Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA I – TL 2201

MODUL 07

HIDROLIKA SUNGAI

Nama Paktikan : Hanifah Rahmah


NIM : 15318008
Kelompok/Shift : 3A

Tanggal Praktikum : 23 April 2020


Tanggal Pengumpulan : 5 Mei 2020
PJ Modul : Yusep Ramdani (15316030)
Rinaldy Jose Nathanael (15317063)
Asisten yang Bertugas : Yusep Ramdani (15316030)
Rinaldy Jose Nathanael (15317063)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
I. Tujuan
1. Menentukan debit aliran sungai
2. Menentukan penampang melintang sungai sesuai perhitungan
3. Menentukan besar jari-jari hidrolis sungai untuk menentukan luas yang
terbasahi

II. Data Awal


Lebar sungai = 7,5 m
Panjang tali (S) =1m

Tabel II.1 Data awal pengukuran pada Sungai Cikapundung dengan Float
Area Method
Segmen (i) 1 2 3 4 5
T1 (detik) 4.66 3.44 2.24 2.08 2.55
T2 (detik) 4.31 3.02 2.41 2.05 2.55
T3 (detik) 4.3 2.9 2.14 1.83 2.62
Taverage (detik) 4.423 3.120 2.263 1.987 2.573
Tabel II.2 Data awal penguukuran pada Sungai Cikapundung dengan
Velocity Area Method
Segmen (i) 1 2 3 4 5
Titik Segmen ABC CDE EFG GHI IJK
Titik Tengah Segmen B D F H J
Lebar Segmen (x,m) 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Kedalaman Sisi Kiri (Di,m) 0.228 0.952 0.985 1.3 1.22
Kedalaman Sisi Kanan (Dii,m) 0.952 0.985 1.3 1.22 0.615
Kedalaman Titik Tengah Segmen (H,m) 0.533 1.01 0.98 1.095 0.47
0,2 H 0.1066 0.202 0.196 0.219 0.094
0,6 H 0.3198 0.606 0.588 0.657 0.282
0,8 H 0.4264 0.808 0.784 0.876 0.376
S (m) 1 1 1 1 1
vP (m/s)
t (detik) 4.423 3.120 2.263 1.987 2.573
Putaran
N0,2 (R) 22 36 41 42 39
H Waktu
(rps) (detik) 30 30 30 30 30
Putaran
N0,6 (R) 11 38 42 44 30
vH (m/s)
H Waktu
(rps) (detik) 30 30 30 30 30
Putaran
N0,8 (R) 11 26 22 47 13
H Waktu
(rps) (detik) 30 30 30 30 30

III. Pengolahan Data


1. Waktu rata-rata (trata-rata) pada float area method
Pada perhitungan waktu rata-rata ini menggunakan data di variasi 1.
Waktu rata-rata dapat diperoleh dengan rumus:
t1 + t 2 + t 3
t rata − rata =
3
4.66 + 4.31 + 4.3
t rata − rata = = 4.423 s
3
Jadi, waktu rata-rata yang diperoleh dari variasi 1 ialah 4.432 s. Rumus
ini dapat digunakan di variasi lainnya.
2. Panjang Melintang Segmen
Panjang melintang segmen dapat diperoleh dengan rumus berikut:
m = [(Dii − Di)2 + x 2 ]0.5
Keterangan:
Dii = Kedalaman sisi (m)
Di = Kedalaman sisi kanan (m)
x = Lebar segmen (m)
Data yang digunakan ialah data pada segmen 1.
m = [(0.952 − 0.228)2 + 1.52 ]0.5
m = 1.66559 m
Jadi, panjang melintang segmen yang diperoleh ialah 1.66559 m. Rumus
dapat diaplikasikan pada segmen lainnya

3. mtotal
Nilai mtotal dapat diperoleh dengan rumus berikut:
mtotal = m1 + m2 + m3 + m4 + m5
mtotal = 1.66559 + 1.50036 + 1.53272 + 1.50213 + 1.61741
mtotal = 7.818211789 m
Jadi, mtotal yang diperoleh ialah sebesar 7.818211789

4. Luas Tiap Segmen (Ai)


Untuk memperoleh luas tiap segmen dapat menggunakan rumus berikut:
(Di + Dii) × x
Ai = [ ]
2
Keterangan:
Dii = Kedalaman sisi (m)
Di = Kedalaman sisi kanan (m)
x = Lebar segmen (m)
Pada rumus ini data yang digunakan pada segmen 1.
(0.228 + 0.952) × 1.5
Ai = [ ]
2
Ai = 0.885 m2
Jadi, luas segmen pada segmen 1 ialah 0.885 m2. Rumus ini dapat
digunakan untuk segmen lainnya.

