Dosen Pengampu: Ir. Wayan Rawiniwati, M. Si. / Ir. Inkorena G. S. Sukartono, M. Agr.
Disusun oleh:
NPM : 205001516025
Kelas :B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan dalam kehidupan
ini. Sumber daya air secara garis besar meliputi air permukaan dan air tanah. Air permukaan
akan lebih mudah tercemar dibandingkan dengan air tanah, karena air permukaan lebih mudah
terkontaminasi dengan sumber-sumber pencemaran. Dengan semakin meningkatnya kegiatan
pembangunan di berbagai bidang dan adanya pertambahan penduduk dari tahun ke tahun, maka
kebutuhan air sesuai dengan penggunaannya pun juga semakin meningkat. Pembangunan yang
semakin meningkat diikuti dengan peningkatan pencemaran lingkungan yang berasal dari
buangan limbah industri, rumah tangga dan kegiatan pertanian, yang mengandung bahan-
bahan/zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan. Pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air pada saat ini sudah sangat
besar dan peningkatannya relatif tinggi. Peningkatan pencemaran air dari sumber buangan
limbah, menyebabkan sumber daya air sungai yang penting untuk irigasi cenderung menurun,
baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Janie dan Rahayu (1993) dalam Winarsih
(2002), pencemaran lingkungan dapat menyebabkan berbagai dampak pada lingkungan
perairan, yang menyebabkan tercemarnya suatu badan air misalnya limbah industri pengolahan
pangan. Komponen limbah cair industri pangan sebagian besar adalah bahan organik antara
lain karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral serta sisasisa bahan kimia yang
digunkan dalam proses pengolahan dan pembersihan. Kandungan bahan organiknya yang
tinggi dapat bertindak sebagai sumber makanan bagi organisme yang akan berkembangbiak
dengan cepat dan mereduksi oksigen yang terlarut dalam air. Bila oksigen terlarut dalam air
rendah dan kadar bahan organiknya tinggi, maka akan timbul bau busuk dan warna air menjadi
gelap.
Mengetahui kualitas fisik air di sungai yang ada disekitar Taman Salam Jakarta.
2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi
lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas
manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan
(Widjanarko, 2005).
Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan
suhu untuk air minum idealnya ±30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan
terlarut diameter <10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm) yang berupa senyawa
kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
Air untuk minum umumnya berasal dari Air Permukaan (Surface Water) seperti danau,
sungai dan cadangan air lainnya di permukaan Bumi atau dari Air Tanah (Ground
Water) atau air yang di pompa (melalui pengeboran) dari dalam tanah yang umumnya
bebas dari kandungan zat berbahaya, namun tidak selalu bersih (Krisnandi, 2009).
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih 5 mg/l.
Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air dengan
menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton dapat
menyebabkan kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang. Maka dengan itu
plankton dalam kolam harus selalu dipantau (Ansori, 2008).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2
bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang,
2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai
pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan
geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang
3|Page
tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-
faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah
panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan
hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung
(Barus, 2003).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Bahan
1) Sampel air sungai
5|Page
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Sampel Suhu˚C pH
1 27,9 11,6
2 27,7 10,24
3 27,8 8,56
6|Page
4.2 Pembahasan
1. Warna
Pada pagi hari air kolam cenderung berwarna coklat, tetapi ketika siang hari warna air
kolam mulai berubah menjadi coklat kehijauan
2. Suhu
Nilai suhu sampel pertama di lokasi outlet pada siang hari sebesar 27,9ºC. lalu sampel
kedua memiliki suhu sebesar 27,7 ºC dan sampel ketiga memiliki suhu sebesar 27,8 ºC
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
7|Page
DAFTAR PUSTAKA
Joleha, 2019. Model Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Pulau Kecil Menggunakan
Pendekatan Eko-Drain (Studi Kasus: Pulau Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti).
Disertasi. Program Pascasarjana.Universitas Riau.
Aryana, I ketut, 2018, Analisis Kualitas Air dan lingkungan fisik pada Perlindungan Mata Air
di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan I Kabupaten Tabanan. Tesis-S2 Ilmu
Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Udayana.
8|Page
LAMPIRAN
9|Page
10 | P a g e