Anda di halaman 1dari 10

MIKROORGANISME PENGURAI

Nama :

1. Agnes Intan Kirana Putri

2. Athaya Nada Salsabila

3. Eva Pratiwi

4. Faiz Syaibatul Hamdi

5. Mohammad Hibban Fatah

TINGKAT 1-D3A

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Mikroorganisme Pengurai.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini yang berjudul Mikroorganisme
Pengurai ini dapat memberikan manfaat ataupun inspirasi bagi pembaca.

                                                                                      Jakarta,  November 2018

Kelompok 3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri pengurai merupakan kelompok bakteri yang mampu


mendekomposisi organisme lain yang telah mati menjadi unsur-unsur penyusunnya yang
akan kembali ke lingkungan. Bakteri pengurai ini termasuk ke dalam organisme saprofit
karena kemampuannya untuk menguraikan senyawa organik yang ada di
alam. Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau
kotoran organisme.

Kelompok mikroorganisme ini menguraikan protein, karbohidrat dan


senyawa organik lain menjadi karbon dioksida (CO2), gas amoniak, dan senyawa-senyawa
lain yang lebih sederhana. Sebagai contoh, beberapa jenis bakteri pengurai mampu
membentuk senyawa NH3 dari proses dekomposisi biomolekul protein melalui proses
amonifikasi yang kemudian akan masuk ke dalam siklus nitrogen dan selanjutnya digunakan
oleh organisme lain. Oleh karena itu, keberadaan bakteri ini berperan cukup besar dalam
siklus unsur organik dalam suatu biosfer. Proteusdan Clostridium merupakan contoh bakteri
pengurai yang umum ditemukan. Tidak hanya berperan sebagai pengurai senyawa organik,
beberapa kelompok bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis. Clostridium
tetani pada umumnya ditemukan di tanah sebagai pengurai senyawa organik, namun dapat
masuk ke dalam tubuh manusia dan menjadi agen penyakit tetanus.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengetahui pengertian mikroorganisme pengurai,


untuk mengetahui jenis-jenis mikroorganisme pengurai, untuk mengetahui proses pengolahan
limbah cair dan padat oleh mikroorganisme
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mikroorganisme Pengurai

Bakteri pengurai merupakan kelompok bakteri yang mampu


mendekomposisi organisme lain yang telah mati menjadi unsur-unsur penyusunnya yang
akan kembali ke lingkungan. Bakteri pengurai ini termasuk ke dalam organisme saprofit
karena kemampuannya untuk menguraikan senyawa organik yang ada di
alam. Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau
kotoran organisme.

2.2 Jenis-Jenis Mikroorganisme Pengurai

2.2.1  Jenis Mikroorganisme Pengurai Air

a.   Pseudomonas putida berperan menjadi mikroorganisme yang mampu


mencerna minyak  bumi pada kasus pencemaran air laut oleh pengeboran
minyak lepas pantai atau kecelakaan kapal  pengangkut minyak.

b. Aspergillus niger dikembangkan untuk metabolismme pestisida tertentu seperti


endosulfan dan karbofuran.

c. Bacillus subtilis dapat dikembangkan menjadi mikroorganisme yang


mempunyai kemampuan mengimobilisasi (pergerakan cepat) logam berat pada
limbah.

d.  Kelompok bakteri besi (misalnya Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu


mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri. Akibat kehadirannya, air sering
berubah warna kalau disimpan lama yaitu warna kehitam-hitaman, kecoklat-
coklatan, dan sebagainya.

e. Kelompok bakteri belerang (antara lain Chromatium dan Thiobacillus) yang


mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan
lama akan tercium bau busuk seperti bau telur busuk.

f. Kelompok mikroalge (misalnya yang termasuk mikroalga hijau, biru dan


kersik), sehingga kalau air disimpan lama di dalamnya akan nampak jasad-jasad
yang berwarna hijau, biru atau pun kekuning-kuningan, tergantung kepada
dominasi jasad-jasad tersebut serta lingkungan yang mempengaruhinya.
2.2.2 Jenis Mikroorganisme Pengurai Organik

