Oleh:
Hanifah Rahmah
15318008
Disusun oleh:
Hanifah Rahmah
15318008
Disetujui oleh
Dr. Qomarudin Helmy S.Si., M.T. Dr. Anindrya Nastiti, S.T., M.T.
NIP. 187711152008121002 NIP. 198410172012122003
i
ABSTRAK
Oleh
Hanifah Rahmah
hanifahrahmah99@students.itb.ac.id
NIM: 15318008
(Program Studi Teknik Lingkungan)
ii
ABSTRACT
By
Hanifah Rahmah
hanifahrahmah99@students.itb.ac.id
NIM: 15318008
(Department of Environmental Engineering)
Occupational Health and Safety (K3) aims to create a safe, comfortable work
environment and prevent accidents for workers in a work environment. PT
Ewindo in its activities and production processes applies K3 to several aspects,
noise, lighting, ambient air, and personal protective equipment (PPE). The
implementation of K3 at PT Ewindo is based on related regulations, the noise
aspect is based on Permenaker No. 5 of 2011, the light intensity based on the
Regulation of the Minister of Labor No. 7 of 1964, ambient air based on PP No.
22 of 2021. The method used in this research is a survey in the form of a
questionnaire to PT Ewindo workers and obtaining supporting data from PT
Ewindo. Based on the results of the study, the application of K3 at PT. Ewindo
has complied with the regulations it refers to.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan kegiatan Kerja Praktik di PT Electric Wire Indonesia serta
menyelesaikan penyusunan laporan Kerja Praktik dengan judul “Evaluasi
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT. Electric Wire Indonesia”. Selama
melakukan Kerja Praktik, penulis memperoleh banyak pengetahuan, bimbingan,
pembukaan pemikiran serta bantuan dari pihak dalam maupun luar. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. mont. Kania Dewi selaku Ketua Program Studi Sarjana Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Bandung.
2. Dr. Qomarudin Helmy, S.Si., M.T. selaku Koordinator Kerja Praktik.
3. PT Electric Wire Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan Kerja Praktik.
4. Ibu Anindrya Nastiti selaku dosen pembimbing dan Pak Yuga, Pak Ressa, Pak
Albar selaku pembimbing lapangan di PT. Ewindo.
5. Gebi dan Sekar selaku teman Kerja Praktik di PT Ewindo
6. Atsya selaku teman yang memudahkan dan memberikan informasi terkait Kerja
Praktik di PT. Ewindo
iv
DAFTAR ISI
v
III.3 Visi dan Misi PT. Electric Wire Indonesia ............................................... 19
vi
LAMPIRAN .......................................................................................................... 50
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
milik PT Electric Wire Indonesia (Ewindo) yang terletak di Kota Bandung,
Jawa Barat.
I.5 Metodologi
1. Studi Pendahuluan dan Diskusi
Studi pendahuluan dan diskusi membantu peserta untuk
mengetahui instansi/perusahaan tempat kerja praktik mahasiswa sehingga
membantu menentukan tema yang cocok untuk diajukan ke instansi
terkait. Diskusi bertujuan untuk membahas tema kerja praktik yang dipilih
dengan dosen pembimbing seperti mempertimbangkan data-data apa saja
yng perlu dikumpulkan, ruang lingkup mana saja yang perlu diteliti, dan
lain-lain.
2. Studi Literatur
2
Studi literatur bertujuan untuk mengumpulkan data-data tentang
tema yang akan diteliti. Dengan studi literatur diharapkan saat mahasiswa
terjun ke lapangan, data yang dikumpulkan dapat membantu keberjalanan
kerja praktik.
3. Pelaksanaan Praktik Lapangan
Pelaksanaan praktik lapangan ialah kegiatan yang dilakukan untuk
terjun ke langsung ke lokasi dan fasilitas yang akan diteliti lebih lanjut.
Hal ini bertujuan untuk mengatahui kondisi eksisting dari fasilitas yang
diteliti. Selain itu, pada metode ini juga pengamat mengumpulkan data-
data yang ada dimana nantinya akan diolah, mewawancarai pekerja yang
berada di instansi untuk mengetahui kondisi fasilitas yang mendukung
data hasil observasi, dan menyebarkan kuesioner kepada pekerja.
4. Analisis Data
Analisis data ialah kegiatan mengolah data yang sebelumnya sudah
didapatkan dari pelaksanaan praktik lapangan. Pada pengolahan data akan
membandingkan data yang diperoleh dari lapangan dengan yang ada di
peraturan-peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan bertujuan untuk menuliskan hasil analisis
yang telah dikumpulkan serta diolah oleh pengamat serta bentuk
tanggungjawab kerja praktik. Pada saat penyusunan laporan, pengamat
dapat memberikan evaluasi jika terdapat fasilitas yang bekerja tidak
sebagaimana peraturan yang ada.
3
b. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bagian gambaran umum perusahaan terdiri dari deskripsi umum
perusahaan secara umum yang mencakup profil perusahaan, visi misi,
nilai-nilai yang dianut, struktur organisasi, layout perusahaan, dan proses
produksi.
c. BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bagian tinjauan pustaka berisikan penjelasan hasil studi literatur mengenai
K3. Teori serta definisi penting terkait K3 dari jurnal ilmiah.
d. BAB IV KONDISI EKSISTING
Bagian kondisi eksisiting berisikan pemaparan lebih lanjut mengenai
aspek alat perlindungan diri (APD), kebisingan, intensitas cahaya, ambien
udara, dan manajemen secara umum pada PT Ewindo (P2K3 dan
HIRARC).
e. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bagian analisis dan pembahasan berisikan evaluasi yang dapat diterapkan
dari kondisi eksisting yang menyimpang berdasarkan baku mutu yang ada.
f. BAB IV PENUTUP
Bagian penutup berisikan kesimpulan dan saran yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan masalah yang ada.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
energi, zat atau kondisi kerja yang potensial serta dapat mengancam keselamatan.
Hazard dapat berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi,
metode kerja atau situasi kerja. Kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian,
cedera, sakit fisik atau mental, kerusakan properti, kerugian produksi, kerusakan
lingkungan atau kombinasi dari kerugian-kerugian tadi. Adapun jenis potensi
bahaya (hazard) adalah sebagai berikut:
a. Bahaya fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar
tempat kerja pada satu waktu tertentu. Hal itu termasuk kondisi tidak aman
yang dapat menyebabkan cedera, penyakit dan kematian. Bahaya ini
biasanya paling mudah diidentifikasi tempatnya, tetapi sering terabaikan
karena sudah dipandang akrab dengan situasi demikian. Bahaya fisik
sering dikaitkan dengan sumber energi yang tidak terkendali seperti
kinetik, listrik, pneumatik dan hidrolik. Contoh bahaya fisik antara lain:
kondisi permukaan lantai basah dan licin; penyimpanan benda di lantai
sembarangan; tata letak kerja area yang tidak tepat; permukaan lantai yang
tidak rata; postur tubuh canggung; desain stasiun kerja yang kurang cocok;
kondisi pencahayaan; suhu ekstrem; bekerja pada ruang terbatas
b. Bahaya Bahan Kimia
Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karateristik dan efek, dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya kimia
mencakup paparan dapat berupa, antara lain: penyimpanan bahan kimia;
bahan yang mudah terbakar.
c. Bahaya Biologis
Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme
yang mungkin menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan
manusia. Bahaya biologis mencakup paparan, antara lain: darah atau
cairan tubuh lain atau jaringan; jamur, bakteri dan virus.
d. Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi
kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk
6
diidentifikasi secara langsung karena kita tidak selalu segera melihat
ketegangan pada tubuh atau bahaya-bahaya ini saat melakukan. Bahaya
ergonomi meliputi, antara lain: redup; tempat kerja tidak tepat dan tidak
disesuaikan dengan tubuh pekerja; postur tubuh yang kurang memadai;
mengulangi gerakan yang sama berulang-ulang.
e. Bahaya Psikologis
Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau
gangguan. Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, namun
sangat penting bahwa bahaya psikologis secara menyeluruh diidentifikasi
dan dikendalikan. Contoh bahaya psikologis meliputi, antara lain:
kecepatan kerja; kurangnya motivasi; tidak ada prosedur yang jelas;
kelelahan (Kuswana, 2014).
7
Perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja (Silalahi,
1995) yaitu: (a) Penyakit umum yang mungkin dapat diderita semua orang.
Penyakit umum merupakan tanggung jawab anggota masyarakat karena itu harus
mengadakan pemeriksaan sebelum masuk kerja; dan (b) Penyakit akibat kerja,
yang dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai
pekerjaannya.
Pencegahan gangguan kesehatan akibat faktor dalam pekerjaan
(Suma’mur, 1993) adalah dengan substitusi, ventilasi, isolasi, pelindung,
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala, penerangan, dan
pendidikan tentang kesehatan kepada pekerja secara kontinyu. Pemantauan
kesehatan kerja dapat dilakukan dengan (Rivai, 2003) mengurangi timbulnya
penyakit, penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja, memantau kontak
langsung, penyarian genetik.
II.1.1 Kebisingan
Penggunaan mesin sebagai alat kerja dan mekanisasi dapat
menimbulkan kebisingan di tempat kerja. Salah satu faktor bahaya
lingkungan kerja adalah kebisingan industry (Freder, dkk, 2017). Tingkat
kebisingan adalah jumlah getara/gelombang bunyi atau suara yang masuk
di telinga tenaga kerja yang diukur dengan satuan desibel (Hiola, 2016).
Nilai ambbang batas kebisingan industri berdasarkan Permenker RI
Nomor 5 Tahun 2018 nilainya adalah 85 dBA untuk lama pemaparan
selama 8 jam perhari (Kementrian Ketenagakerjaan Republik Indonesia,
2018). Intensitas tertinggi dan merupakan nilai yang masih dapat diterima
oleh pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu (Kuswana dalam Siswati, 2017).
Dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja berupa gangguan
pada indera pendengaran maupun non pendengaran. Pada indera
pendengaran dapat menyebabkan tuli progresif. Awalnya efek bising pada
pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah
8
pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja secara
terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak
dapat normal kembali. Sedangkan pada gangguan non pendengaran dapat
menyebabkan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi, dan gangguan keseimbangan (Yulianto, 2013).
Bising umumnya dapat merusak telinga bagian tengah dan bagian
dalam. Kerusakan telinga bagian tengah diakibatkan oleh peradangan dan
penumpukan kotoran telinga sedangkan telinga bagian dalam ditandai dari
rusaknya sel rambut telinga dalam yang kebanyakan merusak saraf
vestibulokoklear dan berakibat pada kehilangan pendengaran. Kerusakan
saraf vestibulokoklear juga dapat menyebabkan gangguan fisiologis
berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, kontruksi pembuluh
darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta gangguan psikologis
berupa rasa tidak nyaman, gangguan konsentrasi, cepat marah dan susah
tidur. Gangguan psikologis yang terjadi karena manusia
menginterpretasikan bunyi yang ditangkapnya pada proses terakhir
pendengaran, bila terjadi kerusakan penerimaan di pusat pendengaran
yaitu dibagian otak oleh saraf vestibulokoklear, manusia
menginterprestasikan bunyi bising sebagai kondisi yang mengancam
(Kristiyanto, 2013).
9
frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya
dalam spektrum elektromagnetisnya.
Menurut Ching, (1996) ada tiga metode untuk penerangan yaitu,
penerangan umum, penerangan lokal dan penerangan cahaya aksen.
Penerangan umum atau baur menerangi ruangan secara merata dan
umumnya terasa baur. Penerangan lokal atau penerangan untuk kegunaan
khusus, menerangi sebagian ruang dengan sumber cahaya biasanya
dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi. Berdasarkan sumbernya
penerangan dibedakan menjadi dua yaitu, penerangan alamiah dan
penerangan buatan. Sumber cahaya alamiah pada siang hari adalah
matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariasi menurut jam,
musim dan tempat. Cahaya buatan adalah cahaya yang dihasilkan oleh
elemen-elemen buatan, dimana kualitas dan kuantitas cahaya yang
dihasilkan berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
Pencahayaan yang memadai menjadi salah satu faktor penting
dalam segala jenis pekerjaan. Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang
menentukan adalah ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan
sekelilingnya, luminansi dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari
penerangan dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya melihat
(Suma’mur, 1995). Faktor ukuran objek, derajat kontras antar objek dengan
sekelilingnya serta penerangan adalah faktor-faktor yang saling
mengimbangi satu dengan yang lain, misalnya suatu objek dengan kontras
kurang, dapat dilihat apabila objek tersebut cukup besar atau bila
penerangannya cukup baik.
Upaya mata yang melelahkan menjadi sebab kelelahan mental.
Gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, daya
konsentrasi dan kecepatan berpikir. Lebih dari itu, apabila pekerja mencoba
mendekatkan matanya terhadap objek untuk memperbesar ukuran benda,
maka akomodasi lebih dipaksa, dan mungkin terjadi penglihatan rangkap
atau kabur yang terkadang disertai pula perasaan sakit kepala di daerah atas
10
mata (Wulandari, 2010). Pada pekerjaan yang dilakukan di dalam ruang
tingkat kuat penerangan (iluminasi) sebesar 300 lux (Putra, 2017).
11
udara sehingga membentuk NO. Reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih
banyak oksigen membentuk NO2. Nitrogen dioksida (NO2) merupakan
bahan polutan udara terpenting, yaitu sebagai salah satu komponen utama
yang memberikan kontribusi terhadap kualitas udara maupun kualitas air
hujan (hujan asam) yang terjadi,disamping sulfur dioksida (SO2). Sumber
pencemaran gas NOx dapat berasal dari sumber alami seperti dari aktivitas
bakteri. Disamping itu, aktivitas manusia juga merupakan penyebab
terjadinya pencemaran udara oleh gas NOx. Sumbangan terbesar dari
kegiatan manusia terhadap polusi NOx bersumber dari hasil kegiatan–
kegiatan yang menggunakan proses pembakaran pada temperatur yang
cukup tinggi. Pembentukan NO pada suhu kamar dihasilkan dari reaksi
antara gas oksigen dan gas nitrogen akan berlangsung sangat lambat.
Sedangkan pada suhu tinggi, diatas 1200oC gas oksigen dan gas nitrogen
akan bereaksi sangat cepat untuk menghasilkan nitrogen oksida
(Prasetyanto, 2011).
Total Suspended Particulate (TSP) adalah partikel udara yang
berukuran kecil seperti debu, asap, dan uap dengan diameter kurang dari 100
mikrometer (Prilia dkk., 2016). TSP dapat berasal dari beberapa sumber
termasuk pembangkit tenaga listrik, incinerator, kendaraan, dan aktivitas
konstruksi (Prilia dkk., 2016). TSP memiliki dampak jangka panjang
(reduksi fungsi paru-paru) dan jangka pendek (batuk, dahak, dan sesak
napas). Gejala pernapasan yang paling sering dilaporkan akibat paparan TSP
diantaranya batuk, dyspnea, bersin, dan dahak (Nkhama dkk., 2017).
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas tidak berwarna, tidak berbau
yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna material yang
mengandung zat arang atau bahan organik. Terdiri dari satu atom karbon
yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Satuan konsentrasi
CO di udara adalam ppm atau parts per million. Untuk mengukur kadar CO
tersebut, digunakan gas analyzer dengan satuan persen volume, dimana 1
ppm setara dengan 4-10% µg/m3 (Anggraeni, 2009). Gas CO dapat
berbahaya bagi kesehatan manusia. Gas CO ini akan mengganggu
12
pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh
hemoglobin dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Gas CO
dapat membuat sesak napa (Luttrell dkk., 2008).
13
Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dalam (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri):
a. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul
benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara,
terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad
renik (mikroorganisme) dan suhu yang ekstrim.
b. Alat Pelindung Muka dan Mata
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air,
percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
c. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
d. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan
cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran
bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut
(aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.
e. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu
panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus
listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat
patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.11
14
f. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena
bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
g. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan
kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme
patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur.
h. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja
agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam
keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi
pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.
i. Pelampung
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau
dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau
mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada
padaposisi tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral
buoyant) di dalam air.
15
b. Sikap, yaitu reaksi atau respon dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek.
c. Kondisi APD, yaitu berkaitan dengan fasilitas/ketersediaan APD yang
akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja.
d. Pengawasan, berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan
kuantitatif.
e. Dukungan sosial, baik dari rekan kerja maupun dari pimpinan. Peran rekan
kerja berupa ajakan untuk menggunakan APD sedangkan peran atasan/
pimpinan adalah berupa adanya anjuran, pemberian sanksi maupun
pemberian hadiah.
16
II.2.2.2 Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)
Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) adalah
salah satu persyaratan dalam penerapan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2007.
Pada klausul 4.3.1 OHSAS 18001:2007 organisasi harus menetapkan prosedur
mengenai Identifikasi bahaya (Hazard Identification), penilaian risiko (Risk
Assesment) dan menentukan pengendaliannya (Risk Control). Keseluruhan dari
proses ini juga disebut sebagai manajemen risiko (Ramli, 2010:79).
HIRARC merupakan suatu elemen pokok dalam sistem manajemen K3
yang berkaitan dengan sebuah upaya pencegahan dan pengendalian bahaya.
Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi
untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan
dapat menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.HIRARC dibagi menjadi 3 tahap, yaitu identifikasi bahaya(Hazard
Identification), penilaian risiko (Risk Assesment)dan pengendalian risiko(Risk
Control) (Ramli, 2010:43). Menurut Departement of Occupational Safety and
Health Malaysia (2008:6), dalam pelaksanaannya HIRARC memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Untuk mengidentifikasi semua faktor yang dapat menyebabkan sebuah
kerusakan terhadappekerja dan lain-lain (bahaya).
b. Memungkinkan pengusaha untuk merencanakan, memperkenalkan dan
c. memantau langkah-langkah pencegahan agar mampu memastikan bahwa
risiko dikendalikan secara memadai setiap saat.
17
BAB III
18
Ewindo berhasil memproduksi 2000 ton electric wire yang diekspor ke
negara sakura, Jepang.
III.2 Lokasi PT. Electric Wire Indonesia
PT Electric Wire Indonesia berlokasi di Jalan Cimuncang No. 68,
Kelurahan Pasirlayung, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa
Barat 40125
• Misi :
‘Menjamin kepuasan terhadap: Pelanggan, karyawan, dan masyarakat
umum dengan mempersembahkan produk yang mengutamakan factor
quality, cost, delivery, safety, moral and envrionmental’
19
3. Nihil Pengaduan Lingkungan
(Sumber: Google.com)
20
Gambar 3 Layout PT Ewindo
21
Kebutuhan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan dapat
dipinta ke bagian gudang.
Dalam prosesnya terdapat limbah yang dihasilkan berupa
limbah cair (coolant), lumpur tembaga (Cu), kawat tembaga,
kemasan bekas, dan lain-lain.
b. Proses Bunching
22
limbah yang dihasilkan seperti ampas, abu timah, cairan azonil
bekas, kemasan bekas, sampah, dan lain-lain.
d. Proses enamel baking
23
f. Proses twisting, spiral, dan braider
24
3. Crimping yaitu proses pemasangan pin atau terminal
pada kabel
4. Inject plug yaitu proses pencetakan plug atau kepala
Dalam prosesnya terdapat beberapa limbah yang
dihasilkan seperti compound bekas, pin dan terminal bekas,
sampah, dan lain-lain.
25
Gambar 12 ISO 9001:2015 PT. Ewindo
(Sumber: Dokumen Perusahaan)
26
BAB IV
27
Gambar 7 Rambu K3 pada TPS Limbah B3
28
tangan kain, sarung tangan karet, sarung tangan kulit, baju pelindung,
masker, masker respirator, dan safety bod harness. Pada Tabel 1 dapat
dilihat fungsi dan lokasi APD di PT Ewindo.
Agar pekerja di PT Ewindo memahami fungsi APD maka
rutin dilakukan pelatihan secara insidental. Hal ini bertujuan untuk
mengkaji ulang pemahaman mengenai APD. Pelatihan dilakukan jika
terdapat permintaan dari pekerja, di dalam pelatihan akan diberikan
kejadian kecelakaan kerja yang mengingatkan pentingnya
menggunakan APD.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan dengan 50
responden pekerja di PT Ewindo dapat dilihat pada Gambar 6
mayoritas pekerja sudah memahami fungsi dari APD. Sebanyak 34
pekerja setuju telah memahami penggunaan APD dan 0 pekerja tidak
setuju belum memahami penggunaan APD pada saat bekerja.
Pemahaman APD Pekerja
Tidak Setuju Kurang Setuju
0% 8%
Sangat Setuju
24%
Setuju
68%
29
Tabel 1 Alat Perlidungan pada PT Ewindo
30
No. Jenis Alat Perlindungan Diri Kegunaan Bagian
6 Earmuff Melindungi telinga dari kebisingan Drawing
7 Baju pelindung Melindungi tubuh dari potensi paparan di bagian tempat bekerja Drawing dan injection
ataupun agar tidak kotor saat bertugas
8 Masker Melindungi pernapasan dari paparan debu saat bekerja Drawing, tin coating, enamel,
bunching, kabel, injection,
maintenance, workshop, QA,
gudang bahan baku, gudang bahan
jadi, GA Utility, dan GA driver
9 Masker respirator Melindungi pernapasan dari paparan partikel aerosol yang lebih Tin coating
mumpuni dibandingkan dengan masker umum
10 Kacamata bening Melindungi mata dari paparan debu saat bekerja Injection, maintenance, workshop,
GA Utility, dan GA driver
11 Safety body harness Melindungi pekerja dari bahaya jatuh Maintenance, workshop, dan GA
Utility,
12 Helm Melindungi kepala dari potensi bahaya berupa timpaan GA driver
13 Helm las Melindungi kepala dari percikan api Maintenance dan workshop
(Sumber: Dokumen Perusahaan)
31
IV.1.2 Kebisingan
PT Ewindo rutin melakukan pengujian kebisingan setiap semester
dengan Laboratorium Pengujian Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bandung. Pengujian rutin dilakukan sebab perlu membuat UKL-UPL setiap
semesternya. Titik pengujian terdapat di dua lokasi secara umum yakni di
bagian unit operasi dan di perbatasan pabrik dengan permukimam warga.
Titik pengujian yang dilakukan di bagian unit operasi bertujuan
memantau apakah mesin yang digunakan layak digunakan atau perlu
diperbaiki. Selain itu, untuk memantau nilai ambang batas setiap mesin.
Jika kebisingan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) maka pekerja perlu
menggunakan pelindung telinga baik ear plug ataupun earmuff untuk
mengurangi kebisingan yang diterima.
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun
2018, NAB kebisingan di tempat kerja ialah sebesar 85 dBA untuk waktu
pemajan perhari 8 jam. Pada Tabel 2 dapat dilihat terdapat beberapa mesin
yang melebihi ambang batas. Adapun mesin yang melebihi ambang batas
ialah drawing, extruder, dan bunching.
Mesin drawing melebihi ambang batas karena mesin sudah
dianggap abnormal meskipun sudah dilakukan maintenance secara berkala.
Maintenance pada masa pandemi dilakukan setiap tiga bulan sekali,
sementara sebelum masa pandemi dilakukan setiap bulan. Selanjutnya
mesin extruder dan bunching melebihi ambang batas sedikit karena sedang
melakukan maintenance.
32
No. Lokasi Satuan Hasil Pengukuran
8 Extruder No. 13 dBA 78,6
9 Extruder No. 16 dBA 79,8
10 Bunching No. 10 dBA 85,3
11 Bunching No. 22 dBA 82,6
12 Bunching No. 38 dBA 82,9
13 Bunching No. 42 dBA 82,2
14 Enamel Horizontal No. 8 dBA 70,5
15 Medium Drawing No. 07 dBA 92,2
16 Medium Drawing No. 09 dBA 90,0
17 Mesin Scrap dBA 77,4
18 Twisting No. 02 dBA 83,1
19 Twisting No. 09 dBA 85,3
20 Mesin Gulung No. 2 dBA 82,8
21 Fine Drawing No. 23 dBA 84,0
22 Fine Drawing No. 28 dBA 81,3
23 Fine Drawing No. 44 dBA 88,5
24 Fine Drawing No. 57 dBA 89,0
25 Breakdown Drawing dBA 90,9
26 Mesin Enamel Horizontal No. 03 dBA 77,2
(Sumber: Dokumen Perusahaan)
33
Untuk lebih mengetahui kondisi eksisting dan aktual PT Ewindo
maka dilakukan survey mengenai kebisingan mesin. Survey diikuti oleh 50
pekerja. Pada Gambar 7 Diagram Presentase Kebisingan Mesin Tidak
Menganggu Pekerja dapat dilihat mayoritas pekerja merasa tidak
terganggu dengan kebisingan yang dihasilkan mesin pada saat bekerja.
Namun, terdapat 12 orang yang kurang setuju dengan pendapat tersebut.
Setelah dicari tahu lebih lanjut, pekerja merasa terganggu kebisingan
mesin ketika tidak menggunakan pelindung telinga.
Pekerja yang tidak setuju dengan pendapat tersebut berasal dari
unit bagian produksi. Bagian produksi termasuk kedalam unit drawing,
extruder, dan twisting. Namun, setelah menggunakan ear plug dan earmuff
kebisingan tersebut dipastikan menerima pajanan kebisingan sesuai
dengan NAB.
Kurang Setuju
24%
Setuju
58%
34
sementara pengukuran cahaya umum dilakukan pada satu ruangan yang
terdiri dari beberapa kegiatan. Pada PT Ewindo melakukan pengukuran
intensitas cahaya per ruangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964
mengenai standar intensitas cahaya jika mengerjakan bahan-bahan yang
besar/kasar, gudang untuk menyimpan barang besar maka dibutuhkan
pencahayaan minimal sebesar 50 lux. Jika pekerjaan membedakan barang
kecil secara sepintas maka dibutuhkan pencahayaan minimal sebesar 100
lux.
Selanjutnya untuk pekerjaan yang membedakan barang kecil yang
agak teliti dibutuhkan pencahayaan sebesar 200 lux. Berikutnya jika
pekerjaan pembedaan, pemeriksaan, percobaan yang teliti dan halus,
pekerjaan kantor yang bergantung dengan membaca, arsip dan seleksi
surat maka dibutuhkan pencahyaan sebesar 300 lux. Lalu untuk pekerjaan
yang membedakan barang halus dengan kontras yang sedang dan dalam
waktu lama dibutuhkan pencahayaan dengan 500 lux.
35
Hasil Pengukuran (Lux)
No. Lokasi
Umum Lokal
16 Stripper - 244
17 Inject Plug - 436
18 Repair Visual - 273
19 Solderr - 539
20 Maintenance - 306
21 Office Depan - 304
22 Office Belakang - 332
23 QA 1 Wire - 448
24 QA 1 Cable - 396
345
25 QA 1 Injection - 391
437
26 Ruang Dies - 468
27 Gudang Bahan Baku - 339
28 Gudang Barang Jadi - 748
448
(Sumber: Dokumen Perusahaan)
Pencahayaan Ruang
Kurang
Tidak Setuju
Setuju
0%
Sangat Setuju
36%
Setuju
64%
36
IV.1.4 Udara Ambien
Pengujian udara ambien dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan
pihak ketiga, Laboratorium Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bandung. Lokasi pengujian terbagi menjadi beberapa titik seperti up wind,
downwind, di dalam ruangan pabrik.
Pengujian dilakukan untuk menganalisis nitrogen dioksida (NO2),
sulfur dioksida (SO2), Total Suspended Solid (TSP/Debu), dan karbon
monoksida (CO). Pengujian NO2 berlandaskan SNI 7119-2:2017
mengenai cara uji kadar NO2 dengan metode Grietz Saltman menggunakan
spektrofotometer. Pengujian SO2 berlandaskan SNI 7119-7:2017
mengenai cara uji kadar sulfur dioksida (SO2) dengan metoda
pararosanilin menggunakan spektrofotometer.
Pada tabel 5 dan 6 terdapat hasil pengujian udara ambien baik up
wind maupun down wind. Berdasarkan kedua tabel tersebut dapat
dinyatakn bahwa udara ambien pada PT Ewindo memenuhi baku mutu
untuk parameter nitrogen dioksida, sulfur dioksida, debu, dan karbon
monoksida. Hasil uji semua parameter jauh di bawah baku mutu yang ada.
37
No. Parameter Satuan Hasil Baku Metode
Analisis Mutu Pengujian
Dioksida) 2:2017
2 SO2 (Sulfur µg/Nm3 12,51 150 SNI 7119-
Dioksida) 7:2017
3 TSP (Debu) µg/Nm3 95,27 - Gravitmetri
4 CO (Karbon µg/Nm3 1.423,40 10.000 IKM-
Monoksida) 9/Iodine
Pentoksida
(Sumber: Dokumen Perusahaan)
38
IV.2.2 HIRARC
Hazard Identification risk Assessment and Risk Control
(HIRARC) merupakan metode identifikasi potensi bahaya/hazard
kecelakaan kerja. PT Ewindo menggunakan HIRARC untuk
mengidentifikasi potensi bahaya tersebut. Perlu menentukan aktivitas
terlebih dahulu yang akan diidentifikasi bahaya.
Pada Gambar 11 dapat dilihat HIRARC untuk aktivitas
penarikan kawat. Pada setiap proses kerja akan diidentifikasi
bahayanya baik unsafe action/condition lalu terdapat akibat dari
perilaku unsafe action/condition.
39
Gambar 19 HIRARC PT Ewindo
(Sumber: Dokumen Perusahaan)
40
BAB V
ANALISIS PEMBAHASAN
V.1 Evaluasi
V.1.1 Alat Pelindung Diri (APD)
PT Ewindo sudah menyediakan beragam jenis APD sesuai dengan
kebutuhan pekerjanya. Namun, sayangnya meskipun mayoritas pekerja
sudah mampu memahami fungsi dari APD, berdasarkan survey
terdapat responden pekerja yang setuju jika pekerja menggunakan
APD ketika diawasi dan ketika mendapatkan teguran. Berikut diagram
presentase pekerja menggunakan APD ketika diawasi dan
mendapatkan teguran.
Setuju
24% Tidak Setuju
38%
Kurang Setuju
34%
Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
41
Namun, masih terdapat keraguan dari penulis jika semua
responden memahami maksud penggunaan APD ketika diawasi.
Terlepas dari perihal tersebut jika memang benar diagram presentase
di atas maka perlu adanya peningkatan kesadaran penggunaan APD
bagi pekerja PT Ewindo.
Kurang Setuju
32%
42
bekerja diharapkan mampu mencegah atau meminimalisasi risiko
kecelakaan kerja agar tidak fatal.
V.1.2 Kebisingan
Kebisingan yang terjadi akibat adanya pengoperasian mesin di
dalam pabrik masih melewati nilai ambang batas. Berdasarkan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 mengenai
nilai ambang batas di tempat kerja ialah sebagai berikut.
43
Tabel 8 Unit/Lokasi yang Memiliki Kebisingan di atas NAB
44
V.1.3 Intensitas Cahaya
Pencahayaan pada setiap lokasi/ruangan PT Ewindo sudah
memenuhi standar. Hal ini didukung dengan respon para pekerja PT
Ewindo mengenai pencahayaan ruang yang baik di lingkungan kerja
sehingga memudahkan untuk melakukan pekerjaan pada kuesioner
yang diisi.
Para pekerja memilih setuju sebanyak 32 suara dan sangat setuju
sebanyak 18 suara untuk kondisi ruangan dengan pencahayaan yang
cukup. Selain itu berdasarkan pengujian ke lokasi di PT Ewindo
menggunakan luxmeter pun sudah sesuai standar berdasarkan masing-
masing jenis pekerjaan yang dilakukan.
45
V.2 Evaluasi HIRARC
Metode identifikasi yang diberlakukan pada PT Ewindo menggunakan
HIRARC sudah baik. Dapat terlihat dari penjabaran setiap aktivitas yang
detail juga runut.
46
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Kondisi eksisting mengenai penerapan K3 di PT Ewindo,
Cimuncang sudah berjalan dengan baik secara keseluruhan dari segi teknis
dimulai dari kebisingan yang berasal dari beragam mesin, pencahayaan
ruangan yang baik, udara ambien yang memenuhi baku mutu, tersedianya
alat perlindungan diri bagi setiap pekerja, dan adanya HIRARC untuk
mengidentifikasi potensi risiko kecelakaan kerja.
Penerapan K3 di PT. Ewindo, Cimuncang sudah sesuai dengan
peraturan yang berkaitan dimulai dari aspek kebisingan berdasarkan
Permenaker No. 5 Tahun 2011, intensitas cahaya berdasarkan Peraturan
Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964, udara ambien berdasarkan PP No.
22 Tahun 2021.
Namun, meskipun segi teknis sudah berjalan dengan baik dan
mematuhi peraturan yang ada, masih terdapat pekerja yang lalai dalam
penggunaan APD jika tidak diawasi dan diberi teguran.
VI.2 Saran
Berkaitan dengan masih kurangna kesadaran penggunaan APD
oleh pekerja pada PT Ewindo maka diperlukan adanya peningkatan
kesadaran baik secara umum pun individu agar kecelakaan kerja dapat
terhindari seperti nilai yang dianut oleh PT Ewindo ‘nihil kecelakaan kerja’.
Selain itu, PT Ewindo perlu tetap menjaga performa K3 di setiap aspek agar
menjadi kepercayaan masyarakat dan mampu menjalankan visi, misi, dan
nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan PT Ewindo.
47
DAFTAR PUSTAKA
Fithri, P., & Anisa, W. F. 2017. Pengukuran Beban Kerja Psikologis dan
Fisiologis Pekerja di Industri Tekstil. Jurnal Optimasi Sistem Industri,
(16):2
48
Sumardiyono, Wijayanti, R., Hartono, Sutomo, A. H. 2019. Kebisingan
Lingkungan Kerja: Kerentanan Kesehatan Pada Pekerja. Jurnal Kesehatan
Lingkungan (11): 4
Suma’mur, K.P., 1996, Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan, PT. Toto
Gunung Agung, Jakarta
49
LAMPIRAN
I. Identitas Responden
1. Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan
2. Umur : _______ tahun
3. Pendidikan terakhir :
□ SD/sederajat
□ SMP/sederajat
□ SMA/sederajat
□ D3/S-1/sederajat
□ Lainnya: __________
4. Unit kerja :
□ Maintenance/Perawatan
□ Processing/Proses/Produksi
□ Office/Kantor
□ QA
□ Warehouse
□ Lainnya: __________
5. Posisi kerja :
□ Operator
□ Staff
□ Supervisor
□ Lainnya: __________
6. Lama Bekerja :
□ < 3 tahun
□ 3 - 5 tahun
□ 5 - 8 tahun
□ > 8 tahun
II. Petunjuk Pengisian
Isilah kuesioner ini dengan menggunakan tanda centang (√) di pilihan jawaban
yang sesuai dengan kondisi lingkungan kerja. Dimohon untuk mengisi kuesioner dengan sejujur-
jujurnya. Dalam kuesioner ini terdapat empat skor pengukuran tingkat kesetujuan responden
dengan ketentuan sebagai berikut:
No. Keterangan Penjelasan
1 Tidak Setuju (TS) Terpenuhi < 50% di lingkungan kerja
2 Kurang Setuju (KS) Terpenuhi 50 - 75 % di lingkungan kerja
3 Setuju (S) Terpenuhi 75 - 90 % di lingkungan kerja
4 Sangat Setuju (SS) Terpenuhi > 90 % di lingkungan kerja
Dengan ini saya menyatakan bersedia mengisi kuesioner ini yang mana
selanjutnya akan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandung,……………………………2021
50
DAFTAR PERTANYAAN
51
No. Pertanyaan TS KS S SS
4 Kondisi suhu udara baik di lingkungan kerja
sehingga memberikan kenyamanan saat
melakukan pekerjaan
5 Kebersihan dan kerapihan baik di lingkungan
kerja sehingga tidak menganggu saat bekerja
6 Terdapat goodhouse keeping yang baik sehingga
memudahkan melakukan pekerjaan
7 Peralatan yang digunakan untuk proses produksi
dalam kondisi baik sehingga memudahkan dalam
melakukan pekerjaan
52
No. Pertanyaan TS KS S SS
9 Jika peralatan APD ada yang rusak, akan
digantikan oleh perusahaan
53
V. Kecelakaan Kerja
1. Apakah Anda pernah mengalami kecelakaan kerja?
□ Ya
□ Tidak
(Jika jawaban tidak, maka pertanyaan selanjutnya tidak perlu diisi)
2. Jika ya, kecelakaan kerja seperti apakah yang Anda alami?
□ Tertimpa Barang
□ Terjatuh
□ Lainnya, sebutkan ________________
3. Apa jenis kecelakaan yang Anda alami?
□ Kecil
□ Sedang
□ Berat
4. Apa penyebab dari kecelakaan tersebut?
□ Kelalaian diri sendiri
□ Faktor lingkungan/alam
□ Kerusakan alat
□ Lainnya, sebutkan _______________
5. Ketika mengalami kecelakaan kerja tersebut, apakah Anda mendapatkan
pertolongan pertama?
□ Ya
□ Tidak
6. Apakah ketika mengalami kecelakaan kerja tersebut Anda perlu
melakukan istirahat?
□ Ya
□ Tidak
7. Berapa lama waktu yang Anda butuhkan hingga benar-benar pulih?
□ < 3 hari
□ 3 - 7 hari
□ > 7 hari
8. Bagaimana cara untuk menanggulangi kecelakaan tersebut?
54
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________
55
SURAT TUGAS
56
SURAT SELESAI
57
PENILAIAN KP DARI PERUSAHAAN
58
59
60
61
62
63
64