5. Atotal
Nilai Atotal dapat diperoleh dengan rumus berikut:
Atotal = A1 + A2 + A3 + A4 + A5
Atotal = 0.885 + 1.45275 + 1.71375 + 1.89 + 1.37625
Atotal = 7.31775 m2
Jadi, nilai Atotal ialah 7.31775 m2.

6. Jari-jari hidrolis (Rh)


Jari-jari hidrolis dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:
Atotal
R=
mtotal
7.31775
R= = 0.935987691 m
7.818211789
Jadi, jari-jari hidrolis (Rh) yang diperoleh ialah 0.935987691 m.

7. Kecepatan tiap kedalaman tertentu dari dasar (vH)


Kecepatan tiap kedalaman tertentu dari dasar dapat ditemukan dengan
rumus berikut:
N ≤ 0.65 maka v = (0.2085 × N) + 0.030
0.65 ≤ N ≤ 10.16 maka v = (0.2455 × N) + 0.006
dengan cara menemukan keepatan putaran propeller (N) sebagai berikut
R
N=
t
Sebelumnya sudah diketahui besar N untuk segmen 1 V0.2H ialah
sebesar 0.7333. Maka kecepatan kedalaman 0.2H dapat dicari dengan
rumus berikut
v = (0.2455 × 0.7333) + 0.006
v = 0.18603 m/s

Jadi, kecepatan kedalaman 0.2H pada segmen 1 yang diperoleh ialah


0.18603 m/s. Rumus ini dapat digunakan pada segmen dan kedalaman
lainnya.

8. Kecepatan rata-rata tiap segmen (vri)


Kecepatan rata-rata tiap segmen dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut:
v0.2H + v0.8H 1
vri = [( ) + v0.6H ] ×
2 2
Data yang digunakan ialah pada segmen 1. Sebelumnya diketahui besar
v0.6H dan v0.8H pada segmen 1 ialah 0.10645 dan 0.10645
0.18603 + 0.10645 1
vri = [( ) + 0.10645] ×
2 2
vri = 0.12635 m/s
Jadi, kecepatan rata-rata segmen 1 ialah 0.12635 m/s. Rumus ini dapat
digunakan pada segmen lainnya.

9. Kecepatan permukaan tiap segmen pada float area method


Kecepatan permukaan tiap segmen dapat diperoleh dengan rumus
berikut:
S
vpi =
t
Waktu yang dipakai pada rumus ini ialah waktu rata-rata pada segmen
1.
1
vpi = = 0.22607 m/s
4.423
Jadi, besar keepatan permukaan segmen 1 0.22607 m/s. Rumus ini dapat
digunakan pada segmen lainnya.
10. Nilai error 1 dan error 2
Besar nilai error 1 dan error 2 dapat diperoleh dengan rumus berikut:
vr − v1 v0.2H + v0.8H
Er1 = × 100% dimana v1 =
vr 2
vr − v2
Er2 = × 100% dimana v2 = v0.6H
vr
Data yang digunakan ialah data pada segmen 1. Sebelumnya sudah
diketahui v1 dan v2 pada segmen 1 ialah 0.14624 m/s dan 0.10645m/s.
Besar error 1 dan error 2 adalah sebagai berikut:
0.22607 − 0.14624
Er1 = × 100% = −15.747%
0.22607
0.22607 − 0.10645
Er2 = × 100% = 15.4741%
0.22607
Rumus ini dapat digunakan untuk menghitung segmen lainnya.

11. Debit aliran tiap segmen


Debit aliran tiap segmen dapat diperoleh dengan rumus berikut:
Q segmen = A × vr
Data yang digunakan ialah data pada segmen 1.
Qsegmen = 0.885 × 0.12635 = 0.11182 m3 /s
Jadi, debit aliran pada segmen 1 ialah 0.11182 m3/s. Rumus ini dapat
digunakan pada segmen lainnya.

