MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
PENGAMBILAN SAMPEL AIR KRAN DAN AIR SUMUR
GALIAN
C. Manfaat
Melakukan penelitian kualitas air perlu Pengambilan Sampel Air Kran dan Sumur Galian
untuk menilai apakah air tersebut masih layak pakai untuk kebutuhan sehari-hari seperti air
minum, mencuci, air untuk kakus dan lain-lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-jenis sampel air dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut:
1. Sampel sesaat (grab sample), yaitu sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang
sedang dipantau. Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan
sample.
2. Sampel komposit (composite sample), yaitu sampel campuran dari beberapa waktu pengamatan.
Pengambilan sampel campuran dari beberapa waktu pengamatan. Pengambilan sampel komposit
dapat dilakukan secara manual ataupun secara otomatis dengan menggunakan peralatan yang
dapat mengambil air pada waktu-waktu tertentu dan sekaligus dapat mengukur debit air.
Pengambilan sampel secara otomatis hanya dilakukan jika ingin mengetahui gambaran tentang
kareakteristik kualitas air secara terus-menerus.
3. Sampel gabungan tempat (integrated sampel), yaitu smpel gabungan yang diambil secara
terpisah dari beberapa tempat, dengan volume yang sama.
Beberapa hal yang menyangkut teknik pengambilam sampel air dikemukakan dalam
Kumpulan Standar Nasional Indonesia Bidan Pekerjaan Umum Mengenai Kualitas Air (1990).
Pada dasarnya, pengambilam sampel air dapat dilakukan terhadap air permukaan maupun air
tanah.
1. Air permukaan
Air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya. Pengambilan
sampel di sungai yang dekat dengan muara atau laut yang dipengaruhi oleh air pasang harus
dilakukan agak jauh dari muara. Adapun pengambilan sampel air sungai dapat dilakukan di
lokasi-lokasi sebagai berikut.
1) Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau masih sedikit mengalami pencemaran.
2) Sumber air tercemar, yaitu lokasi yang telah mengalami perubahan atau di bagian hilir dari
sumber pencemar.
3) Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi penyadapan/pamanfaatan sumber air.
1. Sampel air yang diambil harus dalam keadaan steril. Hal ini dimaksudkan agar air yang diambil
mengandung bakteri yang murni berasal dari air tersebut, sehingga diperlukan teknik- teknik
pengambilan air sampel yang benar.
2. Selang waktu untuk pemeriksaaan bakteriologis minimal 1 jam dari pengambilan harus sudah
dilakukan pemeriksaan. Namun dapat dipertahankan lebih lama lagi asal disimpan dalam lemari
pendingin kurang lebih 30 jam.
1. Botol untuk tempat contoh air harus bersih dan steril. Sterilisasi dilakukan pada suhu 180o C
selama 20 menit dalam oven atau sesuai dengan tabel suhu dan waktu sterilisasi pada oven.
2. Botol harus mempunyai mulut lebar dan mempunyai tutup yang masuk kedalam leher dengan
diberi kertas pelindung yang dikaitkan pada sekeliling botol sebelum disterilkan.Volume botol
yang digunakan minimal 150 ml dan diisi dengan air paling sedikit 100 ml, sehingga masih ada
sisa ruangan diatas contoh air untuk mencampur contoh air sebelum diperiksa.
3. Untuk pemeriksaan air yang telah diolah seperti air PDAM harus dipakai botol kain yang diberi
natrium thio sulfat untuk menetralisasi sisa chlor. Tutup botol dan kertas pelindung diambil
sebagai satu kesatuan dan dipegang antara jari-jari tangan.
4. Untuk pengambilan dipegang di bagian bawah botol, diisi dengan contoh air, dan secepatnya
ditutup kembali.
5. Pengambilan harus dilakukan secara hati-hati dan aseptis.
BAB III
PELAKSANAAN PRATIKUM
A. Hari/tanggal :
Senin, 01 Oktober 2012
B. Tempat :
Laboratorium Mikrobiologi dan Sumur Galian Komplek Perumahan Kesehatan depan
Musholla Kesehatan Lingkungan.
C. Jam :
09.00-11.00 WITA (Waktu Indonesia bagian tengah).
Sarana :
1. Kran air;
2. Air sumur galian.
E. Cara Kerja:
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN:
Dalam mengambil contoh air yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis berbeda dengan
keperluan untuk pemeriksaan fisika dan kimia, terutama mengenai sterilisasinya.
Botol untuk tempat contoh air harus bersih dan steril.
Sterilisasi dilakukan pada suhu 180 C selama 20 menit dalam oven atau sesuai dengan tabel
suhu dan waktu sterilisasi pada oven.
1) Sebelum pengambilan sampel air, tangan di aseptik terlebih dahulu dengan menggunakan
alkohol 70%, hal ini mencegah pengambilan sampel air dari tangan yang terkontaminasi;
2) Lalu kran dibuka penuh, alirkan air 2-3 menit atau dianggap cukup untuk membersihkan mulut
kran, kemudian tutup kembali;
3) Nyalakan bunsen dengan korek api dan kapas diberi cairan spritus menggunakan krustang/pinset
4) Mulut kran dipanaskan sampai timbul uap air keluar;
5) Buka botol sampel dari kertas pelindung (dibuka sampai setengah saja untuk menghindari
kontaminasi). Tutup botol dan kertas pelindung diambil sebagai satu kesatuan dan dipegang
antara jari-jari tangan (tutup botol jangan ditaruh sembarangan untuk menghindari kontaminasi).
Pengambilan harus dilakukan secara aseptis;
6) Panasi bibir botol sampel hingga cukup panas;
7) Botol diisi sampel air botol, hal ini bertujuan agar sisa ruangan botol masih ada udara untuk
mikroorganisme ( untuk pemeriksaan bakteriologis);
8) Bibir botol dipanasi lagi hingga cukup panas lalu secepatnya ditutup kembali;
9) Matikan api di bunsen dengan penutup bunsen;
10) Kemudian di beri label;
11) Kerjakan secara aseptis dan hati-hati.
1) Bawalah box penyimpanan alat-alat pengambilan sampel air seperti bunsen, alkohol 70%, cairan
spritus, bunsen, korek api, kapas, krustang, botol sampel dilengkapi tali untuk mengambil sampel
air dengan panjang 10 meter, label dan alat tulis;
2) Contoh air bisa diambil dengan botol timba atau botol gelas secara langsung. Botol-botol ini
dilengkapi dengan tali dan seluruhnya dibungkus dengan kertas, baru disterilkan;
3) Sebelum pengambilan sampel air, tangan di aseptik terlebih dahulu dengan menggunakan
alkohol 70%, hal ini mencegah pengambilan sampel air dari tangan yang terkontaminasi;
4) Pengambilan Sampel Air Sumur Gali pertama yang dilakukan dengan dua orang, satu yang
memegang krustang untuk memanaskan bibir botol sampel dan yang satunya mangambil sampel
air di sumur gali;
5) Sebelum digunakan untuk pengambilan sampel air, kertas pembungkus dibuka, diusahakan
jangan sampai menyentuh langsung bagian botol;
6) Buka botol sampel dan tutup botol dibungkus dengan kertas pelindung dan masukkan di kantong
untuk menghindari kontaminasi;
7) Panasi bibir sampel hingga cukup panas;
8) Tali diurai dan botol diturunkan pelan-pelan ke dalam sumur sampai mulut botol masuk minimal
10 cm ke dalam air (bila tinggi air memungkinkan);
9) Sisakan tali sepanjang 30 cm untuk menyelupkan air ke dalam sumur dan jangan dipegang untuk
menghindari kontaminasi;
10) Pelan-pelan agar tidak menyentuh di dinding sumur untuk mencegah kontaminasi botol sampel;
11) Botol diisi sampel air botol, hal ini bertujuan agar sisa ruangan botol masih ada udara untuk
mikroorganisme ( untuk pemeriksaan bakteriologis);
12) Panasi lagi bibir sampel dengan api lalu tutup secepatnya;
13) Kemudian siap diberi label;
14) Kerjakan secara aseptis dan hati-hati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Untuk hasil akhir menggunakan label pengambilan sampel air yang akan dikirim ke
laboratorium untuk ditindaklanjuti berikutnya. Pelabelan terbagi menjadi dua yaitu label sampel
air kran dan label sampel air sumur galian.
