Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH INSTRUMENTASI

PENGGUNAAN INSTRUMENTASI PANGAN

Disusun Oleh :
1. Nur Hidayat Lathif NIM.P07133118001
2. Denisia Reta Falah Rizka NIM.P07133118008
3. Alvira Songo Sunga Malinviet NIM.P07133118013
4. Dwiyan Maharani Mutiara F. NIM.P07133118020
5. Mahmuda Jundi Haryono NIM.P07133118034

DIPLOMA TIGA SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2018/2019
Jl. Tata Bumi No. 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, 55293

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah tentang “Penggunaan Instrumentasi Pangan” dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Muhammad Mirza Fauzi SST., M.Kes. selaku dosen pengampu. Atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan materi
pembelajaran. Sehingga saat mencari data dan mencari makalah, kami sudah
paham dengan tugas yang diberikan. Harapan kami semoga makalah ini dapat
memenuhi tugas kami dan berguna bagi pembaca baik sebagai referensi maupun
contoh untuk tugas lainnya.
Akan tetapi kami mohon maaf jika karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, akan banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Walaupun kurangnya pengalaman dan pengetahuan kami akan
berusaha mencari referensi lain yang akan mendukung penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kemajuan makalah ini.

                                                                               

Yogyakarta, 26 September 2019

                                                                 Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul...........................................................................................................i

ii
KATA
PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR
ISI...........................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar
Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan
Masalah....................................................................................2

C.
Tujuan......................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Instrumentasi Secara Umum....................................................................3


B. Perencanaan
analisis................................................................................3
C. Tahap Pengambilan
Sampel....................................................................3
D. Persiapan Sampel sebelum
dianalisis......................................................4
E. Tahap preparasi.......................................................................................6
F. Pengukuran Sampel
...............................................................................11
G. Perhitungan, Pelaporan, dan Evaluasi Hasil
Analisis.............................18
H. Perlakuan Umum Preparasi
Sampel.......................................................18

iii
BAB III
PENUTUP................................................................................................20

A.
Kesimpulan............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................21

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan hidup manusia sehari-hari untuk menjalankan
aktivitasnya. Jika manusia tidak mengonsumsi pangan maka tidak ada asupan yang
masuk ke tubuh sehingga tubuh tidak dapat penghasilkan energi akibatnya manusia
merasa lemas dan tidak bersemangat. Akan tetapi berbeda dengan manusia yang
mengonsumsi pangan akan lebih semangat karena tubuh menghasilkan energi dari zat-zat
yang berada di pangan yang dikonsumsi. Maka dari itu, pentingnya untuk mengonsumsi
pangan yang bergizi seimbang, tepat porsi, dan tepat waktu. Manusia yang telat makan
atau mengonsumsi pangan akan berdampak pada gangguan kesehatan. Apalagi sampai
terdapatnya zat berbahaya dan beracun dalam pangan tersebut, maka akan berdampak
pada gangguan kesehatan bahkan kematian. Adanya Bahan Tambahan Makanan (BTM)
atau logam berat dalam makanan tentu sangat berbahaya bagi konsumen. Sehingga
perlunya pengawasan ketika pemilihan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan,
sampai dengan penyajian untuk menghindari kontaminasi yang dapat mengganggu
kesehatan manusia atau masyarakat.
Sebagai sanitarian merupakan salah satu tugasnya untuk memeriksa keamanan
pangan dari zat kontaminan. Cara untuk mencegah dan mengamankan pangan yang
dilakukan yaitu mengambil, mengangkut, memeriksa, dan melaporkan sampel dan
hasilnya. Sampling secara umum dapat didefinisikan sebagai “suatu proses pengambilan
sebagian kecil contoh dari suatu material sehingga karakteristik contoh material tersebut
mewakili keseluruhan material”. Dalam penetuan bahan makanan diperlukan preparasi
sampel agar sampel tersebut berhasil. Analisis suatu bahan hasil makanan hanya akan
dicapai secara baik jika pengambilan sampel bahan dilakukan secara benar dan
representatif. Pengambilan perlu memperhatikan homogenitas sampel yaitu efek ukuran
dan berat partikel sangat berpengaruh terhadapa homogenitas bahan. Bahan dengan
ukuran dan berat lebih besar cenderung akan berpisah dengan bahan yang lebih kecil dan
ringan (Segregasi). Sehingga pentingnya instrumentasi saat melakukan pengambilan,
pengangkutan, pemeriksaan, dan pelaporan sampel. Berdasarkan hal tersebut, maka