12. Debit total (Qtotal)


Nilai Qtotal dapat diperoleh dengan rumus berikut:
Qtotal = Q1 + Q 2 + Q 3 + Q 4 + Q5
Q total = 0.11182 + 0.41886 + 0.52567 + 0.69573 + 0.32634
Q total = 2.0878427503 m3 /s
Jadi, nilai Qtotal ialah 2.0878427503 m3/s.
IV. Data Akhir
Tabel IV.1 Hasil perhitungan pada tiap segmen

Segmen 1 2 3 4 5
Titik Segmen ABC CDE EFG GHI IJK
Titik Tengah Segmen B D F H J
Jarak ke Titik Tengah Segmen (m) 0.75 2.25 3.75 5.25 6.75
Kedalaman sisi kiri (Di) (m) 0.228 0.952 0.985 1.3 1.22
Kedalaman sisi kanan (Dii) (m) 0.952 0.985 1.3 1.22 0.615
Kedalaman di titik tengah segmen (H) (m) 0.533 1.01 0.98 1.095 0.47
0.2H (m) 0.1066 0.202 0.196 0.219 0.094
0.6H (m) 0.3198 0.606 0.588 0.657 0.282
0.8H (m) 0.4264 0.808 0.784 0.876 0.376
m (m) 1.66559 1.50036 1.53272 1.50213 1.61741
A (m2) 0.885 1.45275 1.71375 1.89 1.37625
v0.2H(m/s) 0.18603 0.3006 0.34152 0.3497 0.32515
v0.6H(m/s) 0.10645 0.31697 0.3497 0.36607 0.2515
v0.8H(m/s) 0.10645 0.21877 0.18603 0.39062 0.12035
vp(m/s) 0.22607 0.32051 0.44183 0.50336 0.3886
vr(m/s) 0.12635 0.28833 0.30674 0.36811 0.23713
Er1(%) -15.747 9.93381 14.0063 -0.5558 6.0622
Er2(%) 15.7471 -9.9338 -14.006 0.55576 -6.0622
Qsegmen(m3/s) 0.11182 0.41886 0.52567 0.69573 0.32634
Qtotal(m3/s) 2.078427503
Atotal(m2) 7.31775
mtotal(m) 7.818211789
Rh(m) 0.935987691

V. Analisis A
1. Cara Kerja
Pada praktikum kali ini, lokasi praktikum di sebuah sungai. Pertama,
kita ukur suhu awal fluida pada aliran sungai menggunakan termometer.
Berikutnya bentangkan tali pada penampang melintang sungai tanpa
bantuan wahana seperti perahu, jadi pengukur langsung masuk ke
sungai. Lalu penampang sungai dibagi menjadi 5 segmen dengan lebar
tiap segmen sebesar 1,5 meter. Ukur kedalaman di tiap sisi segmen baik
kedalaman di sisi kiri maupun di sisi kanan, hal ini dilakukan untuk
perhitungan penampang saluran sungai, ukur juga kedalaman di tengah
segmen untuk mengukur kecepatan aliran sungai. Dari data bentang
sungai dan kedalaman dapat dibuat profil penampang melintang sungai.
Lalu ukur kecepatan aliran dasar tiap segmen dengan metode 3 titik
sesuai dengan SNI 8066: 2015 yaitu, pada titik 0.2H; 0.6H; dan 0.8H;
dilakukan secara triplo dari dasar sungai menggunakan propeller. Posisi
propeller harus dihadapkan kea rah arus sungai, posisi berdiri pengukur
pun harus berada di hilir alat pengukur juga tidak boleh menyebabkan
berubahnya garis aliran pada jalur vertical yang diukur agar
mendapatkan hasil pengukuran yang valid. Posisi alat ukur juga harus
berada di depan pengukur. Untuk pengoperasiannya atur alat baca
putaran propeller dengan memutar tombol pada alat sesuai waktu yang
diperlukan untuk 1 kali pembacaan putaran pada alat. Lalu atur
ketinggian propeller sesuai dengan titik kedalaman yang ingin ditinjau,
baca skala yang tetera pada alat ukur dan lakukan pembacaan skala
secara triplo nanti akan didapat data kecepatan putaran propeller dan
kecepatan tiap kedalaman tertentu dari dasar. Mengukur kecepatan
aliran sungai di permukaan menggunakan tali sepanjang 1 meter dengan
bola terapung di ujungnya. Hitung waktu yang dibutuhkan oleh aliran
sungai untuk meregangkan tali dan bola terapung menggunakan
stopwatch untuk metode float area. Terakhir ukur suhu akhir fluida di
aliran sungai.

2. Grafik
a. Penampang melintang sungai
Bentang Sungai (m)
0 2 4 6 8
0
0.2

Kedalaman (m)
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4

Gambar V.1 Penampang Melintang Sungai


Pada grafik di atas menunjukkan bentuk penampang
melintang sungai yang diamati. Terlihat pada segmen 1 terjadi
penurunan kedalaman yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa
bentuk sungai pada segmen terebut ialah sisi miring. Pada
segmen 2 terlihat penampang yang berbentuk landau tidak
terjadi perubahan yang signifika. Pada segmen 3 dan 4 sungai
mulai mengalami penurunan kembali meskipun tidak sebesar
penurunan di segmen 1. Terakhir pada segmen 5 penampang
mengalami kenaikan hal ini disebabkan adanya sisi miring yang
menanjak tajam seperti halnya pada segmen 1. Tidak ratanya
bentuk penampang melintang sungai ini dipengaruhi adanya
batuan dan sedimen di dasar sungai.

b. Kecepatan terhadap aliran kedalaman pada setiap segmen


Kecepatan Aliran terhadap Kedalaman
0.5

Kecepatan Aliran (m/s)


0.4
Segmen 1
0.3
Segmen 2
0.2
Segmen 3
0.1 Segmen 4
0 Segmen 5
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Kedalaman (m)

Gambar V.2 Grafik Kecepatan terhadap Aliran Kedalaman pada


Tiap Segmen
Pada grafik di atas menunjukkan hubungan antara
kecepatan terhadap aliran kedalaman pada tiap segmen. Grafik
terlihat tidak beraturan dan tidak memiliki pola. Pada segmen 1
terlihat adanya perubahan kecepatan aliran menjadi lebih lambat
lalu beberapa saat setelahnya mulai stabil. Pada segmen 2 dan 3
mulanya kecepatan aliran stabil lalu menurun tajam, artinya
kecepatan alirannya menjadi lambat. Pada segmen 4 kecepatan
aliran mulanya stabil lalu mengalami kenaikan secara
signifikan, dan pada segmen 5 kecepatan aliran menurun tajam.

c. Kecepatan Aktual Terhadap Lebar Segmen


0.6
0.5
Kecepatan(m/s)

0.4
0.3
vp
0.2
0.1 vr

0
0 2 4 6 8
Bentang sungai (m)
Gambar V.3 Grafik Hubungan Kecepatan Aktual Terhadap
Lebar Segmen
Grafik di atas menunjukkan hubungan kecepatan aktual
terhadap bentang sungai atau titik yang ditentukan sebagai titik
pengamatan. Dapat dilihat kedua kenaikan lalu mulai menurun
di segmen 6. Lalu pada segmen 2 garis antara vr dan vp mulai
berdekatan hal ini menunjukkan bahwa besaran vr dan vp pada
segmen2 ialah mendekati sama.

d. Profil vp dalam 2D dan 3D

Gambar V.4 Profil vp yang terbentuk


Grafik di atas menunjukkan distribusi kecepatan aliran sungai di
segmen yang berbeda-beda. Idealnya kecepatan tertinggi berada pada
segmen 3 karena berada di tengah aliran, tetapi kecepatan tertinggi
berada di antara segmen 4. Kecepatan di segmen 1 dan 5 seharusnya
menjadi kecepatan terendah karena danya gesekan dengan dinding
sungai, kecepatan 5 pada grafik di atas digambarkan masih cukup
tinggi, tetapi kecepatan pada segmen 1 sudah sesuai. Grafik di atas
menunjukkan perubahan kenaikan kecepatan aliran lalu melambat pada
segmen 5.

e. Profil vc dalam 2D dan 3D

Gambar V.5 Profil vc yang terbentuk


Grafik di atas menunjukkan distribusi kecepatan aliran sungai di
segmen yang berbeda-beda. Idealnya kecepatan tertinggi berada pada
segmen 3 karena berada di tengah aliran, tetapi kecepatan tertinggi
berada di antara segmen 4. Kecepatan di segmen 1 dan 5 seharusnya
menjadi kecepatan terendah karena danya gesekan dengan dinding
sungai, kecepatan 5 pada grafik di atas digambarkan masih cukup
tinggi, tetapi kecepatan pada segmen 1 sudah sesuai.
3. Analisis Galat Hasil Perhitungan (Error 1 dan Error 2)
Pada segmen 1 error 1 dan error 2 memiliki nilai galat terbesar
dibandingkan dengan segmen lainnya. Hali ni disebabkan oleh
perbedaan antara nilai vr dengan v1 atau v2 yang cukup besar sehingga
mempengaruhi nilai error. Lalu pada segmen 4 nilai error 1 dan 2
memiliki nilai galat terkecil disebabkan perbedaan nilia vr dengan v1
atau v2 sangatlah kecil.
4. Kesalahan yang Mungkin Terjadi
Terdapat kemungkinan kesalahan yang terjadi jika selama praktikum ini
dilakukan yakni:
1. Kesalahan saat pembentangan tali untuk float area method kondisi
tali kurang tegang sehingga hasilnya kurang presisi
2. Kesalahan pembacaan alat ukur yang digunakan
3. Menyalakan stopwatch kurang tepat sehingga mempengaruhi nilai
yang dihasilkan

VI. Analisis B
1. Pembangunan bangunan pengendali banjir
Data yang diperoleh dari hidrolika sungai adalah debit sungai yang
merupakan data penting untuk mengetahui seberapa besar aliran sungai.
Debit sungai yang paling penting diketahui adalah debit sungai sesaat
hujan datang. Informasi tentang debit tersebut dapat digunakan untuk
merancang bangunan pengendalian banjir. Bangunan pengendalian
banjir dapat berupa pintu air yang dapat mengontrol jumlah air yang
mengalir dengan mengamati secara berkala tinggi muka air sungai
sehingga dapat dicegah adanya peluapan air dari sungai.

Gambar VI. 1 Pintu air sebagai badan pengendalian banjir


(Sumber: Deny, 2016)
2. Perbaikan sungai yang tercemar
Sumber air bersih yang digunakan di rumah tangga adalah berasal dari
air sungai. Bila air sungai tercemar maka penggunaan air sungai pun akan
menyebabkan bahaya bagi penggunanya. Kelebihan dari pengolahan air
sungai yaitu kapasitas yang dibangun tidak terbatas. Unit pengolahan air
sungai yang dibuat harus memperhatikan kontinuitas supply/debit pada
sungai yang dapat diperoleh dari pengukuran hidrolika sungai. Perbaikan
sungai tercemar pun juga harus memperhatikan debit aliran sungai
sehingga pengolahan air sungai oun dapat menjadi efisien dan efektif.

Gambar VI. 2 Pembersihan Sungai


(Sumber: Purmasari, 2018)
VII. Kesimpulan
1. Debit yang diperoleh pada percobaan ini ialah:

Segmen Q (m3/s)
1 0.11182
2 0.41886
3 0.52567
4 0.69573
5 0.32634
2. Penampang melintang sungai yang dihasilkan dari perhitungan dapat
dilihat pada gambar berikut

Bentang Sungai (m)


0 1 2 3 4 5 6 7 8
0

0.2

0.4
Kedalaman (m)

0.6

0.8

1.2

1.4

Gambar Penampang Melintang Sungai

Selain, gambar penampang melintang sungai diketahui pula mtotal yang


dihasilkan dari perhitungan ialah 7.811821789 m.

3. Besar jari-jari hidrolis yang diperoleh ialah sebesa 0.935987691 meter.


Daftar Pustaka

BSN. 2015. Tata Cara Pengukuran Debit Aliran Sungai dan Saluran Terbuka
Menggunakan Alat Ukur Arus dan Pelampung. Jakarta.

Deny, 2016. Pintu Air Selesai Dibangun Warga Cempaka Putih Berharap Tidak
Lagi Banjir. http://poskotanews.com/2016/12/24/pintu-air-selesai-
dibangun-warga-cempakaputih-berharap-tidak-lagi-banjir/.

Purmasari, Niken. 2018. Geliat Pembersihan Sungai Citarum yang Jadi Sorotan Dunia.
https://news.detik.com/berita/d-3889962/geliat-pembersihan-sungai-
citarum-yangjadi-sorotan-dunia. Diakses pada 19 April 2019 pukul 08.58.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai