Anda di halaman 1dari 14

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

SEMARANG

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

DISUSUN OLEH:

CITRA HERSA RAMDANI

P1337433119013

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN

PRODI D III SANITASI LINGKUNGAN

2019/2020
A. Materi Praktikum

Materi : pengambilan sampel limbah cair

Pertemuan :1
Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel limbah cair
B. Dasar Teori
Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk
keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat,
setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan
seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlahpenduduk dunia
setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air (Suriawiria,1996:
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk
keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila dimasak.
1. Alat
a. Botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu.
b. Alat pengambil contoh air otomatis
c. 2 wadah
2. Bahan
a. Air sampel
3. Cara Kerja
1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung
setelah pengambilan contoh; unsure-unsur tersebut antara lain ; pH, suhu, daya
hantar listrik, alkalinitas, asiditas dan oksigen terlarut
2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di
lapangan, yang meliputi nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam,
keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas
C. Hasil
Hasil diambil dari praktikum sebelumnya di kampus 7 Purwokerto

Tenggelamkan
timba

Lalu tuang ke botol


sampel tanpa aerasi

D. Kesimpulan
Pengambilan sampel ini dilakukan di kolam ikan masjid kampus 7 poltekkes yang berada di
daerah baturraden, pengambilan ini bertujaun agar mahasiswa mengetahui cara pengambilan
sampel limbah cair dengan baik dan tepat.

E. Daftar Pustaka
Refrensi dari Laporan kerja praktikum semester 2
A. Materi Praktikum
Materi : Pengambilan sampel parameter Fisik terpilih limbah cair
Pertemuan :2
Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan suhu
B. Dasar Teori
Suhu air merupakan salah satu patameter fisika yang perlu diperhatikan karena
dapat mempengaruhi pada laju metabolisme ikan seperti pertumbuhan,
peerkembangbiakan, pernafasan, denyut jantung, kegiatan enzin dan proses fisiologis
lainnya pada ikan.
Keadaan ini akan terlihat pada pemeliharan ikan dengan suhu rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan ikan lambat bahkan terhenti. Selain itu, suhu juga akan
mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air daya racun suatu bahan pencemar.
Semakin tinggi suhu suatu perariran semakin sedikit oksigen terlarut didalamnya
sedangkan kebutuhan oksigen setiap kenaikan suhu 100C, ikan naik hampir dua kali lipat
akan kebutuhan oksigennya. Contoh lain yakni daya racun potassium sianida terhadap
ikan akan naik dua kali lipat setiap kenaikan suhu 100C. Hal ini sesuai dengan hokum
Van Hoff bahwa untuk setiap perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua sampai tiga
kali lipat setiap kenaikan suhu 100C.Thermometer digunakan sebagai alat untuk
pengukuran suhu air dengan skala 1100C.Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu
maksimum, optimum, dan minimum untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri sampai suhu tertentu.Secara naluri ikan mempunyai toleransi yang
rendah terhadap perubahan suhu.Suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan berkisar antara
25-300C.
C. Prosedur Kerja
1. Alat
a. Beaker glass
b. Thermometer
2. Bahan
a. Air sampel
3. Cara Kerja
a. Celupkan seluruh batang thermometer kedalam air sampel ±10 menit.
b. Bacalah suhunya dengan cara memegang tali pada thermometer yang masih
dalam posisi tercelup pada ait sampel dan jangan memegang batang thermometer.
c. Catatlah suhu dengan thermometer tersebut dalam satuan derajat celcius.
d. Mencatat angja hasil pengukuran yang didapatkan dengan Permenkes Nomor 416
Tahun 1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air.
D. Hasil
Hasil diambil dari praktikum sebelumnya di kampus 7 Purwokerto
E. Pembahasan
Air pada umumnya mempunyai suhu yang lebih tinggi dari pada suhu udara
setempat.Suhu air merupakan parameter penting, sebab efeknya dapat mengganggu dan
meninggalkan reaksi kimia kehidupan akuatik.
Limbah yang mempunyai tempratur panas dan menganggu biota tertentu.Tempratur yang
dikeluarkan suhu limbah cair harus merupan tempratur alami.Suhu berfungsi
memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis.pada suhu tinggi pengentalan cairan
berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi
dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.

F. Kesimpulan
Dari praktek Pengelolaan Limbah Cair yang kami lakukan pada materi pemeriksaan suhu
parameter Fisik limbah cair, dan badan air di poltekkes kemenkes Semarang kampus 7
purwokerto bisa disimpulkan bahwa suhu di kolam IPAL kampus 7 purwokerto 230C.

G. Daftar Pustaka

Refrensi dari laporan kerja praktikum semester 2


A. Materi Praktikum
Materi : Pengambilan sampel parameter Fisik terpilih limbah cair
Pertemuan :2
Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan TSS
B. Dasar Teori
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh
uj air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang
mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral. Padatan
tersuspensi total (TSS), adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan
dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid
Cara uji dan Prinsip : Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang
telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat
konstan pada suhu 103°C sampai dengan 105°C. Kenaikan berat saringan mewakili
padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan
memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi
volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan
terlarut total dan padatan total.

C. Prosedur Kerja
1. Alat
a. desikator yang berisi silika gel;
b. oven, untuk pengoperasian pada suhu 103°C sampai dengan 105°C;
c. timbangan anal itik dengan ketelitian 0,1 mg;
d. pipet volum;
e. cawan aluminium;
f. cawan porselen/cawan Gooch;
g. penjepit;

2. Bahan

Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis:


o Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,0 ìm ( Standar filter
for TSS/TDS testing in sanitary water analysis procedures).
o Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,5 ìm (
Standar for TSS in water analysis).
o E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161) dengan ukuran pori
(Particle Retention)1 , 1 ìm ( Recommended for use in TSS/TDS testing in water
and wastewater).
o Saringan dengan ukuran pori 0,45 ìm.

3. Cara Kerja
 Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan penguap 3.
 Cawan penguap 3 yang berisi kertas saring dimasukkan ke dalam oven 150o
selama 1 jam.
 Dinginkan cawan penguap 3 yang berisi kertas saring ke dalam desikator selama
30 menit.
 Timbang sampai konstan dan catat beratnya = G gram

D. HASIL

E. Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/12605337/TS_TSS_dan_TDS_Laporan_Praktikum_2_Lab_T
L
A. Materi Praktikum
Materi : Pengambilan sampel limbah cair
Pertemuan :3
Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan COD

B. Dasar Teori
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang
terdapat dalam limbah cair dengan memanfaatkan oksidator kalium dikromat sebagai
sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik
yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses biologis dan dapat menyebabkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air.

C. Prosedur Kerja
1. Prinsip
Sampel air yang diambil tidak perlu dalam keadaansteril, karena dalam parameter kimia
tidak mengukur adanya mikroba atau tidak tetapi mengukur zat yang terkandung di dalam
air seperti COD, BOD, DO dan lainnya.

2. Alat dan Bahan


a. Pipet gondok (1) buah
b. Sendok spatula (1) buah
c. Tabung reaksi tutup ulir (2) buah
d. Gelas beaker (1) buah
e. Gelas ukur (1) buah
f. Reactor COD
g. Labu Erlenmeyer 100ml (2) buah
h. Statif
i. Buret asam
j. Pipet tetes
k. Corong kaca
l. Aquadest
m. Sampel
n. 3ml H2SO4
o. 1,00 ml pro COD 0,25N
p. FAS 0,1N
q. Indicator feroin
3. Cara Kerja
1. Siapkan alat bahan yang dibutuhkan, sebelum digunakan alat – alat dicuci terlebih
dahulu.
2. Mengambil 2 tabung COD dan diberi label pada tiap tabung (label BL untuk tabung
yang berisi bianko, dan label SP untuk tabung yang berisi ampel).
3. Mengisi tabung bianko dengan 2ml air aquadest, ditambah dengan 3ml H2SO4 pro
COD, 1,00ml K2Cr207 dan sepucuk sendok spatula kecil H2SO4 kristal.
4. Tabung sampel diisi dengan 2ml air sampel, ditambahkan dengan 3ml H2S04 pro COD
1,00ml K2Cr207 dan sepucuk sendok spatula kecil H2SO4 kristal.
5. Tutup tabung dan kocok hingga homogen.
6. Memanaskan kedua tabung di reactor COD selama 2 jam, lalu dinginkan.
7. Memindahkan larutan tabung BL dan larutan SP kedalam labu Erlenmeyer yang
berbeda.
8. Memberi 10ml aquadest pada setiap tabung untuk membilas.
9. Menambahkan 1-3 tetes indicator ferroin.
10. Titrasi dengan FAS 0,1N hingga berubah warna menjadi merah bata/coklat.
11. Hitung kadar COD dengan cara :

D. Hasil
1000/2×(ml titrasi blanko - ml titrasi sampel)×F.FAS×0,1×BEO2=….Mg/L
Kode Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume titrasi (ml)
Blanko (BL) 0 3 3
Sampel (SP) 3 5,8 2,8
Perhitungan kadar COD
1000/2×(ml titrasi blanko - ml titrasi sampel)×F.FAS×0,1×BE O2
= 1000/2 × (3-2,8) ×1×0,1×8
= 500×0,2×1×0,1×8
= 80 Mg/L O2

E. Daftar Pustaka
https://www.iffiarahman.com/2012/12/pemeriksaan-cod-chemical-oxygen-demand.html
A. Materi Praktikum
Materi : Pemeriksaan Parameter Lumpur Limbah Cair Telur Cacing dan parasit
Pertemuan :4
Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui jenis telur cacing dan parasit pada
limbah cair

B. Dasar Teori

Bakteri atau jasad renik yang ada dalam lumpur aktif adalah termasuk gram negatip dari
berbagai genus (Metcalf &Eddy,1979) yaitu antara lain: Pseudomonas, Zoagloea,
Achromobacter, Flvobacterium, Nocardia, Bdellovibrio, Mycobacterium dan dua bakteri
nitrifikasi yakni Nitrosomonas dan Nitrobacter. Terdapat pula beberapa organism filamentous
antara lain seperti Sphaerotilus, Beggiatoa, Thiothrix, Lecicathrix, Geotrichum, Lyngbya dan
lain-lain.
Pada daerah dekat effluent terdapat beberapa jenis protozoa yang berfungsi sebagai
pembersih (polisher). Protozoa makan bakteri yang tak menggumpal dan tersebar dalam
air, sedangkan rotifera makan flok biologis berukuran kecil yang tidak mengendap.
Disamping berfungsi sebagai polisher, protozoa juga dapat berfungsi sebagai indikator dalam
proses lumpur aktif.
Didalam bak aerasi terdapat berbagai organisma, salah satu diantaranya adalah protozoa.
Menurut K. Mudrack & S. Kunst (1981), beberapa protozoa yang terdapat pada bak aerasi
dapat digunakan sebagai indikator proses lumpur aktif, antara lain adalah : Zooflagellates,
Amoebae, Cilliates (antara lain : Colpidium campylum, paramecium caudatum, Apisdisca
costata, Euplotes affinis, Vorticella spp, carchesium polypinum, Opercularia coarctata),
dan Suctoria. Disamping protozoa, dalam lumpur aktif sering juga terdapat jasad multiseluler
antara lain Rotifera, larva serangga, Nematoda dan bangsa udang (Crustacean).
Zooflagellates dari klas Mastiophorae, terutama Bodo spp. dan Trigonomonas, apabila
hadir dalam bak aerasi dalam jumlah yang mendominasi, hal tersebut menunjukan suatu
kondisi anaerobik. Dengan demikian juga menunjukan bahwa sistem aerasi berjalan tidak
sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Amoebae biasanya hadir pada fase star up atau pada
kondisi beban yang berat (over loading). Sebaliknya spesies Testate amoebae selalu hadir
pada kondisi beban organik yang sangat kecil.
Keberadaan Cilliates dapat menunjukan kondisi sock loading karena adanya unsur toksik,
atau kondisi over loading atau defisiensi oksigen. Pada kondisi optimal jumlah Cilliates
berkisar antara 2000 – 100.000 sel /ml. Bila kondisi mendadak menurun secara
drastis, menunjukan adanya unsur toksik dalam air limbah. Berbagai spesies Cilliates dapat
merupakan indikator spesifik terhadap kondisi sistem aerasi pada suatu bak aerasi.
Colpidium campylum jika hadir dalam jumlah yang besar menunjukan kondisi suplai oksigen
tidak baik atau kondisi over loading. Paramecium caudatum menunjukan bahwa pada proses
lumpur aktif terjadi kondisi pembebanan dibawah normal (under normal loading). Asidisca
costata, apabila tiba–tiba menghilang, menunjukan bahwa kandungan oksigen terlarut < 2
mg/L. Sebaliknya bila keberadaanya tetap, hal tersebut menunjukan kondisi aerasi cukup
baik. Demikian juga Euplotes affinis, kehadiranya menunjukan suplai oksigen yang bagus.
Keberadaan Vorticella spp, khususnya Vorticella microstoma menunjukan kondisi miskin
oksigen atau kondisi pembebanan berat. Sedangkan Vorticella convallaria dan
Vorticella campanula, kehadirannya menunjukan pembebanan normal dan ini menunjukan
juga bahwa suplai oksigen dalam kondisi baik. Carchesium polypinum keberadaanya
selalulu berhungan dengan Vorticella. Opercularia coarctata juga merupakan ciliata yang
merupakan indikator suplai oksigen yang baik bila terdapat dalam bak aerasi. Sedangkan
Suctoria dapat merupakan indikator pembebanan sangat ringan (lightly loading).
Dari uraian diatas, keberadaan protozoa dalam proses lumpur aktif, dapat dikemukakan
sebagai berikut :
- Pembebanan berat (Highly loaded plants). Biasanya terdapat flagelata atau amoeba.
- Pembebanan normal (Normal loaded plants). Biasanya terdapat spesies ciliata
antara lain : : Vorticella convallaria, Opercularia coarctata, , Euplotes affinis dan
Apisdisca costata.
- Pembebanan ringan ( lightly loaded / under loaded plants). Biasanya terdapat
rotifera dan sedikit protozoa.

C. Prosedur Kerja
1. Alat dan Bahan

a) Sendok
b) Beker glass
c) Obyek glass
d) cover glass
e) Mikroskop
f) Sampel lumpur
g) Air limbah

2. Cara Kerja

a. Siapkan alat dan bahan


b. Ambil sampel limbah cair dari IPAL (Bak aerasi)
c. Siapkan kaca preparat dan teteskan sebanyak 2 tetes air limbah keatas kaca preparat
tersebut dan pasang di meja obyek mikroskop dengan perbesaran 100x
d. Cocokkan dengan gambar kunci identifikasi terhadap mikrobiota yang ditemukan dan
lakukan perekaman gambar (dengan software atau manual)
e. Kelompokkan kondisi limbah cair dalam kondisi pembebanan normal, sedang atau berat
D. Hasil

Colpoda Paramecium Trichuris trichiura

E. Pembahasan

 Ciri-ciri :
1. Colpoda :
- Tubuhnya sedikit pipih, cembung pada bagian punggung dan datar pada bagian
perut.
- Lubang mulut sel mengarah kedepan, yang dikelilingi oleh bulu-bulu getar.
2. Paramecium :
- Ujung depan tubuhnya tumpul, dan bagian belakang meruncng (seperti sandal)
- Mempunyai dinding sel
- Tubuhnya berukuran antara 120-300 mikron
- Memiliki dua inti yaitu makronukleus dan mikronukleus
- Memiliki vakuola kontraktir dan nonkontraktil
- Bergerak dengan menggoyahkan silianya
- Reproduksinya secara vegetative (pembelahan biner) dan generative (konjugasi)
3. Trichuris trichiura :
- cacing dewasa berbentuk seperti cambuk dimana 3/5 dari panjang tubuhnya
(sebelah anterior) tipis seperti benang sedangkan 2/5 bagian (sebelah posterior)
terlihat lebih tebal
- cacing jantan panjangnya ± 4 cm
- cacing betina panjangnya ± 5 cm
- ujung posterior cacing jantan melingkar / melengkung ke arah ventral dengan
sebuah spicula di ujungnya
- ujung posterior cacing betina lurus dan tumpul membulat
F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan, kesimpulan yang kita dapat adalah mikroorganisme


memiliki peran penting dalam IPAL tetapi jika mikroorganisme dalam IPAL terlalu
banyak juga dapat menghambat lumpur aktif.

Anda mungkin juga menyukai