MATERI KE - 2
PRAKTIKUM KE-II
“SAMPLING AIR DAN UJI FISIK”
A. TUJUAN
Mahasiswa memahami dan dapat melakukan pengambilan sampel air untuk
pengujian kualitas air
Mahasiswa mengerti dan dapat melakukan uji fisik kualitas air (warna, bau, rasa,
temperatur, oksigen terlarut, kekeruhan, konduktifitas, dan salinitas) serta uji pH
Mahasiswa dapat mengoperasikan instrumen pH meter dan Water Quality
Checker
B. METODE
Alat Bahan
- Water Quality Checker - Wadah / botol sampel PE
- pH meter - Akuades
- Sampel air
Cara Kerja
Dibilas dengan air suling sampai bersih. Setelah bersih dikeringkan dengan cara
membalikan botol
Setelah bersih sesuai yang diatas, botol disterilkan dengan cara dipanaskan pada suhu
170oC selama 1 jam pada oven atau suhu 121oC selama 15 menit atau autoklaf
Pengambilan sampel air
Sampel air dialirkan beberapa lama saatnya sehingga air meluap sampai 10 kali
volume botol sampel, selanjutnya botol sampel ditutup dengan segera, hindari
kontaminasi dengan udara
Pengambilan sampel air pada kolam, danau, sungai, laut bak penampungan dst.,
digunakan alat pengambilan sampel khusus.
Sampel tidak kurang dari 500 ml dialirkan permenit pada keadaan normal, suhu air
didinginkan sampai dibawah 30oC. Pengambilan sampel untuk air yang panas
harus melalui koil pendingin
Pengambilan sampel untuk air pada pipa sebagai berikut: sebelum pengambilan
sampel, aliran sampel mula-mula dibuang selama waktu tertentu sesuai dengan
diameter pipa. Selanjutnya sampel air diambil dengan cara penyedotan. Koil dengan
Analisa
tabung mikrobiologi
penyedotan sampel disambungkan, dan dialirkan sedikitnya 5 kali volume
tabung sampel, kemudian sampel air diambil dan segera ditutup, hindari kontaminasi
dengan udara
Pembakaran adpat diganti dengan cara membersihkan mulut kran tersebut dengan
larutan alcohol
Botol steril yang berisi Na2 S 2O3. Dignakan untuk sampel yang mengandung klor dan
zat-zat oksidator lainnya.
Pengukuran uji fisik air dilakukan dengan menggunakan Water Quality Checker dan
pH meter. Hasil analisa/uji dicatat ke tabel berikut.
C. HASIL PENGAMATAN
Pengambilan sampel air berasal dari Situ Gintung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang
Selatan. Pengambian sampel air dilakukan di 5 titik yang berbeda yang mencakup inlet, outlet,
dan daerah pemanfaatan.
D. PEMBAHASAN
Situ Gintung merupakan situ yang berada di kawasan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan. Situ ini memiliki luas 21,49 ha dan diperkirakan mampu menampung
I juta m3 air (Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan No 15, 2011).
Pengukuran kualitas fisik-kimia air seperti suhu, TDS, pH dan DO dengan
menggunakan WQC (Horiba). Pengukuran kebutuhan oksigen biologi lima hari (BOD5)
berdasarkan Jouanneau et al. (2014).
Fisik-Kimia Perairan. Hasil pengukuran kualitas fisik-kimia pada perairan Situ
Gintung (Tabel 1). Kisaran suhu air pada setiap stasiun Situ Gintung berkisar antara 28.57
– 29.27°C. Nilai tersebut masih berada pada kisaran baku mutu untuk air kelas I
berdasarkan PP. No. 82 Tahun 2001. Pengukuran TDS pada setiap sampel diperoleh
kisaran antara 0.140 – 0.272 mg/l, kisaran nilai tersebut masih kriteria air tawar. Nilai DO
di setiap sampel penelitian berkisar antara 8.30 – 9.25 mg/l. Nilai tersebut masih berada
di kisaran baku mutu untuk air kelas satu berdasarkan PP. No. 82 Tahun 2001. Nilai
kisaran nilai pH yaitu 8.66 – 9.40. Nilai pH terendah terdapat pada sampel 5 yaitu daerah
pemanfaatan 8.66 diikuti oleh sampel 2, 1, 4 dan nilai pH tertinggi terdapat pada sampel
3 yaitu 9.40.
Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu di perairan adalah intensitas cahaya
matahari dan keberadaan vegetasi terrestrial sekitar perairan (Yazwar, 2008). Sampel 4
merupakan inlet yang memiliki nilai TDS lebih tinggi dibanding semua sampel yaitu
0.272 mg/l hal ini disebabkan adanya masukan aliran sungai yang membawa ion-ion
anorganik seperti sodium, kalsium, sulfat, bikarbonat dan lain lain (Crowe et al., 2008).
Hal ini berbeda dengan stasiun 3 yang merupakan bagian tengah danau memiliki nilai
TDS terendah dibandingkan semua stasiun yaitu 0.140 mg/l. Rendahnya nilai TDS di
sampel 3 disebabkan lokasinya yang jauh dari aktivitas manusia dan jauh dari inlet
sehingga beban masukan ion-ion anorganik lebih rendah. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Yazwar (2008) yang melaporkan nilai TDS perairan Prapat Danau Toba lebih
tinggi pada stasiun dengan aktivitas manusia yang tinggi dibandingkan dengan daerah
tengah atau jauh dari aktivitas manusia. Nilai TDS yang tinggi (1001-10000 mg/l) dapat
menyebabkan perairan memiliki salinitas dan mempengaruhi fisiologis organisme di
dalam perairan air tawar (Kazi et al., 2009). Menurut Soyaslan & Karaguzel (2008) Nilai
TDS mencapai nilai tertinggi pada air limbah. Kandungan air limbah yang tinggi pada
Situ Gintung akan berdampak pada penurunan kualitas perairan Situ Gintung
Kisaran nilai DO perairan Situ Gintung merupakan nilai yang umum di perairan
lentik (Salmin, 2005). Nilai DO pada sampel 4 lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya
yaitu 9.25 mg/l karena jauh dari aktivitas manusia baik masukan limbah atau keramba
jaring apung. Rendahnya aktivitas manusia menyebabkan proses fotosintesis dari
fitoplankton berjalan dengan baik, suhu rendah sehingga meningkatkan kelarutan oksigen
dalam air tinggi. Oksigen dari atmosfer akan lebih mudah berdifusi tidak hanya pada suhu
rendah, tetapi tanpa ada penghalang seperti padatan terlarut, buih busa ataupun minyak.
Sampel 3 memiliki nilai DO terendah yaitu, 8.30 mg/l. Nilai DO sampel 3 lebih rendah
dibandingkan yang lain karena adanya keramba jaring apung. Sisa pakan akan
terakumulasi dan didegradasi oleh bakteri heterotrofik dan mikroorganisme secara aerob
sehingga mengurangi konsentrasi oksigen terlarut di perairan (Pujiastuti et al., 2013).
Nilai DO yang rendah menggambarkan kualitas perairan yang rendah. Menurut Toufeek
& Korium (2009) DO berkorelasi dengan sulfat terlarut di perairan. Faktor lain yang
mempengaruhi tidak terjadinya penurunan DO adalah suhu. Peningkatan suhu pada
perairan menyebakan peningkatan aktivitas metabolisme organisme dalam mereduksi
DO. Nilai suhu terendah menjadikan aktivitas organisme dalam mendegradasi kandungan
organik di Situ Gintung berkurang.
Situ Gintung telah mengalami penaikan nilai pH pada perairannya. Pada tahun
2002 nilai pH berkisar antara 5.67-7.83. pH yang rendah karena kedua lokasi tersebut
selalu mendapat masukan senyawa organik baik limbah domestik, air lindi (leachate) dan
sisa pakan yang tidak terkonsumsi. Senyawa organik tersebut didegradasi oleh
mikroorganisme dan menghasilkan asam-asam organik sehingga menurunkan pH
perairan (Yazwar, 2008). Berbeda jika pada sampel yang jauh dari inlet memiliki nilai
pH lebih tinggi karena beban masukan rendah dan terjadi proses pengendapan sehingga
senyawa organik berada pada dasar perairan. pH mempunyai peran yang sangat penting
dalam proses kehidupan di sistem perairan. pH juga menggambarkan tingkat pencemaran
yang terjadi di lingkungan perairan. Selain itu, pH sangat penting untuk menentukan sifat
korosif air. Nilai pH yang rendah menunjukkan tingkat korosif air yang tinggi (Okbah et
al., 2017). Tinggi rendahnya pH di perairan dapat disebabkan oleh seberapa besar kadar
O2 dan CO2di dalam air. CO2 dan O2 berkaitan dengan proses fotosintesis di dalam
perairan. Jika proses fotosintesis menghasilkan O2 yang banyak, maka pH air akan
semakin naik. Selain itu, tinggi rendahnya nilai pH juga disebabkan oleh jenis limbah
yang masuk ke dalam perairan.Menurut Yuliastuti (2011), pH terdiri dari 3 jenis yaitu
bersifat asam, netral dan basa. Peningkatan nilai derajat keasaman atau pH di suatu
perairan dipengaruhi oleh banyaknya limbah organik maupun limbah anorganik yang
masuk ke dalam badan air.
Suhu adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam mengatur proses
kehidupan yang ada di alam ini, tidak terkecuali di perairan. Perubahan suhu yang terjadi
di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya matahari yang
masuk ke dalam perairan, terjadinya pertukaran panas antara air dengan udara di sekitar
perairan dan juga ada atau tidaknya penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang ada di
bagian tepi perairan tersebut (Gayosia dkk., 2015). Rendahnya suhu air disebabkan pada
titik-titik tersebut merupakan daerah yang tidak terkena sinar matahari secara langsung
karena terhalang oleh kebun pisang dan juga dipengaruhi oleh waktu pengambilan sampel
air pada waktu pagi hari. Tingginya suhu disebabkan pada titik tersebut merupakan daerah
yang terkena sinar matahari secara langsung dan pengambilan sampel air dilakukan pada
siang hari
Nilai hasil pengukuran konduktivitas (EC) pada penelitian ini berkisar antara 0,215
– 0,237 mS/cm. Hasil dari nilai konduktivitas, perairan Situ Gintung mempunyai kadar
residu terlarut yang tidak terlalu besar, sehingga masih memenuhi persyaratan untuk
digunakan sebagai air budidaya. Nilai hasil pengukuran konduktivitas (EC) pada
penelitian ini berkisar antara 0,15 – 0,19 mS/cm. Hasil dari nilai konduktivitas, perairan
Situ Gintung mempunyai kadar residu terlarut yang tidak terlalu besar, sehingga masih
memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air budidaya (Afriansyah dkk., 2016).
E. KESIMPULAN
Pengambilan sampel air dilakukan untuk mengetahui kualitas air sungai dengan
meliputi pengukuran debit air, pengujian parameter insitu (pH, TDS, daya hantar listrik,
suhu dan Dissolved Oxygen) dan perlakuan pengawetan sampel untuk parameter yang
diuji di laboratorium. Water Quality Checker bekerja dengan cara mengalirkan arus listrik
ke dalam air, arus tersebut akan bekerja untuk mengikat kandungan garam dalam air
sebagai tolak ukur/parameter terhadap pengujian air. Fungsi pH Meter untuk mengukur
derajat pH (power of hydrogen) atau tingkat keasaman dan kebasaan suatu larutan atau
air (sampel) pada suatu perairan.
F. DAFTAR REFERENSI
Afriansyah, Dewiyanti, I., & Hasri, I. (2016). Keragaman Nitrogen dan T-Phosfat pada
pemanfaatan limbah budidaya Ikan Lele (Clarias gariepinus) oleh Ikan
Peres (Osteochilus kappeni) dengan sistem resirkulasi. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 2, 252-261.
