DISUSUN OLEH
SUKSMERRI,SPd,MPd,M.Si
LINDAWATI,,SKM,MKes
KESEHATAN LINGKUNGAN
2022
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya Buku
Bahan Ajar Teknik Pengambilan Sampel ini dapat diselesaikan. Dalam rangka meningkatkan
kemampuam proses belajar mengajar mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang, diperlukan adanya pengadaan fasilitas untuk menunjang
kegiatan praktek mahasiswa. Proses belajar mengajar berupa praktek bisa dilaksanakan di
Laboratorium dan bengkel kerja maupun di lapangan. Tersedianya buku pegangan berupa
penuntun praktek di Laboratorium sangatlah bermanfaat untuk menuntun mahasiswa dalam
melaksanakan praktek mata kuliah Kimia Lingkungan sesuai dengan fasilitas yang ada agar
pelaksanaan prkatek bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Mata kuliah Teknik Pengambilan Sampel terdiri dari teori di lokal dan kuliah praktek
di Laboratorium. Kuliah praktek bertujuan untuk melihat tingkat kemampuan mahasiswa
sampai dimana penerapan ilmu yang diperoleh sesuai yang diberikan dalam teori. Konsep
Teknik Pengambilan Sampel adalah mahasiswa mampu melakukan pengambilan sampel Uji
di lapangan yakni pengambilan sampel air, limbah cair, udara, tanah, makanan minuman serta
vektor. Penuntun ini berisikan pokok-pokok bahasan yang sesuai dengan Kurikulum
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Demikinlah semoga penuntun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan
praktek di lapangan dan personal yang akan melaksanakan terkait dengan pengambilan
sampel uji. Kami menyadari penuntun yang ditulis ini, masih ada kekurangan-kekurangan
dan kelemahan-kelemahan, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar
tercapai kesempurnaan.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pengambilan sampel harus memiliki tingkat analisa dan ketepatan yang baik
karena bila terdapat kesalahan dalam pengambilan sampel maka akan menghasilkan sampel
yang tidak representative. Untuk mendapatkan sampel yang representative dibutuhkan
persyaratan antara lain 1) pemelihan lokasi yang benar, 2) penerapan frekuensi pengambilan
sampel, 3) cara pengambilan sampel dan 4) perlakuan sampel di lapangan.
Teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan pada praktek mahasiswa Jurusan
Kesehatan Lingkungan yakni pengambilan sampel air, limbah cair, udara, tanah, makanan
minuman dan vector, sehingga diharapkan kepada Mahasiswa yang akan melakukan praktek
sudah mampu untuk mempersiapkan semua peralatan untuk dibawa ke lapangan.
4
BAB I
A. SNI 8995:2021, Metode Pengambilan Contoh Uji Air untuk Pengujian Fisika dan
Kimia
1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan metode pengambilan contoh uji air yang
berada dalam badan air meliputi badan air permukaan (sungai, anak sungai, dan
sejenisnya; danau dan sejenisnya; rawa dan lahan basah lainnya) dan akuifer untuk
keperluan pengujian parameter fisika dan kimia air.
2. Istilah
a. Badan air : air yang terkumpul dalam suatu wadah baik alami maupun buatan
yang mempunyai tabiat hidrologikal, wujud fisik, kimiawi, dan hayati
b. Sungai, anak sungai : alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
c. Danau dan sejenisnya tempat limpasan air permukaan dan/atau pada aliran air
tanah yang berkumpul pada suatu titik yang nisbi lebih rendah daripada wilayah
sekitarnya, baik secara alami maupun buatan
d. Rawa dan lahan basah lainnya wadah air beserta air dan daya air yang
terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman,
terbentuk secara alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan
mineral atau gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem
e. Akuifer lapisan batuan/tanah jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan
meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis
f. Sampel Uji Sesaat, contoh uji yang diambil sesaat pada satu lokasi tertentu
g. Sampel Uji Gabungan Waktu: campuran contoh uji yang diambil di satu titik,
pada waktu yang berbeda, dengan volume yang sama
h. Sampel Uji gabungan Tempat: campuran contoh uji yang diambil di titik
pengambilan contoh uji yang berbeda, pada waktu yang sama dengan volume
yang sama
5
i. Air Bebas Mineral : air yang diperoleh dengan cara penyulingan ataupun proses
demineralisasi sehingga diperoleh air dengan konduktifitas lebih kecil dari 2
μS/cm
j. Biologycal Oxygen Demand (BOD): jumlah miligram oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroba aerobik untuk menguraikan bahan organik karbon dalam 1 L air
selama 5 hari pada suhu 20 °C ± 1 °C (SNI 6989.72:2009)
k. Chemical Oxygen Deman (COD) : jumlah oksidan ion dikromat (Cr2O72-) yang
bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1.000 ml
contoh uji (SNI 6989.15:2019)
l. Sampel Uji duplikat lapangan : contoh uji yang diambil secara berurutan pada
satu titik pengambilan yang sama dengan rentang waktu antar pengambilan yang
sekecil mungkin, digunakan untuk menguji ketelitian tata kerja pengambilan
contoh uji
3. Perencanaan Pengambilan Sampel air
Langkah Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengambilan Sapel Uji
(1) tentukan tujuan pengambilan sampel uji
(2) tentukan badan air yang diambil contoh ujinya, lokasi dan jumlah titik
pengambilan contoh uji
(3) tentukan parameter yang akan diuji dan metode pengujian di laboratorium,
termasuk pengendalian mutu
(4) tentukan teknik pengambilan contoh uji
(5) tentukan volume contoh uji, waktu, dan frekuensi pengambilan contoh uji
(6) tentukan alat pengambil contoh uji, peralatan pengukuran parameter lapangan ,
dan peralatan pendukung
(8) tentukan cara pengawetan dan batas maksimum waktu simpan contoh uji sebelum
diuji
(7) tentukan jenis, ukuran, dan jumlah wadah contoh uji
(9) tentukan rangkaian pengamanan contoh uji
(10) tentukan transportasi contoh uji ke laboratorium
(11) tentukan langkah pengendalian mutu di lapangan
(12) tentukan petugas pengambil contoh uji
(13) siapkan dokumen pendukung dan rekaman data lapangan
• Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang dibutuhkan, untuk
• Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan tergantung dari jenis
contoh yang akan diambil, sebagai berikut:
• Disiapkan botol BOD untuk melakukan pemeriksaan oksigen terlarut (DO) segera
yang dilakukan pengamatannya di lapangan.
• Cuci botol dan tutup dengan deterjen kemudian bilas dengan air bersih;
• Cuci botol dengan asam klorida (HCl) 1:1 dan bilas lagi dengan air bebas analit
sebanyak 3 kali dan biarkan mengering, setelah kering tutup botol dengan rapat
D. Volume sampel
Volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan lapangan dan laboratorium
bergantung dari jenis pemeriksaan yang diperlukan. Secara keseluruhan sampel
dibutuhkan sebanyak 2 – 5 liter.
E. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan Dalam Pengambilan Sampel Fisik dan Kimia
1. Botol sampel
7
Pada umumnya titik pengambilan sampel dipilih agar supaya sampel benar-benar dapat
mewakili baik untuk sampel sumber air tanah maupun badan air. Titik pengambilan
sampel ditentukan berdasarkan pada tujuan pemeriksaan dan harus memperhatikan pola
arah aliran air tanah, dapat berasal dari air tanah bebas (tak tertekan) dan air tanah
(tertekan).
Air tanah tertekan/ akuifer tertekan merupakan, akuifer yang dibatasi di bagian atas dan
bawahnya oleh lapisan kedap air. Akuifer ini disebut pula akuifer artetis. Sedangkan air
bebas tak tertekan/akuifer tak tertekan merupakan, akuifer yang dibatasi di bagian
atasnya oleh muka air tanah bertekanan sama dengan tekanan udara luar ( 1 atm) dan
bagian bawahnya oleh lapisan kedap air.
9
A. Penentuan titik pengambilan sampel Air tanah bebas (akuifer tak tertekan)
Titik pengambilan sampel air tanah bebas dapat berasal dari sumur gali dan sumur
pantek atau sumur bor dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Di sebelah hulu dan hilir sesuai dengan arah aliran air tanah dari lokasi yang akan
dipantau
2. Di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin dan beberapa titik ke arah
daratan, bila diperlukan
3. Tempat-tempat lain yang dianggap perlu tergantung pada tujuan pemeriksaan.
Titik pengambilan sampel air tanah tertekan dapat berasal dari sumur bor.Penentuan
titik pengambilan sampel air dapat disimpulkan :
1. Pada air sumur gali, sampel diambil pada kedalaman 20 cm dibawah permukaan dan
sebaiknya diambil pada pagi hari
2. Pada sumur bor, sampel diambil pada kran/ mulut pompa tempat keluarnya air
setelah air dibuang lk. 5 menit
3. Pada air PDAM sampel diambil pada kran tempat keluarnya air setelah kran air
dibuka 1 menit
C. Persiapan titik penentuan pengambilan sampel limbah cair pada badan air.
Untuk air sungai, yang diduga ada sumber bahan pencemar maka sampel diambil
berdasarkan kedalaman dan lebar sungai serta kecepatan aliran air. Dan sampel
diambil pada beberapa titik diantara ;(secara langsung dari badan air yg sedang
dipantau)
1. Bila sampel diambil dari saluran, sungai dan sebagainya yang kedalamanya tidak
lebih dari 5 meter, sampel sebaiknya diambil pada kira ½ sampai 2/3 tinggi
penampang basah dari bawah permukaan air. Sampel sebaiknya tidak diambil
terlalu dekat dengan tepi penampang sungai atau tepi saluran yang tidak diplester.
2. Bila sampel diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari alian-aliran yang
terpisah, misalnya pada musim kering, sampel harus diambil dari alira bagian
yang paling besar dan yang dapat dianggap bersifat sama dengan keadaan asli air
sungai tersebut.
3. Bila sampel diambil dari saluran atau anak sungai yang bermuara di dalam sungai
maupun laut. Untuk itu pengambilan sampel harus dipilih cukup jauh dari muara.
D. Tujuan penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel air antara lain :
B. Parameter Mikrobiologis
Sampel air diambil pada bagian air yang mengalir dan dekat dengan
permukaan air.Untuk sungai yang lebar dan luas sampel diambil ditepi minimal 1
meter dari penggir sungai. Selanjutnya botol sampel diisi sampai penuh dengan
cara dimiringkan Setelah terisi penuh, airnya dibuang sehingga tersisa 2/3
volume botol sampel.Botol sampel diberi label ( lokasi, jam dan tanggal
mpengambilan sampel, kode sampel, diambil oleh, jenis parameter yang akan
diperiksa)
Dalam pengambilan sampel air diharuskan untuk sampel yang representative yaitu
sampel yang mewakili air yang akan dilakukan pemeriksaan. Sampel air yang representative
dapat diperoleh dengan mencampur sampel yang diambil dari periode waktu tertentu atau
dari beberapa titik / tempat pengambilan sampel yang berlainan.
3. Pengiriman sampel
Masing-masing sampel yang akan dibawa ke laboratorium harus ditempelkan label
yang memuat :
a. Lokasi pengambilan sampel
b. Kode sampel
c. Diambil oleh
d. Tanggal dan jam pengambilan sampel
e. Pemeriksaan yang akan diukur
BAB II
A. Kebisingan
Persiapan peralatan :
Cara Kerja
1. Persiapkan alat.
2. Cek kondisi alat, apakah masih bagus atau tidak.
3. Letakkan alat dengan ketinggian 1,2 -1,5 meter.
4. Hidupkan alat dengan menekan tombol power.
5. Catat hasil pengukuran suhu dan kelembaban yang tertera pada monitor
dengan menekan tombol hold.
6. Lalu tekan kembali tombol hold untuk pengukuran selanjutnya.
7. Catat hasil pengukuran dan matikan alat dengan menekan tombol power
C. Anemometer
Persiapan peralatan
Cara kerja
1. Persiapkan alat.
2. Cek kondisi alat, apakah masih bagus atau tidak.
3. Bawa alat ke titik sampling, Arahkan rotor pada alat berlawanan arah angin.
16
4. Letakkan alat dengan ketinggian 1,2 -1,5 meter dari permukaan tanah dan
ditempat melakukan sampel dengan posisi mendatar
5. Hidupkan alat dengan menggeser tombol power.
6. Catat hasil pengukuran kecepatan angin pada monitor.
7. Skala yang ditunjukkan pada alat anemometer adalah hasil dari kecepatan
angin dalam satuan m/s.
8. Catat kecepatan angin, dan lakukan pengukuran setiap 5 menit
9. Hitung rata-rata kecepatan angin dari beberapa kali pengukuran.
10. Matikan alat dengan menggeser lagi tombol power.
Gambar. Anemometer
D. Vibrationmeter
Persiapan peralatan
Persiapan Peralatan
Gambar. Thermohygrometer
Persiapan Peralatan :
Cara kerja
Cara kerja
1 Letakkan LVAS pada tempat yang terbuka dan bebas gangguan lainnya.
2 Lepaskan tangkai penjepit dengan jalan memutar bautnya
3 Bersihkan filter holder dari kotoran-kotoran yang ada diserkitannya
4 Letakkan filter yang sudah diketahui beratnya (menggunakan pincet) pada saringan
(filter holder) dengan tepat, pasang kembali bingkai penjepit dan kuatkan dengan cara
memutar bautnya
5 Pasang filter holder pada tipot dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah.
6 Pasang slang pada filter holder dan dihubungkan dengan inlet pada vacum pump.
7 Vacum pump dihidupkan dengan mengatur tombol power ke posisi On (lama
sampling sesuai kebutuhan)
8 Atur kecepatan aliran udara (Flowmeter) sesuai kebutuhan :
10 liter/menit ; untuk mengisap partikel >7 mikron
10. Setelah waktu sampling selesai, vacum pump dimatikan dengan mengatur tombol
keposisi OFF.
11. Keluarkan filter yang telah terisi dengan sampel debu dari filter holder (menggunakan
pincet).
12. Kemudian dimasukkan kedalam plastik dengan cara melipat dua, dan dilengkapi
dengan tabel pencatat data iklim selama sampling, lalu dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan analisa
21
1. Untuk memperoleh berat filter setelah sampling, perlakukan sama dengan cara pada
tahap persiapan.
2. Kemudian berat yang diperoleh (W1)
3. Hitung kadar partikel :
W1 – W0 (mg)
Persiapan peralatan
1. Dust fall collector (merupakan alat pengumpul debu terbuat dari polietilena yang
berkapasitas 5-10 yang lengkap dengan tutup nya.
2. Saringan berukuran 20 mesh terbuat dari kuningan atau baja
3. Corong Buchner dan corong gelas dengan diameter 12,5 cm
4. Botol timbang
Cara kerja
1. Alat dust fall collector dipasang pada lokasi yang mewakili dari suatu daerah yang
debunya akan diukur.
22
Diatur kecepatan aliran udara yang terdapat pada pompa udara, sesuai dengan
lamanya pengambilan sampel.
Setelah waktu cukup pompa penghisap dimatikan dan midjet impinger dilepaskan dari
pompa penghisap.
Kristal CdSO4
NaOH
Akuades bebas CO2
Timbangan analitik
25
Gelas kimia
Batang pengaduk
Labu ukur
Cara kerja
Keterangan :
CARA MENGOPERASIKAN
2. Selang yang sudah tersusun pada cabang glass infinger reagent dimasukkan selang
dari “ADJUSTMENT PUMP FLOW METER” PADA BAGIAN “IN” sesuaikan
dengan pompa mulai dengan No. 1, dan nyalakan alat dengan menekan tombol power
pump.
3. Buka valve pada “DISPLAY FLOW”
E. PENGAMBILAN DAN ANALISA SAMPEL MIKROBIOLOGI UDARA
Keterangan ;
V = larutan NaCl/KCl 0,9% steril (ml)
X= Jumlah Koloni
Q= debit Aliran udara (L/menit)
t = Lamanya pengambilan sampel (menit)
• Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemar akibat emisi cerobong industri
• Hindari daerah yg dekat dengan gedung atau bangunan dan/atau pepohonan, sehingga
dapat menimbulkan terjadinya proses absorpsi atau adsorpsi atauencemar udara ke
gedung atau pepohonan
• Letakkan peralatan pada daerah yang lengkap dengan sumber listrik dan bebas dari
banjir
30
• Probe diletakkan pada jarak minimal 15 m dari jalan raya dengan ketinggian 1,5 m
dari permukaan tanah.
BAB III
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara,
menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan
kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti
apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya
dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam
namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan.Keadaan tanah saat
pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan
tanah).Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Hal- hal yang perlu diperhatikan :
1. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah tererosi sekitar
rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas penimbunan
pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan ternak.
2. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput- rumputan, sisa
tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
3. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat. Kantong
plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk keperluan
lain.
1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr badan tanah
yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik tanah pada saat
pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa waktu
pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual ataupun
secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-
waktu tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan jika ingi
mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang diambil
secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain itu ada juga
satu metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel penelitian.
4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini dikembangkan untuk
memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh. Peralatan
memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan pemeliharaan yang baik alat
mengambil contoh otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.
Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu (disturb soil
samples). Contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undisturb soil samples).Contoh tanah
utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah (bobot isi, porisitas dan
permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia
35
tanah dan sifat fisik tanah lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF).Pengambilan contoh tanah
utuh (undisturb soil samples) harus menggunakan “ring samples”, sedangkan contoh tanah
terganggu dapat diambil dengan menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor tanah).
1. Menentukan tempat pengambilan sampel tanah individu, terdapat dua cara yaitu cara
sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan cara acak.
2. Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik segar/ serasah
yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel tanah sebaiknya pada
kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah sebaiknya diambil pada
kondisi basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.
4. Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung) atau cangkul
dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, sampel tanah individu diambil pada titik
pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan olah. Sedangkan jika
menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam lapisan olah (akan
membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal
1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop (gambar 2)
5. Sampel- sampel tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember plastic,
lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil
sampel seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastic (sampel tanah
komposit).Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman, kantong plastic
yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus
dibungkus dengan plastic dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan
tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium
tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi
keterangan mengenai kode pengambilan, nomor sampel tanah, asal dari
(desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain
label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika sampel tanah yang dikirim dilengkapi
dengan peta situasi atau peta lokasi .
1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari
langsung,datar dan mewakili tempat sekitarnya.
2. Membersihkan seresah, bantuan dan benda alam lain di lapisan permukaan sehingga
tubuh tanah terlihat.
3. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dengan menggunakan
pacul,cethok danmemasukkannya kedalam plastik yang beretiket: Kode
tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya.
e. Setelah tanah yang berada dalam ring sampel kira-kira sudah muncul diatas bibir
ring
bagian atas maka penekanan dihentikan pisau, tanah disekatar ring dicangkul
tanpa ada gangguan pada ring.
f. Ring yang sudah diisi tanah tersebut kemudian diratakan dengan pisau tajam dan
tipis sehingga kedua permukaan betul-betul rata dengan kedua bibir ring sampel
tadi setelah itu kedua bagian muka tanah tersebut ditutup dengan triplek
(terbungkus dengan plastic)
g. Ring sampel yang berisi sampel tanah utuh ini di masukkan kedalam plastic
h. Kemudian diberi label
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (sungai /
saluran / mata air). Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air.
Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan
gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.
Penentuan debit air sungai diperlukan untuk mengetahui besarnya air yang mengalir
dari sungai ke laut. Dalam penentuan debit air sungai perlu di ketahui luas penampang
stasiun, yaitu dengan mengukur kedalaman, masing-masing titik pengukuran.
Kedalaman menyatakan dimana letak dasar perairan, oleh karena itu menjadi suatu
hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran debit air. Semakin dalam perairan
maka hasil pengamatan yang didapat jauh dari faktor arus berbentuk-bentuk (meander) atau
arus turbulen. Kedalaman perairan adalah jarak vertical dari permukaan sampai ke dasar
perairan yang biasanya dinyatakan dalam meter.Pegukuran Debit Air dapat digunakan
dengan Emboys Float Method dengam rumus Q = WDAL / T dan Rectangular Weir dengan
rumus Q = 3,33 x H 3/2 (L –0,2 H).
Dalam pengukuran debit air ini dilakukan dengan menggunakan metode antara lain,
Emboys Float Method, yang menghitung debit air dengan rumus:
Q = WDAL/T
Keterangan :
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam pengukuran debit air ini diantaranya yaitu:
3. benang secukupnya;
4. buku penuntun praktikum;
5. alat-alat tulis
6. Botol aqua
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum mengenai debit air dilakukan langkah-langkah kerja
sebagai berikut: menentukan lokasi, mengukur panjang selokan yang akan diukur
kecepatannya, mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah di
tentukan, menetukan konstanta yang digunakan dengan melihat keadaan dasar perairan,
membentuk daerah yang akan di lalui bola pimpong dengan menggunakan tali plastik,
mengukur kedalaman rata-rata yang di lalui bola pimpong.
Pengukuran debit sungai metode yang lain dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, yaitu melakukan pendataan terhadap parameter alur sungai dan tanda bekas banjir.
Besarnya aliran tiap waktu disebut dengan debit, tergantung pada luas penampang
aliran dan kecepatan aliran rata-rata. Pendekatan nilai debit dapat dilakukan dengan cara
mengukur penampang aliran dan mengukur kecepatan aliran.
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan mengukur tinggi muka air dan
lebar dasar alur sungai. Untuk mendapatkan hasil yang teliti, pengukuran tinggi muka air
dapat dilakukan pada beberapa titik pada sepanjang penampang aliran.Pengukuran kecepatan
aliran dilakukan dengan alat ukur kecepatan arus.
Beberapa cara pengukuran kecepatan arus aliran sunyai yang banyak digunakan
diantaranya adalah Pengukuran kecepatan arus dengan pelampung (cara sederhana) dengan
cara sebagai berikut :
1. Tetapkan satu titik pada salah satu sisi sungai, ditandai dengan patok dan satu
titik yang lain di seberang sungai yang jika dihubungkan dua titik tersebut akan
berupa garis tegak lurus arah angin
2. Tentukan jarak L, misal 10 meter dan garis yang dibuat pada langkah perama dan
buat garis tang sama (tegak lurus aliran) pada titik sejauh L tersebut.
3. Hanyutkan pelampung (benda yang dapat terapung seperti bola pingpong, gabus)
pada tempat dihulu yang pertama, pada saat melewati garis pertama tekan tombol
41
stopwatch dan ikuti terus pelampung tersebut.Pada saat pelampung melewati garis
kedua stopwatch ditekan kembali, sehingga akan didapat waktu aliran pelampung
yang diperlukan (T)
4. Kecepatan arus dapat dihitung dengan L/T ( m/det).
SUMBER BACAAN ;
Ali, Kema (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta
Depker RI (1994). Petunjuk Teknis Pengukuran Kualitas Udara dan Limbah Cair, Jakarta.
43
Wardoyo, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal
(tidak diterbitkan).
BAB IV
Menurut UU RI No. 7 Tahun 1996, yang dimaksud Pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan atau minuman.
Selain harus bergizi dan menarik, pangan juga harus bebes dari bahan-bahan
berbahaya yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba dan bahan lainnya. Mikroba dapat
mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah dan alat-alat pengolah (selama proses
produksi atau penyiapan) juga sekresi dari usus manusia atau hewan. Penyakit akibat pangan
(food borne diseases) yang terjadi setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut
keracunan. Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri pathogen
yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu
memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia.
Menurut Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Usap Alat Makan dan Masak, Pusat
Laboratorium Kesehatan Depkes RI, 1991, salah satu sumber penularan penyakit dan
penyebab terjadinya keracunan makanan adalah makanan dan minuman yang tidak
memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene makanan dan minuman antara lain dipengaruhi
oleh higiene alat masak dan alat makan yang dipergunakan dalam proses penyediaan
makanan dan minuman. Alat masak dan alat makan ini perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi usap alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman
dan pemeriksaan biakan.
Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang
tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang akan
disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan sebaik-baiknya (BPOM, 2003c). Pencucian dan
tindakan pembersihan pada peralatan makan sangat penting dalam rangkaian pengolahan
makanan. Menjaga kebersihan peralatan makan telah membantu mencegah terjadinya
pencemaran atau kontaminasi terhadap peralatan dilakukan dengan pembersihan peralatan
45
yang benar (Depkes RI, 2001f). Beberapa hal yang terkait dengan upaya pencegahan
kontaminasi terhadap makanan adalah:
Pada dasarnya, pencucian dan sanitasi peralatan dapur dapat dilakukan secara manual
dan mekanis dengan menggunakan mesin. Tahapan pada kedua metode tersebut (Tree
Compartemen Thing = Sistem tiga bak: Pencucian, pembilasan dan Desinfeksi), meliputi
antara lain:
Pembuangan sisa makanan dan pembilasan: Sisa makanan dibuang kemudian peralatan
dibilas atau disemprot dengan air mengalir. Tujuan tahap ini adalah menjaga agar air dalam
bak-bak efisien penggunaannya.
Pencucian: Pencucian dilakukan dalam bak pertama yang berisi larutan deterjen hangat.
Suhu yang digunakan berkisar antara 43°C- 49°C (Gislen, 1983). Pada tahap ini diperlukan
alat bantu sikat atau spon untuk membersihkan semua kotoran sisa makanan atau lemak. Hal
yang penting untuk diperhatikan pada tahap ini adalah dosis penggunaan deterjen, untuk
mencegah pemborosan dan terdapatnya residu deterjen pada peralatan akibat penggunaan
deterjen yang berlebihan.
Pembilasan: Pembilasan dilakukan pada bak kedua dengan menggunakan air hangat.
Pembilasan dimaksud untuk menghilangkan sisa deterjen dan kotoran. Air bilasan sering
digantikan dan akan lebih baik jika dengan air mengalir.
menggunakan lab atau serbet, karena kemungkinan akan menyebabkan kontaminasi ulang.
Peralatan yang sudah disanitasi juga tidak boleh dipegang sebelum siap digunakan.
Desinfeksi Peralatan: Peralatan dapur harus segera dibersihkan dan didesinfeksi untuk
mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan,
penyimpanan sementara, maupun penyajian. Diketahui bahwa peralatan dapur seperti alat
pemotong, papan pemotong, dan alat saji merupakan sumber kontaminan potensial bagi
makanan.
Frekuensi pencucian dari alat dapur tergantung dari jenis alat yang digunakan. Alat
saji dan alat makan harus dicuci, dibilas dan disanitasi segera setelah digunakan. Permukaan
peralatan yang secara langsung kontak dengan makanan seperti pemanggang atau open (open
listrik, kompor gas, maupun microwave) dibersihkan paling sedikit satu kali sehari. Peralatan
bantu yang tidak secara langsung bersentuhan dengan makanan harus dibersihkan sesuai
kebutuhan untuk mencegah terjadinya akumulasi debu, serpihan bahan atau produk makanan,
serta kotoran lainnya.
Kebersihan peralatan makanan minuman yang telah dicuci dapat diketahui dengan uji
angka kuman alat makan minum. Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi
satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
masa inkubasi jumlah koloni yang tumbuh dihitung dari hasil perhitungan tersebut
merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam suspensi tersebut.
Alat makan yang digunakan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan seperti bahan
peralatan, keutuhan peralatan, fungsi dan letak peralatan. Kandungan bakteri dalam alat
makan harus sesuai dengan standard Depkes, yaitu peralatan makan yang kontak langsung
dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi
100/cm2 permukaan alat dan tidak boleh mengandung E.coli/cm2 permukaan alat. Bila lebih
dari angka kuman yang ditentukan berarti tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk
membuktikan apakah lingkungan tempat penjualan makanan dan higiene perorangan dalam
mengelola kebersihan alat makan dalam kondisi yang baik maka perlu pemeriksaan angka
kuman alat makan tersebut.
Bahan dasar alat makan: Bahan dasar piring antara lain dari kaca, keramik, plastik, perak
dan lainnya. Bahan dasar sendok yang digunakan antara lain adalah stainless stell, kuningan,
plastik, kaca dan lain-lain. Tekstur masing-masing alat makan ini berbeda sehingga
berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Kondisi awal piring: Kondisi awal piring adalah kondisi awal dimana piring tersebut belum
dibersihkan, sehingga masih ada kotoran yang menempel pada peralatan makan tersebut.
Kotoran yang dapat menempel pada peralatan tersebut adalah:
Air pencuci: Penggunaan air pencuci untuk mencuci harus banyak, mengalir dan selalu
diganti setiap kali untuk mencegah sisa kotoran dari piring.
Bak pencuci: Bak pencuci berhubungan dengan kontaminasi silang antara peralatan dan bak
pencucian yang tidak bersih. Faktor lain adalah tenaga pencuci yang berhubungan dengan
kualitas pencucian bahan makanan, peralatan makan dan peralatan masak yang digunakan.
Juga alat penggosok, yang tergantung dari jenis alat penggosok yang digunakan misalnya
dari sabut atau zat pembuang bau seperti abu gosok, arang atau jeruk nipis.
Pertumbuhan bakteri pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan setiap jenis bakteri
membutuhkan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu jenis dan jumlah mikroba
yang dapat tumbuh kemudian menjadi dominan pada setiap pangan juga berbeda.
A. Karakteristik pangan meliputi aktivitas air, nilai pH, kandungan zat gizi dan
keberadaan senyawa anti mikroba.
B. Kondisi lingkungan yang terdiri dari suhu, keberadaan oksigen dan kelembaban.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, berdiameter antara 0,5-2,5 µm. Bentuk ada
bulat, batang, koma atau spiral. Selnya berisi sitoplasma ada yang berkapsul, berspora dan
ada yang mempunyai flagella. DNA bakteri terdiri dari kromosom dan plasmid. Sistem
reproduksinya dengan cara membelah diri dan dalam pengecatan gram ada yang bersifat
48
gram positif dan gram negatif. Bakteri dapat menghasilkan toksin terdiri dari endotoksin dan
eksotoksin
Waktu yang diperlukan untuk pembelahan tersebut berbeda beda untuk tiap-tiap jenis
bakteri, tetapi biasanya berkisar antara 15- 30 menit pada kondisi yang ideal untuk
pembelahan. Pada kondisi yang sangat baik kebanyakan sel bakteri dapat membelah dan
berkembang biak dalam waktu kurang lebih dari 20 menit. Pada kecepatan yang tinggi ini
satu sel bakteri dapat memperbanyak diri menjadi lebih dari 16 juta sel baru dalam waktu 8
jam.
Beberapa jenis bakteri dapat menyebabkan keracunan dan penyakit infeksi. Bakteri
terdapat dimana-mana misalnya dalam air, tanah, udara, tanaman, hewan dan manusia. Di
dalam pengolahan makanan, bakteri dapat berasal dari pekerja, bahan mentah, lingkungan,
binatang dan fomite (benda-benda mati). Bakteri di dalam makanan dapat menyebabkan
pembusukan makanan atau menyebabkan tersebarnya suatu penyakit. Bakteri yang dapat
menyebabkan gejala sakit atau keracunan disebut bakteri patogen.
1. Media transport cairan buffer phosphate dalam botol. Berisi cairan -1/4 botol dalam
keadaan
steril.
2. Lidi kapas steril (lidi waten) yaitu lidi pada ujungnya dililit kapas
3. Alkohol 75% dan sarung tangan steril
4. Spidol huruf kecil
5. Lampu bunsen atau lampu spritus
6. Formulir pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium
7. Gunting kecil
8. Kertas cellotape9. Termos es
10. Tas pembawa pengambilan contoh
11. Jendela usap steril ukuran 10 x 5 = 50cm2
12. Sabun desinfektansi
49
Peralatan :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Lampu bunsen
4. Lidi kapas/swab steril
5. Pipet ukur steril
6. Pipet filler
7. Cawan petri steril
8. Inkubator
9. Colony counter
10. Sarung tangan steril
11. Spidol
12. Formulir untuk pemeriksaan laboratorium
13. Gunting
14. Termos es / tas pembawa sampel
Bahan :
1. Larutan buffer phosphat steril
2. Media PCA (Plate Count Agar)
3. Kertas cellotape
4. Alkohol
5. Kapas
6. Karet
7. Label
8. Kertas aluminium foil
9. Korek api
10. Sampel alat makan atau alat masak
diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan atau alat masak.
6. Permukaan alat makan atau alat masak yang diusap, cara melakukan :
- Cangkir dan gelas : permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm.
- Sendok : permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok.
- Garpu : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk.
- Piring : Permukaan dalam tempat makanan diletakkan dengan menyilang siku-siku antara
garis usapan yang satu dengan garis usapan kedua.
7. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturut-turut.
8. Setiap satu alat menggunakan satu swab yang diusapkan dengan cara seperti pada butir 6.
9. Setelah melakukan usapan, lidi kapas dimasukkan ke dalam tabung reaksi, batang lidi
kapas yang terkena tangan dipatahkan/diguntung, bibir tabung reaksi di panaskan, kemudian
ditutup.
10. Tempelkan kertas label, tulis etiket dengan spidol yang menyatakan nama alat makan atau
alat masak dan tempat diambilnya sampel.
11. Kirim segera ke laboratorium untuk diperiksa.
Pemeriksaan sampel
Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Ditjen PPM dan
PLP Depkes RI: Jakarta. 2006
Higiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Direktorat Surveilans dan Penyuluhan
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Badan Pengawasan Obat dan Makanan:
Jakarta. 2003
Jenie, BS Laksmini. Sanitasi dalam Industri Pangan, Fakultas Teknolgi Pertanian. IPB
Bogor. 1996.
BAB V