Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

METODE PEMERIKSAAN FISIK


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah :Pencemaran Lingkungan
Dosen pengampu :1. Agus Riyanto, SKM. MKM.
2. Aris Budianto, ST. MKM.
3. Wahyu Darmawan
4. Wastyo Wiarawan

Disusun oleh:
Tingkat 1D3-B Kelompok 2
1. Nur Amalia Putri
2. Raihan Walid Ramadhan
3. Salwa Anwar
4. Septina Putrika Utami
5. Sinta Agustina

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Jakarta, 2020
Daftar Is

Daftar Isi.....................................................................................................................................i

A. Metode Pemeriksaan Fisik Air.............................................................................1

B. Metode Pemeriksaan Fisik Tanah........................................................................4

C. Metode Pemeriksaan Fisik Udara........................................................................4

D. Metode Pemeriksaan Fisik Makanan dan Minuman.........................................4

Daftar Pustaka..........................................................................................................................5

i
A. Metode Pemeriksaan Fisik Air
Polutan dapat berupa debu, bahan kimia, suara, panas, radiasi, makhluk hidup, zat-zat
yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan dalam jumlah yang
berlebihan menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri
(regenerasi). Oleh karena itu, polusi terhadap lingkungan perlu dideteksi secara dini dan
ditangani segera dan terpadu. Kualitas air terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa dan
warna secara fisika dan perubahan pH secara kimia.
Berikut beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi kekeruhan, warna, rasa, dan bau.
1) Bau
Air yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh masyarakat. Bau air dapat
memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat disebabkan oleh adanya
algae dalam air tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi
manusia adalah tidak berbau.
2) Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk mencegah keracunan dari
berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat menghambat
penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil
pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan), plankton, humus,
buangan industri, dan tanaman air.
Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan
menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan
kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan
(dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan
warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam
humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna
kecoklatan.
3) Rasa
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek yang dapat ditimbulkan
terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab timbulnya rasa. Berdasarkan

1
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa
syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa.
4) Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air.
Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut
(misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa
plankton dan mikroorganisne lain (dalam Effendi 2003). Zat anorganik yang menyebabkan
kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari
lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik
tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak
selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit
usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.
Salah satu parameter kimia yang digunakan untuk menentukan kualitas air adalah pH.
pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa dalam air.
Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering digunakan pada kimia
air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa.
Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan
diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan
berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi,
dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang
ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan air.
Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis dengan H2O
berdasarkan reaksi (2.16).

Skala pH berkisar antara 0 – 14. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut :


a. pH = 7 menunjukkan keadaan netral
b. 0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam
c. 7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)
Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH standar untuk air minum sebesar 6,5

2
– 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral,
dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.
Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus, kertas pH universal,
larutan indikator universal (metode Colorimeter) dan pHmeter (metode Elektroda
Potensiometri). Pengukuran pH penting untuk mengetahui keadaan larutan sehingga dapat
diketahui kecenderungan reaksi kimia yang terjadi serta pengendapan materi yang
menyangkut reaksi asam basa.
Alat dan Bahan

a. Alat – Alat :
1) Botol 2 Buah
2) Tali 2 Buah
3) Pemberat 2 Buah
4) Tutup botol 2 Buah
5) Thermometer 1 Buah
6) Erlenmeyer 250ml 1 Buah
7) Cawan penguap 1 Buah
8) Penangas air 1 Buah
9) Corong 1 Buah
10) Pipet tetes 2 Buah
11) Turbidimeter 1 Buah
12) Tissue 1 Buah
13) pH meter 1 Buah
14) Spektrofotometer 1 Buah
15) Cuvet 6 Buah
16) Buret 1 Buah
17) Gelas kimia 50ml 2 Buah
18) Labu ukur 50ml 5 Buah
19) Labu ukur 100ml 1 Buah
b. Bahan – Bahan :
1) Sampel air
2) Aquadesh
3) Indikator universal
4) Larutan induk

3
Cara Kerja
1. Pengambilan Sampel Air
a. Siapkan botol berwarna bersih yang telah diikatkan dengan tali.
b. Ikatkan alat pemberat pada sisi luar botol.
c. Masukkan botol sampel ke dalam sumur hingga mencapai dasar. Pastikan air
yang dilihat tidak bergelembung lagi. Lakukan sebanyak 3 kali perlakuan :
 Sampel pertama dibuang airnya, bertujuan untuk pencucian botol sampel.
 Sampel kedua dibuang airnya, bertujuan untuk pembilasan botol sampel.
 Sampel ketiga digunakan untuk sampel yang akan amati kualitas fisiknya.
d. Angkat botol sampel, pastikan botol terisi penuh dan tidak mengandung
gelembung udara di dalamnya.
e. Tutup dengan tutup botol.
f. Beri label :
 Nama pengambil sampel
 Tempat pengambilan sampel
 Waktu dan tanggal pengambilan sampel
 Parameter yang akan diperiksa
g. Bawa ke labor untuk diuji kualitas fisiknya.

2. Pemeriksaan Suhu
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Masukkan sampel air ke dalam Erlenmeyer.
c. Masukkan thermometer ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi sampel air.
d. Biarkan selama 1-2 menit.
e. Baca thermometer (saat pembacaan dilakukan, thermometer tetap terendam
dalam sampel).
f. Catat suhu yang telah diperoleh.

3. Pemeriksaan pH
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Celupkan pH meter ke dalam air sampel.
c. Cocokkan dengan indicator pH.
d. Baca hasil pH sampel Air.

4. Pemeriksaan Bau

4
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Sampel air dimasukkan kedalam cawan penguap bebas bau.
c. Cium baunya (apabila baunya kurang jelas, panaskan sampai suhu 400C dengan
penangas air).
d. Cium baunya.

5. Pemeriksaan Rasa
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Letakkan air sampel ke cawan atau tempat lain.
c. Sampel air dimasukkan ke dalam mulut, letakkan pada lidah dan tahan beberapa
menit (sampel yang telah diketahui dan tidak bebahaya untuk diminum).
d. Rasakan sampel air tersebut.

6. Pemeriksaan Kekeruhan
1) Turbidimeter Manual
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Lap tabung sampel menggunakan tissue, masukkan sampel air ke dalam
tabung sampel sampai tanda garis batas.
c. Sambungkan alat turbidimeter ke sumber arus listrik.
d. Putar tombol off “20”200” kea rah angka “20”, dan alat siap untuk
dioperasikan.
e. Ambil tabung kalibrasi 0 (nol) masukkan ke dalam lobang deteksi, lalu
tutup.
f. Putar tombol zero control sampai angka pada monitor menunjukkan angka 0
(nol).
g. Setelah pas di angka 0 (nol), keluarkan tabung kalibrasi 0 (nol), lalu
masukkan tabung kalibrasi 10.
h. Putar tombol zero control sampai angka pada monitor menunjukkan angka
10/ sampai habis.
i. Setelah pas angka 10, keluarkan tabung kalibrasi.
j. Bersihkan tabung sampel dengan tissue, lalu masukkan ke lobang
turbidimeter. (Apabila angka pada monitor menunjukkan angka 1, putar
tombol off”20”200” ke angka “200”)
k. Catat angka yang tertera pada monitor tanpa memutar tombol apapun.

5
l. Setelah selesai, keluarkan tabung sampel dari lobang turbidimeter dan
matikan alat dengan memutar tombol off”20”200” ke arah “200”.

2) Turbidimeter Digital
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Masukkan sampel ke dalam tabung sampel sebelumnya dilap terlebih dahulu
dengan tissue.
c. Samakan dengan tabung kalibrasi 0.02NTU; 20NTU; 100NTU; 800NTU.
d. Tekan tombol ON.
e. Apabila tabung kalibrasi sudah dapat, masukkan tabung kalibrasi tersebut
kelobang turbidimeter.
f. Tunggu alat saat “READ”, setelah berhenti tekan tombol call (cari angka
yang mendekati) muncul “STAND BY”
g. Keluarkan tabung kalibrasi.
h. Ambil tabung sampel, lap dengan tissue, lalu masukkan ke dalam lobang alat
turbidimeter.
i. Tekan tombol “READ” Catat hasil yang telah diperoleh.

7. Pemeriksaan Warna
1) Pembuatan Larutan Standar
a. Lakukan perhitungan :
 Larutan standar 0 TCU
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 0
50 x 0
V1 =
500
V1 = 0 ml
 Larutan standar 5 TCU
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 5
50 x 5
V1 =
500
V1 = 0.5 ml
 Larutan standar 10 TCU
6
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 10
50 x 10
V1 =
500
V1 = 1 ml

 Larutan standar 20 TCU


V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 20
50 x 20
V1 =
500
V1 = 2 ml
 Larutan standar 40 TCU
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 40
50 x 40
V1 =
500
V1 = 4 ml
 Larutan standar 70 TCU
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 500 = 50 x 70
50 x 70
V1 =
500
V1 = 7 ml
b. Masukkan larutan induk kedalam buret.
c. Lalu teteskan larutan induk sesuai volume yang telah dihitung ke dalam
labu ukur.
d. Tambahkan aquadest sampai tanda batas.
e. Tutup dan homogenkan sebanyak 12x.
2) Pemeriksaan Warna dengan Spektrofotometer
a. Bilas semua cuvet dengan aquadest dan larutan standar.
b. Masukkan sampel, blanko dan masing-masing larutan standar ke dalam
masing-masing cuvet sampai tanda batas.
c. Hidupkan spektrofotometer.
d. Atur panjang gelombang 355 nm dengan menekan tombol “Go To”.

7
e. Masukkan cuvet blanko ke dalam tabung spektofotometer dan tekan
tombol “Zero” maka pada layar angka menjadi 0.00 Abs, dan keluarkan.
f. Masukkan cuvet 5 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil
pengukuran.
g. Masukkan cuvet 10 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil
pengukuran.
h. Masukkan cuvet 20 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil
pengukuran.
i. Masukkan cuvet 40 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil
pengukuran.
j. Masukkan cuvet 70 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil
pengukuran.
k. Masukkan cuvet sampel ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil
pengukuran (apabila hasil pengukuran lebih besar dari pada hasil
pengukuran sebelumnya maka lakukan lagi pengenceran 10x dengan
menambahkan aquadest hingga 100ml dan ukur lagi dengan
spektrofotometer). Sehingga di dapatkan hasil pengukuran yaitu 0,78 Abs.
Maka didapatkan konsentrasi warna yang di dapat adalah :
15 TCU x 10kali = 150 TCU
l. Setelah selesai matikan alat.

8
B. Metode Pemeriksaan Fisik Tanah

C. Metode Pemeriksaan Fisik Udara

D. Metode Pemeriksaan Fisik Makanan dan Minuman

9
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/doc/248141531/Laporan-Pemeriksaan-Warna-Bau-Kekeruhan-Dan-PH

https://www.academia.edu/16024510/pemeriksaan_fisik_air

10

Anda mungkin juga menyukai