PENGAMBIL SAMPEL
TRIA WARDHANI
PENGAMBIL SAMPEL
TRIA WARDHANI
B. Pembahasan
Pengambilan sampel air kran
Pertama yang paling utama dan wajib adalah mencuci tangan menggunakan alkohol 70%
agar tidak ada kontaminasi selama pengambilan sampel air, penuh kehati-hatian dan juga harus
aseptis. Lalu alirkan air di kran selama 1-2 menit cukup membersihkan kran dan panas kan di
bibir kran hingga mengeluarkan uap air atau bila cukup panas lalu di tutup. Setelah itu, nyalakan
bunsen dan beri kapas dengan larutan spritus dan bakar kapas menggunakan pinset atau krustang.
Buka botol sampel dari kertas pelindung hingga menjadi setengah, tutup botol dan kertas
pelindung diambil sebagai satu kesatuan dan dipegang antara jari-jari tangan. Lalu panaskan
bibir botol sampel hingga cukup panas lalu isi botol sampel dengan air kran hingga air dan
panas kan lagi bibir botol sampel hingga cukup panas lalu secepatnya ditutup kembali.
Pengambilan harus dilakukan secara hati-hati dan aseptis.
Pengambilan sampel air sumur galian (SGL)
Persiapkan box penyimpanan alat-alat sampel untuk melakukan pengambilan sampel air
sumur galian. Pertama yang paling utama dan wajib adalah mencuci tangan menggunakan
alkohol 70% agar tidak ada kontaminasi selama pengambilan sampel air, lalu untuk melakukan
pengambilan sampel harus dengan dua orang. Orang pertama mengambil air sampel di sumur
galian dan orang kedua memegang krustang dan kapas yang sudah terbakar oleh larutan spiritus.
Kedua, setelah melumuri tangan dengan alkohol Setelah itu, nyalakan bunsen dan beri kapas
dengan larutan spritus dan bakar kapas menggunakan pinset atau krustang. Contoh air bisa
diambil dengan botol timba atau botol gelas secara langsung. Botol-botol ini dilengkapi dengan
tali dan seluruhnya dibungkus dengan kertas, baru disterilkan. Sebelum digunakan untuk
pengambilan air, kertas pembungkus dibuka, diusahakan jangan sampai menyantuh langsung
bagian botol. Tali diurai sampai mulut botol masuk minimal 10 cm ke dalam air (bila tinggi air
memungkinkan), Sisakan tali sepanjang 30 cm untuk menyelupkan air ke dalam sumur dan
jangan dipegang untuk menghindari kontaminasi. Lalu bila sudah angkat botol sampel pelan-
pelan dan jangan sampai terkena dinding sumur, air di dalam botol sampel harus air agar
oksigen di botol masih ada untuk bakteri bernapas dan panas kan lagi bibir botol sampel hingga
cukup panas lalu secepatnya ditutup kembali. Pengambilan harus dilakukan secara hati-hati dan
aseptis.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebelum dan sesudah pengambilan sampel air, botol yang digunakan harus steril;
2. Jenis air sampel ada tujuh yaitu sampel air kran, sampel air sumur galian, sampel air sungai,
sampel air kolam renang, sampel mata air atau sumber, sampel air danau, sampel air limbah;
3. Pengambilan contoh air harus dihindarkan dari alat-alat tambahan yang terdapat pada kran atau
dari kran yang bocor;
4. Selang waktu untuk pemeriksaaan bakteriologis minimal 1 jam dari pengambilan harus sudah
dilakukan pemeriksaan. Namun dapat dipertahankan lebih lama lagi asal disimpan dalam lemari
pendingin kurang lebih 30 jam.
B. Saran
1. Lakukan praktikum dengan tenang, hati-hati, agar tidak terkontaminasi;
2. Dalam pembuatan label sampel air terutama kode label, dan sebagai berikutnya harus teliti;
3. Patuhi aturan dan tata cara praktikum;
4. Tidak bercanda atau bermain-main saat pratikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia.or.id.
2. Abel, P.D 1989. Water pollution Biology. Ellis Horwood.
3. Limited Public Health Association (APHA). 1976 Standard Methods for the examination of
water and waste water. 4th edition. American public Health Association, Washington DC.
1193.P.
4. Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Kumpulan SNI (Standar Nasional Indonesia) Bidang
Pekerjaan Umum Menganai Kualitas Air. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
5. Pusat Pengembangan Informasi dan Penataan Lingkungan-BAPEDAL. 1996. Himpunan
Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Pengendalian Dampal Lingkungan. Edisi I. Yayasan
Kalpawilis, Jakarta. 341 hal.
6. UNESCO/WHO/UNEP.1992. Water Quality Assessments. Edited by Chapman, D. Chapman
and Hall Ltd., London. 585 p.
Parameter Kualitas Air (Fisika dan Kimia)
A. Latar Belakang
Air adalah kehidupan, boleh dikatakan semua kehidupan dijagad raya ini bergantung pada
ketersediaan air. Oleh karena itu air menjadi indikasi utama adanya kehidupan di suatu tempat di
jagat raya.Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup yang lain. Air digunakan
manusia untuk air minum, kebutuhan rumah tangga, maupun keperluan industri. Tanpa air
manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup.
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika
kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar
terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial. Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya
untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air
Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih
belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil yakni 16,08 %. Untuk daerah yang belum
mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur),
air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya (Said Dan Wahjono, 1999).
Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kuaitas air tanah maupun air
sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat
bahkan di beberapa tempat bahkan tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum
mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis yang
merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air
tesebut tidak layak untuk diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas
tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak
langsung dan secara perlahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah
sebagaiberikut: bagaimana kualitas air ditinjau dari aspek fisis dan kimiawi?.
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui kualitas air ditinjau dari segi fisis dan kimiawi
2. Sebagai
D. Manfaat Praktikum
Adapun kegunaan dalam Praktikum ini yaitu :
1. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa tentang kualitas air ditinjau dari segi fisis dan kimiawi
2. Bagi penulis merupakan untuk memperdalam pengetahuan dan keilmuan tentang pengetahuan
biologi dan mata kuliah teknik penulisan karya ilmiah pada khususnya Biologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Sifat Air
Air baku adalah air yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Standar air baku air minum yang berlaku meliputi parameter fisik, kimia dan
mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air tersebut (Depkes, 2006).
C. Prosedur Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Gelas aqua bekas sebanyak 5 buah disispkan dan diberi label sesuai dengan jenis air yang akan
di uji.
2. Gelas aqua bekas tadi diberi label di isi air yang sesuai.
3. Satu persatu jenis air diukur dengan menggunakan alat yang sesuai seperti pada tebel berikut:
Tabel 3. Jenis Air Yang Diukur
No Nama Alat Mengukur
1 Thermometer Suhu
2 Refraktormeter/Salinometer Salinitas
3 TDScan Padatan total terlarut
4 pH meter pH
5 DO meter Oksigen terlarut
4. Setiap selesai mengukur air yang diuji, alat yang digunakan dicelupkan pada air aqua lalu dilap
dengan tissue
5. Setiap melakukan pengukuran data yang diperoleh dicatat pada tabel pengamatan yang telah
disediakan
A. Hasil Praktikum
1. Parameter Fisik
Tabel 4. Data Analisis Fisik Air
No Jenis air yang pH warna Salinitas TDS
diuji (%) (ppm)
1. Air sumur 5,6 Bening 0,3 290 ppm
2. Air garam 4,5 Bening dan 5,0 Eror
bergelembung putih >100.000
3. Air aqua 6,8 Bening dan Jernih 0,2 200 ppm
B. Pembahasan
Jumlah sampel air untuk praktikum ini adalah 3 sampel yang meliputi air sumur warga, air
garam dan air minum kemasan merek Riqua.
1. Kelayakan secara Fisis.
Berdasarkan hasil analisis pH didapati bahwa air sumur warga tidak memenuhi standar
kelayakan untuk diminum. Walaupun warna (Bening), nilai salinitas (0,3) dan nilai TDS (290
ppm) masih berada pada taraf normal tetapi nilai pH yang masih berada di bawah ambang batas
yakni 5,6 yang dapat menimbulkan korosi pada wadah besi dan dapat meningkatkan
mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tetapi air sumur masih
bisa dipakai untuk tanaman karena nilai pH-nya masih diatas 4.
Pada air garam, standar kelayakan untuk diminum dan untuk tanaman tidak memenuhi
syarat karena warna (bening), nilai salinitas (0,3) dan nilai TDS (Eror >100.000) dan nilai pH-
nya 4,5 Pada skala ini tanaman akan mati karena sebagian besar tumbuhan akan mati karena
tidak dapat bertolerani terhadap pH rendah.
Pada air minum kemasan merek Riqua, masih layak secara fisis karena nilai pH-nya 6,8
warna (Bening dan Jernih), nilai salinitas (0,2) dan nilai TDS (200 ppm) masih di atas standar
kelayakan menurut KEPMENKES No 7 tahun 2002.
2. Kelayakan secara Kimiawi
Berdasarkan hasil analisis suhu, air sumur warga, air garam serta air minum kemasan
merek Riqua berada pada suhu masing-masing 29,2, 29,1, dan 28,9 di atas suhu normal yaitu
10o-25 o
C (sejuk). Oksigen terlarut masing-masing 5,1 mg/L, 5,0 mg/L, dan 4,8 mg/L. Pada
skala suhu ini akan meningkatkan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air yang pada
akhirnya menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu disertai dengan
penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu
memenuhi kebutuhan organisme air untuk melakukan metabolisme dan respirasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan, ketiga sampel air di atas tidak layak untuk
dikonsumsi baik oleh manusia, hewan dan tumbuhan. Walau pada beberapa syarat fisis air
minum kemasan merk riqua memenuhi syarat, tetapi pada syarat kimiawi tidak memenuhi
syarat sehingga disimpulkan bahwa ketiga air diatas tidak layak secara keseluruha, untuk
dikonsumsi.
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup
memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air
dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan
suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler (Campbell dkk., 2002).
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan
substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi
pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai
sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona dkk., 2007).
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan
dengan kehadiran bakteri indikator seperti coliform dan fecal coli (Ramona dkk., 2007).
Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram
negatif, tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi
laktose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 C
(Pelczar,1988).
Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan
Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya
bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber
(Kompas Cyber Media, 2003 dalam Kompas.com).
Menurut Supardi dan Sukamto (1999), bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu:
1) Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia.
2) Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan atau
tanaman yang telah mati.
Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Semakin sedikit kandungan coliform,
maka kualitas air semakin baik.
Uji kualitas air terdiri dari 3 step utama, yaitu: Uji penduga, Uji penguat dan Uji
pelengkap. Dalam uji penduga di gunakan lactose broth, sedangkan untuk contoh lainya yang
banyak mengandung bakteri asam laktat, misalnya susu, di gunakan brilliant green lactose
bile broth (BGLBB). Bakteri asam laktat dapat memfermentasi laktosa dan membentuk gas,
hingga dapat mengakibatkan pembacaan uji positif yang salah.
BGLBB merupakan medium selektif yang mengandung asam bile sehingga dapat
menghambat bakteri gram positif termasuk coliform. Inkubasi di lakukan pada suhu 35oC
selama 24-48 jam. Tabung di nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih
dari volume di dalam tabung Durham. Jumlah tabuung yang positif di hitung pad masing-
masing seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 7 tabung.
Uji Penguat. Terbentuknya gas dalam Lactose Broth atau dalam BGLBB tidak selalu
menunjukan bakteri E.Colli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat
memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas, misalnya bakteri asam laktat dan
beberapa kahmir tertentu. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada agar EMB.
Dengan Menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan uji penduga
positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada agar cawan EMB dengan cara
goresan kuadran. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24 jam. Jumlah cawan
EMB pada masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya pertumbuhan Coliform,
baik fekal maupun non fekal dihitung dan MPN penguat dapat di hitung dari table MPN.
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan bakteri
Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam
medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi
secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk
asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli.
Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli
merupakan Gram negatif berbentuk batang pendek.
Tujuan
Tujuan dari praktikum Uji Kualitas Air adalah untuk menguji kualitas air kolam
secara mikrobiologi dengan uji Coliform.
Prosedur
Uji penduga dilakukan pada hari Jumat, 16 Maret 2012. Yang pertama dilakukan
adalah mengambil sample air kolam dan menyaringnya. Setelah itu, menyiapkan 15 tabung
reaksi yang dibagi menjadi 3 seri yaitu 5 tabung Double Strength 10 ml, 5 tabung Single
Strength 1 ml, dan 5 tabung Single Strength 0,1 ml. Pada masing-masing tabung sudah berisi
media Lactosa Broth dan 1 tabung durham di dalamnya. Tabung dibalik perlahan agar tidak
terdapat gelembung udara. Masukkan sample air kedalam masing-masing tabung dengan
metode sterilisasi agar tidak terkontaminasi. Setelah selesai Inkubasi selama 24 jam.
Uji Penguat dilakukan pada hari Sabtu, 17 Maret 2012. Sebelum melakukan uji
penguat, terlebih dahulu melihat hasil uji penduga. Indikator yang dilihat adalah gelembung
udara pada tabung durham, jika pada tabung durham terdapat gelembung udara, dugaan
positif ada mikroba didalam sample air. Gelembung yang terbentuk dihitung dan dilihat pada
table MPN. Cawan petri yang berisi EMBA (Eosin Metilen Blue Agar) disiapkan, kemudian
oase yang akan digunakan dicelupkan ke dalam alkohol lalu dibakar pada bunsen, lalu
ditunggu beberapa saat dan oase dicelupkan ke dalam sampel lalu digoreskan kedalam cawan
petri yang telah berisi EMBA. Setelah 24 jam hasilnya diamati, terbentuk atau tidaknya
warna hijau metalik.
Uji pelengkap (pewarnaan gram) dilakukan pada hari senin, 19 Maret 2012. Pertama,
kaca preparat dibersihkan lalu preparat ditetesi dengan sedikit aquades dan diolesi dengan
bakteri. Lalu difiksasi beberapa saat, kemudian diteteskan pewarna Kristal ungu dan
dibiarkan selama 1 menit lalu dibilas dengan aquades. Kemudian ditetesi dengan iodium 1%,
tunggu selama 1 menit dan dibilas kembali menggunakan aquades. Selanjutnya ditetesi
dengan alkohol 96%, tunggu selama 1 menit lalu dibilas dengan aquades. Tahap terakhir
ditetesi dengan safranin, tunggu selama 45 detik dan dibilas dengan aquades. Kemudian
bakteri diamati pada mikroskop lalu dilihat warna dan bentuk bakterinya.
Data Hasil
Tabel 1 Hasil pengamatan uji kualitas air pada sampel air kolam
Uji Hasil Pengamatan
Uji Penduga Terbentuk gelembung pada semua tabung
Uji Penguat Tidak terbentuk warna hijau metalik
Bentuk bakteri : Basil
Uji Pelengkap
Warna bakteri : Merah muda
Pembahasan
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas air saat praktikum
menggunakan coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri yang
aerobic dan anaerobic fakultatif, berbentuk batang atau basil, gram negative dan tidak
membentuk spora. Coliform memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan gas
CO2 dalam waktu inkubasi selama 24 jam dan diletakkan pada suhu 37C.
Hasil yang diperoleh dari uji penduga yaitu pada tabung berlabel Double Strength,
Single Strength 1 ml, dan Single Strength 0,1 ml terbentuk gelembung pada tabung durham
yang mengindikasikan adanya coliform pada air sampel dengan indeks MPN per 100 ml
sebesar lebih dari 2400.
. Uji selanjutnya ialah uji penguat, uji ini dilakukan pada media EMBA (Eosin
Metilen Blue Agar). Larutan sampel pada tabung berlabel Double Strength, Single Strength 1
ml, dan Single Strength 0,1 ml yang telah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C diambil
dengan oase dengan cara dicelupkan lalu dioleskan ke dalam EMBA. Uji positif dapat dilihat
dari terbentuknya warna hijau metalik atau tidak. Hasil praktikum menunjukkan bahwa pada
uji penguat hasil yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk warna hijau metalik pada
EMBA.
Uji yang terakhir ialah uji pelengkap, pada uji ini dilakukan pewarnaan gram untuk
mengetahui bentuk dari bakteri yang terdapat pada sampel. Prosedur pewarnaan gram yang
dilakukan sama seperti pewarnaan gram yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun fungsi-
fungsi penambahan warna pada pewarnaan bakteri gram yaitu, pewarna Kristal ungu
ditambahkan sebagai pemberi warna awal, iodium ditambahkan untuk memperkuat ikatan
pada dinding sel sehingga warna yang dilihat dapat terlihat lebih jelas, alkohol ditambahkan
sehingga pada bakteri gram negatif yang mengandung peptidoglikan.
Safranin ditambahkan untuk memberikan kompleks warna merah pada bakteri gram
negatif sehingga bakteri gram negatif menjadi berwarna merah sedangkan pada bakteri gram
positif pewarna safranin tidak berpengaruh sehingga bakteri gram positif tetap berwarna
ungu. Setelah dilakukan pewarnaan gram dan diamati pada mikroskop, bakteri yang teramati
yaitu bakteri berbentuk basil dan berwarna merah muda sehingga dapat dikatakan terdapat
bakteri E.Colli.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Uji Kualitas Air dapat disimpulkan bahwa pada air
kolam terdapat bakteri E.Colli. Tidak terbentuknya warna hijau metalik pada uji penguat
disebabkan ketidakjelasan warna pada saat pengamatan, sehingga warna hijau metalik tidak
terlihat.
Daftar Pustaka
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lay,B.W. 1 Pelezar, M. J. and Chan E. CS. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. UI Press, Jakarta.
Maulana, N.I Muhammad. 2010. Coliform dan Pengaruhnya. Yogyakarta: Fakultas Sistem
Informasi Kesehatan dan Rekam Medik Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global.
Suriaman, Edi , Juwita. 2008. Uji Kualitas Air [Skripsi]. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Malang.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Danau memiliki banyak sekali manfaat bagi manusia, misalnya untuk aktifitas sehari-
hari yaitu untuk konsumsi air minum serta untuk kebutuhan lainnya. Danau juga berfungsi
sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan yang nantinya dapat dimanfaatkan manusia untuk
dikonsumsi. Pemanfaatan lainnya adalah sebagai bahan cadangan air yang digunakan sebagai
parameter kedalaman sumur penduduk sehingga bila air danau debitnya sangat kecil maka
dapat dipastikan kedalaman sumur penduduknya akan semakin dalam. Pelestarian danau
sangat diperlukan mengingat banyaknya manfaat dari sebuah danau.
Untuk mengetahui suatu danau atau kolam itu bersih harus melakukan analisis kualitas
air. Analisis kualitas air meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Semua parameter harus
tetap dalam keadaan seimbang, tidak berlebihan maupun kekurangan agar tetap dapat
menunjang berlangsungnya kehidupan dari organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Ketidakseimbangan nilai dari tiap parameter yang ada dapat menyebabkan terjadinya
gangguan berjalannya siklus hidup pada ekosistem yang ada di dalam perairan tersebut.
Contohnya adalah ikan tidak dapat hidup pada pH yang sangat asam maupun yang sangat
basa. Ketersediaan DO yang minim juga dapat menyebabkan kematian pada organisme-
organisme yang membutuhkannya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka sudah seharusnya kualitas air suatu perairan
dipelajari agar kita dapat mengetahui apakah suatu perairan baik atau buruk kualitasnya.
Apabila ternyata kualitas airnya buruk maka dapat dilakukan langkah-langkah yang dapat
mengembalikan kondisi perairan dengan parameter-parameter yang memiliki kadar atau nilai
yang seimbang.
B. Tujuan
1. Mengetahui parameter kualitas air kolam dan cara pengukurannya.
2. Mengetahui hubungan parameter fisika, kimia dan biologi dalam kualitas air.
C. Tinjauan Pustaka
Menurut Cox (1997), pertimbangan suhu memberikan pengaruh sebagai berikut dari
bendungan dengan penbuangan air di dasar :
a. Air dilimpahkan dengan salinitas yang lebih tinggi, daripada bila air dilimpahkan dari
permukaan.
b. Makanan esensial hilang dari bendungan, jadi cenderung untuk mengurangi kapasitas
produksi dari bendungan dan pada waktu yang sama menyebabkan eutrofikasi daerah
hilir.
c. Kehilangan karena evaporasi bertambah sebagai hasil dari penyimpanan air yang hangat
dan pembuangan air yang dingin dari hipolimnion.
d. Oksigen terlarut yang rendah dari air yang dibuang mengurangi kapasitas dari sungai untuk
menerima bahan pencemar organik.
e. Pembuangan hidrogen sulfida dan senyawa organik yang lain menurunkan kualitas air di
hilir dan pada kasus yang ekstrem dapat membunuh ikan
Menurut Boyd (1982), keanekaragaman dan kelangsungan hidup organisme disuatu
perairan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat organisme itu hidup. Limgkungan
perairan ada tiga unsur pokok yang menunjang kehidupan biota perairan, yaitu :
1. Unsur fisika air meliputi suhu, kecerahan, cahaya, suara dan berta jenis.
2. Unsur kimia air meliputi nilai pH, kadar oksigen terlarut (DO), kadar karbondioksida (CO2)
bebas.
3. Unsur biologi air meliputi produsen, konsumen dan pengurai.
a. Suhu
Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal sehingga perbedaan suhu
dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lambat daripada di udara.
b. Kecerahan
Penetrasi cahaya sering dihalangi oleh zat terlarut dalam air yang membatasi zona
fotosintesis di habitat akuatik. Kekeruhan disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat
mengendap serta organisme yang merupakan indikasi produktivitas.
c. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air yang diukur
dalam satuan mg / L. Oksigen terlarut digunakan sebagai tanda derajat polutan yang ada.
Oksigen terlarut yang besar menunjukkan derajat pencemaran yang relatif kecil (Sugiharto
1987). Air yang mempunyai zat pencemar yang banyak akan mempunyai harga DO
(Dissolved Oxygen) yang kecil. Hal ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air dipakai
bakteri untuk menguraikan zat pencemar. Banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri
untuk menguraikan polutan dikenal dengan Biochemical Oxygen Dissolved (DOD). Harga
BOD berbanding terbalik dengan harga DO. Air bersih mempunyai harga DO yang tinggi dan
harga BOD yang rendah (Boyd 1982).
d. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan petunjuk kebebasan suatu perairan terutama mengenai
kandungan ion karbonat atau bikarbonat (CO3- atau HCO3-). Suatu perairan kadang
mengalami penurunan pH yang drastis. Kondisi ini menyebabkan penurunan kualitas air.
Keadaan ini dapat dicegah dengan sistem buffer yang ada di perairan yaitu perairan yang
mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat dan silikat. Hal ini dapat mencegah
penurunan derajat keasaman air yang terlalu cepat.
e. Produsen
Produsen di komunitas sungai banyak berasal dari golongan tanaman berakar
(tanaman bentik) dan fitoplankton (tanaman hijau yang mengapung) yang kebanyakan
ganggang / alga. Ganggang yang banyak tergolong kedalam diatom (Bacillariaceae),
ganggang hijau (Chlorophyta) dan ganggang biru-hijau (Cyanophyta).
f. Konsumen
Konsumen pada lingkungan ini, kebanyakan dari binatang bentik, ooplankton, nekton
dan vertebrata air. Nekton di zona litoral memiliki banyak jenis dan jumlahnya (Odum 1993).
Air dengan cepat menyerap cahaya dan panas, dalam hal ini menyebabkan terjadinya
lapisan-lapisan air yang terang dan lebih hangat di atas lapisan air di bawahnya yang lebih
dalam, lebih gelap dan lebih dingin. Hal ini menciptakan berbagai kondisi fisik dan kimia,
yang sesuai untuk berbagai organisme (Mackinson et al. 2000)
II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Kamis, 6 Oktober 2005
Pukul : 06.00- selesei WIB
Tempat : Danau Lembah UGM
7. Densitas plankton
a. Mengambil sample dengan menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) setelah itu
dimasukkan ke botol film
b. Melakukan pengamatan plankton dengan mikroskop
Perhitungan densitas plakton:
H= 2
log
ni ni
N N H = indeks diversitas
ni = cacah individu suatu genus
N = cacah individu seluruh spesies
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pratikum ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air pada perairan danau dan kolam
perikanan. Beberapa parameter yang digunakan antara lain parameter fisik, kimia dan biologi.
Melalui analisis dengan menggunakan ketiga parameter ini dapat diketahui juga hubungan
dan korelasi antar parameter sehingga nantinya diharapkan mampu menjadi pengontrol
analisis kualitas perairan yang baik dan normal.
A. Pembahasan Per Lokasi
1. Kolam
Parameter Fisik
a. Suhu udara
Suhu tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 14.00 dengan nilainya sebesar
0
28 C. Hal tersebut disebabkan intensitas cahaya matahari yang sangat panas dan kurang
banyaknya vegetasi sekitar kolam .Suhu terendah terdapat pada pukul 18.00 yaitu sebesar 250
C. Suhu terendah pada pukul 18.00 disebabkan oleh matahari yang mulai terbenam sehingga
intensitas cahayanya juga berkurang yang mengakibatkan suhu pada pukul 18.00 adalah yang
terendah.
b. Suhu air
Suhu tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 14.00 dengan nilainya sebesar
0
28,5 C. hal tersebut disebabkan oleh perairan yang lebih terbuka mendapatkan sinar matahari
secara langsung sehingga panas lebih menyerap. Suhu terendah terdapat pada pukul 06.00
yaitu sebesar 22,050 C. hal tersebut disebabkan oleh matahari yang mulai muncul dan
menyinari perairan sehingga suhu air menjadi rendah.
c. Kecerahan
Kecerahan menggambarkan tingkat kejernihan air untuk dapat menerima cahaya dari
sinar matahari. Kecerahan tertinggi pada pukul 10.00 disebabkan oleh intensitas cahaya
matahari yang tinggi sehingga kecerahan yang nampak juga cukup besar selain juga karena
aktivitas fitoplankton yang belum padat dibandingkan dengan pukul 14.00 yang memiliki
tingkat kecerahan terendah dikarenakan banyaknya fitoplanktoon yang berfotosintesis sekitar
pukul 14.00 sehingga mengakibatkan tingkat kecerahannya terendah.
Parameter Kimia
a. DO
Berdasarkan pengamatan nilai DO terbesar terdapat pada pengamatan pukul 06.00
karena pada waktu itu aktivitas fotosintesis sudah mulai berjalan Vegetasi yang rindang
mengakibatkan ketersedian oksigen juga besar, dimana vegetasi yang berfotosintesis akan
menghasilkan oksigen yang kemudian terserap oleh air. Nilai DO terendah terdapat pada saat
pengamatan pukul 18.00 karena respirasi zooplankton pada saat itu besar dan tumbuhan air
yang saat itu membutuhkan O2 dan respirasi.
b. CO2 bebas
Kadar CO2 bebas tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 10.00 di bagian
outlet yaitu sebesar 11 ppm sedangkan yang terendah terdapat pada selang waktu pukul
18.00. Kadar CO2 tertinggi ini disebabkan oleh kondisi perairan di bagian inlet yang belum
berfotosintesis mengingat intensitas sinar matahari pada pukul 10.00 yang belum optimal
untuk berfotosintesis sehingga kadar CO2 bebasnya relatif tinggi. Kadar CO2 yang rendah
disebabkan pada waktu tersebut intensitas cahaya matahari optimal sehingga mendukung
proses fotosintesis yang nantinya akan menghasilkan oksigen.
c. Alkalinitas
Alkalitas merupakan kemampuan perairan untuk menetralisir asam tanpa ikut
menurunkan nilai pH. Berdasarkan pengamatan nilai alkalinitas tertinggi terletak pada waktu
pukul 06.00 bagian inlet dan yang terendah didapatkan pada pengamatan pukul 06.00 bagian
oulet. Alkalinitas terendah tersebut disebabkan karena pada pukul tersebut kadar CO2 bernilai
10 ppm sehingga alkalinitasnya juga tinggi.
d. pH
Besar kecilnya nilai pH tersebut dipengaruhi oleh proses fotosintesis yang terjadi. Kadar
oksigen tinggi yang menurunkan kadar CO2 akan mempengaruhi kadar pH dalam perairan.
Berdasarkan hasil pengamatan nilai pH tertinggi nampak pada pengamatan pukul 06.00 dan
yang terendah nampak pada pengamatan pukul 10.00-18.00. Hubungan antara kadar pH
dengan CO2 adalah berbanding terbalik. Kadar pH akan meningkat hingga bernilai 9-10 pada
saat siang hari ketika proses fotosintesis berjalan sangat efektif dan dimana kadar CO2
menurun. CO2 yang berasal dari proses respirasi banyak terdapat diperairan pada malam
hingga pagi hari sehingga berakibat kadar pH dalam perairan menurun.
Parameter Biologi
a. Densitas Plankton
Besarnya densitas plankton pada pengamatan pukul 14.00 adalah 161.5 ind/L.
Densitas plankton atau kepadatan menunjukkan banyaknya individu yang hidup dalam tiap
liter. Semakin tinggi nilai densitasnya maka dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan
tersebut cukup baik untuk organisme air dapat hidup, begitu pula sebaliknya.
b. Diversitas Plankton
Tiga unsur pokok yang mempengaruhi kehidupan biota perairan yaitu: unsur fisik yang
berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu, kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta
berat jenis, unsur kimiawi air seperti pH, kadar oksigen terlarut, karbondioksida terlarut,
alkalinitas dan lain-lainnya, dan unsur biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai
dan pengurai. Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar
matahari dan Diversitas plankton merupakan keragaman plankton yang terdapat pada
perairan. Tidak semua plankton dapat hidup pada suatu perairan. Diversitas plankton dapat
menunjukan kualitas perairan. Dari hasil pengamatan diversitas plankton terbesar di daerah
outlet pada pukul 14.00 wib yaitu sebesar 3,822 , sedangkan terendah juga terjadi pada pukul
14.00 sebesar 3,209 .
2. Lembah
Parameter Fisik
a. Suhu udara
Berdasarkan hasil pengamatan suhu tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul
14.00 karena intensitas cahaya matahari yang sangat panas dan suhu terendah terdapat pada
pukul 06.00. Suhu terendah pada pukul 18.00 karena disebabkan oleh matahari yang mulai
terbenam sehingga intensitas cahayanya juga berkurang yang mengakibatkan suhu pada
pukul 18.00 adalah yang terendah.
b. Suhu air
Berdasarkan hasil pengamatan suhu tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul
14.00 dan suhu terendah terdapat pada pukul 06.00. Nilai suhu tertinggi pada pukul 14.00
disebabkan air masih menyimpan suhu panas dari kenaikan suhu yang terjadi pada siang
harinya. Suhu terendah pada pukul 06.00 disebabkan oleh matahari yang mulai terbit
sehingga intensitas cahaya yang masuk ke perairan juga berkurang.
c. Kecerahan
Kecerahan terbesar pada pukul 14.00 sedangkan yang terendah ada pada pukul 18.00.
Kecerahan menggambarkan tingkat kejernihan air untuk dapat menerima cahaya dari sinar
matahari. Kecerahan tertinggi pada pukul 14.00 disebabkan oleh intensitas cahaya matahari
yang tinggi sehingga kecerahan yang nampak juga cukup besar selain juga karena aktivitas
fitoplanktoon yang telah berkurang dibandingkan pukul 18.00 yang memiliki tingkat
kecerahan terendah dikarenakan banyaknya fitoplanktoon yang berfotosintesis sinar matahari
yang mulai terbenam.
Parameter Kimia
a. DO
Berdasarkan hasil pengamatan nilai DO terbesar terdapat pada pengamatan pukul
14.00 di bagian inlet ketika aktivitas fotosintesis mulai berlangsung karena salah satu hasil
akhir fotosintesis adalah oksigen. Kondisi perairan yang agak terbuka juga turut
mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk sehingga proses fotosintesis yang
membutuhkan cahaya matahari juga optimal dan pada akhirnya nanti menghasilkan oksigen
yang melimpah. Nilai DO terendah terdapat pada saat pengamatan pukul 18.00 karena pada
waktu itu tumbuhan melakukan respirasi. Tumbuahan tiap saat bisa melakukan respirasi.
b. CO2 bebas
Kadar CO2 bebas tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 06.00 di bagian
outlet sedangkan yang terendah terdapat pada pukul 14.00 dan 18.00. Kadar CO2 tertinggi ini
disebabkan oleh kondisi perairan di bagian inlet yang belum berfotosintesis mengingat
intensitas sinar matahari pada pukul 06.00 yang belum optimal untuk berfotosintesis sehingga
kadar CO2 bebasnya relatif tinggi. Hasil pengamatan juga banyak menunjukkan nilai CO2
adalah 0 karena pada waktu tersebut sedang berlangsung proses fotosintesis yang
menghasilkan oksigen.
c. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kemampuan air untuk menetralisir derajat keasaman air
(kemampuan air untuk mempertahankan pH). Alkalinitas merupakan refleks dari aktivitas
CaCO3 (kalsium karbonat) serta terbentuknya hidroksida saat karbondioksida teruraikan.
Reaksi alkalinitas :
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 H+ + HCO2-
H+ + HCO3- 2 H+ + CO32- (Thomas, 1980)
Berdasarkan hasil pengamatan nilai alkalinitas terendah didapatkan pada pengamatan
pukul 06.00 bagian inlet dan yang tertinggi didapatkan pada pukul 18.00 pada bagian inlet.
Alkalinitas terendah tersebut disebabkan oleh masukan-masukan dari luar yang bercampur
antara bahan organik dan anorganik yang tinggi sehingga alkalinitas rendah. Nilai alkalinitas
tinggi karena pada saat itu masukan-masukan dari luar sedikit dibandingkan pada pukul
06.00.
d. pH
Nilai pH tertinggi nampak pada pengamatan pukul 18.00 dan yang terendah nampak
pada pengamatan pukul 06.00. hubungan antara pH dan alkalinitas berbanding lurus. Pada
pukul 18.00 alkalinitas tinggi sehingga otomatis nilai pH juga tinggi da sebaliknya.
Parameter Biologi
a. Densitas Plankton
Besarnya densitas plankton pada pengamatan pukul 14.00 adalah 454 ind/L. Densitas
plankton atau kepadatan menunjukkan banyaknya individu yang hidup dalam tiap liter.
Semakin tinggi nilai densitasnya maka dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan tersebut
cukup baik untuk organisme air dapat hidup, begitu pula sebaliknya
b. Diversitas Plankton
Tidak semua plankton dapat hidup pada suatu perairan, ada jenis-jenis tertentu yang
bisa hidup di suatu perairan karena itu dipengaruhi oleh sifat-sifat tiap plankton yang tidak
sama. Diversitas plankton dapat menunjukan kualitas perairan. Dari hasil pengamatan
diversitas plankton terbesar di daerah outlet pada pukul 14.00 wib yaitu sebesar 3,337
menunjukkan bahwa terdapat banyak jenis plankton yang dapat hidup dengan baik di daerah
ini, selain itu pada bagian inlet memiliki kondisi perairan yang mendukung untuk tumbuh
dan berkembangnya fitoplankton., sedangkan terendah pada pukul 14.00 sebesar 0,27 .yang
menandakan daerah tersebut kurang cocok lingkungannya untuk hidup bermacam-macam
plankton.
B. Pembahasan Umum
Kolam adalah suatu badan air yang digunakan untuk budidaya ikan. Lembah adalah
suatu badan air yang digunakan untuk keperluan masyarakat sekitar ( cuci pakaian), dan lain-
lain. Vegetasi serta kondisi daerah pengamatan yang berbeda antara kolam dan lembah
menyebabkan adanya perbedaan antara nilai-nilai parameter yang dihitung, baik itu suhu
udara, suhu air, tingkat kecerahan, DO, CO2, alkalinitas, pH dan densitas plakton.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas perairan
yang ada di lembah dan yang ada di kolam memiliki nilai parameter yang berbeda. Nilai
parameter fisik seperti suhu udara, suhu air dan tingkat kecerahan pada kedua lokasi
pengamatan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh jarak
antara kedua lokasi yang tidak terlalu jauh dan vegetasi sekitarnya sehingga nilai dari
beberapa parameter fisiknya juga nampak tidak begitu berbeda.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh nilai parameter kimia di lembah dan
kolam memiliki perbedaan nilai yang cukup signifikan karena parameter-parameter kimia
tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga didapatlah
hasil pengamatan analisis kualitas perairan pada parameter kimia dengan nilai yang
bervariasi. Jadi, beberapa nilai parameter kimia tersebut menentukan baik atau tidaknya
kualitas air tesebut.
Parameter biologi yang digunakan adalah besarnya nilai densitas dan diversitas
plankton yang ada pada kedua perairan tersebut, lembah dan kolam. Nilai densitas plankton
pada kolam dan lembah tidak begitu berbeda jauh. Semakin besar densitas suatu plankton
berarti kualitas perairan tersebut juga bagus. Begitu juga nilai diversitas plankton berbanding
lurus dengan kualitas perairan, semakin tinggi diversitas maka semakin baik pula kualitas
perairannya juga sebaliknya.
Hasil pengamatan di dua lokasi berbeda tersebut masih menunjukkan kualitas perairan
yang cukup baik untuk digunakan sebagai tempat budidaya ikan. Hal tersebut dapat terlihat
melalui hasil pengamatan pada parameter fisik, kimia dan biologi yang telah dilakukan pada
kedua perairan tersebut.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Analisis kwalitas air meliputi parameter fisik ( suhu, kecerahan), parameter kimia (pH, DO,
CO2, Alkalinitas, BOD5) dan parameter biologi (densitas plankton)
2. Suhu yang rendah akan mempengaruhi kadar parameter kimia seperti : kadar
CO2, pH dan alkalinitas.
3. Aktivitas fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton dipengaruhi oleh intensitas cahaya
dengan perbandingan lurus.
4. Kwalitas air pada kolam dan lembah tidak begitu berbeda.
5. kolam dan lembah cocok untuk tempat budidaya ikan.
6. Suhu udara terendah sebesar 24,50 C di lembah dan tertinggi 30,50 C di kolam.
7. Suhu air terendah sebesar 24,50 C di lembah dan tertinggi 30,50 C di kolam.
8. Kecerahan terendah sebesar 34,5 cm di lembah dan tertinggi juga di lembah
yakni sebesar 40,25 cm.
9. DO terendah sebesar 2,4 ppm di kolam dan tertinggi 16,5 ppm juga di kolam.
10. CO2 terendah sebesar 0 ppm di kolam dan lembah serta tertinggi yakni sebesar 13 ppm juga
di kolam dan lembah.
11. Alkalinitas terendah sebesar 65 ppm lembah dan tertinggi 138 di kolam.
12. Densitas plankton memberikan pengertian mengenai produktivitas suatu
perairan.
B. Saran
1. Praktikum harus dilaksanakan dengan tepat waktu, cermat tetapi cepat mengingat alokasi
waktu yang sangat terbatas
2. Analisis kualitas air pada kolam dan lembah terus dilanjutkan untuk kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah bagian dari kehidupan di permukaan bumi. Bagi kehidupan mahluk hidup air
bukan merupakan hal yang baru, karena kita ketahui bersama tidak satupun kehidupan
dimuka bumi ini dapat berlangsung tanpa adanya air. Oleh karena itu, air dikatakan sebagai
benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Air merupakan unsur penting bagi
kehidupan di muka bumi ini. Air adalah senyawa yang mempunyai sifat biologis dan struktur
sifat istimewa. Ion OH dan H air sangat menentukan sifat biologis dan struktur molekul
senyawa yang ada di dalam nya. Seperti protein, lipida dan banyak lagi komponen lain dalam
sel.
Air sehat yakni air yang dapat diminum. Air sehat dapat dilihat dari aspek fisik, kimia dan
mikrobiologi. Secara fisik, air sehat ialah air yang jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Secara kimia air sehat adalah air yang kadar Ph nya netral dan kandungan-kandungan tertentu
ada batasannya. Sedangkan secara mikrobiologi, air sehat ialah air yang tidak mengandung
mikroba penyebab penyakit. Misalnya bakteri E coli.
Mengingat pentingnya air bagi kehidupan manusia, masyarakat berupaya untuk membangun
sarana-sarana air bersih baik berupa yang sederhana seperti sumur gali maupun sumur pompa
tangan, sampai dengan perpipaan. Dengan harapan air yang akan digunakan oleh masyarakat
nanti benar-benar memenuhi standar, baik dari kualitas maupun kuantitas.
Akan tetapi berbagai macam upaya yang telah dilakukan untuk pembangunan sarana air
bersih, masalah yang berkaitan dengan kebutuhan air bersih masih saja tmibul. Hal ini
dimungkinkan dengan penggunaan air bagi kebutuhan sehari-hari dari sumber-sumber yang
mudah menularkan penyakit, misalnya dari air sungai dan air sumur gali yang tidak
memenuhi syarat. Kemudian penggunaan dan pemanfaatan atau pembuatan sumur gali itu
belum memenuhi syarat kesehatan, seperti jarak sumur dengan sumber pencemar ataupun
dari segi konstruksinya masih belum memenuhi syarat sumur gali yang sehat. Keadaan
seperti ini akan mengakibatkan air yang dihasilkan mudah tercemar dari lingkungan sekitar,
dalam hal ini akan mengakibatkan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air. Salah
satu pencemar yang mungkin ada dari keadaan seperti itu adalah bakteri coli, khususnya coli
tinja.
1.2 Tujuan
Kegiatan praktek ini bertujuan untuk mengetahui pengambilan dan pengiriman sampel air
bersih pada sumur gali secara fisik.
Laporan praktek Clinical Instructure ini hanya mengenai pengambilan dan pengiriman
sampel air bersih pada sumur gali secara fisik hanya mencakup sumur gali yang berada di
jalan simpang ajai RT.25 kelurahan linggar selatan kecamatan jambi selatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok mahluk hidup, oleh karena itu air sangat
besar manfaatnya terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan.
1. Apabila suatu saat tubuh kehilangan seluruh cadangan lemak dan juga setengah
cadangan protein hal ini tidak membahayakan bagi tubuh manusia. Namun, apabila
terjadi kehilangan sekitar 20% saja air dalam tubuh bisa mengakibatkan kematian.
Tubuh manusia terdiri dari air sekitar 70%.
2. Bila dalam musim kemarau merasa kekurangan air hal itu wajar, memang pada saat
itu sulit sekali diperoleh air. Karena jumlahnya sedikit. Air yang dibutuhkan manusia
sebenarnya bukan sembarang air, tetapi air yang benar-benar baik dan sehat yang
tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Air mempunyai peranan yang sangat besar dalam penularan beberapa penyakit menular.
Besarnya peranan air terhadap penularan penyakit disebabkan keadaan air itu sendiri sangat
membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikroorganisme.
Air dapat berperan sebagai tempat berkembang biaknya mikroorganisme dan juga sebagai
tempat sementara atau perantara sebelum mikroorganisme berpindah pada manusia.
Sementara itu mikroorganisme yang hidup di air kususnya bakteri terdiri dari 2 jenis yaitu
pathogen dan non pathogen seperti : golongan patogen adalah : vibrio cholerae, salmonella
tyipi, shigella shigae, golongan nonpatogen adalah coliform bacteria, dan bakteri besi.
Berbagai jenis penyakit banyak ditularkan oleh air terutama penyakit seperti thypus, kolera,
dan disentri dengan jasad penyebab salmonella thypi, salmonella para thypi, vibrio,
cholearae, dan shigella shigae.
Syarat air bersih meliputi 2 aspek yaitu kualitas dan kuantitas, jadi air bersih dikatakan
memenuhi persyaratan bila kedua aspek tersebut terpenuhi.
1. Aspek kuantitatif yaitu air tersebut harus memenuhi jumlah kebutuhan sehari-hari.
Pemakaian rata-rata perorang perhari antara satu negara dengan negara lain antara
desa dengan desa lain sangat bervariasi. Variasi ini tergantung beberapa hal antara
lain besar kecilnya daerah, ada atau tidaknya industri, harga air dan iklim daerah
tersebut. Kebutuhan air untuk masyarakat pedesaan 6 L/org/hari, sedangkan perkotaan
150 L/org/hr.
2. Aspek kualitatif adalah selain air bersih memenuhi syarat kuantitatif, dari segi
kualitatif pun harus memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia standar kualitas air
dalam peraturan menteri kesehatan RI. Dalam hal ini ditetapkan syarat-syarat kualitas
air minum, air pemandian, air bersih dan air kolam renang. Ruang lingkup peraturan
tersebut meliputi persyaratan fisik, kimia, dan radioaktivitas.
Sumur gali merupakan salah satu cara untuk mendapatkan air tanah yang sering dilakukan
oleh masyarakat terutama masyarakat pedesaaan, karena proses pembuatannya yang mudah
dan dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengan peralatan yang sederhana dan biaya
yang murah. Syarat syarat sumur gali :
Untuk menghindari pencemaran langsung harus memperhatikan jarak antara sumur dengan
kasus, dengan lobang sampah dan dengan lobang galian untuk air limbah, jaraknya adalah 10
m dan diusahakan agar letaknya tidak berada dibawah tempat-tempat sumber pencemaran.
Jangan dibuat ditanah yang rendah yang mungkin terendam bila terjadi banjir atau hujan.
2. Syarat Konstruksi
Dinding sumur 3m dalamnya dari permukaan tanah dan dibuat dari tembok yang tidak
tembus air, sehingga tidak terjadi rembesan.
Kedalaman sumur dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang banyak mengandung air.
Diatas tanah dibuat tembok (bibir sumur) yang kedap air 20-70 cm untuk mencegah
pengotoran dari permukaan dan untuk keselamatan sipemakai.
