Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN – TL 3103


PRAKTIKUM 01
METODE SAMPLING, PENGAWETAN SAMPEL AIR, DAN PARAMETER FISIK AIR

Nama Praktikan : Hanifah Rahmah

NIM : 15318008

Tanggal Praktikum : Kamis, 24 September 2020

Tanggal Pengumpulan : Kamis, 1 Oktober 2020

PJ Modul : Muhammad Yusuf Habibullah

Arisa F. Pangaribuan

Asisten yang Bertugas : Cindy Maura B.

Syams A.

M. Farhan Huda

Fathiya Mufidah

Miftahir Rizka

Putri Shafa Kamila

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Tanggal : Kamis, 1 Oktober 2020

Percobaan 1 : Metode Samplimg


I. Tujuan
1. Untuk menentukan banyaknya cara untuk pengambilan sampel pada suatu badan air
2. Untuk menentukan cara pengambilan sampel dari suatu badan air
3. Untuk menentukan alat-alat apa saja yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel air

II. Landasan Teori

Dalam kebutuhan sehari-hari dibutuhkan air bersih di mana air bersih memiliki ciri-ciri tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, jernih, dan memiliki suhu yang sesuai dengan standar. Jika
salah satu ciri tersebut tidak dipenuhi pada suatu air di badan air maka dapat dikatakan air
tersebut tidak termasuk air bersih karena mengandung zat kimia, mineral atau zat organis yang
menyebabkan adanya perubahan rasa, warna, bau, dan kejernihan air (Siregar, 2001). Menurut
Efendi (2003) terdapat beberapa jenis sampel air yakni:

a. Sampel sesaat (grab sample)


Sampel yang diambil langsung di lokasi penelitian, sampel ini hanya
mempresentasikan karakteristik air pada saat dilakukan pengambilan sampel.
b. Sampel komposit (composite sample)
Sampel komposit merupakan sampel campuran dengan waktu pengamatan yang
beragam. Sampel komposit diperuntukkan untuk mengetahui karakteristik suatu kualitas
air secara terus-menerus.
c. Sampel gabungan (integrated sample)
Sampel gabungan yang terdiri dari beragam lokasi penelitian, tetapi memiliki besar
volume yang sama

III. Prinsip Praktikum

Adapun prinsip praktikum pada praktikum metode sampling air ialah pemilihan lokasi
pengambilan contoh air berdasarkan SNI 6989.57:2008, untuk pengambilan contoh air
menggunakan prinsip grab sample, composit sample, dan untuk pengambilan air dapat
menggunakan alat pengambil contoh air berdasarkan kondisi dan karakteristik suatu badan air.

IV. Alat dan Bahan


Alat:
1. Vertical water sampler
2. Botol plastik liter 1 buah
3. Botol plastik 500 mL 1 buah
4. Botol plastik 250 mL 1 buah
5. Botol kaca 1 liter 1 buah
6. Gayung
7. Ember
8. Pipet
9. Cooler box
10. Pengawet

Bahan:
1. Sampel air dari suatu badan air
V. Cara Kerja

Langka Cara Kerja Gambar


h
1 Pilih lokasi (suatu badan air) untuk pengambilan
sampel air

2 Tentukan titik lokasi suatu badan air untuk


pengambilan sampel air

3 Ambil sampel air menggunakan water sampler

4 Masukkan sampel air ke dalam botol/wadah


contoh air

5 Botol/wadah sampel air diberi pengawet lalu


dihomogenkan

6 Botol/wadah air yang sudah terisi oleh sampel air


dan ingin diteliti lebih lanjut di laboratorium
dimasukkan ke dalam box

VI. Tabel Data

No. Data Hasil Pengamatan Referensi

VII. Pengolahan Data

VIII. Pembahasan

Pengambilan sampel air dilakukan di sungai Cikapundung, Babakan Siliwangi. Sebelum


melakukan pengambilan sampel perlu menyiapkan alat-alat pengambil sampel, botol atau
wadah untuk mengambil sampel/menyimpan sampel, dan container untuk menyimpan sampel.
Alat pengambil sampel yang dipakai ialah gayung dan ember yang berfungsi untuk mengambil
air di permukaan badan air seperti sungai atau waduk, lalu ada vertical water sampler untuk
mengambil sampel air pada kedalaman tertentu. Wadah/botol untuk menyimpan sampel seperti
botol plastik 1 liter untuk pengujian BOD, COD, kesadahan, asiditas, dan alkalinitas; botol
plastik 500 mL untuk pengujian COD, ammonia, dan fenol; untuk uji logam berat; botol plastik
250 mL untuk uji parameter sianida dan sulfida; dan botol kaca 1 liter untuk uji oil and grease
dan TPH.

Metode pengambilan sampel air yang digunakan ialah grab sample. Pertama, sampel air
diambil menggunakan ember/gayung pada sungai Cikapundung. Sebelum dimasukkan ke botol
sampel, botol terlebih dahulu dibilas menggunakan air dari sungai Cikapundung, setelah dibilas
masukkan sampel air ke botol sesuai dengan kegunaan botol. Ketika sampel sudah terisi penuh
di dalam botol teteskan pengawet pada botol lalu tutup botol dan homogenkan sampel air
dengan mengocoknya hingga dirasa sampel air sudah homogen. Setelah semua sampel
terkumpul masukkan sampel air yang berada di dalem botol ke dalam cooler box yang sudah
digunakan.

Selain menggunakan gayung dan ember, pengambilan sampel juga dilakukan dengan
menggunakan water sampler. Langkah pertama dalam melakukan pengambilan sampel air
dengan water sampler ialah carilah lokasi yang tepat untuk menurunkan water sampler. Laluitu
buka water sampler setelah itu turunkan water sampler hingga kedalaman tertentu yang
diinginkan praktikan. Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan turunkan bundel besi agar
penutup water sampler secara otomatis tertutup. Berikutnya water sampler diangkat kembali ke
permukaan. Lalu sampel air dimasukkan kedalam ember. Lalu sampel air dimasukkan ke dalam
botol air sesuai dengan parameter yang ingin diuji dan berikan pengawet, homogenkan.
Terakhir masukkan botol/wadah sampel air ke dalam cooler box. Sampel air siap dibawa ke
laboratorium.

IX. Kesimpulan
1. Metode pengambilan sampel air ada grab sample, composite sample, dan integrated sample
2. Metode pengambilan sampel air yang dipilih ialah grab sample
3. Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel air seperti botol plastik 1 liter, botol
plastik 500 mL, botol plastik 250 mL, botol kaca 1 liter, vertical water sampler, gayung,
ember, pengawet, dan cooler box

X. Daftar Pustaka
Aryana, I Ketut. 2010. Analisis Kualitas Air dan Lingkungan Fisik pada Perlindungan Mata Air
di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan 1 Kabupaten Tabanan. Tesi-S2. Ilmu Lingkungan.
Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisisus. Yogyakarta.
Fachrul, F.M. 2007.Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Kurniawan, Alva. 2014. Identifikasi Kualitas Air Berdasarkan Nilai Resistivitas Air, Studi Kasus
: Kali Gajahwong. Depertemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas
Gadjah Mada : Yogyakarta.
Siregar, A. Z., Martopo, J. H., dan Betrit J. 2001. Organisme Perairan ( Benthos dan Plankton).
Jurusan 54 Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Tanggal : Kamis, 1 Oktober 2020

Percobaan 2 : Pengawetan Sampel Air


I. Tujuan
1. Untuk menentukan volume pengawet yang dipakai
2. Untuk menentukan fungsi-fungsi pengawet berdasarkan jenisnya
3. Untuk menentukan manfaat dari pengawet untuk sampel air

II. Landasan Teori


Menurut Sugiarto (1987) terdapat beberapa perlakuan untuk melakukan pengawetan sampel,
yakni:
1. Perlakuan pendinginan
Cara melakukan pengawetan pada perlakuan ini menggunakan dry ice pada ice box
untuk menjaga suhu di dalam box dengan suhu 4oC ± 2oC
2. Perlakuan pengaturan pH
Perlakuan ini bertujuan untuk mengecek ada atau tidaknya penambahan bahan kimia
sebagai pengawet dalam sampel
3. Perlakuan penambahan bahan kimia
Perlakuan ini dilakukan dengan penambahan suatu bahan kimia sesuai standar untuk
menjaga kualitas sampel. Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam suatu sampel
bergantung dengan karakteristik sampel apa yang ingin dijaga kualitasnya

III. Prinsip Praktikum


Adapun prinsip praktikum pada percobaan pengawetan sampel air ialah mengetahui
senyawa yang ada dalam air terbagi menjadi tiga yakni senyawa kimia yang relatif stabil dalam
air, senyawa kimia yang dapat berubah konsentrasinya dengan cepat karena adanya perubahan
sifat fisik air, dan senyawa kimia yang diawetkan karena mudah berubah. Untuk melakukan
pengawetan suatu senyawa kimia dapat menggunakan bahan kimia dan diaplikasikan ke senyawa
kimia berdasarkan parameter yang ingin diukur.

IV. Alat dan Bahan


Alat:
1. Botol sampel air
2. Box sampel air
3. Pipet

Bahan:
1. Larutan HNO3
2. Sampel air
3. Larutan H2SO4 pekat
4. Larutan NaOH

V. Cara Kerja

Langka Cara Kerja Gambar


h
1 Siapkan sampel air yang sudah dimasukkan ke
dalam botol air dan juga pengawet yang akan
dipakai

2 a. Dry ice
Masukkan botol sampel air ke dalam ice
box yang sudah berisi dry ice

Langka Cara Kerja Gambar


h
b. HNO3 pekat, H2SO4 pekat, dan NaOH
Tambahkan pengawet (HNO3, H2SO4 atau
NaOH) ke dalam botol sampel air
menggunakan pipet

3 Masukkan botol sampel air yang sudah diberi


pengawet ke dalam box sampel air dan tutup
rapat

VI. Tabel Data

No. Data Hasil Pengamatan Referensi

VII. Pengolahan Data

VIII. Pembahasan
Pengawetan sampel air menggunakan beberapa jenis bahan pengawet seperti asam sulfat
pekat, asam nitrat, dan NaOH. Untuk melakukan pengawetan terhadap sampel langkah pertama
yang perlu dilakukan ialah menyiapkan alat-alat dan bahan. Alat-alat yang perlu disiapkan ialah
pipet, botol/wadah yang berisi sampel air, dan cooler box, sementara bahan-bahan yang perlu
disiapkan ialah sampel air, larutan H2SO4 pekat, larutan HNO3, dan larutan NaOH.
Setelah sampel air dimasukkan ke dalam botol langkah berikutnya ialah pemberian
pengawet sebanyak 1 mL/20 tetes ke botol sampel air. Pengawet yang diteteskan sesuai dengan
parameter yang ingin dijaga kualitasnya. Pengawet asam sulfat untuk menjaga parameter COD,
TOC, fofat, dan ammonia; pengawet HNO3 berfungsi untuk menjaga parameter logam berat, dan
kesadahan; pengawet NaOH untuk menjaga parameter H 2S dan CN. Setelah meneteskan
pengawet ke dalam botol, tutup botol dan homogenkan dengan cara mengocok-ngocok botol
selama beberapa saat. Setelah itu masukkan botol-botol sampel air yang sudah diawetkan ke
dalam cooler box. Sampel air siap diteliti lebih lanjut di laboratorium.

IX. Kesimpulan
1. Volume pengawet yang dipakai pada untuk mengawetkan sampel ari pada percobaan ini
ialah 1 mililiter
2. Fungsi pengawet asam sulfat untuk menjaga parameter COD, TOC, fofat, dan ammonia;
pengawet HNO3 berfungsi untuk menjaga parameter logam berat, dan kesadahan; pengawet
NaOH untuk menjaga parameter H2S dan CN
3. Manfaat pengawet untuk sampel air ialah menjaga kualitas sampel air berdasarkan parameter
yang ingin diuji

X. Daftar Pustaka
Alaerts, G dan Santika, SS. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional: Jakarta.
Fachrul, F.M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara: Jakarta.
Hadi, Anwar .2005. Pangambilan Sampel Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.
Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press: Jakarta.
Utomo, S. Studi Pengendalian Pencemaran oleh Limbah Cair Industri terhadap Badn Air
Penerima (Sungai) di PT KIWI Prodenta Indonesia. Jurnal Pusat Studi Lingkungan Vol. 21
No. 3 tahun 2001: 195—201.
Tanggal : Kamis, 1 Oktobeer 2020

Percobaan 3 : Parameter Fisik Air


I. Tujuan
1. Untuk menentukan besar nilai sampel air berdasarkan warna, kekeruhan, konduktivitas, dan
pH
2. Untuk menentukan kualitas sampel air berdasarkan warna, kekeruhan, konduktivitas, dan pH
3. Untuk menentukan alat pengukur parameter berdasarkan temperatur, transparansi,
kekeruhan, warna, konduktivitas, dan pH.

II. Landasan Teori

Untuk menentukan kualitas air diperlukan terpenuhinya parameter fisik yang meliputi
suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listrik, jumlah zat terlarut (TDS), rasa, dan bau (Effendi,
2003). Jika terjadi penurunan suatu kualitas air salah satu penyebabnya adalah adanya
peningkatan kadar pada parameter fisik air yang terukur. Misal, suatu air terpajan oleh logam
berat maka air tersebut akan memiliki rasa (Handayani, 2010).

III. Prinsip Praktikum


Adapun prinsip praktikum pada percobaan parameter fisik air berdasarkan temperatur,
transparansi, warna, kekeruhan, konduktivitas, dan pH. Untuk pengukuran temperatur
menggunakan termometer, transparansi menggunakan secchi disc, warna menggunakan
perbandingan warna air dengan warna sintetis, kekeruhan menggunakan turbidimeter,
konduktivtas menggunakan conductivitymeter, dan pH menggunakan pH meter.

IV. Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
Temperatur
 Termometer  Sampel air
Alat: Bahan:
Transparansi
 Secchi disc  Sampel air
Bahan:
Alat:  Larutan K2PtCl6
 Tabung Nessler  CoCl2
Warna
 pH meter  Aquades
 Centifuge  HCl pekat
 Sampel air
Bahan:
Alat:
 Aquades
 Turbidimeter
 Sampel air
Kekeruhan  Tabung
 Larutan hidrasin
 Labu ukur
sulfat
 Larutan (CH2)6N4
Alat: Bahan:
Konduktivita  Conductivitymeter  Sampel air
s  Labu ukur  Larutan standar
 Aquades KCl 0,01 M
Alat: Bahan:
 pH meter  Sampel air
pH
 termometer  Larutan buffer
 magnetic stirrer  Aquades

V. Cara Kerja

Langka Cara Kerja


h
Temperatur

Transparansi

pH

Warna

Langka Cara Kerja


h
Konduktivitas
Kekeruhan

VI. Tabel Data

No. Sumber Air Parameter

Suhu Transparansi pH Warna Konduktivitas Kekeruhan


(OC) (m) (Pt – Co) (mikroS/cm) (NTU)

1 Sungai 6,58 250 143,5 1,05


Cikapundung

VII. Pengolahan Data


 pH

 Konduktivitas
VIII. Pembahasan
Untuk mengukur parameter fisik langkah pertama yang perlu dilakukan ialah menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan berdasarkan parameter yang akan diuji yakni suhu, warna, kekeruhan,
konduktivitas, pH, dan transparansi. Untuk pengujian parameter temperatur termometer, bisa
menggunakan termometer elekrtik ataupun konvesional. Termometer digunakan untuk
mengetahui suhu dari suatu sampel air yang diambil. Selanjutnya untuk parameter transparansi
menggunakan secchi disk. Sebelum menurunkan secchi disk pastikan praktikan berada di atas
perahu ataupun jembatan sehingga secchi disk dapat turun secara lurus ke bawah. Perhatikan
keadaan cuaca saaat pengambilan data apakah berawan, cerah atau mendung. Pengambilan data
dilakukan pada kondisi cerah dan di siang hari. Lalu berikutnnya secchi disk diturunkan secara
lurus ke bawah hingga secchi disk tidak lagi terlihat setelah itu tarik kembali secchi disk ke atas.
Untuk mengetahui kedalaman transparansi dapat mengukur panjang tali yang basah
menggunakan sebuah alat ukur seperti meteran. Pada pengujian parameter fisik perlu diperhatikan
siapa pengamatnya karena pengujian transparansi ini bersifat subjektif, jika bisa pengamatn
dilakukan oleh beberapa orang.
Selanjutnya, untuk pengukuran pH pada percobaan ini menggunakan pH meter. Langkah
pertama yang harus dilakukan ialah membilas elektroda menggunakan aquades lalu keringkan
menggunakan tisu, selanjutnya pH meter perlu dikalibrasi pada larutan buffer pH 4, pH 7, dan pH
9. Setelah elektroda dikeringkan menggunakan tisu, celupkan elektroda pada larutan buffer pH 4
lalu nyalakan pH meter dan tunggu beberapa saaat hingga muncul angka, lalu klik tombol
standardize lalu pilih menu auto-enter a buffer lalu tekan enter. Lalu tunggu beberapa saat hingga
muncul angka 4 di layer pH meter. Untuk kalibrasi pH 7 dan 9 menggunakan cara yang sama.
Setelah pH meter dikalibrasi, tuangkan sampel air ke dalam gelas beker lalu masukkan elektroda
ke dalam sampel air sampai tercelup kurang lebih 1 cm, lalu tunggu beberapa saat hingga pH
meter stabildan diperoleh besar pH yakni 6,58 dengan suhu 23,8 oC. Hal ini menunjukkan bahwa
air tergolong ke dalam sifat asam karena tidak mencapai pH 7. Sementara pH 7 ialah larutan
netral dan pH di atas 7 ialah larutan basa.
Untuk pengukuran konduktivitas menggunakan conductivity meter, hal yang perlu disiapkan
ialah larutan standar seperti KCl 0,01 M dengan nilai conductivity 14015 microS/cm, lalu bilas
elektroda dengan aquades lalu dikeringkan menggunakan tisu. Lalu lakukankalibrasi dengan cara
masukkan elektroda ke dalam larutan standar, berikutnya tekan tombol read lalu tunggu sampai
menghasilkan nilai yang konstan setelah itu tekan tombol kalibrasi lalu tunggu beberapa saat
hingga muncul nilai yang konstan. Untuk pengukuran sampel, tuangkan sampel air ke dalam
beker gelas sampai elektroda dapat tercelup kedalam sampel air, lalu kembali bilas eketroda
menggunakan aquades dan keringkan dengan tisu. Kemudian masukkan elektroda dimasukkan ke
dalam sampel air, lalu tekan tombol read pada conductivity meter hingga didapat nilai yang
konstan. Nilai konduktivitas yang diperoleh ialah 143.5 microS/cm pada suhu 24 oC.
Konduktivitas terbagi ke dalam 3 jenis ialah low conductivity dengan kisaran nilai 0—200
microS/cm untuk air murni, mid range conductivity dengan kisaran nilai 200—1000 microS/cm
untuk arir sungai, dan high conductivity dengan kisaran nilai sebesar 1000—10000 microS/cm
untuk air saline.
Untuk mengukur parameter turbiditas menggunakan turbidimeter. Langkah pertama yang
harus dilakukan ialah mengkalibrasi turbidimeter dengan larutan standar seperti larutan dengan
nilai 0,02 NTU, 20 NTU, 100 NTU, dan 800 NTU. Nyalakan turbidimeter dengan tekan tombol
ON, lalu tekan tombol CAL untuk kalibrasi lalu lihat alat meminta kalibrasi dengan besar nilai
tertentu, Jika meminta kalibrasi dengan 800 NTU, lap terlebih dahulu botol larutan standar lalu
masukkan botol ke dalam turbidimeter sesuai dengan batasnya pada alat lalu tutup dan tekan
tombol read. Lalu lanjutkan kalibrasi dengan standar-standar lainnya. Lalu untuk mengukur
sampel, sampel air dikocok terlebih dahulu gagar sampel air homogen lalu bilas botol
menggunakan sampel air, kemudian tuangkan sampel air hingga mencapai batas pada botol.
Masukkan botol ke dalam turbidimeter lalu tutup dan tekan tombol read lalu tunggu beberapa
saat hingga mencapai nilai yang konstan. Nilai yang diperoleh untuk parameter turbiditas ialah
1,05 NTU. Berdasarkan PERMENKES RI No. 46 Tahun 1990 batas maksimal kekeruhan air
bersih ialah 25 NTU sehingga sampel air tergolong ke dalam air bersih yang layak dipakai.
Untuk mengukur parameter warna dengan metode kalorimetri visual. Langkah yang harus
dilakukan ialah siapkan larutan standar speerti larutan satandar dengan nilai 5, 10, 15, 20, dan 25
Pt-Co. Masukkan sampel ke dalam tabung sebanyak 50 mL kemudian banndingkan dengan
standar yang kecil terlebih dahulu. Cara membandingkannya ialah lihat warna dari atas dengan
warna meja atau dasar putih. Lalu bandingkan warna sampel dengan warna larutan standar, jika
warna sampel masih lebih tua/keruh maka sampel perlu diencerkan. Setelah diencerkan 10 kali
dilakukan perbandingan kembali dengan larutan standar. Lalu diperoleh larutan sampel
mendekati standar 25 Pt Co. Maka nilai untuk parameter warna yang diperoleh ialah 250 Pt Co.
Untuk kepentingan air minum batas nilai warna ialah sebesar 5 –15 Pt-Co sehingga dapat
dikatakan sampel air yang diteliti tidak layak untuk diminum.

IX. Kesimpulan
1. Besar nilai sampel untuk parameter warna ialah 250 Pt-CO, pH ialah 6,58, konduktivitas
sebesar 143,5 microS/cm, dan kekeruhan sebesar 1,05 NTU
2. Sampel air besifat asam, berdasarkan parameter warna sampel air tidak layak untuk
diminum, sementara berdasarkan pada parameter kekeruhan sampel air tergolong ke dalam
air bersih, dan berdasarkan parameter konduktivitas sampel air tergolong ke dalam jenis air
murni karena memiliki low conductivity.
3. Temperatur menggunakan termometer, lalu untuk mengukur pH menggunakan pH meter,
untuk mengukur transparasi menggunakan secchi disk, untuk mengukur kekeruhan
menggunkan turbidimeter, untuk mengukur warna menggunakan perbandingan warna
dengan larutan standar lalu dikali faktor pengecenran, dan untuk mengukur konduktivitas
menggunakan conductivity meter.

X. Daftar Pustaka
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisisus. Yogyakarta.
Handayani, Novi . 2010. Studi Awal Tentang Sistem Penyediaan Air Bersih di Desa
Karangduwur Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi S-1. UNNES
Hendrayana, Heru. 2004. Zona Perlindunggan Sumber Air Baku. Geological Engineering Dept,
Faculty of Engineering, Gadjah Mada University : Yogyakarta.
Khairunnas, M. Gusman. Analisis Pengaruh Parameter Konduktivitas, Resistivitas, dan TDS
Terhadap Salinitas Air Tanah Dangkal pada Kondisi Air Laut Pasang dan Air Laut Surut
di Daerah Pesisir Pantai Kota Padang. Jurnal Bina Tambang Vol.3 No. 4 Januari 2018.
ISSN: 2302-3333. 2018
Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 1990 tentang Syarat-Sayarat dan Pengawasan
Kualitas Air

Anda mungkin juga menyukai