservoir dan habitat alami untuk berbagai macam bakteri. Kolonisasi bakteri
pada mukosa nasofaring terdiri dari bakteri patogen dan komensal. Sebagian besar spesies
Staphylococcus aureus, dan Neisseria meningitides dijumpai pada individu yang tampaknya
sehat. Penularan dari bakteri ini diduga terjadi melalui airborne droplets atau melalui kontak
langsung dengan sekresi dari individu yang mengandung bakteri (Bergh, 2013; Allen, et al.,
2014). Kulit dan rongga tubuh yang terpapar lingkungan luar ditemukan populasi
mikroorganisme dalam jumlah besar, hingga 100 triliun sel (Zhou X. , 2015).
Kolonisasi pada nasofaring ini mulai sejak tahun pertama kehidupan meningkat sebelum
usia 2 tahun dan terus berkurang hingga usia remaja7 . Puncak dari kolonisasi S. pneumoniae
4
sebanyak 55% pada usia 3 tahun. Pada usia lebih dari 10 tahun rata-rata kolonisasi S.
faktor host, agen dan lingkungan dalam satu waktu. Faktor host antara lain usia, ada tidaknya
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, imunisasi dan riwayat infeksi pada saluran nafas atas
dan faktor lingkungan antara lain paparan asap rokok pasif, kepadatan hunian dan sosio-
ekonomi
Kolonisasi bakteri di nasofaring dipengaruhi oleh banyak faktor pada suatu waktu yang
saling berkaitan yang melibatkan host, mikroorganisme, lingkungan dan sosial ekonomi (Salz
Usia mempengaruhi pola kolonisasi bakteri pada nasofaring. Secara umum, prevalensi
bakteri patogen pada individu sehat menurun seiring bertambahnya usia. Bakteri ini sering
dijumpai dalam sampel nasofaring yang diambil dari anak-anak pra-sekolah yang sehat ( 16
tahun (Rodríguez & Martínez, 2002). Penelitian oleh Farida et al., (2014) dijumpai penderita
karrier terhadap bakteri Streptococcus pneumonia adalah pada anak anak 43 % sedangkan
dewasa 11%. Pada penderita karsinoma nasofaring belum didapatkan data tingkat kolonisasi
bakteri berdasarkan usia. Faktor agen mikroorganisme yang sangat berpengaruh terhadap
terjadinya kolonisasi bakteri patogen di nasofaring adalah jenis strain bakteri dan interferensi
atau kompetisi dengan bakteri komensal yang ada di nasofaring. Flora normal saluran
pernapasan menunjukkan hubungan kompleks, mulai dari kerja sama hingga saling
berinterferensi. Ini tidak hanya terbatas pada kemampuan spesies yang berkoloni di tempat
yang sama, tetapi juga ada di antara anggota spesies yang berbeda. Jenis strain yang dapat
5
hidup dalam kolonisasi nasofaring adalah strain yang dapat bertahan karena adanya
fenomena imunologis yang mengeliminasi bakteri patogen (Salz & Yagupsky, 2010). Respon
imun lokal yang cepat terhadap mikroorganisme dapat mencegah terjadinya kolonisasi dan
membatasi durasinya, sementara respon kekebalan yang buruk akan terjadi, sementara sistem
imun yang buruk dapat menyebabkan kolonisasi yang berkepanjangan. Secara umum sistem
imun lokal pada mukosa bekerja lebih awal dari imunitas sistemik dan besarnya respons
isolasi yang lebih rendah dijumpai selama dan segera setelah pemberian antibiotik,
dibandingkan dengan sebelum pengobatan. Akan tetapi pemberian antibotik tidak membasmi
bakteri dari nasofaring dan hanya sementara mengurangi kolonisasi bakteri . Setelah
pengobatan, penggantian strain yang cepat terjadi dengan pertumbuhan berlebih dari strain
yang lebih resisten yang ditutupi oleh organisme lain atau strain resisten yang baru didapat
(Rodríguez & Martínez, 2002). Paparan rokok pada rongga mulut dan nasofaring memiliki
pengaruh dan dampak yang signifikan terhadap bakteri oropharyngeal baik anak-anak
maupun orang dewasa. Dilaporkan juga akibat dari rokok ini dapat meningkatkan bakteri
patogen dan mengurangi flora normal pada nasofaring. Paparan asap rokok secara tidak
langsung pada anak anak juga meningkatkan kolonisasi oleh bakteri patogen dan
menyebabkan risiko terjadinya infeksi saluran pernafasan, termasuk otitis media serta
6
BAB III
METODE KERJA
Swab nasofaring diambil menggunakan alat swab khusus nasofaring. Aplikator swab
dilindungi dengan pelindung modifikasi yang telah disterilkan untuk mencegah kontaminasi.
Subyek dalam posisi mengadah, fiksasi kepala dengan satu tangan memegang dahi atau
dagu subyek. Apusan nasofaring diambil dengan standar metode klinis, dengan cara
memasukkan swab kedalam hidung dengan arah mendatar cenderung naik sampai
nasofaring, kemudian putar tiga kali. Spesimen swab dimasukkan kedalam media transport.
Setiap media diberi kode dengan nama subyek dan tanggal pengambilan.
a. Isolasi Bakteri
Penilaian biakan kuantitatif dan identifikasi bakteri dilakukan dengan Streak Plate
dilakukan pada tiga buah (media agar darah, media agar coklat, dan media Mac
Conkey). Pada dasar cawan petri dibuat 4 daerah dengan spidol. Ujung alat swab
digoreskan pada media kurang lebih seluas 2 cm daerah I. Osse disterilkan, lalu
bekas goresan ujung alat swab tadi digoreskan pada daerah II dan seterusnya hingga
daerah IV. Osse kembali disterilkan, cawan petri ditutup kemudian diberi kode, yaitu
nama subyek dan tanggal inkubasi. Media diinkubasi dan diamati koloni yang
terbentuk. Inkubasi pada suhu 35ºC selama 48 jam. Pertumbuhan koloni dapat dilihat
setelah 24 jam untuk mengidentifikasi koloni apa saja yang tumbuh pada ketiga
media agar tersebut (Leboffe, 2010). Identifikasi jenis bakteri dengan uji biokimiawi.
7
b. Pengecatan Gram
bakteri sebanyak satu ose lalu mengoleskan di atas gelas objek, sebarkan seluas 1-2
cm2. Apusan tersebut kemudian difiksasi dengan memanaskan gelas objek. Teteskan
larutan kristal violet hingga menutupi seluruh apusan. Menunggu 5 menit kemudian
diirigasi dengan air mengalir. Tuangkan cairan Lugol selama 45- 60 detik, kemudian
cuci dengan air. Cuci dengan alkohol dengan cara mencelupkan ke dalam bejana
yang berisi alkohol 96% dan goyang-goyangkan selama 30 detik, atau sampai zat
warna tidak mengalir lagi. Cuci kembali dengan air. Tuangkan air Fukhsin, biarkan
selama 1-2 menit kemudian irigasi dengan air mengalir, dikeringkan lalu diamati.
8
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Nasofaring manusia adalah salah satu bagian spesifik dari saluran pernapasan bagian atas.
Ini merupakan reservoir dan habitat alami untuk berbagai macam bakteri. Kolonisasi bakteri
pada mukosa nasofaring terdiri dari bakteri patogen dan komensal. Sebagian besar spesies
Staphylococcus aureus, dan Neisseria meningitides dijumpai pada individu yang tampaknya
sehat.
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas epitel yang muncul dari mukosa rongga
nasofaring. Karsinoma nasofaring biasanya muncul sebagai benjolan leher tanpa rasa sakit.
Kanker ini memiliki beberapa jalur penyebaran lokal, dimana penyebaran ke arah anterior ke
dalam rongga hidung, secara inferior ke dalam orofaring dan hipofaring, superior ke basis
kranii, penyebaran arah lateral ke dalam ruang parapharyngeal dan fossa infratemporal dan
4.2 Saran
tertentu
9
DAFTAR PUSTAKA
Chua, M. L., Wee, J. T., Hui, E. P., & Chan, A. T. (2016). Nasopharyngeal carcinoma. The
Adams, G. L. (2013). Tumor tumor ganas kepala dan leher. In G. L. Adams, J. Lawrence R.
Boies, & P. A. Higlerr, BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Furtdamentals of
Otolaryngology). EGC.
Bogaert, D., Groot, R. d., & Hermans, P. W. (2004). Streptococcus pneumoniae colonisation: the