Dasar sumur diberi karikil agar airnya tidak keruh apabila ditimba.
Saluran pembuangan air limbah disekitas sumur dibuatnya dari tembok yang kedap air
yang panjangnya minimal 10m atau dibuat lobang dengan menggali tanah sepanjang 10 m
atau lebih.
Jagalah selalu kebersihan alat atau bangunan sumur gali dengan baik atau teratur.
a. Bau
Bau adalah sebuah sifat yang menempel pasa sebuah benda yang diakibatkan adanya zat
organik ataupun anorganik yang tercampur didalam air, umumnya dengan konsentrasi yang
sangat rendah, yang manusia terima dengan indera penciuman. Pengukuran bau bersifat
subjektif dengan respon organoleptik. Bau dapat berupa bau enak maupun tak enak.
b. Warna
Warna di dalam air terbagi dua, yakni warna semu (apparent color) adalah warna yang
disebabkan oleh partikel-partikel penyebab kekeruhan (tanah, pasir, dll), partikel halus besi &
mangan, partikel-partikel mikroorganisme, warna industri, dll.
Warna sejati (true color) adalah warna yang berasal dari penguraian zat organik alami, yakni
humus, lignin, tanin dan asam organik lainnya. Penghilangan warna secara teknik dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya: koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi,
oksidasi, reduksi, bioremoval, terapan elektro, dsb.
2.6 Ph air
Pada dasarnya nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan padatan rendah atau
tinggi. Ph dari air minum adalah 7. Secara umum, air dengan nilai pH lebih dari 7 dianggap
basa. Nilai pH normal untuk air permukaan biasanya antara 6,5 s/d 8,5. Sedangkan air tanah
dari 6 s/d 8,5.
Alkalinitas adalah ukuran kapasitas air untuk bertahan dari perubahan Ph yang mungkin
terjadi dan membuat air menjadi lebih asam. Secara umum air dengan pH rendah (<6,5)
berupa asam, mengandung padatan rendah dan korosif. Air seperti ini mengandung ion
logam. Seperti besi, mangan, tembaga, timbal dan seng atau dengan kata lain logam beracun
tingkatan tinggi. Cara utama untuk menyelesaikan pH ini ialah dengan menggunakan
penetralisir. Kimia penetralisir ialah soda api.
Air dengan nilai Ph>8,5 mengindikasi air mengandung padatan tinggi. Tidak menyebabkan
resiko pada kesehatan, tetapi dapat menimbulkan masalah pada keindahan.
BAB III
LANGKAH KERJA
Alat :
Botol Sampel
Kain Lap/Tissue
Tas Pembawa
Kertas Lakmus
Bahan :
BAB IV
HASIL KEGIATAN
Hari : Selasa
Lokasi kegiatan praktek clinical instructure (CI) ini dilaksanakan di Jalan Simpang Ajai
Kelurahan Lingkar Selatan Kecamatan Jambi Selatan.
Dari 96 KK di RT.25, RW.9, Kel. Linggar Selatan, Kec. Jambi Selatan hanya terdapat 12
sumur gali yang berhasil diambil sampel air bersihnya.
Rudianto3 orang
3 orangJl. Simpang Ajai No.02, RT.25, RW.9, Kel. Linggar Selatan, Kec. Jambi Selatan
10.30 WIB
Misman
Kateno2 orang
2 orang
Jl. Simpang Ajai No.14, RT.25, RW.9, Kel. Linggar Selatan, Kec. Jambi Selatan
10.40 WIB
Panut
3 orang
Jl. Simpang Ajai No.-, RT.25, RW.9, Kel. Linggar Selatan, Kec. Jambi Selatan
10.50 WIB
J. Manulang
4 orang
Jl. Simpang Ajai No.-, RT.25, RW.9, Kel. Linggar Selatan, Kec. Jambi Selatan
11.00 WIB
Sakun
7 orang
Jl. Simpang Ajai No.12, RT.25, RW.9, Kel. Linggar Selatan, Kec. Jambi Selatan
11.12 WIB
7
Ratno
4 orang
Jl. Simpang Ajai No.06, RT.25, RW.9, Kel. Linggar Selatan, Kec. Jambi Selatan
11.15 WIB
Asep
7 orang
10.30 WIB
Sabar
10.35 WIB
10
Jarwanto
4 orang
10.40 WIB
11
Jaharudin
10.45 WIB
12
MK.Wacik
10.50 WIB
dan
Rudi
Berbau
Jernih
Tidak Keruh
Tidak Berasa
3Misman
dan
Kateno
Tidak Berbau
Jernih
Tidak Keruh
Tidak Berasa
4,5
4PanutTidak Berbau
Jernih
5,6
5J.
ManulangTidak Berbau
Jernih
5,1
6SakunTidak Berbau
Jernih
Tidak KeruhTidak Berasa
5,5
7RatnoTidak Berbau
Jernih
4,6
8AsepTidak Berbau
Jernih
9SabarTidak Berbau
Jernih
10JarwantoTidak Berbau
Jernih
5,5
Jernih
Keruh
Tidak Berasa
5,5
12Mk.
WacikTidak Berbau
Jernih
Rata-rata masyarakat yang di Jl. Simpang Ajai No.01, RT.25, RW.9, Kel. Linggar Selatan,
Kec. Jambi Selatan menggunakan air yang bersih, tetapi rata-rata pH air di daerah tersebut
tidak memenuhi standar rata-rata pH air standar yaitu Nilai pH normal untuk air permukaan
antara 6,5 s/d 8,5. Sedangkan air tanah dari 6 s/d 8,5 .
Kondisi fisik sumur gali yang digunakan masyarakat memiliki lokasi berdekatan dengan
sumber pencemaran, antara lain: septic tank, genangan air limbah rumah tangga dan
tumpukan sampah.
3.4 Permasalahan
Dari kegiatan praktek yang telah di laksanakan di Jl. Simpang Ajai, RT.25, Kelurahan
Linggar Selatan Kecamatan Jambi Selatan, di dapati masalah antara lain :
1. Dari 96 KK yang berada di RT 25, hanya ada 12 sumur gali yang berhasil di ambil
sampel airnya. Hal ini terjadi dikarenakan ada masyarakat yang tidak bersedia di
ambil sampel airnya dengan alasan sedang sibuk, penyebab lainnya karena penghuni
rumah sedang tidak ada di rumah.
2. Masih ditemukan pada 1 sumur gali digunakan oleh lebih dari 1 KK, ini menunjukkan
masih ada masyarakat yang belum memiliki SAB ( Sarana Air Bersih )
sendiri.
3. Setelah pemeriksaan yang dilakukan pada sampel air. Di dapatkan data bahwa
sebagian besar masyarakat menggunakan air yang pH nya < 6. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat menggunakan air yang bersiffat asam.
4. Di sekitar tempat pendirian sumur gali, kami mendapati tumpukan sampah serta
genangan air limbah rumah tangga. Hal ini menyebabkan air pada sumur gali beresiko
tercemar oleh sampah dan air limbah yang ada di sekitar sumur gali tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktek pengambilan dan pengiriman sampel air bersih pada sumur gali secara fisik
yang dilakukan di jalan simpang ajai RT.25 kelurahan linggar selatan kecamatan jambi
selatan.Setelah di lakukan pemeriksaan di laboratorium di dapatkan hasil yaitu :
Dari sampel air bersih pada sumur gali yang telah diperiksa, didapatkan data bahwa
sebagian besar air tersebut tidak memenuhi syarat air bersih secara fisik.
Air yang di gunakan oleh masyarakat memiliki pH < 6, hal ini menunjukkan bahwa
air yang digunakan masyarakat bersifat asam.
Selain itu di sekitar tempat pendirian sumur gali, kami mendapati tumpukan sampah
serta genangan air limbah rumah tangga.
4.2 Saran
A.Kepada Masyarakat
Daftar Pustaka