1
dibentuknya makalah ini untuk mempelajari instrument yang digunakan untuk mengatasi
hal keamanan dalam pangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan instrumentasi?
2. Bagaimana hubungan instrumentasi dengan pengambilan dan pemeriksaan pangan?
3. Mengapa instrumentasi diperlukan dalam pengambilan dan pemeriksaan pangan?
4. Kapan instrumentasi tersebut digunakan?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari instrumentasi;
2. Memahami hubungan instrumentasi dengan pengambilan dan pemeriksaan pangan;
3. Memahami perlunya instrumentasi dalam pengambilan dan pemeriksaan pangan;
4. Mengetahui kesesuaian penggunaan instrumentasi;

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumentasi Secara Umum
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang digunakan untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks,
namun secara umum instrumentasi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1. Sebagai alat pengukuran;
2. Sebagai alat analisis;
3. Sebagai alat kendali.
Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/statistik,
instrumentasi pengukuran suhu, dan lainnya. Instrumentasi sebagai alat pengukur sering
kali merupakan bagian depan/ awal dari bagian-bagian selanjutnya (bagian kendalinya),
dan bisa berupa pengukur dari semua jenis besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran
listrik.
B. Perencanaan analisis
Sebelum melakukan analisis kuantitatif, maka perlu memperhatikan dua hal
berikut ini;
1. Informasi analisis apa yang diperlukan
Dalam hal ini perlu diperhatikan tingkat ketepatan dan ketelitian hasil
analisis yang diperlukandan tipe sampel yang akan dianalisis.
2. Metode analisis yang harus digunakan
Untuk mendapatkan hasil analisis dengan tingkat ketepatan dan ketelitian
tertentu memerlukan metode analisis tertentu. Selain itu untuk memilih
metode analisis, diperlukan bahan kimia danperalatan tertentu.
C. Tahap Pengambilan Sampel
Tahapan ini sangat penting dilakukan terutama sekali jika akan melakukan analisis
dengan metode kuantitatif. Sampel yang diambil dalam tahapan ini harus mewakili
keseluruhan materi yang nantinya akan dianalisis. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pengambilan sampel adalah titik pengambilan sampel, jarak antara titik
pengambilan sampel, dan penghomogenan terhadap sampel hasil sampling.

3
D. Persiapan Sampel sebelum dianalisis
Sampel di ambil dari lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya
pengambilan sampel daun dapat dilakukan di hutan. Sampel yang di ambil jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan analisis. Untuk pengambilan sampel daun bisa dilakukan
dengan cara biasa yaitu menggunakan tas plastik sebagai wadah. Teknik pengambilan
sampel harus dilakukan dengan benar. Jika tidak tepat dalam pengambilan sampel, hasil
analisis kimia yang diperoleh tidak dapat menggambarkan kondisi yang representatif atau
mewakili keseluruhan dari bahan yang akan dianalisis. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan beberapa parameter sebagai berikut :
1. Homogenitas Sampel
Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas
bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar cenderung akan
berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan (segregasi). Oleh karena
itu sebelum sampel diambil, bahan harus dicampur secara merata atau sampel
diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah, atau
bagian atas sehingga diperoleh sampel yang representatif.
2. Cara Pengambilan Sampel
Sampel dari bahan dapat diambil secara non-selektif atau selektif. Non-
selektif adalah pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan tanpa
memperhatikan atau memisahkan bagian dari bahan tersebut. Misalnya dalam
pengambilan sampel rumput gajah, sampel diambil dari seluruh bagian
rumput, baik daun maupun batang, kemudian dipotong-potong dan dicampur
secara merata agar diperoleh bahan yang homogen. Selektif artinya sampel
diambil secara acak dari bagian tertentu suatu bahan. Misalnya sampel rumput
gajah tadi dipisahkan pengambilan sampel batang dan daun.
3. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang diambil sangat berpengaruh terhadap tingkat
representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung
dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya.
Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan.
4. Penanganan Sampel

