1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui kualitas air embung C dan air tanah;
2. Untuk mengetahui prosedur pengukuran kualitas air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Air
Air di bumi sangat melimpah, hal ini dapat dilihat dengan begitu luas
lingkungan perairan di bumi dan lebih dari 98% air yang ada di bumi
terdapat di bawah permukaan tanah di bawah pori-pori batuan. Berdasarkan
debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.a.
Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba; Sungai
Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.
Sebenarnya, sungai ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada
musim hujan airnya belum tentu banyak.(Suyono, 1984).
Jenis-jenis sampel air dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut:
1. Sampel sesaat (Grab Sample), sampel yang diambil secara langsung dari
bahan air yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggambarkan
karakteristik air pada saat pengambilan sampel.
2. Sampel Komposit (Composite Sample), sampel campuran dari beberapa
waktu pengamatan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara
manual ataupun secara otomatis dengan menggunakan peralatan yang dapat
mengambil air pada waktu-waktu tertentu dan sekaligus dapat mengukur
debit air. Pengambilan sampel secara otomatis hanya dilakukan jika ingin
mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas air secara terus-
menerus.
3. Sampel gabungan tempat (Integrated Sample), sampel gabungan yang
diambil secara terpisah dari beberapa tempat, dengan volume yang sama.
(Hefnni, 2003).
Apabila jumlah populasi terlalu banyak, maka bisa dilakukan metode
pendugaan teori sampling. Teori ini berarti semua sampel harus
mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel
seperti ini disebut sampel tak bias atau sampel representative. Sementara
sampel bias adalah sampel yang tidak mewakili semua populasi (Slamet.
1996).
Adapula yang disebut air permukaan. Air ini merupakan air yang
terkumpul di atas tanah atau bias juga merupakan mata air seperti sungai
danau bahkan genangan air di jalan. Air yang berada di permukaan bias
terbentuk karena adanya proses daur air yang dinamakan presipitasi. Maka,
ketika proses daur air berupa penguapan, air permukaan juga akna ikut
menguap. Ketika air ini diserap oleh tanah, akn berubah menjadi air bawah
tanah. Air permukaan adalah sumber terbesar untuk air bersih (Effendi.
2003).
3. Air Tanah
Airtanah merupakan air yang menempati pori-pori batuan di bawah
permukaan tanah pada zona jenuh air (Santosa dan Adji, 2014). Sumberdaya
airtanah bersifadapat diperbaharui secara alami karena airtanah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam sikluhidrologi (Asrifah, 2012).
Keberadaan airtanah dapadijumpai di hampir seluruh tempat di Bumi,
bahkan di bawah lapisan es yang membeku airtanah dapaditemukan (Asdak,
1995). Keterdapatan airtanah bergantung pada ada tidaknya lapisan batuan
yang dapat menyimpan airtanah.
Airtanah berada dalam formasi geologi yangdisebut sebagai akuifer.
Akuifer merupakan formasi yang dapat menyimpan dan mengalirkan air
dalam jumlah yang cukup, yang artinya mampu mengaliri suatu sumur,
sungai, dan mata air (Sudarmadji, dkk. 2016). Besarnya air tanah yang dapat
tersimpang dalam akuifer bergantung pada sifat-sifat akuifer tersebut serta
luas cakupan dari frekuensi imbuhan (Linsley dan Franzini, 1985).
Potensi Air tanah adalah jumlah air yang ada perkapita dalam kurun
waktu tahunan (Purnama, dkk). Penentuan potensi air tanah mengacu pada
kuantitas yang mengacu pada ketersediaan air tanah dan kualitas air tanah
(Hidayat, 2008). Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada
peningkatan jumlah kebutuhan air.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
• Botol sampel yang terbuat dari gelas atau plastik, dengan volume tertentu
(250-1000 mL) harus dalam keadaan bersih.
• Setelah tutupnya dibuka, kemudian dibenamkan ke dalam air (sungai atau
danau) dengan mulut menghadap aliran air, dengan kedalamaan 20 cm.
• Jika botol dalam keadaan bersih dan kering tidak perlu dibilas dengan
contoh air. Tetapi jika botol tersebut bersih tetapi tidak kering, maka harus
dilakukan pembilasan dengan contoh air.
• Amati kondisi lapangan dan juga cuaca (misalnya; hujan atau dalam
keadaan terang, kondisi sungai dalam keadaan banjir, dll).
• 100 ml air sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker lalu diukur suhunya
dengan termometer; ukur nilai pH nya dengan pH meter; ukur nilai TDS
nya dengan TDS meter.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Data dari lapangan
No. Nama Lokasi Jenis Sampel Jam Parameter Insitu
Sampling Pengambilan Temp pH DHS TDS
©
1. Embung C Air permukaan 10.35 33,1 6,7 0,171 0,107
2. Kantin Air tanah 10.44 32,8 6,34 0,409 0,197
Rumah Kayu
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini tenatng sampling air, diambil sampel yang berasal dari
embung c ITERA dan kantin rumah kayu. Berdasarkan sumbernya, air pada
embung c termasuk kedalam air permukaan sedangkan air dari kantin rumah kayu
adalah air tanah. Saat sampel dari embung c diambil, waktu menunjukkan pukul
10.35 dan ketika didapat suhu sebesar 33,1 C. pH nya sebesar 6,7 yang artinya
belum netral dan cenderung asam, sedangkan DHL-nya sebesar 0,171. Ketika
dihitung, didapat besar TDS, yaitu 0,107 (mg/L) dan TSSnya sebesar 0,01.
Lalu diuji juga sampel air tanah yang didapat dari kantin rumah kayu. Sampel
diambil ketika pukul 10.44 dan thermometer memnunjukkan angka 32,8 c ketika
sampel diuji. pH-nya sebesar 6,34. DHL-nya sebesar 0,409. TDS meter
menunjukkan angka 0,197 dengan TSS-nya 0,12.
Saat pengambilan sampel, apabila wadah sampel basah, maka harus dibilas
dengan sampel air terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya
sampel cair lainnya yang kemudian akan memengaruhi hasil pengukuran lainnya.
Sementara sampel air diambil 20cm di atas permukaan dengan tujuan menghindari
adanya sedimen air yang ikut terambil.
Percobaan sampling air ini sebenarnya bertujuan untuk menguji apakah kualitas
air tersebut layak dijadikan air baku atau tidak. Factor lingkungan sangat
berpengaruh pada sampling air karena bila lingkungannya kotor, maka kadar TDS
dapat meningkat.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum, didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Air embung c dan kantin rumah kayu masih memenuhi baku mutu namun
tidak untuk dikonsumsi.
2. Telah diketahui cara mengukur kualitas air berupa pH, suhu, DHL, TDS,
dan TSS.
DAFTAR PUSTAKA
Aryana, I Ketut. 2010. Analisis Kualitas Air dan Lingkungan Fisik pada
Perlindungan Mata Air di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan 1 Kabupaten
Tabanan. Tesi-S2. Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas
Udayana.
Asdak, C., (1995), Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah
Mada University Press, Yogayakarta.
Sudarmadji, Hadi, P., dan Widyastuti, M., (2016). Pengelolaan Sumberdaya Air
Terpadu, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.