Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR-A

TEKNIK SAMPLING DAN PEMERIKSAAN COD BOD

Disusun Oleh :

1. Denisia Reta Falah R (P07133118008)

2. Elifah Kurniasih (P07133118011)

3. Agita Kurniawati (P07133118012)

4. Herlina Dyah Utami (P07133118017)

5. Nur Lailla Dwi Suranto (P07133118025)

JURUSAN DIII KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Jl. Tata Bumi No. 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, 5529

Cara Pengambilan Sampel Air


A. Jenis-jenis sampel air dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. Sesaat (grab sample), yaitu sampel Diambil sesaat pada waktu tertentu. Sampel ini hanya
menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan sample. Pengambilan sampel
dengan metode ini dilakukan satu kali setiap titik dan langsung diperiksa.
2. Gabungan waktu (composite sample), yaitu campuran sampel yang diambil dari satu
titik pada waktu yang berbeda dengan volume yang sama. Pengambilan sampel
campuran dari beberapa waktu pengamatan. Pengambilan sampel komposit dapat
dilakukan secara manual ataupun secara otomatis dengan menggunakan peralatan
yang dapat mengambil air pada waktu-waktu tertentu dan sekaligus dapat mengukur
debit air. Pengambilan sampel secara otomatis hanya dilakukan jika ingin mengetahui
gambaran tentang kareakteristik kualitas air secara terus-menerus.
3. Gabungan tempat (integrated sampel), yaitu campuran yang diambil dari titik yang
berbeda pada waktu yang sama dengan volume yang sama.

B. Beberapa hal yang yang perlu dilakukan dalam pengambilan sampel kimiawi
diantaranya sebagai berikut :

1. Sebelum diisi air sampel, botol sampel diisi air sampel terlebih dahulu kemudian
airnya dibuang agar kotoran yang ada didalam botol sampel keluar.
2. air sampel secara penuh, untuk mengantisipasi terjadinya aerasi.

Beberapa hal yang menyangkut teknik pengambilam sampel air dikemukakan dalam
Kumpulan Standar Nasional Indonesia Bidan Pekerjaan Umum Mengenai Kualitas Air
(1990). Pada dasarnya, pengambilam sampel air dapat dilakukan terhadap air permukaan
maupun air tanah.

1. Air permukaan, Air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa, dan
genangan air lainnya. Pengambilan sampel di sungai yang dekat dengan muara
atau laut yang dipengaruhi oleh air pasang harus dilakukan agak jauh dari muara.
Adapun pengambilan sampel air sungai dapat dilakukan di lokasi-lokasi sebagai
berikut.
2. Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau masih sedikit mengalami
pencemaran.
3. Sumber air tercemar, yaitu lokasi yang telah mengalami perubahan atau di bagian
hilir dari sumber pencemar.
4. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi penyadapan/pamanfaatan sumber air.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Sampel air yang diambil harus dalam keadaan steril. Hal ini dimaksudkan agar air
yang diambil mengandung bakteri yang murni berasal dari air tersebut, sehingga
diperlukan teknik- teknik pengambilan air sampel yang benar.
2. Selang waktu untuk pemeriksaaan bakteriologis minimal 1 jam dari pengambilan
harus sudah dilakukan pemeriksaan. Namun dapat dipertahankan lebih lama lagi asal
disimpan dalam lemari pendingin kurang lebih 30 jam.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel bakteriologis:

Dalam pengambilan air yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis berbeda


dengan keperluan untuk pemeriksaan fisika dan kimia, terutama mengenai sterilisasi,
yaitu :

1. Botol untuk tempat contoh air harus bersih dan steril. Sterilisasi dilakukan pada suhu
180oC selama 20 menit dalam oven atau sesuai dengan tabel suhu dan waktu
sterilisasi pada oven.
2. Botol harus mempunyai mulut lebar dan mempunyai tutup yang masuk kedalam leher
dengan diberi kertas pelindung yang dikaitkan pada sekeliling botol sebelum
disterilkan. Volume botol yang digunakan minimal 150 ml dan diisi dengan air paling
sedikit 100 ml, sehingga masih ada sisa ruangan diatas contoh air untuk mencampur
contoh air sebelum diperiksa.
3. Untuk pemeriksaan air yang telah diolah seperti air PDAM harus dipakai botol kain
yang diberi natrium thio sulfat untuk menetralisasi sisa chlor. Tutup botol dan kertas
pelindung diambil sebagai satu kesatuan dan dipegang antara jari-jari tangan.
4. Untuk pengambilan dipegang di bagian bawah botol, diisi dengan contoh air, dan
secepatnya ditutup kembali.
5. Pengambilan harus dilakukan secara hati-hati dan aseptis.
6. Setelah selesai pengambilan sampel, botol bungkus kertas kembali kemudian diberi
label, diantaranya memuat (kode sampel, jenis sampel, lokasi pengambilan sampel,
tujuan pemeriksaan, pengambil sampel, tanggal pengambilan , jam, pengirim sampel,
parameter pemeriksaan, titik sampel).
Pemeriksaan COD dan BOD

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

1. Pengertian Biological Oxygen Demand

(BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme


hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air dengan sempurna
dengan memakai ukuran proses biokimia yang terjadi di dalam larutan air limbah
tersebut.Cara ini relative lama karena membutuhkan waktu antara 5-10 hari, sedangkan
COD lebih cepat yakni hanya sekitar 10 menit.

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisa empiris yang mencoba
mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam
air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi
dalam air.

BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat
pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahanorganik diartikan
bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya
diperoleh dari proses oksidasi(PESCOD,1973).

Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran
air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari
tingkat hulu ke muara. BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan
oleh perairan untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus
merupakan gambaran bahan organik mudah urai (biodegradable) yang ada dalam air atau
perairan yang bersangkutan. Bila uji BOD dilakukan tanpa perlakuan tertentu dan dengan
suhu inkubasi setara suhu perairan, maka BOD dapat menggambarkan kemampuan
perairan dalam mendegradasi bahan organik.

2. Metode Pengukuran BOD

Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur


kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh,
kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama
5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 0C) yang sering disebut dengan DO5. Selisih
DOi dan DO5 (DOi-DO5) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen
per liter (mg/L).

Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode
Winkler, iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang
dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak
terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama
lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga
yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa diterasebagai DO 5. Yang
penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa
pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak
dapat ditentukan.

Pada prakteknya, pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat


kondisi sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan diperlukan
penetralan pH, pengenceran, aerasi, ataupenambahan populasi bakteri. Pengenceran
dan/atau aerasi diperlukan agarmasih cukup tersisa oksigen pada hari kelima.

Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahanorganik, maka


analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi biokimia adalah proses yang
lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahanorganik karbon mencapai 95–99 %, dan
dalam waktu 5 hari sekitar 60–70% bahan organik telah terdekomposisi (Metcalf & Eddy,
1991). Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan BOD. Bisa saja
BOD ditentukan dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan
menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan(misal BOD7, BOD10) agar
tidak salah dalam interpretasi ataumemperbandingkan.Temperatur 200C dalam inkubasi
juga merupakan temperatur standard. Temperatur 200C adalah nilai rata-rata temperatur
sungai beraliran lambat di daerah beriklim sedang (Metcalf & Eddy, 1991) dimana teori
BOD ini berasal. Untuk daerah tropik seperti Indonesia, bisa jadi temperatur inkubasi ini
tidaklah tepat. Temperatur perairan tropik umumnya berkisar antara 25–30 0C, dengan
temperature inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas bakteri pengurai juga
lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan. Ini adalah salah satu
kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang lama tersebut.

3. Cara Pemeriksaan BOD

a. Air limbah diencerkan dengan air pengencer khusus untuk BOD sehingga didapatkan
air campuran sebanyak 700 ml. Pengenceran dapat dilakukan 50x, 100x, 200x, atau
500x menyesuaikan kondisi air limbah. Air limbah semakin kotor, pengenceran
semakin tinggi.
Catatan : air pengencer dibuat dari aquadest yang setiap liternya ditambah 1
ml larutan CaCl2 2,75%, 1 ml buffer phospat, 1 ml MgSO4 2,25%, dan 1 ml
FeCl3 0,025 %. Kemudian dialiri udara dari pompa aerator selama 30 menit,
ditutup rapat.
b. Air campuran dibagi dalam dua botol oksigen, masing-masing sampai penuh. Salah
satu tabung diinkubasi dalam BOD inkubator suhu 20˚C selama 5 hari, sedangkan
botol satunya lagi ditentukan kadar DO air campuran segera dengan jalan penentuan
DO sebagai berikut:
1) Ditambah 2 ml larutan MnSO4 atau MnCl2 20% dan 2 ml larutan iodida alkali
(pereaksi oksigen). Botol ditutup (larutan yang tumpah ditampung supaya
tidak tercecer pada meja kerja) dan digojok kuat-kuat.
2) Didiamkan sebentar, dihitung koreki volume cairan yang tumpah (X)

X = 200 ( , yang mana V adalah volume botol oksigen.

3) Ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat, botol ditutup dan digojok kuat-kuat sampai


endapan larut dengan sempurna.
4) Diambil (200 + X) ml, dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 500 ml, jika
larutan berwarna kuning tua terlebih dahulu dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 0,025 N sampai berwarna kuning muda, selanjutnya ditambah
indikator amilum 1-2 ml (larutan akan berwarna biru). Titrasi dilanjutkan
sampai warna biru tepat hilang. Apabila larutan (sebelum titrasi) berwarna
kuning muda, langsung ditambahkan indikator amilum, selanjutnya dititrasi
sampai warna biru tepat hilang. Dicatat ml titrasi yang dibutuhkan.