4
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau
berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda. Misalnya terjadi penguapan
air, pembusukan ataupun tumbuhnya jamur.  Sampel yang mempunyai kadar
air rendah (< 15%) terjadinya kerusakan sampel kemungkiannya sangat kecil.
Sampel lalu dapat langsung dimasukkan ke kantong plastik dan dibawa ke
laboratorium. Sampel dengan kadar air tinggi seperti silase, maka
kemungkinan terjadinya penguapan air sangat besar, sehingga untuk
mengontrol penguapan air, maka sampel yang telah diambil harus segera
ditimbang, dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap udara, dibawa ke
laboratorium dan segera dianalisis kadar bahan keringnya. Jika tidak dianalisis
segera maka sampel yang telah diambil segera timbang, dikeringkan atau
dijemur sampai beratnya konstan. Kemudian baru dibawa ke laboratorium.
5. Prosesing Sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopis, kimia dan
biologis, semua sampel harus digiling  sehingga diperoleh sampel yang halus.
6. Penentuan Kadar Air Sampel Segar
Sampel dapat berasal dari tumbuh-tumbuahan seperti rumput-rumputan,
biji-bijian, buah-buahan, hasil produksi pertanian dan pangan maupun yang
berasal dari hewan. Sebelum dikeringkan bahan segar dipotong-potong untuk
mendapatkan partikel yang leih kecil agar cepat kering.
Contoh:
Sejumlah sampel ditimbang sebanyak A gram kemudian dijemur
hingga kering di bawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven
dengan temperature 50 - 60°C sekitar ±24 jam. Setelah kering, sampel tadi
ditimbang dan diperoleh berat sebesar B gram. Sampel kemudian digiling
atau diperhalus lagi bentuknya untuk analisis lebih lanjut. Selisih antara
bobot sampel sebelum dan sesudah dikeringkan merupakan kadar air (KA)
sampel segar dan selanjutnya dapat ditentukan bahan kering (BK) udara
sampel. Untuk mengetahui bahan kering sesungguhnya untuk mengetahui
bahan kering sesungguhnya, maka bahan kering udara dikali dengan bahan
kering oven.

5
E. Tahap preparasi
Preparasi sampel adalah pengurangan massa dan ukuran dari gross sampel sampai
pada massa dan ukuran yang cocok untuk analisa di laboratorium. Tahap-tahap preparasi
sampel adalah sebagai berikut :
1. Pengeringan udara (air drying)
Pengeringan udara pada gross sampel dilakukan jika sampel tersebut
terlalu basah untuk diproses tanpa menghilangnya moisture atau yang
menyebabkan timbulnya kesulitan pada crusher atau mill. Pengeringan udara
dilakukan pada suhu ambient hingga suhu maksimum yang dapat diterima,
yaitu 400oC. waktu yang diperlukan untuk pengeringan ini bervariasi
tergantung dari tipikal sampel yang akan dipreparasi, hanya prinsipnya sampel
dijaga agar tidak mengalami oksidasi saat pengeringan.
2. Pengecilan ukuran butir
Pengecilan ukuran butir adalah proses pengurangan ukuran atas sampel
tanpa menyebabkan perubahan apapun pada massa sampel. Contoh alat
mekanis untuk pengecilan ukuran butir adalah:
a. Jaw Crusher

Digunakan untuk mengurangi ukuran atau mengubah bentuk


bahan tambang sehingga dapat
diolah lebih lanjut. Crusher
sendiri merupakan alat yang
digunakan dalam proses
crushing. Sedangkan Crushing
6
merupakan proses yang
bertujuan untuk meliberasi
mineral yang diinginkan dari
mineral pengotornya.

b. Roll Crusher

Digunakan sebagai crusher sekunder atau crusher terseier setelah. Roll


crusher terdiri dari single roll dan double roll. Single roll digunakan
untuk memecahkan batuan yang lembap dan tidak menguntungkan jika
digunakan untuk memecahkan batuan yang abrasive.

c. Swing Hammer Mills

7
Hammer mill merupakan mesin yang berperan penting dalam menjaga
keseimbangan proses produksi sebagai pengolah sisa-sisa hasil
produksi tepung.

Jaw Crusher atau Roll Crusher biasa digunakan untuk mengurangi ukuran
butir dari 50 mm sampai 11,2 mm; 4,75 mm atau 2,36 mm. roll Crusher lebih
direkomendasikan untuk jumlah/massa sampel yang besar. Swing Hammer
Mill digunakan untuk menggerus sampel sampai ukuran 0.2 mm yang akan
digunakan untuk sampel yang akan dianalisa di Laboratorium.

3. Pencampuran (mixing)
Mixing/pencampuran adalah proses pengadukan sampel agar diperoleh
sampel yang homogen.
Pencampuran dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Metode manual : menggunakan riffle atau dengan membentuk dan
membentuk kembali timbunan berbentuk kerucut.

Gambar: Riffle Splitter

b. Metode mekanis : menggunakan alat Rotary Sample Divider (RSD)

Gambar: Rotary Sample Divider

8
4. Pembagian (dividing)
Proses untuk mendapatkan sampel yang representative dari gross
sampel tanpa memperkecil ukuran butir.
5. Metode
Untuk menentukan kadar mineral dalam suatu sampel makanan,
digunakan metode yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan bentuk fisik
(padatan, cairan, gas) dan kandungan matriks sampel yang berbeda. Oleh
karena itu, digunakan suatu metode yang tepat untuk menganalisis suatu
sampel makanan. Untuk saat ini, metode standar dari SNI (Standar Nasional
Indonesia) digunakan sebagai acuan dalam menentukan kadar mineral dalam
sampel makanan. Kemudian dari setiap metode terdapat perbedaan-perbedaan
baik dalam teknik:

a. Pengambilan sampel
b. Preparasi sampel
c. Pengujian/analisis sampel

Metode Kjeldahl
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang ditentukan
berdasarkan cara Kjeldahl  disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein)
karena terikut senyawaan N bukan protein. Metode ini merupakan metode
sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan
senyawa yang mengandung nitrogen. Metode ini terdiri dari memanaskan
sampel dengan asam sulfat, yang menguraikan zat organik dengan oksidasi
untuk membebaskan nitrogen yang berkurang seperti amonium sulfat. Pada
langkah ini kalium sulfat ditambahkan untuk meningkatkan titik
didih medium. Penguraian kimia dari sampel selesai saat medium warna
awalnya sangat gelap menjadi jelas dan tidak berwarna.
Larutannya kemudian disuling dengan sejumlah kecil natrium
hidroksida, yang mengubah garam amonium menjadi amonia. Jumlah amonia

9
hadir, dan dengan demikian jumlah nitrogen yang ada dalam sampel,
ditentukan oleh titrasi balik. Selanjutnya, ujung kondenser Liebig dicelupkan
ke dalam larutan asam borat. Amonia bereaksi dengan asam dan sisa asam
kemudian dititrasi dengan larutan natrium karbonat dengan cara indikator
pH metil jingga.
Metode ini cocok digunakan secara semi-mikro, karena hanya
memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang
pendek. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein total
dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan
cara ini adalah kadar nitrogennya.
Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu
cara makro dan semimikro.
a. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar
dihomogenisasi dan dalam ukuran besar (1-3 gram)
b. Cara semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil
yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen.
Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-
vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan
terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini masih
digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam
bahan makanan.
6. Pengabuan
Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung
dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit
sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas
garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya
bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal
organik dan terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa
dengan ion-ion negatif.

10
Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan,
serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan.
Terdapat dua metode yang dapat dilakukan pada pengabuan, yaitu cara kering
(langsung) dan cara basah (tidak langsung). Cara kering digunakan untuk
penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut asam. Sedangkan
cara basah dilakukan untuk penentuan elemen mineral.
7. Penggerusan
Proses penggerusan merupakan cara untuk mendapatkan sampel yang
homogen dan mudah dilarutkan. Apalagi jika sampel adalah padatan yang
memiliki ukuran besar.
8. ‌Pelarutan
Sampel yang berupa padatan dilarutkan dengan pelarut tertentu sesuai
dengan sifat kelarutan sampel. 
9. ‌Pengenceran
Penggunaan instrumen seperti spektrofotometer, HPLC, dan GC
membutuhkan konsentrasi sampel yang kecil untuk pemeriksaan. Oleh karena
itu, pengenceran dilakukan dilakukan menggunakan pelarut hingga didapatkan
konsentrasi yang dapat  terbaca oleh instrumen.
10. ‌Penambahan pereaksi
Asam lemak berantai panjang lebih sulit dianalisis dengan kromatografi
gas (GC) karena titik didihnya relatif tinggi. Untuk menurunkan titik didihnya,
asam lemak tersebut direaksikan dengan alkohol (metanol atau etanol)
sehingga terbentuk metil ester atau etil ester yang titik didihnya lebih rendah.
11. ‌Penyaringan
Kebanyakan metode analisis bersifat selektif. Pada metode yang bersifat
non-selektif, noise (unsur pengganggu) harus dipisahkan dari sampel agar
tidak mempengaruhi data analisis. Karena itu, filtrasi bertujuan pemurnian
dengan menghilangkan pengotor pada sampel. Metode yang paling mudah
untuk pemisahan unsur/senyawa pengganggu adalah endapan, ekstraksi
pelarut, dan atau kromatografi.

11
F. Pengukuran Sampel
Tahapan pengukuran merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan
analisis kimia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam melakukan pengukuran
adalah sifat dari suatu zat yang akan dianalisis itu sendiri. Baik itu sifat kimia maupun
sifat fisikanya. Pengukurannya dapat dilakukan dengan metode analisis volumetri
(volum) atau analisis gravimetri (berat). Selain itu dapat juga dilakukan pengukuran
dengan menggunakan instrumen laboratorium yang lebih canggih.
1. Jenis peralatan gelas
Peralatan gelas merupakan salah satu perlatan utama dalam melakukan
analisis mutu bahan dan produk pangan. Berdasarkan jenisnya, peralatan gelas
dapat dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Peralatan dasar yang terdiri dari gelas beaker, gelas ukur, labu
Erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, botol dan lain-lain;
b. Peralatan ukur yang terdiri dari labu ukur, pipet, buret, botol BOD dan
lain-lain; serta
c. Peralatan analisis, yang terdiri dari termometer, piknometer dan lain-lain
2. Peralatan dasar
a. Gelas beaker (Beaker glass)
Gelas beaker atau sering disebut sebagai gelas piala adalah gelas
pyrex yang dilengkapi dengan bibir tuang dan skala (Gambar 9.1).
Kapasitas gelas piala adalah 5, 10, 25, 100, 150, 250, 400, 500, 600, 800,
1000, 1500, 2000, 3000, dan 5000 ml. Fungsi utama dari gelas piala
adalah untuk menyimpan atau mencampur senyawa kimia. Unit skala
tidak terlalu teliti tetapi cukup memadai untuk penggunaan yang tidak
memerlukan ketelitian tinggi. Bentuk gelas piala ada yang rendah, tinggi,
atau berbentuk kerucut. Selain menyimpan dan mencampur senyawa
kimia, gelas piala yang berukuran tinggi dan berbentuk kerucut berfungsi
sebagai tempat memanaskan senyawa kimia.
b. Gelas ukur
Gelas ukur memiliki bibir tuang dan kaki berbentuk heksagonal
atau berupa polipropilen yang dapat dilepas (Gambar 9.2). Fungsi

12
utamanya adalah mengukur volume suatu cairan sesuai keperluan. Jenis
gelas ukur yang dilengkapi penutup dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penguapan dari bahan kimia volatil.
c. Labu Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer adalah gelas dari bahan pyrex berbentuk kerucut
dengan mulut sempit atau lebar. Labu Erlenmeyer memiliki fungsi yang
sama, yaitu untuk menyimpan, memanaskan atau mencampur senyawa
kimia dan unit skala tidak terlalu teliti namun cukup memadai untuk
penggunaan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi.
d. Labu Filtrasi
Labu filtrasi merupakan gelas pyrex yang memiliki dasar bulat dan
kapasitas 100, 250, 500 dan 1000 ml (Gambar 9.4). Fungsi utama dari labu
filtrasi adalah untuk proses penyaringan Buchner, dan dapat dihubungkan
ke pompa hisap.

e. Labu Volumetri
Labu volumetri atau labu ukur terbuat dari gelas jernih, dengan
atau tanpa tutup polipropilen. Fungsi utama dari labu volumetri adalah
menyimpan hasil ekstraksi.
f. Labu dasar rata / bulat
Labu merupakan gelas pyrex yang memiliki dasar bulat atau datar.
Labu ini. Fungsi utama labu adalah untuk memanaskan cairan.
g. Labu didih
Labuh didih terbuat dari gelas bening.
h. Cawan Petri
Cawan petri terbuat dari pyrex dengan tinggi 18 mm. Fungsi utama
dari cawan Petri adalah untuk wadah media kultur mikroba.
i. Tabung Reaksi
Tabung reaksi terbuat dari gelas tahan panas, pyrex atau
borosilikat. Dindingnya tipis hingga medium dan berbibir. Fungsi utama

13
dari tabung reaksi adalah untuk melakukan reaksi atau menyimpan
senyawa kimia. Fungsi lain adalah untuk menumbuhkan mikroba.
j. Botol Pereaksi
Botol perekasi terbuat dari gelas jernih atau berwarna dengan
leher sempit hingga lebar dan tanpa atau dilengkapi dengan tutup. Tutup
botol pereaksi terbuat dari bahan gelas atau polipropilen. Fungsi utama dari
botol pereaksi adalah menyimpan senyawa pereaksi.
k. Bejana lonceng
Benjana lonceng ada beberapa jenis, yaitu:
1) dengan knob bulat di bagian atas;
2) dengan soket di bagian atas baik dengan atau tanpa penutup;
3) dilengkapi dengan pompa penghisap.
Fungsi bejana lonceng adalah untuk percobaan tentang hubungan
antara fotosintesis dengan respirasi hewan. Sedangkan bejana lonceng
dengan soket di bagian atas digunakan untuk mengukur pengaruh tekanan
udara rendah terhadap mahluk hidup, dengan dihubungkan ke pompa
vakum.
l. Corong Corong terbuat dari kaca bening, pyrex, plastik atau porselen. Pada
plastik dan kaca bening bentuknya sama seperti kebanyakan corong.
Corong yang terbuat dari bahan porselen memiliki diameter sesuai diameter
kertas saring dan dasarnya berlubang. Corong yang batangnya panjang
dilengkapi dengan ’alur’ yang membantu mempercepat proses
penyaringan. Kegunaan corong adalah untuk proses penyaringan.
m. Desikator Desikator terbuat dari bahan borosilikat. Ada dua jenis desikator,
yaitu:
1) memiliki knob bulat di bagian atas tutup
2) memiliki kran dibagian atas tutup yang dapat mengeluarkan
udara sehingga tercipta kondisi hampa.
Desikator digunakan untuk proses pengeringan, baik dengan menggunakan
senyawa higroskopis (kalsium klorida dan silica gel) atau proses
penghampaan.

14
n. Corong pemisah Terbuat dari gelas borosilikat dengan bentuk lonjong dan
kerucut (Gambar 9.14). Dapat dipasang kran atau tutup plastik. Memiliki
kapasitas 50, 100, 250, 500, dan 1000 ml. Corong pemisah berguna untuk
memisahkan pigmen.
o. Krusibel Krusibel terbuat dari porselen dengan bentuk pendek tebal atau
tinggi, dilengkapi atau tanpa penutup (Gambar 9.15.). Krusibel memiliki
dinding dalam dan luar yang diglazier (dilapis). Krusibel digunakan untuk
membuat preparat abu dari tanaman.
p. Mortar Mortar terbuat dari porselen dengan ukuran diameter luar lumpang
adalah 70, 90, 110, 125, 140, dan 210 mm. Mortar berfungsi untuk
menggerus dan menghaluskan sampel.
q. filter terbuat dari kaca dengan berbagai ukuran. Kegunaan filter untuk
memisahkan komponen tertentu dari komponen lainnya. Ukuran filter
bervariasi tergantung dari jenis dan jumlah dari komponen yang akan
dipisah.

3. Peralatan ukur
a. Pipet
Pipet adalah alat yang digunakan untuk mengambil atau
memisahkan zat cair dengan volume tertentu. Berdasarkan bentuknya, pipet
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) pipet tidak berskala;
2) pipet berskala.
b. Buret
Buret terbuat dari kaca bening dengan ukuran 5 x 0.1ml, artinya
memiliki kapasitas 5 ml dan unit skala 0.1 ml. Ukuran lainnya adalah 10 x
0.02, 10 x 0.1, 50 x 0.1 ml. Buret digunakan dalam proses titrasi.
c. Botol BOD
Botol Biological Oxygen Demand (BOD) terbuat dari kaca
bening, yang dilengkapi dengan tutup terbuat dari bahan sejenis. Kegunaan
15
botol BOD adalah untuk mengambil dan menyimpan sampel air yang akan
diukur kandungan BODnya.
4. Peralatan analisis
a. Termometer
Termometer adalah alat pengukur suhu. Umumnya termometer
memiliki skala dalam derajat selsius. Cairan yang digunakan untuk
menunjukkan suhu dapat berupa alkohol atau air raksa. Ukuran termometer
bervariasi, namun umumnya memiliki panjang 30 mm dan lebar 6-7 mm.
Fungsi utama termometer dalam laboratorium adalah mengukur suhu suatu
senyawa kimia (cair) atau suhu ruang inkubator.
b. Piknometer adalah alat untuk membandingkan berat jenis zat cair atau zat
padat.
c. Hidrometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur berat jenis
atau kepekatan air.
d. Salinometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kadar
garam yang terkandung dalam suatu larutan (Gambar 9.25). Bentuk
salinometer bermacam-macam. Satuan pengukuran atau dimensi yang
digunakan biasanya %, ppm atau ppt.
5. Jenis Peralatan non Gelas menganalisis bahan dan produk pangan antara lain:
a. Timbangan digunakan untuk menimbang sampel. Memiliki kemampuan
dan ketelitian penimbangan yang bervariasi. Timbangan yang digunakan di
dalam laboratorium terbagi dua, yaitu:
1) timbangan kasar untuk menimbang bobot yang cukup besar, contohnya
timbangan triple beam;
2) timbangan analitik untuk menimbang bobot yang relatif Persiapan
Analisis Mutu Pengawasan Mutu Bahan / Produk Pangan 182 ringan,
misalnya mg atau mikrogram.
b. Otoklaf adalah alat yang dapat memanipulasi lingkungan sehingga tercipta
lingkungan sesuai keinginan. Kemampuan memanipulasi lingkungan
tergantung dari jenis otoklaf. Otoklaf paling sederhana hanya mengatur
suhu lingkungan, sedangkan yang lebih canggih juga dapat mengatur

16
tekanan, kelembaban udara, atau aliran oksigen. Otoklaf dapat digunakan
untuk membunuh mikroba (sterilisator) atau untuk menumbuhkan mikroba
(incubator).
c. Laminar flow cabinet Ruang laminar (laminar cabinet) adalah ruangan
yang kondisi lingkunganya dapat diatur sehingga akan tercipta ruangan
dengan kondisi sesuai keinginan. Kondisi lingkungan yang diinginkan
dapat tercipta melalui pengaturan tombol pengaturan udara dan saringan
udara. Ruang laminar ada yang hanya dapat mengatur suhu lingkungan
saja, tetapi ada yang dilengkapi dengan aliran udara bersih. Ruang laminar
digunakan sebagai ruang untuk menginokulasi, meninkubasi, atau
memanen mikroba.
d. Sentrifuge Sentrifuge adalah alat yang dapat digunakan untuk memisahkan
komponen zat dalam suspensi berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Bila
suspensi diputar pada sentrifuge dengan kecepatan dan lama tertentu, maka
komponen yang terdapat di dalam suspensi akan terpisah. Bagian yang
paling berat terdapat di bagian bawah sedangkan yang ringan di bagian
atas.
e. Inkubator adalah wadah yang berfungsi sebagai alat untuk menginkubasi
mikroba. Suhu di dalam ruangan inkubator dapat dikendalikan suhunya.
Pengendalian suhu dimungkinkan karena inkubator dilengkapi dengan
elemen pemanas yang dihubungkan dengan alat pengatur (regulator)
sehingga dapat diciptakan kondisi lingkungan dengan suhu yang stabil.
f. Peralatan inokulasi adalah peralatan yang digunakan untuk menginokulasi
mikroba. Bahan yang digunakan dapat berupa besi atau gelas. Bentuk
peralatan inokulasi panjang dengan bagian ujungnya lurus atau bulat.
g. Penjepit adalah alat yang digunakan untuk menjepit. Bahan yang
digunakan untuk membuat penjepit adalah logam, plastik, karet atau
kombinasi ketiganya. Bentuk penjepit bermacam-macam, tergantung dari
fungsinya. Oleh karena itu, pemilihan penjepit yang digunakan harus
disesuaikan dengan alat yang akan dijepit. Penjepit digunakan untuk
menjepit pipa karet atau plastik. Swivel utility clamp digunakan untuk

17
menjepit peralatan gelas, seperti buret, berbagai labu ukur atau tabung
reaksi. Burette clamp single adalah penjepit yang digunakan untuk
menjepit buret, baik satu maupun dua buret.
h. Statif dengan batang statif, fungsi statif adalah untuk memasang penjepit
buret atau peralatan gelas lainnya pada saat melakukan titrasi atau
sterilisasi. Statif terbuat dari besi atau besi anti karat. Statif dapat dibedakan
berdasarkan jumlah batang tegak dan bentuk alasnya, yaitu:
1) batang tunggal dan alas berupa lempengan besi dengan ukuran 160 x
100, 250 x 160, 315 x 200 mm;
2) batang ganda dengan kaki berbentuk huruf A;
3) batang tunggal dengan kaki membentuk tripod. Ukuran panjang kaki
dari pusat adalah 110, 140, dan 165 mm;
4) batang ganda dan terletak di tengah yang berbentuk lempeng ber-
ukuran 280 x 125 mm.
i. Nicholson Hydrometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kelembaban.

G. Perhitungan, Pelaporan, dan Evaluasi Hasil Analisis


Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kadar analit yang terdapat dalam suatu
sampel. Apabila hasil perhiatungan sudah dapat dipertanggungjawabkan, maka harus
dilakukan pelaporan data. Biasanya data yang dilaporkan harus dibuat dalam bentuk
tertulis dengan mencantumkan hasil analisisnya.
H. Perlakuan Umum Preparasi Sampel
1. Ekstraksi
Perlakuan ini bisa dikerjakan dengan berbagai cara, baik secara fisik maupun
secara kimiawi. Secara fisik dapat dilakukan dengan pengepresan (pengempaan),
penggilingan, pengendapan fisik (kristalisasi), pengendapan kimiawi
(penggumpalan), dan distilasi. Secara kimiawi dilakukan dengan cara pelarutan
dengan pelarut. Metode distilasi merupakan ekstraksi dan pemisahan atas dasar
perbedaan titik uapnya. Distilasi dapat dilakukan dengan cara sederhana,
misalnya distilasi air, distilasi uap, distilasi uap dan air, dapat pula dilakuan dengan

18
teknik fraksinasi (distilasi fraksinasi), atau distilasi vakum. Cara ekstraksi lainnya
yang relatif merupakan teknologi barn adalah penggunaan teknik superkritik
(super critical extraction).
2. Filtrasi
Cara untuk memisahkan dua komponen yang berbeda sifatnyaatau
ukurannya melalui sebuah membran permiabel yang poreus. Filtrasi dapat
dilakukan dengan teknik penyaringan. Penyaringan lazim digunakan untuk
memisahkan padatan dan cairan yang bercampur menjadi satu dan tidak lazim untuk
memisahkan campuran dua macam cairan yang berbeda berat jenisnya.
Dalam praktek penyaringan dikerjakan dengan menggunakan bahan penyaring
yang berupa membran.
3. Sentrifugasi
Tujuan utama sentrifugasi adaiah memisahkan partikel-partikel padatan
dari cairan yang bercampur menjadi terpisah satu dengan yang lainnya. Jadi
pada hakekatnya seperti filtrasi, tetapi pemisahan dengan sentrifugasi didasarkan
pada perbedaan berat jenis partikel. Dalam hal ini gaya sentrifugasi sangat
berpengaruh paa hasil. Makin tinggi gaya sentrifugasi makin teijadi pemisahan
dengan baik.
4. Lisis
Biasanya dikerjakan untuk merusak atau memecah dinding sel tanaman,
hewan, atau mikroba. Pekerjaan ini dapat dilakukan secara fisik misalnya dengan
penggilingan, penggerusan, atau dengan sonikasi.
5. Dialisis
Perlakuan ini merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan
membran semi-permiabel. Dialisis dapat berfungsi sebagai penyaring molekuler
karena yang dapat melalui membran umumnya adalah melekul yang ukurannya relatif
kecil. Dialisis bekerja atas dasar peristiwa osmosis. Partikel-partikel (molekul)
yang kecil dapat melalui membran sampai terjadi keseimbangan. Keseimbangan
tercapai jika konsentrasi partikel dalam larutan pada sisi-sisi yang bersebelahan
dengan membran sudah mencapai rasio yang seimbang dengan volume masing-
masing larutan.

19
6. Inaktivasi Enzim
Terdapatnya enzim dapat mengganggu hasil karena enzim yang masih
aktif dapat mengadakan perubahan-perubahan kimiawi. Misalnya pada
elektroforesis, enzim protease dapat menguraikan protein atau peptida-peptida selama
proses elektroforesis berlangsung.
7. Modifikasi Kimiawi dan Enzimatik
Perlakuan ini bertujuan untuk mengubah struktur kimiawi sampel untuk
suatu tujuan tertentu yang memudahkan analisis.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang digunakan untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks,
namun secara umum instrumentasi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat
pengukuran, sebagai alat analisis dan sebagai alat kendali. Sebelum melakukan analisis
kuantitatif, maka perlu memperhatikan dua hal berikut ini, analisis apa yang diperlukan dan
analisis apa yang digunakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan
sampel adalah titik pengambilan sampel, jarak antara titik pengambilan sampel, dan
penghomogenan terhadap sampel hasil sampling. Sampel di ambil dari lokasi yang telah
ditentukan sebelumnya. Misalnya pengambilan sampel daun dapat dilakukan di hutan.
Sampel yang di ambil jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan analisis. Preparasi sampel
adalah pengurangan massa dan ukuran dari gross sampel sampai pada massa dan ukuran
yang cocok untuk analisa di laboratorium. Tahapan pengukuran merupakan tahapan yang
paling penting dalam melakukan analisis kimia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam
melakukan pengukuran adalah sifat dari suatu zat yang akan dianalisis itu sendiri. Baik itu
sifat kimia maupun sifat fisikanya. Pengukurannya dapat dilakukan dengan metode analisis
volumetri (volum) atau analisis gravimetri (berat). Selain itu dapat juga dilakukan
pengukuran dengan menggunakan instrumen laboratorium yang lebih canggih.

21
DAFTAR PUSTAKA

Christina, dkk. 2012. Teknik Preparasi Sampel untuk Bahan Makanan. Bogor. Akademi
Kimia Analisis

Domas. ____. Roll Crusher. [Online]. http://domas09.blogspot.com/2013/02/roll-


crusher.html diakses pada 25 Februari 2019

Sugiarto, Djaja. 2017. Preparasi Sampel. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada

22

Anda mungkin juga menyukai