Anda di halaman 1dari 13

PENGUKURAN PARAMETER KIMIA AIR DI ALIRAN SUNGAI

BONE
Novita Meylia Panti, kelompok 4

ABSTRACT

Penelitian yang dilakukan pada sungai Bone, kelurahan Botu kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo
dengan tujuan penelitian untuk mengukur parameter fisika kimia air yang terjadi pada sungai Bone di
bawah jembatan Talumulo. Keasaman dan oksigen terlarut sebagai indikator kualitas air untuk sungai
Bone dengan metode Biomonitoring sebagai bioondikatornya, yang di dukung dengan pemeriksaan
beberapa parameter fisik dan kimia, berupa suhu, kekeruhan, dan pH. Banyak limbah yang mengalir
ke sungai Bone dianggap mempengaruhi tingkat keasaman (pH) dan konsentrasi oksigen di perairan
itu. Perubahan nilai-nilai tersebut akan menjadi indikator kualitas perairan. pengujian sampel air
secara fisika dilakukan secara visual untuk parameter warna, suhu dengan menggunakan alat
pengukur suhu, dan metode secchi disk untuk parameter kecerahan. pada pengujian parameter kimia
dilakukan pengukuran pH dengan alat pengukur pH dan pada penelitian yang telah dilakukan
dihasilkan pengukuran suhu 23º c, tingkat derajat keasaman air adalah 7, pengukuran derajat
kecerahan air 53 cm serta derajat kekeruhan air 77 cm. serta pengukuran salidasi air 25%

Kata Kunci : Parameter Fisika Kimia Air

The study was conducted on the Bone river, Botu sub-district, Kota Timur sub-district, Gorontalo City
with the aim of the study to measure the physical chemical parameters of water that occurred in the
Bone river under the Talumulo bridge. Acidity and dissolved oxygen as an indicator of water quality for
the Bone river with the Biomonitoring method as its bioondicator, which is supported by examining
several physical and chemical parameters, in the form of temperature, turbidity, and pH. Much of the
waste that flows into the Bone river is thought to affect the acidity (pH) and oxygen concentration in
the waters. Changes in these values will be an indicator of water quality. Physical water sample testing
is carried out visually for color parameters, temperature using a temperature gauge, and the secchi
disk method for brightness parameters. in the testing of chemical parameters measured pH with a pH
meter and in the research that has been carried out the measurement of temperature 23º c, the
degree of acidity of water is 7, the measurement of the degree of water brightness 53 cm and the
degree of turbidity of the water 77 cm. and measuring 25% water salidation.

Keyword: Water Chemistry Physics Parameters

1.Pendahuluan

Sungai Bone merupakan salah satu sungai yang terletak di kecamatan timur
kota gorontalo. Jumlah penduduk di sekitar perairan sungai bone semakin padat
dengan segala aktivitasnya, Demikian juga limbah industri domestik serta buangan-
buangan lainnya juga masuk ke perairan ini. Kondisi semacam ini dapat
mengakibatkan perubahan kualitas perairan ke arah yang tidak kita inginkan. Ippen
(1966) mengatakan bahwa kondisi oseanografi perairan dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik yang eksternal maupun internal. Pengaruh eksternal dapat berasal dari
laut lepas yang mengelilinginya, maupun dari daratan yang berupa aliran air tawar
dari sungai. Sedangkan pengaruh internal seperti bentuk perairan maupun bentuk
topografi dasar perairan. Pengamatan suhu, tingkat keasaman, oksigen dan
kedalaman merupakan parameter yang tak dapat dipisahkan dalam hampir setiap
penelitian di sungai. Hal ini karena berbagai aspek distribusi parameter seperti
reaksi kimia dan proses biologi merupakan fungsi dari suhu, sehingga suhu ini
menjadi suatu variabel yang menentukan. Banyak orang yang membuang sampah
seenaknya di sungai, membuang limbah pabrik di sungai sehingga membuat air
sungai menjadi kotor, bau dan tercemar yang menyebabkan penurunan kuantitas
dan kualitas sungai. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
diperlukan suatu upaya untuk menjaga kuantitas, kontinuitas, dan kualitas sungai.
Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 upaya
untuk memantau dan mengendalikan pencemaran air sungai adalah melakukan
pengukuran dan analisis kualitas air sungai. Air merupakan sumber daya alam yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya, Peranan air
sangat penting bagi makhluk hidup di bumi terutama ikan yang berhabitat di dalam
air. Ikan membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan
tumbuh secara optimal. Oleh karena itu  air yang digunakan sebagai sumber
kehidupan bagi ikan, memiliki persyaratan tertentu. Sehingga kualitas dari air harus
sangat di perhatikan.

Perairan mengalir merupakan habitat yang baik untuk organisme perairan


misalnya algaperifiton karena perairan tersebut banyak substrat
tempatmenempelnya alga perifiton (Afrizal danUsman, 1996). Kehidupan organisme
perairan sangat berhubungan dengan kualitas air baik secara fisik dan kimia,
maupun secara biologi . Parameter kualitas air dipengaruhi oleh tata guna lahan
dan intensitas kegiatan manusia di sekitarnya. (Crossey dan La Point, 1988,
Stewart, 1995, dalam Pratiwi, 2011).

F a k t o r - f a k t o r p e n t i n g k u a l i t a s a i r i a l a h P a r e m e t e r fi s i k a d a n
Parameter k i m i a . dimana parameter fi sika terdiri dari suhu air,
kecerahan air, kedalaman perairan, dan yan g lainnya. serta parameter
kimia yang terdiri dari pH, oksigen terlarut, Nitrogen ,
ammonia,karbondioksida, amoniak NH3, nitrat, dan gas-gas kimia lainnya. Faktor-
Faktor tersebut dalam suatu tempat terus mengalami perubahan dinamis karena
adanya Faktor dari luar dan dalam dari sistem yang kemudian saling
mempengaruhi antar Faktor tersebut. Perubahan lingkungan secara fisika dan
kimia yang terjadi secara alamiah dan akibat ulah manusia yang terjadi di
lingkungan perairan.

2. Metodologi

Secara umum lokasi penelitian yang dilakukan adalah di kota gorontalo kelurahan
botu kecamatan kota timur tepatnya dibawah jembatan Talumolo. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu memberi gambaran tentang
kualitas air sungai bone yang diteliti menggunakan metode survey, yakni
pengamatan yang dilakukan secara langsung dilapangan dan pengamatan terhadap
sample objek yang akan dilihat Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang
diteliti yaitu pengukuran suhu air, tingkat kecerahan dan keasaman air serta
kekeruhan dan tingkat salidasi air. Penelitian ini dilakukan selama 1 hari.

2.1 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian di kota gorontalo kelurahn Botu kecamatan kota timur di sungai
bone jembatan talumolo. Penelitian yang dilakukan pada pada hari Minggu tanggal
1 Maret 2020 jam 11:34 WITA dengan titik koordinat LU=0◦ 32 menit 18 detik,
BT=123◦ 4 menit 32 detik.
Gambar 2.1 titik koordinat lokasi penelitian

2.2 Alat dan Bahan

Alat:

1. Thermometer, digunakan untuk mengukur suhu air


2. pH Meter, digunakan untuk mengukur tingkat keasaman air
3. Keping Secchi, digunakan untu mengukur tingkat kejernihan air
4. Do Meter, digunakan untu mengukur kadar oksigen terlarut (Dissolve
Oxygen) di dalam air.
5. Pipet Tetes, digunakan untuk memindahkan larutan dari suatu wadah ke
wadah lain dengan jumlah yang sangat sedikit

Bahan:

1. Larutan NaOH 1/44n


2. Akuades
3. Indicator Fenoftalein 0,5%
4. Alcohol 95%

2.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey yaitu metode yang
dilakukan secara langsung di lapangan dan pengamatan sample objek yang akan
dilihat. Metode survey sevey secara langsung dengan cara pengambilan sample air
sungai dari beberapa perlakuan kemudian metode pengamatan objek yang akan
dilihat yaitu dengan dibawa ke dalam laboratorium untuk dilakukan pengamatan
lebih lanjut dengan metode titrasi. Metode Titrasi ialah salah satu metode kimia
untuk dapat menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan
sejumlah volume larutan itu terhadap sejumlah volume larutan lain yang
konsentrasinya itu sudah diketahui Penelitian yang dilakukan di lapangan yaitu:
pengukuran suhu,derajat,keasaman (pH) air serta pengukuran derajat kecerahan
dan kekeruhan air. Kemudian metode pengamatan objek adalah metode titrasi
yang dilakukan di dalam laboratorium.

3. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di sungai bone memperoleh hasil:

No Percobaan Hasil pengamatan


.
1. Pengukuran Suhu 23◦C

2. Pengukuran derajat keasaman 7


air(pH)

3. - Pengukuran derajat kecerahan air 53 m


- Pengukuran derajat kekeruhan air 77 m

4. Pengukuran salinitas air 25%

Dari tabel hasil pengamatan kami mendapatkan hasil pengukuran suhu


menggunakan thermometer dengan hasil 23°c kemudian kami mengukur derajat
keasaman (pH) dengan menggunakan kertas lakmus dengan hasil pengukuran yang
didapat adalah 7 yang berarti (pH) air tersebut normal serta tingkat kecerahan dan
kekeruhan air masing-masing 53 cm dan 77 cm dengan alat yang kami gunakan
adalah kepping secchi dan hasil pengukuran terakhir yang kami lakukan adalah
mengukur salinitas air dengan menggunakan alat hand refraktometer dan hasil
yang didapat adalah 25%.

Parameter Fisika Kimia Perairan Kondisi fisika kimia dapat menggambarkan mutu
atau kualitas lingkungan perairan pada saat tertentu. Pengkuran suhu dilakukan
selama enam periode dengan kisaran antara 27,6 - 29,6ºC dengan kisaran rata-rata
28,5ºC. Kisaran suhu terendah pada awal periode sedangkan kisaran suhu tertinggi
pada akhir periode.

Parameter fisika diantaranya adalah kecerahan air, suhu air dan udara, derajat
keasaman (pH), kecerahan, dan warna  perairan. Sedangkan parameter kimia
adalah alkalinitas, O2 terlarut, konduktivitas dan CO2 bebas. Air merupakan fasa
cair dari persenyawaan kimia yang dibentuk oleh dua bagian berat hidrogen dan 16
bagian berat oksigen, di dalam air itu terkandung pula sejumlah kecil air berat, gas
dan zat padat, terutama bentuk garam dan larutan (Hehanusa, 2001).

Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan mempunyai  pH
berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada  besar
kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen didalam air (Wisnu, 2004).

Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang kesungai atau
danau akan mempengaruhi pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme didalam air
( Wisnu, 2004).

Air dapat dinentralkan dengan basa NaOH atau asam HCl dengan indikator PP
dan MO, PP berubah warna pada pH 8,3. dan MO berubah warnanya pada pH 4,5
(Syafriadiman , 2005).
Air dapat dinentralkan dengan basa NaOH atau asam HCl dengan indikator PP
dan MO, PP berubah warna pada pH 8,3. dan MO berubah warnanya pada pH 4,5
(Syafriadiman et al, 2005).

3.1 Parameter Fisika

1. Kecerahan perairan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati
secara visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan suatu
perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi
proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh, dan yang
paling keruh. Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca
yang normal dapat memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-
partikel tersuspensi dalam perairan tersebut.
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan
alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas
fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Faktor yang
mempengaruhi kecerahan adalah kejernihan yang sangat ditentukan partikel-
partikel terlarut dalam lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik
terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan
tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme
(Sembiring, 2008).

Nilai kecerahan berkisar antara 0,34 - 0,59 m. Nilai terendah terdapat pada
periode ke II dan ke VI. Nilai kecerahan yang rendah disebabkan oleh kondisi
perairan yang keruh akibat banyaknya padatan tersuspensi akibat limbah
domestik dan aktivitas lain di sekitar wilayah tersebut serta kurangnya
pengikatan substrat karena tidak adanya mangrove

Kecerahan rendah disebabkan banyaknya aktivitas manusia yang


menghasilkan limbah sehingga menyebabkanan tingginya partikel terlarut dan
partikel tersuspensi yang berasal dari aktivitas manusia tersebut.
Menurut Asmawai (1983) cit.Suparjo (2009), nilai kecerahan yang baik untuk
kehidupan ikan adalah lebih besar dari 0,45 m. Kecerahan air di bawah 100 cm
tergolong tingkat kecerahan rendah (Akronomi & Subroto, 2002).
Berdasarkan kutipan tersebut yang mengatakan bahwa tingkat kecerahan suatu
air harus lebih besar dari 0,45 m dan hasil yang kami dapat dari penelitian di
sungai bone adalah 53 m yang berarti sungai bone tersebut memiliki tingkat
kecerahan yang baik.
2. Salinitas Air
Salinitas merupakan perubahan penting dalam perairan pantai dan estuaria.
Perubahan salinitas dapat menyebabkan perubahan kualitas ekosistem akuatik,
terutama ditinjau dari tipe-tipe dan kelimpahan organisme. Salinitas harus
digunakan sebagai parameter pendugaan dampak untuk pengembangan
sumberdaya air yang berhubungan dengan perairan pantai dan estuaria. Sebaran
salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air,
penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Nontji, 2002).
Gambaran salinitas di perairan ini menginformasikan bahwa besar kecilnya
fluktuasi salinitas diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya oleh pola
sirkulasi air, penguapan (evaporasi) dan curah hujan (presipitasi).Kondisi perairan
yang bersifat asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme, karena akan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme dan
respirasi. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan pada umumnya
sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Kondisi asam
basa/pH merupakan salah satu hal penting dalam menentukan kualitas perairan.
pH umumnya mengalami peningkatan akibat dari perairan yang sudah tercemar
oleh aktivitas manusia, banyaknya limbah, ataupun bahan organik dan anorganik
yang mencemari perairan tersebut. Nilai pH atau derajat keasaman berkisar
antara 5,3 - 7,3.
Salinitas diukur berdasarkan jumlah garam yang terkandung dalam satu
kilogram air. Contoh perbandingan nyata, air tawar mempunyai salinitas <0,5
dan air minum maksimal 0,2 Sumber literatur lain menyebutkan standar air tawar
mempunyai salinitas maksimal 1 dan salinitas air minum 0,5 sedangkan air laut
rata-rata mempunyai salinitas 35 (Jamali,2007)

3. Suhu
Menurut Agrifishery (2010) strtifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan
menjadi 3 yaitu Lapisan epilimion yaitu lpisan sebelum atas perairan yang hangat
dengan  penurunan suhu relatif kecil dari 32menjadi 28, Lapisan kedua disebut
dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu
sangat tajam dari 28 menjadi 2.Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimion yaitu
lapisan yang paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan sangat kecil
Relatif konstan.
Suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan
yang dibudidaya, kisaran yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal
adalah 28 0C – 32 0C.
Berdasrkan dari kutipan tersebut yang berarti suhu yang berada pada lokasi
penelitian kami yaitu sungai bone kurang baik karena suhu yang diperoleh oleh
kami adalah 25° c itu berarti suhu di sungai bone kurang baik untuk
pertumbuhan ikan dan juga biota laut di dalam sungai tersebut.

4. Kedalaman
Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan
masalah teknik  berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis
pantai, pelabuhan dan kontraksi pelabuhan, evaluasi, penyimpangan pasang
surut, pergerakan pemeliharaan, rute navigasi.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada
lokasi tersebut. lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya
pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya
kedalaman perairan lebih dari dari 3 meter dari pengaruh gelombang
yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari dasar jarring.

3.2 Parameter Kimia

1. pH Air
  pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang di ukur dan jumlah ion
hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H⁺ Air murni terdiri dari ion H⁺ dan ion
OH⁻  dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa 7. Makin banyak ion
H⁻ dalam larutan cairan makin rendah ion H⁺  dan makin tinggi pH, cairan
demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya makin ttinggi ion H⁺makin rendah pH
dan cairan tersebut bersifat asam ( Andayani, 2005).  
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik perairan asam atau kurang produktif. Malah dapat
menumbuhkan hewan budidaya. Pada pH rendah ( keasaman yang tinggi )
kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang sebaliknya menjadi pada
suasana basa . Atas dasar ini maka usaha budidaya di perairan akan berhasil
baik dalam air dengan pH 6,5  – 9,0 dan kisaran optimal pH 7,8 – 8,7 (Kardi dan
Andi, 2007).
Menurut Wisnu, Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu
kehidupan mempunyai  pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau
basa, tergantung pada  besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion
hidrogen didalam air. Berdasarkan kutipan tersebut membuktikan bahwa pH air
dari Sunagi Bone yang menjadi objek penelitian kami memiliki pH air normal
sebab pH yang kami dapat adalah 7 adapun yang dikatakan tersebut pH normal
itu berkisar antara 6,5-7,5.

2. Oksigen Terlarut (DO)


  Oksigen terlarut merupakan parameter mutu air yang penting karena nilai
oksigen terlarut dapat menunjukan tingkat pencemaran atau tingkat pengelolaan
limbah. Oksigen terlarut akan menentukan kesesuaian suatu jenis air sebagai
sumber kehidupan biota di suatu daerah. Pengukuran oksigen terlarut dan
karbondioksida lebih baik diterapkan dalam mengkaji masalah polusi air daripada
dalam menentukan mutu sanitasi karena parameter DO dapat dengan cepat
menentukan tingkat polusi air ( Sunu, 2001).

3. Derajat keasaman (pH)


Derajat Keasaman merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion-ion
hidrogen yang terlepas
dalam suatu cairan dan merupakan indicator baik buruknya suatu perairan. pH
suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting dalam
memantau kestabilan perairan
(Simanjuntak, 2009).
Variasi nilai pH perairan sangat mempengaruhi biota di suatu perairan. Selain
itu, tingginya nilai pH sangat menentukan dominasi fitoplankton yang
mempengaruhi tingkat produktivitas primer suatu perairan dimana
keberadaan fitoplankton didukung oleh ketersediaanya nutrien di perairan laut
(Megawati 2014).

4.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan


bahwa sungai bone tepatnya pada kelurahan botu kecamatan timur kota gorontalo
di bawah jembatan talumolo didapatkan hasil dari suhu tersebut adalah 23◦c sera
keasaman dari air tersebut 7 yang berarti air tersebut memiliki (pH) normal serta
hasil dari kecerhan air yang diukur tingkat kecerahannya menggunakan keeping
secchi mendapatkan hasil 53 cm dengan kekeruhan air 77 cm serta salidasi dari air
tersebut adalah 25%. Di sungai bone tersebut banyak aktifitas yang dilakukan oleh
masyarakat setempat sehari harinya aktifitas tersebut juga dapat mempengaruhi
perairan tersebut. Kualitas air adalah sifat air secara fisik, kimiawi, biologis,
radioaktivitas, dan organoleptik. Yang termasuk ke dalam parameter fisika adalah
kecerahan air, suhu air dan udara, derajat keasaman (pH), kecerahan, dan warna
perairan.Sedangkan yang termasuk ke dalam parameter kimia adalah alkalinitas,
O2 terlarut, konduktivitas dan CO2 bebas.

5.Ucapan Terima kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung penelitian .ini dalam bentuk material maupun non material. Pihak-pihak
tersebut diantaranya adalah Universitas Negeri Gorontalo, dosen ekologi,
koordiantor praktikum ekologi beserta para asisten lab yang telah membantu serta
membimbing kami selama melakukan penelitian "pengukuran parameter fisika-
kimia air" di sungai bone kota gorontalo kelurahan botu kecamatan kota timur
gorontalo.
6. Referensi

Boyd, C.E., 1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Scientific
Publishing Company Amsterdam New York. , 5(4) : 132-140.
Hefni Effendi.2007. Telaah kualitas air L kanisius 2003, Yogyakarta.
Nur, N. M. 2015. Analisis Kesesuaian Peraiaran Ketapang, Lampung Selatan Sebagai
Lahan Budidaya Rumput laut (Kappaphycus alvarezii)Maspari Journal, 91 – 100.
Megawati, C., Yusuf, M., dan Maslukah, L. 2014. Sebaran kualitas perairan ditinjau dari zat
hara, oksigen terlarut dan pH di perairan selatan Bali Bagian Selatan. Jurnal
Oseanografi, 3(2) : 142-150.
Meillisa Carlen Mainassy, 2017. Pengaruh Parameter Fisika dan Kimia terhadap Kehadiran Ikan
Lompa(Thryssa baelama Forsskal) di Perairan Pantai Apui Kabupaten Maluku TengahThe
Effect of Physical and Chemical Parameters on the Presence of Lompa Fish(Thryssa
baelama Forsskal) in the Apui Coastal Waters of Central Maluku District 2(1) : 133-140.
Gusmaweti Lisa Deswant. 2015 Analisis Parameter Fisika-Kimia sebagai Salah Satu Penentu
Kualitas Perairan Batang Palangki. Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.
Dharma Arief,1984. Pengukuran salinitas air laut dan peranannya dalam ilmu kelautan. Jakarta.
Dafiuddin Salim, Yuliyanto, Baharuddin, 2017. Karakteristik parameter oseanografi fisika-kimia
perairan pulau kerumputan kabupaten kotabaru kalimantan selatan. Bandung.

7. Lampiran
Pengukuran derajat keasama (Ph) Pengukuran tingkat kekeruhan air

Pengukuran tingkat kecerahan air Pengukuran suhu air

Anda mungkin juga menyukai