Kadar DO =

5) Setelah 5 hari, air campuran yang disimpan dalam BOD incubator ditentukan
kadar DO-nya sebagaimana langkah penentuan DO di atas (b1-b4), hasil
dicatat sebagai DO air campuran 5,20 (DO5.20)
BOD5.20 air sampel = (Dosegera – DO5.20) x pengenceran = ...mg/L (sbg O2)

4. Standar Baku Mutu Air

Tingkat pencemaran perairan berdasarkan BOD

Tingkat pencemaran Parameter BOD (ppm)

Rendah 0–10

Sedang 10 – 20

Tinggi 25

Sumber : WIROSARJONO (1974)

Beberapa peraturan mengenai baku mutu limbah cair

a. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 52 tahun 1995Tentang Baku


Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel, kadar BOD5 maksimal 30 mg/lt

b. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 58 tahun 1995Tentang Baku


Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, kadar BOD5 maksimal 75 mg/lt
c. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no.3 tahun 1998Tentang Baku mutu
Limbah cair Bagi Kawasan Industri kadar BOD5 maksimal 50 mg/lt

d. Menurut SK Gubernur Jawa Timur no. 413 Tahun 1987standar baku mutu limbah cair
yang ditetapkan adalah dalam batas 3 - 6 mg/liter untuk BOD dalam air sungai.

BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokima yang


menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri.
Sehingga makin banyak bahan organik dalam air,makin besar BOD nya sedangkan DO
akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm,
jika BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.

Perbandingan air limbah dan air minum

Hal yang diukur Air limbah Air minum

E. coli 0-10 ppm Kurang dari 2

Suspended solid 300-400 ppm 0-3 ppm

Zat yang mengendap 3-12 ppm 0 ppm

Oksigen yang terlarut 0-2 ppm 5-9 ppm

BOD (Biochemical 300 ppm 0-3 ppm


Oxygen Demand)

5. Dampak terhadap lingkungan

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaranakibat air


buangan penduduk atau industri dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis
bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zatorganik adalah peristiwa alamiah, jika suatu
badan bakteri dicemari oleh zat

Organik, bakteri dapat menghasilkan oksigen terlarut, dalam air selama proses
oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan menjadi
anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.

Perbandingan rata-rata antara BOD5 dan COD untuk bermacam-macamjenis air

BOD/ COD Jenis air

0,4–0,6 Air buangan penduduk

0,6 Air buangan penduduk setelah pengendapan


primer

0,2 Air buangan penduduk sesudah diolah secara


biologis

0,1 Air sungai yang tidak tercemar

0,5 - 0,65 Air beracun industri organik tanpa keracunan

0–0,2 Air beracun industri inorganik atau beracun

COD (Chemical Oxygen Demand)

1. Pengertian COD

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena
bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat
kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisatorperak sulfat (Boyd, 1990;
Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segalamacam bahan organik, baik yang mudah urai
maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai
antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang
ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar
dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.

COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahanbuangan yang ada
didalam air dapat teroksidasi melalui reaksikimiawi. Indikator ini umumnya digunakan
pada limbah industri. COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan
untukmengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi
K2 ,Cr2 ,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).

2. Metode pengukuran COD

Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan peralatan


khusus reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi. Peralatan reflux diperlukan
untuk menghindari berkurangnya air sampel karena pemanasan. Pada prinsipnya
pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K 2Cr2O7)
sebagai oksidator pada sampel(dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam
pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya,
kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat
yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD
dapat ditentukan.

Kelemahannya, senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat


teroksidasi juga ikut dalam reaksi, sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD
mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran kandungan bahan organik.
Bilamana nilai BOD baru dapat diketahui setelah waktu inkubasi lima hari, maka
nilai COD dapat segera diketahui setelah satu atau dua jam. Walaupun jumlah total bahan
organik dapat diketahui melalui COD dengan waktu penentuan yang lebih cepat, nilai
BOD masih tetap diperlukan. Dengan mengetahui nilai BOD, akan diketahui proporsi
jumlah bahan organik yang mudah urai (biodegradable), dan ini akan memberikan
gambaran jumlah oksigen yang akan terpakai untuk dekomposisi di perairan dalam
sepekan (lima hari) mendatang. Lalu dengan memperbandingkan nilai BOD terhadap COD
juga akan diketahui seberapa besar jumlah bahan-bahan organik yang lebih persisten yang
ada di perairan.

Metode Pemeriksaan tanpa refluks (Titrasi di Laboratorium) Prinsip Analisis:


Pemeriksaan parameter COD ini menggunakan oksidator potassium dikromat yang
berkadar asam tinggi dan dipertahankan pada temperatur tertentu. Penambahan oksidator
ini menjadikan proses oksidasi bahan organik menjadi air dan CO2, setelah pemanasan
maka sisa dikromat diukur. Pengukuran ini dengan jalan titrasi, oksigen yang ekifalen
dengan dikromat inilah yang menyatakan COD dalam satuan ppm.

3. Cara Pemeriksaan COD


a. Disediakan 2 tabung reaksi (bertutup ulir), salah satu tabung diisi 2 ml aquadesh
(sebagai blangko), tabung lainnya diisi 2 ml air sampel. Masing-masing ditambah
sepucuk sendok kristal HgSO4, 3 ml H2SO4 pro COD dan 1,0 ml K2Cr2O7 0,25 N.
Dicampur merata dan tabung ditutup. Dipanaskan dalam COD reactor selama 2 jam.
b. Didinginkan sampai suhu kamar. Larutan dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer 100
ml secara kuantitatif (tabung dibilas dengan sedikit aquadesh, air bilasan jadikan satu
dalam labu erlenmeyer)
c. Ditambahkan 3 tetes indikator feroin, selanjutnya dititrasi dengan fero ammonium
sulfat 0,1 N sampai berwarna coklat kemerahan. Dicatat ml fero ammonium sulfat 0,1
N yang dibutuhkan untuk blangko dan sampel.

= ....... mg/L

4. Standar Baku Mutu Air

Beberapa peraturan mengenai baku mutu limbah cair :

a. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 52 th 1995Tentang Baku Mutu


Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel, kadar CODmaksimal 30 mg/lt
b. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 58 th 1995Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, kadar COD maksimal 100 mg/lt

c. Menurut Kepmen Lingkungan Hidup no.3 th 1998 Bagi Kawasan Industri kadar
COD maksimal 100 mg/lt

d. Menurut SK Gubernur Jawa Timur no. 413 Tahun 1987standar baku mutu limbah
cair yang ditetapkan adalah dalam batas 10 - 25 mg/lt untuk COD dalam air sungai.

5. Dampak Terhadap Lingkungan

Nilai COD pada perairan (sungai) yang tinggi disebabkan adanya sumbangan dari
bahan - bahan organik tersuspensi berupa rantai cabang alkyl dan rantai lurus linier
panjang yang merupakan bagian hidrofod dari surfaktan. Selain itu juga berasal dari
bahan-bahan tambahan untuk pencerah, pewangi dan zat pencegah melekatnya kembali
kotoran, yang menghasilkan residual yang juga berpengaruh terhadap tingginya nilai
COD. Beberapa kandungan zat yang terdapat dalam bahan tersebut menimbulkan efek
negatif bagi kesehatan.
Daftar pustaka

1. http://triamegumi.blogspot.co.id/2012/10/laporan-pengambilan-sampel-air-keran-
sgl.html
2. https://www.youtube.com/watch?v=gRiRtYh0ufg
3. 1.Salmin.Oksigen Terlarut (DO) dan kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsYAA
AHIw641/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi
%20untuk%20penentuan%20kualitas%20perairan.pdf?nmid=44066689.diakses
tanggal 29 September 2009
4. Dahlan. Dampak Polusi Terhadap Kesehatan Manusia.
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/07/07/dampak-polusi-terhadap-kesehatan-
manusia/.diakses tanggal 1 Oktober 2009
5. http://majarimagazine.com/2009/06/parameter-pengolahan-air-limbah-industri/
6. Aswar, Asrul.1993.Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan . PTMutiara Sumber
Widya
7. Sumetri, Sri. 1984.Metode Penelitian Air . Usaha Nasional: Surabaya
8. Haryadi, Sigid. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air Dan Baku Mutu
Air Limbah.http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/sigid_hariyadi.pdf.diakses
tanggal 30 September 2009
9. Wirosarjono, S. 1974.Masalah-masalah yang dihadapi dalam penyusunan criteria
kualitas air guna berbagai peruntukan.PPMKL-DKI Jaya,Seminar Pengelolaan
Sumber Daya Air. , eds . Lembaga EkologiUNPAD. Bandung, 27 - 29 Maret 1974,
hal 9–15
10. Anonim.Menciptakan Lingkungan Hidup yang Sehat dan aman.
http://www.jatimprov.go.id/dbfile/punky/20080513233313_lingkungan_hidup_bpde_
2004.pdf.Diakses tanggal 2 Oktober 2009
11. Rahmawati Agnes Anita dan Azizah,R. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS,Dan MPN
Coliform Pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di RSUD Nganjuk
.http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-10.pdf.diaksestanggal 30
September 2009.(JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL. 2, NO.1,100 JULI
2005 : 97-110

Anda mungkin juga menyukai