Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN IKAN

HENDRA
O 27118059

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Praktikum mata kuliah teknologi Teknologi dan Manajemen Pemberian Pakan Ikan

salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Teknologi dan Manajemen

Pemberian Pakan Ikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

banyak berperan dalam membantu penyusunan laporan ini.

Teknologi pembuatan dan manajemen pemberian pakan merupakan matah kuliah

lanjutan dari Nutrisi ikan. Dalam matah kuliah materi yang disampaikan terfokos

pada hal-hal yang terkait dengan teknologi pembuatan dan manajemen pemberian

pakan. Kajian tentang Teknologi pembuatan pakan di mulai dari bahan baku pakan

hingga penanganan dan pendistribusian pakan, sedangkan manajeman pemberian

pakan, mengkaji tentang cara menentukan jumlah pemberian pakan hingga

penambahan zat additif dalam pakan

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna.Oleh

karena itu, penulis mohon maaf apabila di dalam laporan ini masih terdapat

kekurangan atau kesalahan.Penulis sangat mengharapkan saran serta masukan yang

bersifat membangun dari semua pihak demi memperbaiki penyusun laporan

selanjutnya.
BAB 1 PENDAHULUAN

Teknologi pembuatan dan manajemen pemberian pakan merupakan matah


kuliah lanjutan dari Nutrisi ikan. Dalam matah kuliah materi yang disampaikan
terfokos pada hal-hal yang terkait dengan teknologi pembuatan dan manajemen
pemberian pakan. Kajian tentang Teknologi pembuatan pakan di mulai dari bahan
baku pakan hingga penanganan dan pendistribusian pakan, sedangkan manajeman
pemberian pakan, mengkaji tentang cara menentukan jumlah pemberian pakan hingga
penambahan zat additif dalam pakan

Dalam bidang perikanan khususnya akuakultur, dimana ilmu tentang


teknologi dan manajemen pemberian pakan sangat perlu untuk di pahami, karena
dalam kegiatan produksi akuakultur, biaya yang paling tinggi (40-85%) adalah pakan.
Jika dalam kegiatan akuakultur, penerapan teknologi dan manajemen pemberian
pakan kurang tepat, maka kegiatan tersebut berpotensi mengalami kerugian.
Berdasarkan hal tersebut, sehingga penyusunan modul terkait dengan
Teknologi pembuatan dan manajemen pemberian pakan ini disusun sebagai dasar
untuk menyeimbangkan antara teori yang diperoleh dalam perkualiahan dengan
praktiknya. kegiatan praktikum ini diharapkan dapat menambah wawasan dari
mahasiswa terkait teknologi pembuatan dan manajemen pemberian pakan dalam
bidang akuakultur nantinya.
BAB 2 FORMULASI PAKAN IKAN

2.1. Latar Belakang

Formulasi pakan merupakan suatu proses pengukuran jumlah bahan baku pakan
yang dibutuhkan sehingga dihasilkan campuran dengan pelletabilitas dan pallatabilits
yang baik, mengandung kadar nutrien yang sesuai, memiliki harga yang kompetitif,
ramah lingkungan. Pelletabilitas adalah pakan yang dihasilkan mampu terbentuk
sesuai yang kita harapkan. sedangkan pallatabilitas adalah pakan yang dihasilkan
mampu memikat/atau disukai oleh organisme tujuan. Adanya formulasi yang baik
secara langsung dapat menekan harga pakan dan mengurangi dampak terhadap
lingkungan perairan.
Konsep dasar penyusunan formulasi adalah meminimalisir penggunaan tepung
ikan dan bahan baku yang memiliki zat antinutrisi. Efisiensi penggunaan tepung ikan
dalam pakan akan mengurangi harga pakan nantinya sehingga pakan dapat diterima
oleh masyarakat pembudidaya degan harga terjangkau. Selanjutnya meminimalisir
penggunaan bahan baku yang memiliki zat anti nutrisi akan mencegah penghambatan
penyerapan pakan dalam saluran pencernaan organisme.
Secara umum, dalam penysunan formulasi pakan hal yang perlu diperhatiakn
adalah kebutuhan protein dari organisme budidaya yang menajdi target, kandungan
energi pakan dan rasio energi dalam 1 gram protein pakan (C/P). Setidaknya ada 4
metode dalam menyusun formulasi pakan, salah satunya adalah menggunakan
program microshoft excel.
persamaan untuk mengukur kandungan energi pakan adalah sebagai berikut :
Kandungan energi/g nutrien Watanabe 1988; GE)
Protein 5.6 kcal
Karbohidrat 4.1 kcal
Lemak 9.4 kcal
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menyusun
formulasi pakan ikan dan udang. Terselenggaranya praktek ini diharapkan dapat
menjadi bekal bagi mahasiswa dalam kegiatan akuakultur khususnya dalam
menyusun formulasi pakan dalam pembuatan pakan mandiri, serta menjadi bekal
dalam kehidupan masyarakat luas yang bergerak dibidang budidaya.

1.3. Alat dan Bahan

A. Alat dan bahan


1. Labtop
2. Tabel Kandungan nutrien bahan
2.3. Tabel kandungan Nutrien Bahan Pakan

Kandungan Bahan Kering (%)


Jenis Bahan
Protein KH Lemak Abu
Tepung Ikan 48.41 5.45 8.22 24.53
Tepung Bintang laut 24.97 8.59 5.47 43.03
Tepung Kedelai 32.96 30.40 20.23 4.54
Tepung Dedak 14.43 39.83 2.44 13.32
Tepung Limbah Ikan 39.59 2.21 7.0 34.98
T. ikan air tawar 39.35 26.70 1.39 17.78
Tepung Jagung 14.02 64.99 5.79 1.86

*Data ini hanya untuk praktikum, tidak di anjurkan untuk penelitian

2.4. Hasil
Formulasi pakan disusun dengan target kandungan protein pakan .........dan
kandungan energi pakan....kkal/kg. Tampilkan hasil proksimat anda dalam bentuk
tabel seperti contoh berikut :
No Sumbanga Sumbanga Sumbangan
. Jenis Bahan Baku Persentase n Protein n KH(%) Lemak(%)
Pakan bahan (%) (%)
1 Tepung Ikan 5.95 2.88 0.32 0.49
2 Tepung Bintang Laut 2.59 0.65 0.22 0.14
3 Tepung Kedelai 0.28 0.09 0.09 0.06
4 Tepung Dedak 8.40 1.21 3.35 0.20
5 Tepung Jagung 3.15 0.44 2.05 0.18
6 Tepung Ikan Tawar 5.25 2.07 1.40 0.07
7 Tepung Limbah Ikan 2.15 0.85 0.05 0.15
8 Tepung Nabati 2.30 0 0..00 2.30
9 Minyak Ikan 2.40 0 0.00 2.40
10 Tepung Tapioka 2.25 0 0.00
11 Vitamin dan Mineral 2.94 0 0.00
Total 37.66 8.17 7.47 6.00
Target GE(kkal/kg) 1.328,9337
C/P 162.26
Ket. Kolom Warnah merah, target kandungan energi pakan, warna orange, kadar protein
yang di targetkan

4.7. Pembahasan
Deskripsikan sebua bahan yang anda gunakan (persentase penggunaannya
meliputi batas maksimal penggunaanya sebagai bahana baku pakan ikan beserta
dampaknya jika berlebih.
a. Bahan baku tepung ikan merupakan baku paling umum dalam pembuatan pakan
ikan dan merupakan sumber protein utama yang belum tergantikan (Kordi, 2007).
Umumnya tepung ikan mengandung berkisar 60% (Handajani dan Widodo 2010)
pemgunaan tepung ikan mencapai 28% - 50% ( Webster dan Lim ) dalam,Lestari
(2013). Kemudian menurut Ali, M., (2009) Tepung ikan yang berkualitas baik sesuai
dengan standar kualitas FAO, harus memenuhi persyaratan yaitu, tepung ikan
memilki kandungan protein lebih dari 50%
b. bahan baku tepung bintang laut, Pemanfaatan dari tubuh bintang laut diolah untuk
menghasilkan senyawa glikosida yang berguna sebagai bahan antibiotik, kemudian
dijadikan tepung dan digunakan sebagai pupuk, karena banyak mengandung nitrogen
(Radiopoetra 1987 dalam Susantie, 1997)
c. bahan baku Tepung Kedelai juga merupakan salah satu bahan nabati dengan
kandungan minyak serta kualitas yang cukup baik, dari beberapa bahan alternatif,
tepung kedelai menjadi bahan pilihan terdepan karena selain memiliki komposisi
asam amino yang cukup baik, tepung kedelai juga memiliki karakteristik digestibility
yang baik, produknya tersedia secara luas, dan harganya juga cukup kompetetif
dibandingakn dengan sumber protein nabati lainnya ( Novriadi, 2019)
d. Menurut Saunders, (1985) dalam Astawan, (2010) Dedak mengandung 14-16
persen protein, 12-23 persem lemak, dan 8-10 persen serat kasar. Dedak juga
merupakan sumber Vitamin B yang baik dan mengandung mineral seperti besi,
kalium, kalsium, klorin, magnesium, dan mangan
E.Tepung jagung. Pembudidaya mengharapkan memperoleh pakan yang berkualitas
dan relatif murah sesuai dengan kemampuan daya belinya. Untuk mencapai hal ini
perlu diusahakan peningkatan penggunaan bahan baku lokal asal nabati antara lain
jagung. Kandungan gizi utama jagung adalah pati (72%-73%) dengan nisbah amilosa
dan amilopektin 25%-30% dan 70%-75% (Suarni & Widowati, 2009). Selain pati,
jagung juga mengandung protein (8%-11%), asam lemak linoleat (omega-6), vitamin
A, vitamin E, dan beberapa mineral esensial. Dilihat dari kandungan patinya yang
cukup tinggi maka jagung banyak digunakan sebagai sumber karbohidrat dalam
formulasi pakan
F. Tepung Ikan Air Tawar. Menurut Afifa (2006) menjelaskan bahwa bahan baku
pakan yang dapat mengurangi penggunaan tepung ikan dalam pakan harus memiliki
kriteria utama antara lain kandungan protein yang tinggi 30-60%. Ikan rucah
merupakan alternatif bahan baku dalam komposisi pakan yang jumlahnya tersedia
cukup banyak. Dari hasil uji proksimat yang telah dilakukan didapat kandungan
protein tepung ikan rucah sebanyak 44%. Ini diharapkan dapat memenuhi pakan
ikan nila yang murah dan memiliki protein tinggi sebanding dengan pakan ikan nila
impor.
G. Tepung Limbah Ikan, dalam kegiatan industri pengalengan ikan selalu
menghasilkan limbah ikan yang sebenarnya masih dapat dimanfaatkan untuk
membuat tepung ikan, karena kandungan protein masih cukup besar selain itu juga
terdapat calsium.Limbah ikan jika tidak dikelola akan menimbulkan pencemaran
karena proses pembusukan protein ikan. Selain itu bisa menjadi sumber penyakit
menular terhadap manusia yang ditularkan lewat lalat (misalnya muntaber).
Pengolahan sumber buangan tersebut secara terencana dapat memberi keuntungan
ganda berupa pemanfaatan limbah perikanan sebagai sumber protein khususnya
sebagai komponen bahan makanan ternak serta dapat mengurangi pencemaran
lingkungan. Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, limbah
ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Tetapi perlu diketahui bahwa
kandungan gizi limbah ikan ini berbeda, sesuai dengan jenis ikan yang diolah di
industri perikanan (Siswati, 2010)
H. Minyak Nabati, Minyak nabati termasuk dalam golongan lipid, yaitu senyawa
organik yang terdapat dalam alam dan tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non dipolar seperti senyawa hidrokarbon atau dietil eter. Minyak dan lemak
hewani maupun nabati memiliki komposisi utama berupa senyawa gliserida dan asam
lemak dengan rantai C–nya yang panjang. Asam lemak merupakan asam karboksilat
yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak dan umumnya mempunyai
rantai karbon panjang dan tak bercabang. Gliserida merupakan ester dari gliserol.
Gliserida ini terdiri dari monogliserida, digliserida, dan trigliserida tergantung dari
jumlah asam lemak yang terikat pada gliserol. Umumnya minyak nabati mengandung
90–98% trigliserida, yaitu tiga molekul asam lemak yang terikat pada gliserol.
Kebanyakan trigliserida minyak dan lemak yang terdapat di alam merupakan
trigliserida campuran yang artinya, ketiga bagian asam lemak dari trigliserida itu
pada umumnya tidaklah sama. Bila terdapat ikatan tak jenuh, maka asam lemak
dengan panjang rantai yang sama akan memiliki titik cair yang lebih kecil. Semakin
panjang rantai atom C asam lemak, maka titik cair akan semakin tinggi dan
I.
J. Tepung Tapioka merupakan bahan baku lokal yang berlimpah, mudah diolah dan
harganya relatif murah. Selain itu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi.
Tepung tapioka mengandung amilosa sebesar 17% dan amilopektin 83% sehingga
dapat dijadikan alternatif bahan perekat alami pada pakan ikan.
BAB 3. EVALUASI FISIK DAN BIOLOGI PAKAN

3.1. Latar Belakang

Pakan merupakan sumber nutrien bagi organisme budidaya, tanpa terkecuali.


Penggunakan pakan buatan akan semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat
pengelolaan suatu tambak/kolam atau wadah pemeliharaan. Oleh karena itu, dewasa
ini pakan sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produksi suatu usaha
perikanan dalam hal ini budidaya organisme (Ikan, udang dll), tanpa terkecuali baik
secara ekstensif maupun intensif maupun. Namun, dalam industri akuakultur, biaya
yang paling mahal adalah biaya produksi yang terletak pada biaya pakan (Suprayudi
2010). Oleh karena itu, belakangan ini banyak industri perikanan budidaya
melakukan pembuatan pakan sendiri untuk mensuplai kebutuhan pakan dalam
keberlanjutan indsutrinya.
Pada proses pembuatan pakan, pengujian fisik, kimiawi dan biologi pakan
merupakan hal yang harus dilakukan sebelum pakan di produksi dalam jumlah yang
banyak. Pengujian yang mencakup fisik pakan meliputi, kecepatan pecah/stabilitas
(seberapa lama pakan dapat bertahan dalam air sampai pakan tersebut
lembek/hancur), kekerasan pakan, kecepatan tenggelam pakan. Uji kimiawi pakan
meliputi, pengujian kandungan nutrien pakan (Protein, karbohidrat, lemak, kadar abu,
serat dan kadar air. selanjutnya untuk pengujian biologi pakan meliputi tingkat daya
pikat pakan pada ikan pakan, palatabilitas pakan, dan kecernaan pakan.

3.2. Tujuan dan kegunaan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik dan biologi pakan yang
dihasilkan. Hasil dari praktek ini diharapkan sebagai bahan informasi terkait tampilan
kualitas pakan dari segi fisik, kimia dan biologinya.
3.3. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan antara lain wadah (botol akua atau toples,
timbangan digital, stopwatch, alat tulis menulis. Adapaun bahan yang digunakan
dalama praktek ini, meliputi, ikan atau udang (sesuaikan dengan kelompok dan
ketersediaan di lingkungan anda), pakan buatan (pakan apung, Pakan tenggelam) dan
lainnya yang digunakan dalam praktikum nantinya.

3.4. Prosedur Kerja

Pengujian Fisik

1) untuk mengukur kecepatan pecah pakan (sesuaikan jenis pakan anda), masukkan
air ke dalam wadah yang berisi 1 liter, kemudian masukkan 5 butir pakan buatan,
selanjutnya dilakukan pengamatan setiap 5 menit, hingga pakan pecah/hancur.
2) Untuk menguji kecepatan tenggelam pakan, sebanyak 5 butir pakan buatan,
dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air dengan kedalaman 20-40 cm dari
permukaan air, selanjutnya dicatat waktu yang dibutuhkan hingga pakan sampai
ke dasar wadah. Kecepatan tenggelam dapat dihitung dengan rumus jarak
(ketinggian air) dibagi waktu yang dibutuhkan pakan hingga kedasar wadah.
3) untuk pengujian tingkat kekerasan pakan, dapat dilakukan dengan menggunakan
pipa paralon (panjang 1 m). Sebanyak 5 butir pakan ditimbang dan diletakkan
dalam paralon, kemudian dari ketinggian 1 m besi timbangan atau batu alat
pemberat lainnya (seperti baterai) dijatuhkan hingga mengenai butiran pakan.
Kumpulkan pecahan pakan dan ayak, serta timbang. persentasekan antara pakan
yang hancur dengan yang masih utuh.
Pengujian Biologi

a. Untuk pengujian daya pikat pakan oleh ikan, sebanyak 1-2 ekor ikan atau udang
dimasukkan dalam akuarium, kemudian pakan diberikan. Selanjutnya di lakukan
penghitungan waktu dengan menggunakan stopwach sesaat setelah pakan
diberikan hingga di cicipi (belum dimakan). sedangkan palatabilitas pakan disini
diukur dengan melihat seberapa lama waktu yang dibutuhkan ikan hingga pakan
tersebut benar-benar ditelan (mulai dari diberikan, dicicipi hingga ditelan).
5.5. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari evaluasi pakan yaitu :
a. Kecepatan pecah pakan

10 Meni 15 Menit

20 Menit 25 Menit

30 Menit 35 Menit
40 Menit 45 Menit
5.6. Pembahasan
Uji coba pakan secara fisik bertujuan untuk mengetahui stabilitas pellet di dalam

air (Water Stability Feed) yaitu daya tahan pakan buatan di dalam air. Selain itu uji

fisik dapat dilakukan dengan melihat kehalusan dan kekerasan bahan baku pakan

yang akan sangat berpengaruh terhadap kekompakan pakan di dalam air. Hal ini

dapat dideteksi dengan daya tahan pakan buatan di dalam air.

Uji fisik pakan ikan meliputi daya apung, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas,

dan kecepatan pecah pakan ikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

pakan ikan adalah kemampuannya ketika mengapung di dalam air (daya apung).

Pakan ikan yang cepat tenggelam di dalam air tidak dapat dimanfaatkan secara

optimal oleh ikan, sehingga tingkat efisiennya sangat rendah. Daya apung pakan

dilakukan dengan menjatuhkan 5 butir pakan ke dalam gelas ukur 500 ml yang berisi

air setinggi 20 cm. Setelah itu mengamati dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh

pakan tersebut mencapai dasar ember dengan menggunakan stopwatch (Dini Siswani

Mulia, 2017)

Uji kecepatan tenggelam dilakukan dengan mengukur lama waktu yang dibutuhkan

pakan bergerak dari permukaan air hingga ke dasar media pemeliharaan. Pakan
sebanyak lima batang dimasukkan kedalam gelas ukur dengan ketinggian 20 cm dari

permukaan air. Stopwatch dijalankan tepat pada saat pakan dijatuhkan ke permukaan

air. Kecepatan tenggelam adalah jarak dibagi waktu pakan sampai berada didasar

gelas ukur (siti Aslamsyah, 2012). Uji daya tahan dalam air dilakukan dengan

merendam pellet dalam air dan dihitung berapa lama pellet tersebut tahan dalam air

sampai hancur. Semakin lama pellet tersebut hancur, semakin baik dan berkualitas

pellet tersebut. Selain ( Salihin, 2018)

Anda mungkin juga menyukai