Kelompok mikroorganisme ini menguraikan protein, karbohidrat dan


senyawa organik lain menjadi karbon dioksida (CO2), gas amoniak, dan
senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Sebagai contoh, beberapa
jenis bakteri pengurai mampu membentuk senyawa NH3dari proses
dekomposisi biomolekul protein melalui proses amonifikasi yang kemudian
akan masuk ke dalam siklus nitrogen dan selanjutnya digunakan oleh
organisme lain. Oleh karena itu, keberadaan bakteri ini berperan cukup besar
dalam siklus unsur organik dalamsuatu biosfer. Contoh bakteri ini dianata lain:

a. Escherchia coli dalam keadaaan tertentu menguraikan asam asetat


(HCOOH) menjadi CO2 dan H2O
b. Methanobacterium omelanskii dan Methanobacterium ruminatum
menguraikan asam cuka (CH3COOH) menjadi metana (CH4) dan CO2.
c. Thiobacillus debitrificans menguraikan nitrat ataupun nitrit dan
menghasilkan N2,sehingga menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
Proses ini dikenal sebagai proses denitrifikasi
d. Clostridium sporageus menguraikan asam amino menjadi ammonia
(NH3)
e. Desulfovibrio desulfuricans membusukkan bangkai serta menguraikan sulfat
ditempatbecek, hasilnya berupa hydrogen sulfide (H2S)

2.3 Media yang Digunakan oleh Mikroorganisme Pengurai

2.3.1 Bahan Organik

Kelompok mikroorganisme ini menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa


organik lain menjadi karbon dioksida (CO2), gas amoniak, dan senyawa-
senyawa lain yang lebih sederhana. Sebagai contoh, beberapa jenis bakteri
pengurai mampu membentuk senyawa NH3 dari proses dekomposisi biomolekul
protein melalui proses amonifikasi yang kemudian akan masuk ke dalam siklus
nitrogen dan selanjutnya digunakan oleh organisme lain. Oleh karena itu,
keberadaan bakteri ini berperan cukup besar dalam siklus unsur organik dalam
suatu biosfer.
Bakteri saprofit adalah bakteri yang kebutuhan makanannya diperoleh dari
sissa – sisa makanan organism lain yang telah mati. Bakteri jenis ini merombak
bahan organic menjadi bahan anorganik melalui fermentasi atau
respirasi tak sempurna. Proses perombakan biasanya menghasilkan gas – gas CO2,
H2, CH4(metana), N2, H2S dan NH3
.
Contoh bakteri ini diantaranya adalah:
a. Escherchia coli dalam keadaaan tertentu menguraikan asam asetat (HCOOH)
menjadi CO2 dan H2O.
b. Methanobacterium omelanskii dan Methanobacterium ruminatum menguraikan
asam cuka (CH3COOH) menjadi metana (CH4) dan CO2.
c. Thiobacillus debitrificans menguraikan nitrat ataupun nitrit dan
menghasilkan N2, sehingga menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
Proses ini dikenal sebagai proses denitrifikasi.
d. Clostridium sporageus menguraikan asam amino menjadi ammonia
(NH3).
e. Desulfovibrio desulfuricans membusukkan bangkai serta menguraikan sulfat
ditempat becek, hasilnya berupa hydrogen sulfide (H2S).
2.4 Proses Pengolahan Limbah Cair Organik Secara Aerob Oleh Mikroorganisme

Proses pengolahan air limbah secara mikrobiologis aerob adalah pemanfaatan


aktivitas mikroba aerob dalam kondisi aerob untuk menguraikan zat organik yang terdapat
dalam air limbah menjadi zat anorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak
pencemaran terhadap lingkungan. Mikroba aerob ini sebenarnya sudah terdapat di alam
dalam jumlah yang tidak terbatas dan selalu diperoleh dengan sangat mudah. Dalam kapasitas
yang terbatas, alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang ada dalam limbah.
Namun, dalam kuantitas limbah yang sangat banyak diproduksi sebagai hasil sampingan dari
sekian banyak industri, perlu diadakan usaha pengolahan limbah untuk menjaga kelestarian
alam di samping mendapatkan produk baru yang mempunyai nilai yang ekonomis.

Mikroba aerob yang berperan dalam proses mikrobiologis aerob antara lain :

1. Bakteri

Dalam air dan penanganan air limbah bakteri penting karena kultur bakteri dapat
digunakan untuk menghilangkan bahan organik dan mineral-mineral yang tidak diinginkan
dari air limbah. Kebanyakan bakteri adalah kemoheterotrofik yaitu menggunakan bahan
organik sebagai sumber energi dan karbon. Beberapa spesies mengoksidasi senyawa-senyawa
anorganik tereduksi seperti NH untuk energi dan menggunakan CO2 sebagai sumber karbon.
Bakteri kemoheterotrofik merupakan  bakteri terpenting dalam pengolahan air limbah karena
bakteri ini akan memecah bahan-bahan organik, mengoksidasi amoniak nitrogen menjadi
nitrogen nitrat terutama oleh bakteri nitrifikasi.

Bagian reaktif dari sel bakteri adalah membran sitoplasmik. Semua bahan organik
atau anorganik yang akan dimetabolisme oleh sel harus melalui membran. Mekanisme
transport dari sebagian besar molekul yang melalui membran diduga disebabkan karena
reaksi-reaksi dengan sistem enzim spesifik yang disebut permease. Molekul-molekul yang
tidak mempunyai sistem permease tidak dapat memasuki sel dan oleh karenanya tidak
dimetabolisme. Hal ini menjelaskan bahwa bakteri menggunakan nutrien secara selektif dan
alasan mengapa diperlukan kultur campuran dalam penanganan air limbah.

Jenis-jenis  bakteri yang berperan penting dalam penguraian limbah organik secara 
aerob antara lain: Zooglea ramigera, Escherichia coli, Alcaligenes sp, Bacillus sp,
Corynebacterium sp, Nocardia sp.

2. Kapang / Jamur

Kapang adalah mikroorganisme nonfotosintetik, bersel jamak, aerob, bercabang,


berfilamen yang memetabolisme makanan yang tidak  terlarut. Komposisi sel kapang dapat
dinyatakan secara empiris dengan C10H17O6N. Kapang tidak aktif dalam proses anaerob.
Karena sel kapang berisi lebih sedikit nitrogen dari ada sel bakteri, kapang akan berkompetisi
lebih baik dalam limbah yang mempunyai kadar nitrogen yang rendah daripada yang
dibutuhkan untuk sintesis bakteri. Sifat filamen dari kapang membuat organisme ini kurang
diinginkan dalam unit penanganan limbah secara biologis karena tidak mengendap dengan
baik.

 3. Protozoa

Protozoa yang ditemukan dalam sistem penanganan aerobik termasuk flagelata, ciliata
yang bebas bergerak dan ciliata batang yang terikat pada partikel padatan. Protozoa penting
dalam penanganan limbah karena organisme ini akan memakan bakteri sehingga jumlah sel
bakteri yang ada tidak berlebihan. Di samping itu, protozoa akan mengurangi bahan organik
yang tidak dimetabolisme dalam sistem penanganan dan membantu menghasilkan efluen
dengan mutu yang lebih tinggi dan jernih.

Unit lumpur aktif yang bebas dari protozoa menghasilkan efluen yang lebih keruh.
Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya sejumlah besar bakteri yang terdispersi. Sebagai
hasilnaya, BOD dan padatan yang tidak terendapkan dari efluen tinggi. Penambahan protozoa
ciliata akan meningkatkan mutu efluen dan menurunkan jumlah bakteri.

 
4. Ganggang

Komposisi sel ganggang dapat dinyatakan dengan C106H180O45N16P. Dalam


proses penguraian limbah secara mikrobiologis, ganggang bersimbiosis dengan bakteri,
dimana ganggang memperoleh energi dari sinar matahari dan menggunakan bahan anorganik
yang digambarkan sebagai berikut :

CO2 + H2O + NO3 + PO4 + energy cahaya  C106H180O45N16P + O2

Oksigen dilepas ke lingkungan dan digunakan oleh bakteri pada waktu metabolisme bahan-
bahan organik.

2.5 Proses Pengolahan Limbah Padat Oleh Mikroorganisme

-  Kompos
Kompos adalah bahan organik hasil proses dekomposisi dan mempunyai susunan
yang relatif stabil. Kompos banyak digunakan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Secara alami kompos dapat terjadi dari peruraian sisa-sisa tumbuhan dan hewan.
Pengomposan secara alami berlangsung dengan lambat, tetapi dengan berkembangnya
bioteknologi maka proses pengomposan dapat dipercepat.
Pada proses pengomposan terjadi proses biokonversi bahan organik oleh berbagai
kelompok mikroba heterotrof. Mikroba yang berperan dalam proses tersebut adalah bakteri,
jamur actynomycetes dan protozoa. Peranan mikroba yang bersifat selulolitik dan lignilolitik
sangat besar pada proses dekomposisi sisa tanaman yang banyak mengandung lignoselulosa.
Selama pengomposan terjadi proses oksidasi C-organik menjadi CO2 yang dapat
membebaskan energi dalam bentuk panas. Dalam pengomposan tertutup, suhunya dapat
mencapai 65-75oC. Pada suhu tersebut aktifitas mikroba pada umumnya turun, danproses
perombakannya dilanjutkan oleh mikroba termofil yang mulai berkembang apabila suu
meningkat sampai 50oC. Setelah suhu turun kembali akan ditumbuhi lagi oleh mikroba
mesofil, dan merupakan pertanda bahwa kompos sudah mulai matang.
- Biogas (metana)
Dapat terjadi dari penguraian limbah organik yang mengandung protein, lemak dan
karbohidrat. Penguraian ini dilakukan untuk fermentasi oleh bakteri anaerob sehingga bejana
yang digunakan untuk fermentasi limbah ini harus ditutup.
     Ada tiga tahap dalam pembuatan biogas, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah reduksi senyawa organik yang komplek menjadi
senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri hidrolitik. Bakteri hidrolitik ini
bekerja pada suhu antara 30-40oC untuk kelompok mesophilik dan antara 50-
60oC untuk kelompok termophilik. Tahap pertama ini berlangsung dengan pH
optimum antara 6 sampai 7.
2. Tahap kedua adalah perubahan senyawa sederhana menjadi asam organik
yang mudah menguap seperti asam asetat, asam butirat, asam propionat dan
lain-lain. dengan terbentuknya asam organik maka pH akan terus menurun,
namun pada waktu yang bersamaan terbentuk buffer yang dapat menetralisir
pH. Di sisi lain untuk mencegah penurunan pH yang drastis maka perlu
ditambahkan kapur sebagai buffer sebelum tahap pertama berlangsung.
Bakteri pembentuk asam-asam organik tersebut diantaranya
adalahPseudomonas, Flavobacterium, Escherichia dan Aerobacter.
3. Tahap ketiga adalah konversi asam organik menjadi metana, karbondioksida
dan gas-gas lain seperti hidrogen sulfida, hidrogen dan nitrogen.
Secara lebih ringkas, dapat dinyatakan bahwa bakteri yang berperan dalam
perombakan bahan organik dalam produksi biogas ada dua macam, yaitu
bakteri pembentuk asam dan bakteri pembentuk gas metan. Bakteri pembentuk
asam merombak bahan organik dan menghasilkan asam lemak. Proses ini
dilakukan oleh bakteri-
bakteri Pseudomonas,Flavobacterium,Alkaligenes,Escherichia, dan Aerobact
er. Selanjutnya asam lemak ini akan dirombak oleh bakteri metan dan
menghasilkan gas bio (sebagian besar menghasilkan gas
metan).Bakteribakteritersebutadalah Methanobacterium,Methanosarchina dan 
Methanococcus. Disamping itu juga ada bakteri lain yang memanfaatkan
unsur sulfur (S) dan membentuk H2S yaitu bakteri Desulvovibrio.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bakteri pengurai merupakan kelompok bakteri yang mampu


mendekomposisi organisme lain yang telah mati menjadi unsur-unsur penyusunnya yang
akan kembali ke lingkungan.

Bakteri pengurai ini termasuk ke dalam organisme saprofit karena kemampuannya


untuk menguraikan senyawa organik yang ada di alam.
Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau
kotoran organisme.

Jenis Mikroorganisme Pengurai , ada :


a. Pseudomonas putida 
b. Aspergillus niger
c. Bacillus subtilis
d. Bakteri saprofit
e. Bakteri nitrifikasi

Anda mungkin juga menyukai