Crowe SA, O’Neill AH, Katsey S, Hehanussa P, Haffner GD, Sundby B, Mucci A, Fowle
DA. 2008. The Biogeochemistry of Tropical Lakes: A Case Study From
Lake Matano, Indonesia. Limnology and Oceanografi. vol 53(1): 319-331.
Gayosia, A.P., Basri, H, Syahrul. (2015). Kualitas Air Akibat Aktifitas Penduduk di
Daerah Tangkapan Air Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Volume 4, Nomor 1, April 2015:
hal.543-555.
Jouanneau S, Recoules L, Durand MJ, Boukabache A, Picot V, Primault Y, Lakel A,
Sengelin M, Barillon B, Thouand G. 2014. Methods for Assessing
Biochemical Oxygen Demand (BOD): A Review. Water Research. vol 49:
62-82.
Kazi TG, Arain MB, Jamali MK, Jalbani N, Afridi HI, Sarfraz RA, Baig JA, Shah AQ.
2009. Assesment of Water Quality of Polluted Lake Using Multivariate
Statistical Techniques. Ecotoxicology and Environmental Safety. vol 72:
301-309.
Okbah, M.A., El-Halim, A.M.A, El-Regal, M.A.A, Nassar, M.E. (2017). Water Quality
Assessment of Lake Edku using physicochemical and Nutrients Salts,
Egypt. Chemistry Research Journal, 2017, 2(4):104-117.
Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan No 15. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah.
Tangerang Selatan
Pujiastuti P, Ismail B, Pranoto. 2013 Kualitas dan Beban Pencemaran Perairan Waduk
Gajah Mungkur. Jurnal Ekosains. vol 5(1): 59-75.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana. Vol
30(3): 21-26.
Toufeek, M. A. F., & Korium, M. A. (2009). Physicochemical Characteristics of Water
Quality in Lake Nasser Water. Global Journal of Environmental Research
3 (3), 141-148.
Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di
Parapat Danau Toba. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara
Yuliastuti, E. (2011). Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air, Universitas Diponegoro,Semarang
G. LAMPIRAN
Tabel 1. Pengelompokkan Instrumen Sampling Udara
No. Nama (Gambar) Fungsi Prinsip Kerja Keterangan
1. Untuk Prinsip kerja hvas yaitu Rp
19,500,000
mengukur udara yang mengandung
udara ambien partikel debu dihisap
seperti PM mengalir melalui kertas
(PM10 & filter dengan
High Volume Air Sampler PM2,5) dan menggunakan motor
(HVAS) TSP putaran kecepatan tinggi.
Debu akan menempel
pada kertas filter
yang akan diukur
konsentrasinya dengan
cara menimbang kertas
filter tersebut sebelum
dan sesudah sampling
serta mencatat flowrate
dan waktu lamanya
sampling sehingga
didapat konsentrasi debu
tersebut.
2. Untuk Menggunakan dua Rp 170,500
mengukur termometer. Termometer
suhu udara pertama digunakan untuk
dan mengukur suhu udara
kelembaban, biasa dan yang kedua
baik di ruang digunakan untuk
Hygro-Thermo-Barometer
tertutup mengukur suhu udara
ataupun di jenuh atau lembab
luar ruangan. (bagian bawah
thermometer diliputi
kain/kapas yang basah).
3. untuk Prinsip dari pompa ini Rp
adalah dengan jalan
mengeluarkan 1,200,000
mengekspansi volume
molekul gas ruang oleh pompa
sehingga terjadi
dari sebuah
penurunan tekanan
ruangan vakum parsial. Sistem
sealing mencegah gas
tertutup ke
Vacuum Pomp masuk ke dalam ruang
area luar guna tersebut. Selanjutnya
pompa melakukan
mencapai
gerakan buang, dan
suatu tekanan kembali mengekspansi
ruang tersebut. Jika
vakum
dilakukan secara siklis
tertentu. dan berkali-kali, maka
vakum akan terbentuk di
ruangan tersebut.