PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap organisme di dalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh berbagai hal
disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut
disebut faktor lingkungan. Lingkungan mempunyai dimensi ruang dan waktu, yang berarti
kondisi lingkungan tidak mungkin seragam baik dalam arti ruang maupun waktu. Kondisi
lingkungan akan berubah sejalan dengan perubahan ruang, dan akan berubah pula sejalan
dengan waktu.
Organisme hidup akan bereaksi terhadap variasi lingkungan ini, sehingga hubungan
nyata antara lingkungan dan organisme hidup ini akan membentuk komunitas dan ekosistem
tertentu, baik berdasarkan ruang maupun waktu.
Lingkungan organisme tersebut merupakan suatu kompleks dan variasi faktor yang
bereaksi berjalan secara simultan, selama perjalan hidup organisme itu. Ada kalanya tidak
sama sekali, hal ini tidak saja bergantung pada besaran intensitas faktor itu dan faktor-faktor
lainnya dari lingkungan, tetapi juga kondisi organisme itu, baik tumbuhan maupun hewan.
Faktor-faktor tersebut dinamakan faktor pembatas.
4. Faktor – Faktor Pembatas Yang Terikat Padat dan Bebas dari Kepadatan
Bila suatu populasi tidak dikenai faktor pembatas mana pun sehingga dapat merealisasi
potensi biotik secara penuh, pertumbuhannya berlangsung dengan pola eksponen, tetapi
pertumbuhan eksponen ini tidak dapat berlangsung lama karena ada peranan faktor pembatas
lingkungan. Kadang – kadang faktor lingkungan menyebabkan pertumbuhan eksponen tiba –
tiba berhenti ( Suwasono, 1986).
Dalam kasus ini faktor pembatas kecil sekali efektivitasnya dan peningkatan, dan tiba –
tiba menjadi sangat efektif, yang biasanya menyebabkan penurunan yang cepat pada
kepadatan populasi. Pola pertumbuhan populasi ini adalah ciri beberapa serangga kecil
dengan siklus hidup pendek dimana populasi tumbuh dengan cepat selama periode cuaca
yang sesuai dengan kemudian tiba – tiba menurun bila cuaca berubah. Ingat bahwa faktor
pembatas disini adalah tergantung pada kepadatan populasi; perubahan cuaca bukan
disebabkan oleh meningkatnya populasi dan pengaruh pembatasnya akan parah pada populasi
kecil maupun besar ( Suwasono, 1986).
Biasanya ada fluktuasi, kadang – kadang fluktuasi ini berasal dari fluktuasi lain dalam
lingkungn fisik, yang dapat meningkatkan dan menurunkan “daya dukung”. Tetapi fluktuasi
kepadatan juga terjadi di lab dimana kondisi lingkungan juga dijaga sekonstan mungkin. Jadi
pola pertumbuhan yang sebenarnya bisa mendekati kurva sigmoid hanya dengan cara kasar.
Akan menghasilkan kurva pertumbuhan sigmoid bila faktor pembatas makin efektif sesuai
dengan kenaikan kepadatan populasi, yaitu bila faktor pembatas paling sedikit tergantung
pada kepadatan. Perbedaan antara faktor pembatas yang tergantung pada kepadatan dan yang
tidak tergantung pada kepadatan belum jelas, tetapi walaupun demikian konsep tersebut
berguna untuk menjelaskan jenis – jenis pengaruh lingkungan yang ikut membantu
menentukan kepadatan populasi. Sebenarnya faktor yang tidak tergantung pada kepadatan
adalah yang secara konstan mempengaruhi tanpa mempengaruhi populasi apa apun. Bila
populasi inang meningkat, persentase yang menjadi korban akan tinggi karena masing –
masing individu yang mungkin terpaksa mengalami situasi yang kurang memadai atau makin
lemah sehingga mudah terbang dari sumber daya yang ada menjadi mudah diketemukan dan
di serang. (Suwasono, 1986).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1) Apa itu faktor pembatas?
2) Apa prinsip–prinsip yang berhubungan dengan faktor pembatas?
3) Contoh-contoh faktor pembatas dan pengaruhnya pada beberapa ekosistem.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian faktor
pembatas, prinsip–prinsip yang berkaitan dengan faktor pembatas , serta contoh-contoh
faktor pembatas dan pengaruhnya terhadap ekosistem.
BAB II
FAKTOR PEMBATAS PADA BEBERAPA EKOSISTEM
Mengacu pada definisinya, ekosistem akuatik ialah ekosistem yang mayoritas terdiri
atas air, menjadi habitat makhluk hidup. Contohnya ialah ekosistem air tawar yang bisa
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ekosistem Lentik: ekosistem yang airnya tergenang
(relatif diam) seperti danau, waduk, kolam, rawa, embung, dll. Lentik diturunkan dari kata
lenis (bahasa Latin) yang artinya tenang. Ekosistem Lotik (Latin: lotus , artinya alir), ialah
ekosistem yang airnya mengalir, seperti: sungai, selokan, dll. Fungsi ekosistem akuatik ini
antara lain sebagai sumber air minum, pengairan, air industri, perikanan, PLTA, rekreasi,
sumber riset ilmu dan teknologi, jugapenerima air olahan IPAL rumah sakit atau efluen IPAL.
Kolam budidaya ikan lele, merupakan kolam buatan manusia yang digunakan untuk
agribisnis ikan lele. Untuk dapat menjadi habitat hidup lele yang baik, kolam perlu dibuat
sedemikian rupa sehingga syarat hidup ikan lele dapat terpenuhi. Komponen-kompenen
penyusun ekosistem kolam budidaya ikan lele dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu
komponen biotik dan abiotik. Komponen Abiotik ekosistem kolam lele misalnya Air, Oksigen
terlarut, Cahaya, lumpur atau tanah, pakan, dan lain sebagainya. Sedangkan komponen Biotik
ekosistem kolam ikan terdiri dari mayoritas ikan lele itu sendiri dan organisme lain misalnya
Fitoplankton, Jentik, Serangga air, lumut, dan sebagainya.
Faktor pembatas utama pada kolam budidaya ikan lele di Indonesia pada umumnya
ialah air dalam hal ini suhu air. Ikan lele umumnya ketika masih kecil sangat rentan terhadap
suhu dingin, dan dapat mematikan hamper 90% populasi ikan lele di kolam. Suhu dingin ini
umumnya terjadi pada malam hari saat musim kemarau. Usaha untuk menjaga suhu air dalam
kondisi baik untuk ikan lele biasanya menggunakan mesin penghangat dan penggunaan
sekam pada dasar kolam yaitu di bawah terpal (untuk kolam terpal ikan lele).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. faktor pembatas terdiri dari faktor pembatas fisik yang kita kenal secara luas di
antaranya faktor cahaya matahari, suhu, ketersediaan sejumlah air, dan lain
sebagainya, Faktor pembatas nonfisik yaitu nonfisik seperti zat kimia Dan Tipologi
Ekosistem dan Indikator Ekologi.
2. Prinsip – prinsip yang berkaitan dengan faktor pembatas meliputi Hukum minimum
Leibig Dan Hukum Toleransi Shelford .
3. Pada ekosistem tegalan factor pembatas utamanya adalah air.
4. Pada ekosistem kolam budidaya ikan lele factor pembatas utamanya adalah air dan
suhu.
B. Saran
Untuk melestarikan lingkungan hidup sebaiknya kita memperhatikan faktor
pembatasnya, sehingga setiap organisme dapat hidup didaerah yang sesuai dengan keadaan
organisme itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA