TINJUAN PUSTAKA
(a) (b)
Gambar 1. Morfologi Rajungan Keterangan : a. Rajungan jantan b. Rajungan
betina (Muthmainnah, 2020).
walaupun rajungan mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam tetapi
seluruhnya mempunyai kesamaan pada bentuk tubuh (Prianto, 2007). ciri morfologi
rajungan mempunyai karapaks berbentuk bulat pipih dengan warna yang sangat
menarik kiri kanan dari karapas terdiri atas duri besar, jumlah duri-duri sisi
belakang matanya 9 buah. Rajungan dapat dibedakan dengan adanya beberapa
tanda-tanda khusus, diantaranya adalah pinggiran depan di belakang mata, rajungan
mempunyai 5 pasang kaki, yang terdiri atas 1 pasang kaki (capit) berfungsi sebagai
pemegang dan memasukkan makanan kedalam mulutnya, 3 pasang kaki sebagai
kaki jalan dan sepasang kaki terakhir mengalami modifikasi menjadi alat renang
yang ujungnya menjadi pipih dan membundar seperti dayung. Oleh sebab itu,
rajungan dimasukan kedalam golongan kepiting berenang (swimming crab) (Jafar,
2011).
Ukuran rajungan antara yang jantan dan betina berbeda pada umur yang
sama; jantan lebih besar dan berwarna lebih cerah serta berpigmen biru terang;
sedangkan betina berwarna sedikit lebih coklat (Mirzads, 2009). Rajungan jantan
mempunyai ukuran tubuh lebih besar dan capitnya lebih panjang daripada betina.
Perbedaan lainnya adalah warna dasar, rajungan jantan berwarna kebiru-biruan
dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan betina berwarna dasar kehijau-
hijauan dengan bercak-bercak putih agak suram (Chalim et al., 2017).
Rajungan merupakan hewan karnivora pemakan bangkai rajungan
merupakan hewan karnivora, makanannya berupa ikan, dan binatang invertebrate
(Mustafa & Abdullah, 2013). Cara rajungan mencari makan yaitu dengan
membenamkan tubuhnya di permukaan pasir dan hanya menonjolkan matanya
menunggu ikan dan jenis invertebrate lainnya yang mencoba mendekat untuk di
mangsa (Muliana, 2009).
2.2 Habitat Rajungan
penyebaran rajungan terutama terdapat di daerah estuaria dan pantai di
kawasan Asia dan Pasifik Barat Perikanan Rajungan Indonesia tersebar di seluruh
perairan Indonesia. Produksi terbesar rajungan diperoleh dari WPP 712 yang
meliputi perairan utara Jawa dan perairan timur menyumbangkan produksi rajungan
sekitar 47.49 % dari total produksi rajungan nasional. Sentra produksi rajungan
terbesar selanjutnya yaitu WPP 713 dan WPP 711 (Muawanah et al., 2017).
Rajungan
muda
Estuarin bermigrasi Laut
ke estuarin terbuka
Megalop
a
Rajungan
dewasa
Zoea
Pelepas
an
Tabel 1. Tingkat perkembangan gonad rajungan betima dan jantan (Costa &
Negreiros Fransozo, 1998) & (Sumpton et al., 1994) dalam (Basri et
al., 2014)
TKG Ciri
I Bentuk gonad betina memanjang tipis, agak lunak berwarna putih susu
atau kuning pucat, sedangkan gonad jantan terdiri dari sepasang
filamen putih yang jernih atau putih susu.
II Ukuran ovarium bertambah, warna kuning keemasan, butir telur belum
kelihatan, sedang gonad jantan ukurannya bertambah besar dan
berwarna putih susu atau kuning muda.
III Volume ovarium hampir mengisi seluruh dada (chepalotorax),
berwarna semakin kuning, butir telur mulai terlihat namun masih
dilapisi oleh kelenjar minyak, sementara pada jantan gonadnya
memanjang, hampir memenuhi ruang bagian punggung, berwarna putih
pucat terkadang berwarna coklat muda
IV Butiran telur berwarna jingga (orange) dan mudah dipisahkan, lapisan
minyak sudah berkurang, sementara jantan, gonadnya menyelubungi
saluran pencernaan dan berwarna putih susu kekuningan.
V Ovarium mulai mengecil, butiran telur sangat banyak terlihat pada
bagian abdomen. Di sekitar hepatopankreas masih tampak butir telur
yang tidak dikeluarkan, sedang pada jantan, gonadnya berwarna kuning
kecoklatan, coklat tua atau coklat kehitaman dan menciut ke bagian
koksopodit.
(A)
(B) (C)
Gambar 4. Rajungan betina mengerami telur berwarna kuning (A), oranye (B) dan
coklat muda (C)((Hamid et al., 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., Bambang, A. N., & Wijayanto, D. (2014). Manajemen Kolaboratif Untuk
Afifah, N., Bengen, D. G., Sunuddin, A., & Agus, S. B. (2017). Afifah, N., Bengen, D.
G., Sunuddin, A., & Agus, S. B. (2017). Morfometri Dan Sebaran Ukuran
Arshad, A., Efrizal, M. S., Kamarudin, C. R., & Saad. (2006). Study on fecundity,
Asnidar, S., Viruly, L., & Raza’i, T. S. (2018). Lebar Berat Dan Mortalitas Pada
Bogor.
Basri, M. I., Sara, L., & Yusnaini, Y. (2014). Aspek Biologi Reproduksi Sebagai Dasar
Budiarto, A., Adrianto, L., & Kamal, M. (2015). Status pengelolaan perikanan rajungan
Chalim, M. A., Budiman, J., & Reppie, E. (2017). Pengaruh bentuk bubu terhadap hasil
Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara (The effect of pots shape
toward the catch of swimming crab in coastal waters Kema Tiga Village). Jurnal
Charles, P., & Anthony, T. (2001). Sustainable fishery system. Blackwell Scientific
Fajari, Z., Soemarmi, A., & Hananto, U. D. (2016). Pelaksanaan Peraturan Menteri
(Portunus Pelagicus Spp) Sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Hayati Laut.
Bubu Lipat Kotak dengan Bubu Lipat Kubah Terhadap Hasil Tangkapan
Rajungan (Portunus pelagicus) Di Perairan Rembang, Jawa Tengah. Jurnal
Hakim, L. L., Anna, Z., & Junianto, J. (2014). Analisis Bioekonomi Sumber Daya Ikan
Barat. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 4(2), 117-127.
Hamid, A., Wardiatno, Y., Batu, D. T. L., & Riani, E. (2015). Fekunditas Dan Tingkat
Hidayah, U. N., Partikto, I., & Irwani, I. (2019). Biologi Portunus pelagicus, Linnaeus,
Kembaren, D. D., Ernawati, S., & Suprapto, S. (2016). BIOLOGI DAN PARAMETER
Lakudo, A. H., Wardiatno, Y. W., Batu, D. T. L., & Riani, E. R. (2017). Pengelolaan
Mardyani, Y., Kurnia, R., & Adrianto, L. (2019). Status Pengelolaan Perikanan Skala
Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Http://mirzads.wordpress.com/2009/02/12/ pengemasan-dagingrajungan-
Muhsoni, F. F., & Abida, I. W. (2009). Analisis potensi rajungan (Portunus pelagicus)
Populasi dengan Alat Tangkap Bubu Rangkai pada Perikanan Rajungan: Studi
Kasus di Perairan Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. AQUASAINS: Jurnal
Universitas Hasanuddin.
Ningrum, V P, Ghofar, A., & Ain, C. (2015). Beberapa Aspek Biologi Perikanan
Ningrum, Valentina Pristya, Ghofar, A., & Ain, C. (2015). BEBERAPA ASPEK
71.
Nugraheni, D. I., Fahrudin, A., & Yonvitner, T. (2015). Variasi Ukuran Lebar Karapas
https://doi.org/10.14710/ik.ijms.20.2.87-100.
Prianto, E. (2007). Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada
Prihatiningsih, P., & Wagiyo, K. (2017). Sumber daya rajungan (Portunus pelagicus) di
Rainaldi, B., Zamdial, Z., & Hartono, D. (2017). Komposisi Hasil Tangkapan
Salim, K., & Febrianto, A. (2020). Analisis Strategi Pengembangan Perikanan Rajungan
9-18.
Simanjuntak, A. T. (2017). Analisis Sebaran Lebar Karapas Dan Proporsi Bef (Berried
Suman, A., Irianto, H. E., Satria, F., & Amri, K. (2017). Potensi dan Tingkat
Republik Indonesia (WPP NRI) Tahun 2015 serta Opsi Pengelolaannya. Jurnal
Wahju, R. I., & Riyanto, M. (2017). . Komposisi hasil tangkapan dan ukuran lobster
Wahyu, R., Taufiq-SPJ, N., & Redjeki, S. (2020). Hubungan Lebar Karapas dan Berat
Perairan Sambiroto Pati, Jawa Tengah. Journal of Marine Research, 9(1), 18-24.
Wijayanto, D., & Yulianto, T. (2014). Analisis Potensi Tangkap Sumberdaya Rajungan
Wiyono, E. S., Wisudo, S. H., & Haluan, J. (2014). POLA MUSIM DAN DAERAH