Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MIKROBIOLOGI UDARA DAN TANAH

MATA KULIAH

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pembimbing :

Dr. Dra. Syarifah Miftahul El Jannah T., M.Biomed

Disusun Oleh :

Fisabila Alifia Akbar

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II

JL. HANG JEBAT III/F3 KEBAYORAN BARU JAKARTA 12120


KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah “Mikrobiologi Udara dan Tanah”. Penulisan makalah ini
adalah salah satu tugas untuk mata kuliah mikrobiologi lingkungan di Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarata II.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu, khususnya kepada yang telah memberikan pengarahan dan
dorongan dalam makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, 13 juli 2019

Fisabila Alifia Akbar


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana dan
lingkungan ini berada dalam dalam satu fasa yaitu gas. Jumlah relatif dari berbagai gas di udara
diukur dengan persentase volume yaitu terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, 0,9% argon,
0,03% karbon dioksida 0,01% hidrogen dan gas lainnya dalam jumlah sedikit. Selain berbagai
gas, debu dan uap yang terkondensasi juga dapat ditemukan di udara. Udara terdiri dari berbagai
lapisan hingga ketinggian sekitar 1000 km. Lapisan yang terdekat dengan bumi disebut troposfer.
Di daerah subtropis, troposfer memanjang sekitar 11 km sedangkan di daerah tropis sampai
sekitar 16 km. Troposfer ini dicirikan dengan keberadaan mikroorganisme. Temperatur atmosfer
bervariasi dekat permukaan bumi. Namun, mikroba dalam jumlah besar ditemukan di atmosfer
bagian bawah (permukaan bumi).

Oksigen merupakan kebutuhan utama manusia yang paling esensial. Saat ini, masyarakat
di kota-kota besar sudah sulit mendapat udara yang bersih dan segar karena tingginya tingkat
pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor dan kegiatan pabrik. Kondisi pencemaran
udara seperti ini mengakibatkan logam-logam berat berbahaya, virus, bakteri dan
mikroorganisme lainnya bercampur baur dan masuk ke dalam tubuh melalui tarikan napas kita.
Mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berterbangan bebas
di udara dan cara penanggulangannya adalah penting agar kita dapat melakukan pencegahan
terhadap penyakit tersebut.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa saja flora normal di udara dan tanah ?

2. Keuntungan dan kerugian mikroorganisme pada tanah dan udara ?

3. Bagaimana cara sampling udara dan tanah ?

4. Apa saja parameter pemeriksaan udara dan tanah ?

1.3 Tujuan

1. Apa saja flora normal di udara dan tanah ?

2. Keuntungan dan kerugian mikroorganisme pada tanah dan udara ?

3. Bagaimana cara sampling udara dan tanah ?

4. Apa saja parameter pemeriksaan udara dan tanah ?


BAB II

PEMBAHASAN

Lingkungan, sesuatu yang ada di sekeliling kita dimana semua makhluk hidup berada
dari makhluk terkecil (mikroorganisme) sampai makhluk yang sempurna (manusia). Lingkungan
yang terdiri dari udara, air dan tanah dimana dari ketiga komponen tersebut kita sangat
membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari, bila ketiga komponen tersebut terganggu maka
terganggu pula aktivitas kita, misalnya saja jika terdapat mikroorganisme yang tidak
menguntungkan dalam air dan yang lain-lainnya, lebih lanjutnya akan kita bahas di bawah ini.
Peranan mikroorganisme dalam pengelolaan pencemaran lingkungan dapat terjadi dalam dua hal

a) Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan untuk menggantikan suatu proses
produk sehingga hanya menghasilkan polutan sedikit mungkin.

b) Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan sebagai organisme pembersih.

2.1 Flora normal udara dan tanah

֎ Udara

Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan tumbuh
terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme-organisme
yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap
kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara, batuk, dan bersin menimbulkan
aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel di udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi
terlalu besar untuk mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah
pernapasan atas. Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-tapak
infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme,
kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara. Jumlah dan macam
mikroorganisme dalam suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca
dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi
mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau hujan es akan cenderung
mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel-partikel yang lebih berat dan
mengendapkan debu.

Menurut Unus Suriawiria (1985), kompisisi baku udara yang kita hisap setiap saat, sudah
diketahui sejak lama. Walaupun begitu sejalan dengan semakin kompleknya masalah
pencemaran udara maka komposisi tersebut banyak yang berubah, khususnya karena terdapat
komponen asing/mikroorganisme.

Kelompok mikroorganisme yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur
(termasuk didalamnya ragi) dan juga mikroalgae. Kehadiran jasad hidup tersebut didalam udara,
ada yang didalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya
spora).

Tanah merupakan suatu campuran bahan-bahan organik yang padat, misalnya: batu-batuan ,
mineral, air ,uadara dan jsad hidup beserta produk dari haisil pembusukan

֎ Tanah

Tanah adalah tempat hidup bakteri-bakteri penting. Mikroorganisme tanah dapat


menguraikan zat beracun yang berasal dari polusi. Hal ini menjadi dasar bioremediasi, yaitu
penggunaan mikroorganisme untuk mendetoksifikasi dan menguraikan zat berbahaya dalam
lingkungan atau setruktur tanah. struktur tanah, kandungan gizi, ketersediaan hara, dan menahan
kapasitas air semuanya dipengaruhi oleh, atau tergantung pada, mikroorganisme tanah. Semua
mikroorganisme tersebut adalah biota tanah yang berfungsi di ekosistem bawah tanah di akar
tumbuhan dan sampah sebagai sumber makanan. Mikrobiologi tanah modern merupakan
gabungan ilmu tanah, kimia, dan ekologi untuk memahami fungsi mikroorganisme dalam
ekosistem tanah.

Mikro Flora Tanah (binatang mikro tanah)

Diantara sekian banyak binatang mikro tanah yang berperanan penting antara lain nematoda,
protozoa dan rotifera. Nematoda terdiri dari golongan yang hidup dari bahan organik yang
sedang membusuk, golongan sebagai predator, dan kelompok parasit. Kelompok parasit ini
sangat merugikan petani, karena golongan parasit ini bisa membahayakan tanaman dengan cara
hidup di dalam akar tanaman, sampai saat ini masih dicari pemberantasannay yang
baik.Protozoa,merupakan binatag yang paling sederhana dan dapat dikelompokkan menjadi
amoeba, silata, dan flagelata. Protozoa ini secara tidak langsung dapat mempercepat ketersediaan
unsur harabagi tanaman.kelompok tumbuhan tanah ini terdiri dari : Algae ,Fungi ,
Aktinomicetes ,Bakteri. Algae merupakan tumbuhan yang bisa menambat N dari udara (misal
algae biru), fiksasi N ini akan berlangsung dengan baik bila ada tanaman padi. Diduga hal ini
karena adanya CO2 (karbon dioksida) yang melimpah pada habitat padi.

Fungi terdiri dari ragi, kapang dan jamur, kapang dan jamur mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pertanian, namun untuk ragi belum banyak diketahui. Actinomycetes merupakan
bakteri yang dapat dijumpai dalam jumlah yang besar yang menghasilkan substansia berbentuk
gas yang dinamakan geosmin .

Namun demikian kita harus mewaspadai pengaruh negatif dari mikro organisme tertentu yang
bisa merugikan tanaman yang kita usahakan. Mereka tergolong pada bakteri, fungi, dan
aktinomisetes, penyakit yang sering ditimbulkan dari mikroorganisme ini misalnya tanaman
layu, busuk batang, rebah semai, akar busuk dll. Selain itu persaingan oksigen dengan tanaman
juga merupakan pengruh buruk dari mikro organisme tanah ini.
2.2 Keuntungan dan kerugian Mikro Organisme Tanah dan udara

Peranan utama mikroorganisme tanah sangat besar dalam kesuburan tanah , baik dilihat dari
fisika, biologi atau kimianya. Hal itu terlihat dari pengaruhnya yang menguntungkan yaitu:

Ø Dekomposisi bahan organik, dalam hal ini bahan organik dihancurkan, unsur hara yang terikat
di bebaskan sedangkan asam organik yang dihasilkan melarutkan mineral.

Ø Transformasi anorganik membentuk senyawa amonium dan nitrat yang dibutuhkan oleh
tanaman, mangan(Mn) dan besi (Fe) dioksidasi menjadi bentuk yang tidak larut sehingga tidak
meracuni tanaman.

Ø Fiksasi atau pengikatan nitrogen dari udara, pengikatan nirogen dari udara hanya bisa
dilakukan bila ada mikro organisme tanahnya.

Unsur –unsur yang dapat mengalami siklus adalah :

a. Siklus karbon

b. Siklus nitrogen

c. Siklus sulfur

d. Siklus karbondioksida

a. Siklus Karbon

Terjadinya proses timbal balik antara daur ulang resirasi dan fotosintesis yang bertanggung
jawab atas terjadinya perubahan dan pergerakan utama karbon. Menurunya fotosintesis dapat
mempengaruhi naik atau turunnya suatu gas CO2 dan O2 yang ada diatmosir secara musiman.
Silkus karbon sangat dipengaruhi oleh oksigen dan fotosintesis. Daur karbon berada di empat
tempat yaitu Geosfer atau didalam bumi, hidrosfer atau diair, Atsmosfer atau diudara, dan
Biosfer atau didalam makhluk hidup.

Pada siklus karbon, mikroorganisme mengubah sisa-sisa jasad tumbuhan dan hewan menjadi
karbon dioksida dan bahan organik tanah yang disebut humus. Humus meningkatkan kapasitas
tanah untuk menampung air, menyediakan nutrisi bagi tumbuhan, dan mendukung pembentukan
tanah.
Tahap pertama dalam siklus karbon (fotosintesis) CO bergabung didalm senyawa-senyawa
organic oleh jasad fotoautrotrof seperti tumbuhan hijau, algae, dan bakteri. Tahap berikutnya
pada siklus ini, kemoautotrof yang menggunakan senyawa-senyawa organic. Hewan-hewan
memakan jasad fotoautotrof terutama tumbuhan hijau dan binatang lain, sehingga dengan
peristiwa makan memakan inilah terjadi transfer karbon dioksida dari jasad yang satu ke jasad
yang lain.

b. Siklus Nitrogen

Nitrogen adalah salah satu unsur yang diperlukan oleh semua jasad hidup untuk sintesis
protein ,asam nukleat dan senyawa-senyawa lain yang mengandung nitrogen .atmosfer bumi
mengandung 80 % N2. Atmosfir di atas setiap acre tanah- tanah subur diperkirakan mengandung
lebih dari 30.000 ton N.pengaruh –pengaruh kimia dan fisik yang terjadi didalam tanah ,air dan
udara bersama –sama dengan kegiatan mikroorganisme tertentu adalah fakto- faktor penting
dalam pengubahan nitrogen menjadi bentuk yang siap pakai.Hampir semua nitrogen yang
terdapat didalam tanah berada dalam molekul-molekul organik terutama dalam molekul-molekul
protein.Gugus amin pada asam amino dapat terputus oleh peristiwa deaminasi sehingga
terbentuk amonia.Proses terjadinya amonia dinamakan amonifikasi.

Peristiwa amonifikasi ini terjadi karena kegiatan bakteri aerob dan anaerob serta jamur yang
diringkas sebagai berikut :

mikroorganisme

Protein dari sel-sel mati ¾¾¾¾¾¾¾> asam amino

Aminofikasi oleh mikroorganisma

Asam amino ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾> amonia (NH3)

Urutan reaksi-reaksi berikutnya didalam siklus nitrogen melibatkan oksida ion-ion amonium
menjadi nitrat.Proses terjadinya ion-ion nitrat ini ,dinamakan nitrifikasi .Didalam tanah terdapat
bakteri autotrofik penambat nitrogen seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter Nitrosoma
mengoksidasi amonia menjadi nitrit :

NH4 nitrosomonas NO2

Ion amonium Nitrit

Piada tahap kedua,Nitrobacter mengoksidasi nitrat menjadi :

NO2 Nitrobacter NO3

Nitrit Nitrat
Nitrogen yang terdapat di udara (atmosfir) bisa bertambah dan berkurang.Hilangnya nitrogen
dari siklus melibatkan proses yang dikenal sebagai denitrifikasi yaitu suatu proses pengubahan
molekul-molekul nitrat menjadi nitrogen gas dan dapat di tulis sebagai berikut :

NO3 NO2 N2O N2

Nitrat Nitrit Nitrogen oksidasi

Selama proses akhir dari siklus nitrogen,ternyata bahwa nitrogen di ubah menjadi amonia
,dimana prosesnya fiksasi nitrogen .Fiksasi nitrogen dapat dilakukan oleh 2 tipe jasad hidup yaitu
nonsimbiotik dan simbiotik .Bakteri mengikat nitrogen yang nonsimbiotis terutama terdapat
dalam rizosfir yaitu suatu daerah atau area dimana tanah dan akar-akar tumbuhan ‘berhubungan’
seperti pada rumput.Azotobacter merupakan bakteri aerob yang nonsimbiotik dapat mengikat
nitrogen .Jasad-jasad yang aerob ini dapat melindungi enzim-enzim nitrogenese terhadap
oksigen.

c. Siklus Sulfur

Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan
kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini
seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian
bahan organik yang mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan
sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan
komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain
Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk
hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti
Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri
kemolitotrof seperti Thiobacillus.

Selain proses tadi, manusia juga berperan dalam siklus sulfur. Hasil pembakaran pabrik
membawa sulfur ke atmosfer. Ketika hujan terjadi, turunlah hujan asam yang membawa H2SO4
kembali ke tanah. Hal ini dapat menyebabkan perusakan batuan jugatanaman.

Dalam daur belerang, mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam setiap trasformasi adalah
sebagai berikut :

1. H2S → S → SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.

2. SO4 → H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.

3. H2S → SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.

4. S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik.


Proses rantai makanan disebut-sebut sebagai proses perpindahan sulfat, yang selanjutnya ketika
semua mahluk hidup mati dan nanti akan diuraikan oleh komponen organiknya yakni bakteri.
Beberapa bakteri yang terlibat dalam proses daur belerang (sulfur) adalah Desulfibrio dan
Desulfomaculum yang nantinya akan berperan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk
(H2S) atau hidrogen sulfida. Sulfida sendiri nantinya akan dimanfaatkan oleh bakteri
Fotoautotrof anaerob seperti halnya Chromatium dan melepaskan sulfur serta oksigen. Bakteri
kemolitotrof seperti halnya Thiobacillus yang akhirnya akan mengoksidasi menjadibentuksulfat.

Belerang atau sulfur merupakan unsur penyusun protein. Tumbuhan mendapat sulfur dari dalam
tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur
berpindah ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau menjadi
sulfat lagi. Secara alami, belerang terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Ada juga
yang gunung berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara.

Daur tipe sedimen cenderung untuk lebih kurang sempurna dan lebih mudah diganggu oleh
gangguan setempat sebab sebagian besar bahan terdapat dalam tempat dan relatif tidak aktif dan
tidak bergerak di dalam kulit bumi. Akibatnya, beberapa bagian dari bahan yang dapat
dipertukarkan cenderung " hilang" untuk waktu yang lama apabila gerakan menurunnya jauh
lebih cepat dari pada gerakan "naik" kembali. Setiap daur melibatkan unsur organisme untuk
membantu menguraikan senyawa-senyawa menjadi unsur-unsur.

d. Siklus Karbondioksida

Karbon yang terdapat dalam senyawa organic berasal dari senyawa karbondioksida yang
disintesis melalui proses fotosintesis. CO2 diatmosfer akan diambil oleh tumbuhan yang
mempunyai klorofil dan bakteri kemosintetik untuk bahan mentah biosintetik sehingga terbentuk
senyawa-senyawa organic.

Jenis Mikroba Yang Ditemukan Di Udara

Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikroorganisme. Di udara
terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista protozoa. Selama
udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi dan berkurang kelembabannya.
Selain mikroba yang mempunyai mekanisme untuk dapat toleran pada kondisi ini, kebanyakan
mikroba akan mati. Udara terutama merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme.
Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah.
Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan di dalam
ruangan.

Pentingnya mikroorganisme udara telah dipelajari sejak 1799, di mana tahun Lazaro Spallanzani
berusaha untuk menyangkal teori “generatio spontanea”. Tahun 1837, Theodore Schwann, dalam
percobaan untuk mendukung pandangan Spallanzani memasukkan udara segar yang telah
dipanaskan ke dalam kaldu daging steril dan menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba tidak
dapat terjadi. Louis Pasteur pada tahun 1861 merupakan orang yang pertama menunjukkan
bahwa mikroorganisme tumbuh akibat kontaminasi dari udara. Dia menggunakan kapas khusus
untuk menyaring udara sehingga mikroba tidak dapat masuk ke dalam kaldu daging steril. Dia
secara mikroskopis menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam kapas. Dalam percobaan
menggunakan tabung berleher angsa, ia menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak bisa terjadi
dalam media steril kecuali terdapat kontaminasi dari udara yang tidak steril.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Mikroba Di Udara

Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi dan distribusi jenis mikroflora
di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan fisiologis mikroorganisme dan juga keadaan
suspensi. Spora relatif lebih banyak daripada sel vegetatif. Hal ini terutama karena sifat spora
dorman yang memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan
seperti pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet. Demikian pula spora
fungi berlimpah di udara karena spora merupakan alat penyebaran penyebaran fungi.

Ukuran mikroorganisme merupakan faktor yang menentukan jangka waktu mereka untuk tetap
melayang di udara. Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan mudah dibebaskan
ke udara dan tetap di sana selama jangka waktu lama. Miselium fungi memiliki ukuran yang
lebih besar dan karena itu tidak dapat bertahan lama di udara. Keadaan suspensi memainkan
peran penting keberadaan mikroorganisme di udara. Semakin kecil suspensi, semakin besar
kemungkinan mereka untuk tetap berada di udara. Biasanya mereka melekat pada partikel debu
dan air liur. Mikroorganisme yang ada dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk waktu
yang singkat. Tetesan yang dibuang ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya dapat
bertahan di udara untuk waktu singkat. Namun jika ukuran suspensi menurun, mereka dapat
bertahan lama di udara.

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer,


kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua
faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan
Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat
dengan suhu.

Ada peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18° C
sampai 49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza, polio dan
virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24° C. tingkat kelembaban
relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%.
Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian
mikroorganisme. Hampir semua virus mampu bertahan hidup lebih baik pada RH
17 sampai 25%. Namun, virus poliomyelitis bertahan lebih baik pada RH 80 – 81%.
Kemampuan mikroba bertahan hidup lebih ditentukan oleh RH dan suhu. Pada semua
temperatur, kemampuan mereka untuk bertahan hidup adalah pada RH ekstrem. Terlepas dari
RH, peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan.

Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang,
partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran udara dapat menjaga mereka dalam
suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme
karena membawa mereka lebih jauh. Arus juga memproduksi turbulensi udara yang
menyebabkan distribusi vertikal mikroba udara. Pola cuaca global juga mempengaruhi
penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari
permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan suhu semakin
rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini,
dengan demikian, mikroba yang masih mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam
fase spora dan bentuk-bentuk resisten lainnya.

2.3 Cara sampling Mikroorganisme Udara dan tanah

Belum ada mikroba yang habitat aslinya di udara. Pada sub pokok bahasan sebelumnya
mikrooganisme di udara dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan
mikroorganisme udara di dalam ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan.

1. Mikroba Di Luar Ruangan

Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara pada
ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat
pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih
dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian
sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutama
Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun
tropis.

Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500
kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari,
kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain.

2. Mikroba di dalam Ruangan

Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita
penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum, streptokokus,
pneumokokus, dan staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara,
dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung
mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu
dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan yang
mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan
berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba.
Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai
100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain melalui udara
dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi
spora jamur di udara.

3. Mikroorganisme Udara di Rumah Sakit

Meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai penyakit, ada kasus dimana penyakit
menular tambahan diderita pasien pada saat rawat inap. Udara di dalam rumah sakit dapat
bertindak sebagai reservoir mikroorganisme patogen yang ditularkan oleh pasien. Infeksi yang
diperoleh selama perawatan di rumah sakit tersebut disebut infeksi nosokomial dan patogen yang
terlibat disebut sebagai patogen nosokomial. Infeksi, diwujudkan oleh gejala terkait, setelah tiga
hari dirawat di rumah sakit bisa dianggap sebagai infeksi nosokomial (Gleckman & Hibert, 1982
dan Bonten & Stobberingh, 1995). Terdapat dua cara utama penyebaran patogen nosokomial,
yaitu dengan kontak (baik langsung atau tidak langsung), dan penyebaran melalui udara.

Infeksi nosokomial di rumah sakit mungkin dibawa oleh staf atau pasien yang masuk ke rumah
sakit. Infeksi nosokomial yang banyak ditemukan yaitu berasal dari Haemophilus. influenzae,
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, anggota
Enterobacteriaceae dan virus pernafasan.

2.4 Parameter Pemeriksaan

a. Bakteria

Bakteria patogen yang paling penting disebarkan melalui air adalah Salmonella typhi dapat
menyebabkan demam typhoid ( Typhoid fever ) dan Vibrio Cholerae yang dapat menyebabkan
penyakit kolera. Sunggupun penyakit demam typhoid dapat juga dipindahkan dengan
perantaraan makanan yang terkena kontaminasi dan dengan kontak langsung dengan si penderita,
namun yang paling umum sebagai fakta penyebab adalah air.

b. Virus

Virus juga dapat disebarkan dengan perantara air,termaksud virus polio dan virus yang
menyebabkan penyakit hepatitis.

c. Protozoa
Suatu anggota protozoa yang bersifat pantogen dengan perantara air adalah Entamoeba
histolytica ,penyebab penyakit disentri dan Giardi lamblia yang dapat menimbulkan penyakit
yang disebut giardiasis

3. Pengujian Air Secara Mikrobiologi

Tugas utama dalam bidang mikrobiologi air adalah penerapan metode-metode laboraturium yang
dapat digunakan untuk mendeteksi kontaminasi yang dapat mencemari air minum.Pengujian air
minum terhadap agen-agen penyakit mengguanakn waktu lama dan membutuhkan jasad-jasad
indikator.Kalau jasad indikator terdapat dalam sumber air minum maka kondisi demikian
memberi peringatan bahwa air minum tersebut mengandung patogen.

a. Koliform Sebagai Indikator

Kelompok koliform adalah semua bakteri yang aerob dan fakultatif anaerob,gram negatif, tidak
pembentuk spora,berbentuk batang yang dapat memfrementasi laktosa dengan pembentukan gas
pada suhu 350 C dalam waktu 48 jam. Apabila di ekskresikan kedalam lingkungan air,ternyata
kebanyakan jasad koliform itu segera mati,akan tetapi jasad-jasad ini tidak mati lebih cepat dari
bakteri Salmonella dan Shigella yang bersifat patogen.Bakteri koliform dan bakteri patogen ini
menunjukan tingkah laku yang sama selama proses pmurnian air.Jadi kalau koliform terdapat
dalam air maka air itu telah menerima kontaminasi fesis.

b. Metode Standar

Suatu pengujian harus menggunakan metode standar dan prosedur yang terkendali.Ada dua tipe
prosedur yang di gunakan untuk pengujian koliform yaitu MPN ( Most Probable Number ) dan
MF ( Membare Filter ) .Prosedur MPN menggunakan media cair didalam tabung reaksi dan
sample air minum yang di tambahkan dalam tabung media.MF menggunakan sebuah filter
membrane steril yang akan menampung bakteri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemindahsebaran mikroba melalui udara serimg dinamakan infeksi asal udara dan
infeksinya dittulakan melalui udara. Wahana pemindahsebaran ini adalah tetesan air liur, sekresi
pernafasan lain, debu tercemar dan fomit (benda mati yang tercemat oleh pathogen dan
membantu penyebaranya). Penyebaran infeksi asal debu, dapat menjadi bertambah bila orang
bergerak ketempat-tembat dengan fentilasi yang kurang baik. Setiap kegiatan yang menimbulkan
debu, seperti melepskan pakaian, mengatur tempat tidur, menyapu lantai menambah resiko
infeksi asal debu.

Beberapa penyakit asal udara tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia.
Penularan mikroba ini, bergantung pada pemindah sebaran asal udara yang cepat dari satu orang
ke orang lain, kadang-kadang dengan pemindahan langsung seperti melalui ciuman. Misal virus
campak. Namun mikroba lain, seperti bakteri tuborkulosis dapat bertahan hidup untuk jangka
waktu lama di luar tubuh.

3. 2 Saran

Disarankan untuk senantiasa menjaga kesehatan pribadi dan tetaplah menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal. Cegahlah tubuh anda dengan senantiasa mengonsumsi makanan yang
sarat gizi, pengadaan ventilasi yang memadai di dalam rumah sehingga memungkinkan
terjadinya sirkulasi udara bersih, dan membiasakan diri hidup bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto MAK, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang


Press.

Budiyanto MAK, 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang Press.

Budiyanto, 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

Dwijoseputro, 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fardiaz S, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Krisno, Agus. 2010. Hand out-10 Mikrobiologi lingkungan, Pertanian, dan Peternakan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press.

http://mikrobiologiudara.blogspot.com/2010/12/mikrobiologi-udara.html

Anda mungkin juga menyukai