Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LINGKUNGAN
PENGUKURAN KUALITAS AIR LAUT

OLEH
KELOMPOK 1
SONYA DE JESUS
YOKTAN ELKANA BURAEN
YOSEFA CYSILIA B. DJE
VELTIDIS HADIAH
YULITA S. HADJON
YULIUS L. MADA
YUNITA A. BENGGU

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tak bisa dipungkiri bahwa air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan.
Menutupi 70% bagian dari permukaan bumi yang dibagi dalam dua kategori utama, yaitu
ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut air laut
mempunyai bagian yang paling besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang
sangat penting artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya.
Indonesi merupakan wilayah dengan luas laut 5,8 juta km2 (laut teritorial dan ZEEI) dan
memiliki banyak ekosistem air tawar danau, sungai, rawa, dan waduk yang sangat diperlukan
untuk . Ekosistem perairan sangat diperlukan bagi kehidupan organisme. Peranan air bagi
kehidupan semakin meningkat dengan majunya kebudayaan manusia. Jika air tersebut
digunakan oleh organisme untuk keperluannya, misalnya ikan maka kualitas airnya harus
sesuai dengan air yang dibutuhkan oleh ikan itu.
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu
kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan
kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air dalam hal analisis kualitas air mencakup
keadaan fisika, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk
kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya.
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisikaa dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas,
pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran
kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).

B. TUJUAN

Mengetahui kualitas air laut di pantai OESAPA berdasarkan pengukuran dengan

parameter fisika maupun kimia.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

Air laut memiliki rasa asin karena mengandung senyawa garam murni (NaCl) yang
cukup tinggi, kadar garam murni sekitar 3% dari jumlah total keseluruhan air laut. Saat ini
teknologi yang dapat merubah air laut menjadi air tawar yang layak dikonsumsi masih
teknologi tinggi yaitu dengan filterisasi dan destilasi dimana proses ini memerlukan energi
yang besar sehingga hanya negeri kaya dan maju yang baru bisa mengaplikasikan teknologi
penjernihan air laut.
Kualitas air laut dapat diketahui dengan pengukuran parameter fisika dan parameter
kimianya.

A. PARAMETER FISIKA

Secara fisik, kualitas air dapat diketahui dengan menggunakan indera penglihatan,
perasa, penciuman, dan mencicipi untuk mengetahui rasa, kekeruhan, warna dan bau.
Standar uji fisika antara lain:
a) Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas minimal
kekeruhan air layak minum menurut Permenkes adalah 5 skala NTU. Kekeruhan air
disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam air.
b) Tidak berbau dan tidak berasa
Air yang mempunyai kualitas baik adalah tidak berbau dan tidak berasa. Bau dan rasa
dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan indra perasa. Air yang mempunyai bau
dan berasa mengindikasikan ada terjadi proses dekomposisi bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme dalam air, disebabkan oleh senyawa fenol yang terdapat dalam air atau
penyebab lainnya yang menyebabkan air tidak layak untuk dikonsumsi
c) Jumlah padatan terapung
Perlu diperhatikan air yang baik dan layak diminum tidak mengandung padatan
terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan (1.000 mg/l).
d) Suhu Normal
Air yang baik mempunyai temperatur normal, kurang lebih 30 dari suhu kamar (270C).
Suhu air yang melebihi batas normal menunjukan indikasi terdapat bahan kimia yang terlarut

3
dalam jumlah yang cukup besar atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme.
e) Warna
Warna pada air dapat disebabkan oleh macam-mcam bahan kimia atau organic. Air
yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna. Permenkes menyatakan bahwa batas
maksimal warna air yang layak untuk diminum adalah 15 skala TCU.

f) DHL (Daya Hantar Listrik)


Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan
arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang
menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu,
semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta
konsentrasi total maupun relatifnya.

Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air
untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air. Pengukuran
yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik
yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan indikator, dimana semakin besar nilai daya
hantar listrik yang ditunjukkan pada konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan
kation dan anion yang terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.

Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam


analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah mhos/cm. Air suling (aquades) memiliki
nilai DHL sekitar 1 mhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 1500 mhos/cm

Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktivitimeter dengan satuan


mhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air
berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Batas waktu maksimum pengukuran yang
direkomendasikan adalah 28 hari. Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003)
diketahui bahwa pengukuran DHL berguna dalam hal sebagai berikut :

Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.


Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.
Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.
Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air.
Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.

4
B. PARAMETER KIMIA

Standar baku kimia air meliputi:


a. Derajat keasaman (pH)
Kualitas air yang baik/netral berada di rentang pH 7. Air dengan pH di bawah 7
dikatakan asam dan diatas 7 dikatakan basa.
b. Kandungan bahan kimia organic
Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu tubuh membutuhkan bahan kimia
organik namun apabila melebih batas akan menimbulkan gangguan pada tubuh. Hal itu
terjadi Karena bahan kimia organic yang melebihi batas akan terurai dan menimbulkan
gangguan pada tubuh. Bahan kimia organic tersebut antara lain seperti: NH 4, H2S, SO-42-, dan
NO3-
c. Kandungan Bahan kimi anorganik
Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam bahan kimia anorganik antara lain garam
dan ion-ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn).
d. Tingkat kesadahan rendah
Derajat kesadahan (CaCO3) maksimum air yang layak minum adalah 500 mg per liter.

5
BAB III
METODOLOGI

A. WAKTU DAN TEMPAT


Hari / tanggal : Sabtu, 10 Desember 2016
Waktu : 08.00 10.15 WITA
Tempat : Pantai OESAPA
B. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu :

Pocket Tester
Konduktormeter
Sexy Disch

Bahan yang digunakan adalah sampel air laut.

C. METODE PRAKTIKUM

Metode yang digunakan dalam praktikum adalah metode pengukuran kualitas air
secara langsung. Metode ini merupakan metode pengukuran sampel air laut di pantai
OESAPA.

6
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Adapun hasil analisis parameter kualitas air dengan sempel air laut yang dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 1 : pinggir laut

Parameter Hasil

Suhu 33.9 oC
TDS 18.96
Salinitas 27.8
Konduktivitas 30.43
Ph 7.51
Salt 14.43

Tabel 2 : 5 meter dari pinggir laut

Parameter Hasil

Suhu 33.9 oC
TDS 18.93
Salinitas 28
Konduktivitas 33.43
Ph 7.78
Salt 14.16

Tabel 3 : tingkat kecerahan

Data Hasil
L1 19 cm
L2 11.53 cm

7
B. PEMBAHASAN

Praktikum dilaksanakan pada Sabtu, 10 Desember 2016 di Pantai Oesapa pada pukul
08.00-selesai. Pengukuran kualitas air laut menggunakan tiga buah alat yaitu, Pocket Tester,
Konduktormeter, dan Sexy Disch. Pengukuran dilakukan pada dua tempat yaitu di pinggir
laut dan lima meter dari pinggir laut.

Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh suhu air laut di pinggir dan lima meter dari
pinggir laut adalah sama yaitu sebesar 39.9 0C. Menurut literatur, suhu air normal adalah
kurang lebih 30 dari suhu kamar (270C). Hasil pengukuran menunjukkan suhu melebihi suhu
air normal. Suhu air yang melebihi batas normal menunjukan indikasi terdapat bahan kimia
yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan
organik oleh mikroorganisme.
Pengukuran TDS di pinggir laut sebesar 18.96 dan pada 5 meter dari pinggir laut
sebesar 18.93. Salinitas di pinggir laut sebesar 27.8 dan pada 5 meter dari pinggir laut sebesar
28. Sedangkan salt di pinggir laut sebesar 14.43 dan pada 5 meter dari pinggir laut sebesar
14.16.
Pengukuran pH di pinggir laut diperoleh 7.51 dan pada 5 meter dari pinggir laut
sebesar 7.78. Kualitas air yang baik/netral berada di rentang pH 7. Air dengan pH di bawah 7
dikatakan asam dan diatas 7 dikatakan basa. Berdasarkan hasil pengukuran kami pH air yg
diukur di atas 7 sehingga dikatakan basa.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam
analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah mhos/cm. Air suling (aquades) memiliki
nilai DHL sekitar 1 mhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 1500 mhos/cm.
Menurut hasil pengukuran kami diperoleh konduktivitas di pinggir laut sebesar 30.43 dan 5
meter dari pinggir laut sebesar 33.43. maka dinyatakan air laut tersebut memiliki
konduktivitas yang baik.

Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Kekeruhan air
disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam air. Kekeruhan air diukur dengan
alat sexy disc. Hasil yang diperoleh dari L1 yaitu 9.66 cm dan L2 diperoleh 4.66 cm.

8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan praktikum ini dapat kami
simpulkan Parameter fisika perairan dalam praktikum ini adalah suhu,kekeruhan, TDS,
konduktivitas dan salt sementara parameter kimia adalah pH dan salinitas.

B. SARAN

Dalam praktikum kali ini, parameter yang diukur atau dianalisis adalah parameter
fisika dan kimia sedangkan parameter yang kita ketahui terdapat tiga parameter yaitu fisika,
kimia, dan biologi.
Saran kami dalam praktikum berikutnya di lakukan praktikum dengan ketiga
parameter tersebut, agar kami dapat mengetahui bagaimana cara pengukuran dan analisis
parameter fisika, kimia, dan biologi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Odum. E.P, 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Wardoyo, S. 1981. Pengelolaan Kualitas Air. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

http://eprints.uny.ac.id/8122/3/bab%202%20-%2005308144028.pdf
http://eprints.uny.ac.id/9374/3/BAB%202%20-%2008308141019.pdf
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-330-401738002-bab%20ii.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19269/4/Chapter%20II.pdf

10
LAMPIRAN

PRAKTIKUM PENGUKURAN KUALITAS AIR DI PANTAI


OESAPA

11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai