Anda di halaman 1dari 5

PENGUKURAN PARAMETER FISIKA KIMIA AIR

Kelompok 5

ABSTRACT

Pengukuran parameter fisika kimia air didaerah sungan bone bolango.Dengan tujuan untuk menentukan suatu ekologis
dari suatu habitat perairan dengan menggunakan pendekatan fisika-kimia perairan dan biologis.Proses pengumpulan
data dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung disungai bone bolango,kemudian menganalisis data
dilakukan dilaboratorium biologi universitas negeri gorontalo.Dan dengan menentukan suhu air disungai,PH
air,kekeruhan air,kecerahan air,salinitas air.penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui kualitas air yang berada di
sungai bone bolango.

1.Pendahuluan

Pencemaran terjadi diberbagi tempat, termasuk di lingkungan kita berada. Kecenderungan


pencemaran terjadi sejak perang dunia ke dua yang mengarah pada dua hal yaitu pembuangan senyawa
kimia tertentu yang makin meningkat, terutama akibat kegiatan industri dan transportasi dan akibat
penggunaan bahan-bahan berbahaya oleh manusia. Kegiatan industri, transportasi, dan aktivitas manusia
yang banyak mengeluarkan bahan pencemaran seringkali merusak keadaan lingkungan, salah satunya
adalah air (Achmad, 2004).

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan dengan senyawa lainnya (Achmad,
2004).

Air yang tidak berbau dan berwarna merupakan air yang baik, sebaliknya air yang mempunyai
warna tertentu pasti mengandung bahan kimia. Demikian pula dengan bau, bila air berbau biasanya
mengandung bahan-bahan organik (SuyaNta, 2002). Menurut Freedman dalam Suyanta (2002), kualitas
air ditentukan oleh kandungan ion logam dan non logam dalam air, seperti logamlogam perak (Ag),
kadmium (Cd), krom (Cr), kobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe), merkuri (Hg), molibdenum (Mo), nikel
(Ni), timbal (Pb), timah (Sn), Seng (Zn), Aluminium (Al), arsen (As) dan selenium (Se). Adanya anion-
anion seperti klorida (Cl-), sulfat (SO42-) dan nitrat (NO3-) juga dapat menyebabkan rendahnya kualitas
air. Selain itu kualitas air juga ditentukan oleh beberapa faktor fisik seperti temperatur, rasa, dan total
padatan terlarut (TDT).

Dalam studi ekologi dikenal faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan dan keadaan organisme
di alam, yaitu faktor non-biotik dan faktor biotik. Faktor non-biotik sendiri dibagi menjadi dua faktor,
yaitu faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi temperatur, kelembaban, intensitas cahaya,
komposisi substrat berdasar substrat, dan arus. Sedangkan faktor kimia meliputi salinitas, pH, DO, BOD,
dan COD. Dari tiga medium yang ada di alam, yaitu air, darat dan udara, ada yang parameternya sama,
ada pula yang khusus untuk medium maupun habitat tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas
(Hariyanto, 2008).
Suatu organisme yang hidup tidak pernah terlepas dari pengaruh parameter fisik dan kimia.
Paramater fisik dan kimia tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain. Salah satu faktor fisik,
yaitu suhu mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keberadaan dan aktivitas organisme. Sebab
pada umumnya, organisme memiliki kisaran suhu tertentu supaya dapat melakukan aktivitas
optimalnya. Batas kisaran tertentu biasa disebut dengan batas toleransi.Tinggi rendahnya suhu
dipengaruhi oleh kedudukan matahari terhadap bumi (sudut datang sinar matahari), beserta lamanya
penyinaran matahari. Di samping itu wujud permukaan bumi (daratan, lautan, pegunungan, kota,
hutan, dan lain-lain) dan ketinggian suatu tempat, yaitu semakin tinggi suatu tempat, maka semakin
rendah suhu, dan sebaliknya. Perubahan suhu umumnya dipengaruhi oleh waktu, udara, musim, tekanan
udara, arus air pada geomorfologi, latitude, altitude, dan angin. Alat pengukur suhu adalah
termometer. Untuk mengukur suhu di dalam suatu ruangan dan suhu di udara terbuka kita biasa
menggunakan termometer maksimum dan minimum (Hariyanto, 2008).
Kelembaban juga merupakan salah satu faktor fisika yang mempunyai kaitan erat dengan suhu.
Kelembaban menunjukkan banyaknya uap air di udara, bila di tanah biasanya disebut kandungan air. Alat
untuk mengukur kelembaban udara adalah Sling psycrhometer. Biasanya dalam alat yang mencatat
temperatur basah dan kering sudah tersedia tabel kelembaban udara. Alat ini ada yang ditempel di
dinding, ada pula yang harus diputar-putar (sling psychrometer). Asumsinya adalah temperatur basah
menunjukkan suhu pada kelembaban 100% atau absolut, sedang temperatur kering menunjukkan suhu
pada kelembaban seadanya. Bila suhu pada temperatur kering sama dengan suhu pada temperatur basah
berarti kelembaban 100%. Tampaklah bahwa ada hubungan antara suhu dan kelembaban udara.
Kelembaban berubah-ubah menurut suhu dan cuaca sehingga pada musim hujan, kelembaban akan
semakin tinggi dan pada musim kemarau kelembaban akan semakin turun. Hal tersebut dapat terjadi
karena kelembaban merupakan fungsi dari banyaknya dan lamanya curah hujan, terdapatnya air genangan
dan suhu (Hariyanto, 2008).

2.Metodologi

Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif . Penelitian
ini dilakukan pada hari minggu 1 maret 2020 di sungai bone bolango lebih tepatnya dibawah jembatan
talumolo di kelurahan botu kecamatan timur kota gorontalo.Keadaan tempat sangat ramai banyak
aktivitas warga disungai seperti mencuci pakaian,kendaraan,dan mandi,kami melakukan pengukuran
disungai itu juga terdapat sampah yang bertumpukan tidak jauh dari tepi sungai.Serta sungai tersebut agak
berarus dan keadaan dasar sangat berbatu. .

Tahap-tahap pengambilan sampel :


Suhu air laut diukur dengan menggunakan termometer. Suhu diukur dengan cara memasukan
termometer ke dalam air. Pengukuran kecerahan dan kekeruhan air laut dengan menggunakan alat keping
Secchi. Keeping Secchi diturunkan hingga masih terlihat kemudian dicatat. Pengukuran derajat keasaman
(pH) dilakukan dengan menggunakan pH meter elektrik ke dalam air, ditunggu sesaat, besaran pH dicatat.
Alat yang digunakan untuk mengukur salinitas air laut adalah Refraktometer. Langkah-langkah dalam
pengukuran salinitas adalah sebagai berikut; (1) refraktometer dibersihkan dengan air steril (akuades), (2)
air sampel diteteskan di bagian depan refraktometer, (3) angka yang ada pada refraktometer diamati,
angka yang merupakan kadar salinitas yaitu angka yang ditunjukkan dengan batasan warna biru dan
putih.

Alat yang digunakan saat melakukan penelitian berupa Keping secchi,Yang digunakan untuk
mengukur kekeruhan dan kecerahan air,Thermometer untuk mengukur suhu,Refrakto meter.Bahan yang
digunakan berupa Larutan NaOH,Akuades,Fenoftalein,dan alcohol yang digunakan untuk penentuan
kandungan CO2 bebas terlarut dilakukan pada air cuplikan dengan menggunakan metode titrasi.

3.Hasil dan pembahasan

Hasil pengamatan dengan parameter fisik dan kimia,yaitu dengan mengukur suhu,ph
air,kekeruhan,kecerahan,dan salinitas air.

Tabel

Hasil pengamatan parameter fisika kimia air

No Percobaan Data Alat yang digunakan

1 Suhu air di sungai 24° c suhu air Termometer

2 PH air PH 7 Kertas PH

3 Kekeruhan air 56,6 cm Keping seechi

4 Kecerahan air 49,5 cm Keping seechi

5 Salinitas 25% Refractor meter

Sumber: Data hasil pengamatan dilapangan

Dari penelitian tersebut dapat dilihat suhu dari sungai yang berada dibone bolango dalam kondisi
normal,sungai tersebut masih jernih,Kemudian untuk Ph juga dalam keadaan normal,Tetapi dari titik lain
terlihat air tersebut keruh.Bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh aktivitas warga yang berada dikawasan
itu.Tetapi untuk aktivitas masyarakat disekitaran sungai tersebut bone bolango Baik.
4.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa status ekologis dari
sungai bone bolango dengan menggunakan pendekatan fisika-kimia air, Kondisi fisika kimia dapat
menggambarkan mutu atau kualitas lingkungan perairan pada saat tertentu.Dan kondisi perairan di
kawasan tersebut baik. Karakteristik perairan baik dari segi fisika maupun kimia dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik faktor eksternal maupun internal. Kondisi perairan ini umumnya dipengaruhi oleh masukan-
masukan yang bersumber dari aktivitas masyarakat disekitar. Aktivitas masyarakat di sekitar perairan
menjadi faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan nutrien di perairan yang pada akhirnya memberi
dampak terhadap kualitas air untuk kepentingan hidup biota di perairan tersebut.

Suhu masih dikatakan baik karena tidak melebihi batas suhu terendah maupun suhu tertinggi.
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan
air pada kedalaman tertentu

Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa
dan produksi primer dalam suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi kecerahan adalah kejernihan yang
sangat ditentukan partikel-partikel terlarut dalam lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik
terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan
akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008). Kecerahan rendah disebabkan
banyaknya aktivitas manusia yang menghasilkan limbah sehingga menyebabkanan tingginya partikel
terlarut dan partikel tersuspensi yang berasal dari aktivitas manusia tersebut.

Salinitas merupakan peubah penting dalam perairan pantai dan estuaria. Perubahan salinitas dapat
menyebabkan perubahan kualitas ekosistem akuatik, terutama ditinjau dari tipe-tipe dan kelimpahan
organisme. Salinitas harus digunakan sebagai parameter pendugaan dampak untuk pengembangan
sumberdaya air yang berhubungan dengan perairan pantai dan estuaria. Sebaran salinitas di laut
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai
(Nontji, 2002). Gambaran salinitas di perairan ini menginformasikan bahwa besar kecilnya fluktuasi
salinitas diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya oleh pola sirkulasi air, penguapan
(evaporasi) dan curah hujan (presipitasi).

Kondisi perairan yang bersifat asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme, karena akan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Batas toleransi
organisme terhadap pH bervariasi dan pada umumnya sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap
perubahan pH. Kondisi asam basa/pH merupakan salah satu hal penting dalam menentukan kualitas
perairan. pH umumnya mengalami peningkatan akibat dari perairan yang sudah tercemar oleh aktivitas
manusia, banyaknya limbah, ataupun bahan organik dan anorganik yang mencemari perairan tersebut.

5.Refrensi

Haryanito,Sucipto,2008.Teori dan praktik ekologi.SurabayaUniversitas erlangga.Erlangga

Jalil,Jurniati.2012.Analisis parameter fisika kimia perairan muara sungai salo tellue untuk kepentingan
budidaya perairan.Jurnal Fmipa universitas terbuka,Makasar.4(2):2130-7163
Martin Aprilino Tambunan,Jemmy Abidjulu,Audy Wuntu.2015.Analisis fisika-kimia air sumur ditempat
pembuangan akhir sumompo kecamatan tuminting manado.Jurnal mipa unsrat online.4(2):153-156

Meillisa Carlen Mainassy.2017.Pengaruh parameter fisika kimia terhadap kehadiran ikan lompa (Thyssa
baelama forsskal) diperairan pantai apui kabupaten Maluku tengah,jurnal perikanan universitas
Gadjah mada.19(2):61-66

Anda mungkin juga menyukai