Anda di halaman 1dari 55

1

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

PENGAMBILAN SAMPEL AIR, LIMBAH CAIR, UDARA, TANAH, MAKANAN


MINUMAN DAN VEKTOR

DISUSUN OLEH

SUKSMERRI,SPd,MPd,M.Si

ERDI NUR, SKM,MKes

LINDAWATI,,SKM,MKes

POLTEKKES KEMENKES PADANG

KESEHATAN LINGKUNGAN

2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya Buku
Bahan Ajar Teknik Pengambilan Sampel ini dapat diselesaikan. Dalam rangka meningkatkan
kemampuam proses belajar mengajar mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang, diperlukan adanya pengadaan fasilitas untuk menunjang
kegiatan praktek mahasiswa. Proses belajar mengajar berupa praktek bisa dilaksanakan di
Laboratorium dan bengkel kerja maupun di lapangan. Tersedianya buku pegangan berupa
penuntun praktek di Laboratorium sangatlah bermanfaat untuk menuntun mahasiswa dalam
melaksanakan praktek mata kuliah Kimia Lingkungan sesuai dengan fasilitas yang ada agar
pelaksanaan prkatek bisa berjalan dengan baik dan lancar.

Mata kuliah Teknik Pengambilan Sampel terdiri dari teori di lokal dan kuliah praktek
di Laboratorium. Kuliah praktek bertujuan untuk melihat tingkat kemampuan mahasiswa
sampai dimana penerapan ilmu yang diperoleh sesuai yang diberikan dalam teori. Konsep
Teknik Pengambilan Sampel adalah mahasiswa mampu melakukan pengambilan sampel Uji
di lapangan yakni pengambilan sampel air, limbah cair, udara, tanah, makanan minuman serta
vektor. Penuntun ini berisikan pokok-pokok bahasan yang sesuai dengan Kurikulum
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan Kesehatan Lingkungan.

Demikinlah semoga penuntun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan
praktek di lapangan dan personal yang akan melaksanakan terkait dengan pengambilan
sampel uji. Kami menyadari penuntun yang ditulis ini, masih ada kekurangan-kekurangan
dan kelemahan-kelemahan, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar
tercapai kesempurnaan.

Penulis
3

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem pengambilan sampel harus memiliki tingkat analisa dan ketepatan yang baik
karena bila terdapat kesalahan dalam pengambilan sampel maka akan menghasilkan sampel
yang tidak representative. Untuk mendapatkan sampel yang representative dibutuhkan
persyaratan antara lain 1) pemelihan lokasi yang benar, 2) penerapan frekuensi pengambilan
sampel, 3) cara pengambilan sampel dan 4) perlakuan sampel di lapangan.

Sebelum pengambilan sampel dilakukan harus memperhatika beberapa ha


diantaranya, dasar pertimbangan yang memungkinkan untuk diambil sampelnya, perencanaan
lokasi pegambilan sampel dan penentuan lokasi pengambialn sampel ditetapkan sedemikian
rupa sehingga data diketahui permaalahan di lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
manusia.Selain pengambilan sampel di lapangan harus juga dengan perlakuan sampel di
lapangan, tergantung sampel yang diambil dan perlu memperhatikan kondisi sampel tersebut
apakah perlu pengawetan dsb.

Teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan pada praktek mahasiswa Jurusan
Kesehatan Lingkungan yakni pengambilan sampel air, limbah cair, udara, tanah, makanan
minuman dan vector, sehingga diharapkan kepada Mahasiswa yang akan melakukan praktek
sudah mampu untuk mempersiapkan semua peralatan untuk dibawa ke lapangan.
4

BAB I

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR


DAN LIMBAH CAIR

I. PENGAMBILAN SAMPEL UJI AIR UNTUK PENGUJIAN FISIKA DAN KIMIA


Pengambilan sampel uji air untuk pengujian fisika dan kimia ada beberapa
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan diantaranya :
A. SNI 8995:2021, Metode Pengambilan Contoh Uji Air untuk Pengujian Fisika
dan Kimia
B. SNI 03-7016-2004, Tata Cara Pengambilan Contoh dalam Rangka
Pemantauan Kualitas Air pada suatu Daerah Pengaliran Sungai
C. SNI 6964.8:2015, Mretode Pengambilan Contoh Uji Air Laut
D. SNI 8990:2021, Metode Pengambilan Contoh Uji Air Limbah untuk Penujian
Fisika dan Kimia

A. SNI 8995:2021, Metode Pengambilan Contoh Uji Air untuk Pengujian Fisika dan
Kimia

1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan metode pengambilan contoh uji air yang
berada dalam badan air meliputi badan air permukaan (sungai, anak sungai, dan
sejenisnya; danau dan sejenisnya; rawa dan lahan basah lainnya) dan akuifer untuk
keperluan pengujian parameter fisika dan kimia air.
2. Istilah
a. Badan air : air yang terkumpul dalam suatu wadah baik alami maupun buatan
yang mempunyai tabiat hidrologikal, wujud fisik, kimiawi, dan hayati
b. Sungai, anak sungai : alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
c. Danau dan sejenisnya tempat limpasan air permukaan dan/atau pada aliran air
tanah yang berkumpul pada suatu titik yang nisbi lebih rendah daripada wilayah
sekitarnya, baik secara alami maupun buatan
d. Rawa dan lahan basah lainnya wadah air beserta air dan daya air yang
terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman,
terbentuk secara alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan
mineral atau gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem
e. Akuifer lapisan batuan/tanah jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan
meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis
f. Sampel Uji Sesaat, contoh uji yang diambil sesaat pada satu lokasi tertentu
g. Sampel Uji Gabungan Waktu: campuran contoh uji yang diambil di satu titik,
pada waktu yang berbeda, dengan volume yang sama
h. Sampel Uji gabungan Tempat: campuran contoh uji yang diambil di titik
pengambilan contoh uji yang berbeda, pada waktu yang sama dengan volume
yang sama
5

i. Air Bebas Mineral : air yang diperoleh dengan cara penyulingan ataupun proses
demineralisasi sehingga diperoleh air dengan konduktifitas lebih kecil dari 2
μS/cm
j. Biologycal Oxygen Demand (BOD): jumlah miligram oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroba aerobik untuk menguraikan bahan organik karbon dalam 1 L air
selama 5 hari pada suhu 20 °C ± 1 °C (SNI 6989.72:2009)
k. Chemical Oxygen Deman (COD) : jumlah oksidan ion dikromat (Cr2O72-) yang
bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1.000 ml
contoh uji (SNI 6989.15:2019)
l. Sampel Uji duplikat lapangan : contoh uji yang diambil secara berurutan pada
satu titik pengambilan yang sama dengan rentang waktu antar pengambilan yang
sekecil mungkin, digunakan untuk menguji ketelitian tata kerja pengambilan
contoh uji
3. Perencanaan Pengambilan Sampel air
Langkah Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengambilan Sapel Uji
(1) tentukan tujuan pengambilan sampel uji
(2) tentukan badan air yang diambil contoh ujinya, lokasi dan jumlah titik
pengambilan contoh uji
(3) tentukan parameter yang akan diuji dan metode pengujian di laboratorium,
termasuk pengendalian mutu
(4) tentukan teknik pengambilan contoh uji
(5) tentukan volume contoh uji, waktu, dan frekuensi pengambilan contoh uji
(6) tentukan alat pengambil contoh uji, peralatan pengukuran parameter lapangan ,
dan peralatan pendukung
(8) tentukan cara pengawetan dan batas maksimum waktu simpan contoh uji sebelum
diuji
(7) tentukan jenis, ukuran, dan jumlah wadah contoh uji
(9) tentukan rangkaian pengamanan contoh uji
(10) tentukan transportasi contoh uji ke laboratorium
(11) tentukan langkah pengendalian mutu di lapangan
(12) tentukan petugas pengambil contoh uji
(13) siapkan dokumen pendukung dan rekaman data lapangan

4. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Uji


Lokasi dan titk pengambilan sampel uji bergantung pada tujuan pengambilan
sampel uji dan badan air yang dilakukan.
5. Ki
6. lo

A. Alat pengambil sampel air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut ;


1. Terbuat dari bahan gelas atau plastik poli etilen (PE) atau poli propilen (PP) atau
teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);
6

2. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat;


3. Bersih dan bebas kontaminan;
4. Tidak mudah pecah;
5. Tidak berinteraksi dengan sampel
6. Mudah dicuci dari bekas sampel
7. Sampel mudah dipindahkan ke dalam wadah penampung
8. Kapasitas alat tergantung dari tujuan pemeriksaan.

B. Persiapan wadah sampel dalam pengambilan sampel air

• Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh wadah contoh harus


benar- benar dibersihkan di laboratorium sebelum dilakukan pengambilan contoh

• Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang dibutuhkan, untuk

jaminan mutu, pengendalian mutu dan cadangan.

• Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan tergantung dari jenis
contoh yang akan diambil, sebagai berikut:

C. Untuk pengujian BOD ,COD dan nutrien

• Disiapkan botol BOD untuk melakukan pemeriksaan oksigen terlarut (DO) segera
yang dilakukan pengamatannya di lapangan.

• Cuci botol dan tutup dengan deterjen kemudian bilas dengan air bersih;

• Cuci botol dengan asam klorida (HCl) 1:1 dan bilas lagi dengan air bebas analit
sebanyak 3 kali dan biarkan mengering, setelah kering tutup botol dengan rapat

D. Volume sampel

Volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan lapangan dan laboratorium
bergantung dari jenis pemeriksaan yang diperlukan. Secara keseluruhan sampel
dibutuhkan sebanyak 2 – 5 liter.

E. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan Dalam Pengambilan Sampel Fisik dan Kimia

1. Botol sampel
7

Fungsi : untuk meletakkan sampel air yang akan di uji


2. Tali
Fungsi : untuk sampel yang akan di ambil jauh dari permukaan tanah seperti di
sumur atau kedalam tertentu sungai
3. Meteran
Fungsi : untuk menentukan titik sampel yang akan diambil
4. pH meter
Fungsi : umtuk mengukur kadar keasaman (pH) di lapangan
5. Label
Fungsi : untuk memberi identitas sampel (tanggal, hari, tempat, sampel apa yang
diambil, kolektor)
6. Spidol
Fungsi : untuk menulis identitas sampel
7. Termos es
Fungsi : Digunakan jika sampel berada jauh dari laboratorium penelitian
8. Gps
Fungsi : untuk mengetahui titik-titik kordinat pengambilan sampel.
9. Termometer, digunakan untuk mengukur suhu di lapangan
10. Bahan Pengawet jika diperlukan
11. Botol BOD (Winkler), digunakan untuk pengambilan sampel DO Segera
12. Bahan kimia Mangan sulfat dan Alkali Iodida, digunakan untuk pengujian apakah
airnya masih mengandung DO, atau rendah bahkan ungkin tidak ada (biasanya
DO dibawah dari 3 mg/l).

II. PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI AIR

Dalam pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi, semua peralatan harus


bersih dan disterilkan, lokasi pengambilan sampel dapat dilakukan sama dengan tujuan
pemeriksaan fisik dan kimia.

Alat dan Bahan yang Dibutuhkan Dalam Pengambilan Sampel untuk


pemeriksaan Mikrobiologi air
8

1. Botol sampel steril


Fungsi : untuk meletakkan sampel air,cara mensterilkannya menggunakan
autoclave
2. Kertas pembungkus
Fungsi : untuk membungkus botol yang akan di sterilkan
3. Lampu spiritus
Fungsi : untuk memplambir atau mengaseptiskan botol sampel
4. Tali
Fungsi : untuk membantu mengambil sampel air yang jauh dari permukaan tanah
5. Meteran
Fungsi ; untuk mengukur dimana titik sampel
6. Label
Fungsi : untuk memberi identitas sampel (tanggal, hari, jam, lokasi, jenis sampel
dan parameter apa yang akan diukur)
7. Spidol
Fungsi : untuk menulis identitas sampel
8. Termos es
Fungsi : Digunakan jika sampel berada jauh dari tempat pemeriksaan
9. Gps
Fungsi : untuk mengetahui titik-titik kordinat pengambilan sampel
10. Autoclave , alat yang digunakan untuk mensterilkan alat dan bahan
III. PERSIAPAN PENENTUAN TITIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR

Pada umumnya titik pengambilan sampel dipilih agar supaya sampel benar-benar dapat
mewakili baik untuk sampel sumber air tanah maupun badan air. Titik pengambilan
sampel ditentukan berdasarkan pada tujuan pemeriksaan dan harus memperhatikan pola
arah aliran air tanah, dapat berasal dari air tanah bebas (tak tertekan) dan air tanah
(tertekan).
Air tanah tertekan/ akuifer tertekan merupakan, akuifer yang dibatasi di bagian atas dan
bawahnya oleh lapisan kedap air. Akuifer ini disebut pula akuifer artetis. Sedangkan air
bebas tak tertekan/akuifer tak tertekan merupakan, akuifer yang dibatasi di bagian
atasnya oleh muka air tanah bertekanan sama dengan tekanan udara luar ( 1 atm) dan
bagian bawahnya oleh lapisan kedap air.
9

A. Penentuan titik pengambilan sampel Air tanah bebas (akuifer tak tertekan)
Titik pengambilan sampel air tanah bebas dapat berasal dari sumur gali dan sumur
pantek atau sumur bor dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Di sebelah hulu dan hilir sesuai dengan arah aliran air tanah dari lokasi yang akan
dipantau
2. Di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin dan beberapa titik ke arah
daratan, bila diperlukan
3. Tempat-tempat lain yang dianggap perlu tergantung pada tujuan pemeriksaan.

B. Penentuan titik pengambilan sampel air tanah tertekan (akuifer tertekan)

Titik pengambilan sampel air tanah tertekan dapat berasal dari sumur bor.Penentuan
titik pengambilan sampel air dapat disimpulkan :

1. Pada air sumur gali, sampel diambil pada kedalaman 20 cm dibawah permukaan dan
sebaiknya diambil pada pagi hari

2. Pada sumur bor, sampel diambil pada kran/ mulut pompa tempat keluarnya air
setelah air dibuang lk. 5 menit

3. Pada air PDAM sampel diambil pada kran tempat keluarnya air setelah kran air
dibuka 1 menit

4. Pada kolom renang dapat diambil pada beberapa titik

C. Persiapan titik penentuan pengambilan sampel limbah cair pada badan air.

Untuk air sungai, yang diduga ada sumber bahan pencemar maka sampel diambil
berdasarkan kedalaman dan lebar sungai serta kecepatan aliran air. Dan sampel
diambil pada beberapa titik diantara ;(secara langsung dari badan air yg sedang
dipantau)

- pada saat jatuh (titik nol)


- jarak 50 m ke kiri dan ke kanan saat jatuh
- jika ada pemukiman ( 100 m setelah jatuh)
- saat terjadi perubahan fisik di badan air (200 m setelah jatuh)
10

- dapat juga diambil dengan jarak 100 m ke kiri saat jatuh.


Penentuan titik pengambilan sampel di badan air berbeda dengan air tanah, hal ini
dikarenakan situasi seperti kecepatan aliran disungai, sifat-sifat air yang tidak homogen
seperti di danau dan kolam, maka ada beberapa anjuran dalam penentuan titik pengambilan
sampel air diantaranya :

1. Bila sampel diambil dari saluran, sungai dan sebagainya yang kedalamanya tidak
lebih dari 5 meter, sampel sebaiknya diambil pada kira ½ sampai 2/3 tinggi
penampang basah dari bawah permukaan air. Sampel sebaiknya tidak diambil
terlalu dekat dengan tepi penampang sungai atau tepi saluran yang tidak diplester.
2. Bila sampel diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari alian-aliran yang
terpisah, misalnya pada musim kering, sampel harus diambil dari alira bagian
yang paling besar dan yang dapat dianggap bersifat sama dengan keadaan asli air
sungai tersebut.
3. Bila sampel diambil dari saluran atau anak sungai yang bermuara di dalam sungai
maupun laut. Untuk itu pengambilan sampel harus dipilih cukup jauh dari muara.

D. Tujuan penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel air antara lain :

1. Mengetahui efisiensi proses produksi


Sampel diambil pada bak kontrol air limbah sebelum masuk ke pipa atau saluran
pembuangan yang menuju ke instalasi pengaolahan air limbah (IPAL).
2. Mengevaluasi efisiensi IPAL
Sampel diambil pada titik masuk (inlet) dan titik keluar (outlet) IPAL dengan
memperhatikan waktu retensi, dan diambil pada waktu proses industri
3. Mengendalikan pencemaran air.
Sampel diambil pada :
1. Titik perairan penerima sebelum air limbah masuk ke badan air, tujuannya
untuk mengetahui kualitas perairan sebelum dipengaruhi oleh air limbah.
2. Titik akhir saluran pembuangan limbah (outlet) sebelum air limbah disalurkan
ke perairan penerima.
3. Titik perairan penerima setelah air limbah masuk ke badan air, namun sebelum
menerima air limbah lainnya.
11

IV. PENGAMBILAN SAMPEL AIR


A. Parameter Fisik dan Kimia
1. Pengambilan sampel dari sungai, danau, sumur, dan kolam renang dapat
digunakan wadah yang bagian bawahnya diberi pemberat dari timah putih dan
diikat dengan kuningan atau tembaga, botol sampel tidak perlu disterilkan.
2. Pada pengambilan pertama air dibuang sebagai pembilas botol sampel
3. Pengambilan berikutnya diisikan kedalam botol sampel dengan cara membalikkan
botol sampel, sehingga botol sampel akan terisi penuh (usahakan tidak kontak
dengan udara), kemudian botol sampel ditutup
4. Pengambilan sampel pada perpipaan, terlebih dahulu biarkan air mengalir terlebih
dahulu selama 2-3 menit, kemudian ditampung dengan botol sampel yang
dimiringkan 450C (perlakukan poin 2, 3 dan 4 tetap dilakukan)
5. Setelah penuh botol sampel ditutup rapat
6. Pengambilan sampel untuk Oksigen terlarut (DO) perlakuan poin 2, 3 dan 5 tetap
dilakukan, segera tambahkan larutan Mangan sulfat dan alkali Iodida kemudian
diamati endapan yang terjadi. Adanya sejumlah oksigen terlarut dalam air ditandai
dengan terbentuknya warna endapan berwarna coklat.
7. Botol sampel diberi label (lokasi, jam dan tanggal pengambilan sampel, kode
sampel, diambil oleh, jenis parameter yang akan diperiksa)

B. Parameter Mikrobiologis

1. Pengambilan sampel dari jaringan pipa sumur pompa


 Botol sampel terlebih dahulu disterilkan
 Kran dibuka, biarkan air mengalir 2-3 menit, dan tutup kembali
 Plambir ujung pipa dengan cara membakar dengan lampu spiritus
 Kran dibuka, lakukan selanjutnya pengambilan sampel dengan terlebih dahulu
dilakukan pembilasan botol sampel
 Selanjutnya botol sampel diisi sampai penuh dengan cara dimiringkan
 Setelah terisi penuh, airnya dibuang sehingga tersisa 2/3 volume botol sampel
 Botol sampel diberi label (lokasi, jam dan tanggal pengambilan sampel,
diambil oleh, jenis parameter yang akan diperiksa)

2. Pengambilan sampel dari reservoir, mata air dan sumur gali


12

 Botol sampel terlebih dahulu disterilkan


 Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan botol sampel yang
diberi pemberat dan tali
 Kertas pembungkus dibuka, botol dipegang pada bagian bawah, sehingga
tangan tidak bersentiuhan dengan botol sampel
 Tali dibuka, botol sampel diturunkan perlahan-lahan sehingga mulut botol
terendam dalam air lk. 30 cm
 Setelah terisi penuh, botol sampel diangkat dan airnya dibuang sehingga
tersisa 2/3 volume botol sampel
 Botol sampel diberi label (lokasi, jam dan tanggal pengambilan sampel,
diambil oleh, jenis parameter yang akan diperiksa)

3. Pengambilan sampel pada sungai

Sampel air diambil pada bagian air yang mengalir dan dekat dengan
permukaan air.Untuk sungai yang lebar dan luas sampel diambil ditepi minimal 1
meter dari penggir sungai. Selanjutnya botol sampel diisi sampai penuh dengan
cara dimiringkan Setelah terisi penuh, airnya dibuang sehingga tersisa 2/3
volume botol sampel.Botol sampel diberi label ( lokasi, jam dan tanggal
mpengambilan sampel, kode sampel, diambil oleh, jenis parameter yang akan
diperiksa)

Dalam pengambilan sampel air diharuskan untuk sampel yang representative yaitu
sampel yang mewakili air yang akan dilakukan pemeriksaan. Sampel air yang representative
dapat diperoleh dengan mencampur sampel yang diambil dari periode waktu tertentu atau
dari beberapa titik / tempat pengambilan sampel yang berlainan.

Adapun dalam pengambilan sampel air faktor-faktor yang harus diperhatikan :

1. Jumlah sampel air


Untuk analisa fisik dan kimia diperlukan sampel sebanyak 2-5 liter
2. Selang antara waktu pengambilan sampel
Makin pendek selang waktu antara pengambilan sampel dan analisa, akan
memberikan hasil makin baik. Beberapa parameter kimia dan sifat fisik diharuskan
analisa di lapangan, karena susunan kimia dari air akan berubah setibanya di
laboratorium. Batas waktu untuk pemeriksaan fisik dan kimia :
13

Air bersih 72 jam


Air yang sedikit tercemar 48 jam
Air kotor / limbah 12 jam
Faktor suhu dan pH pada saat pengambilan sampel dapat berubah dengan cepat,
gas-gas terlarut dapat lepas (oksigen, gas kalor) atau bertambah, oleh karena itu
penetapan suhu dan pH dan gas-gas terlarut sebaiknya dilakukan dilapangan.

3. Pengiriman sampel
Masing-masing sampel yang akan dibawa ke laboratorium harus ditempelkan label
yang memuat :
a. Lokasi pengambilan sampel
b. Kode sampel
c. Diambil oleh
d. Tanggal dan jam pengambilan sampel
e. Pemeriksaan yang akan diukur

BAB II

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL UDARA

I. PENGAMBILAN SAMPEL FISIK UDARA


14

A. Kebisingan

Persiapan peralatan :

- Sound level meter


- Form untuk pencatatan data
- Alat tulis
- Counter
- Anemometer
- Termohygrometer

Cara Kerja

1) Persiapkan semua kelengkapan alat-alat tulis dan formulir untuk pencatatan


data
2) Cek kondisi alat, apakah masih bagus atau tidak
3) Tentukan titik sampling, dengan memperhatikan sumber bising
4) Hidupkan alat dengan menekan tombol switch on/off
5) Stel respon F (fast) pada jenis kebisingan continue dan S (slow) pada
kebisingan fluktuatif atau terputus putus.
6)  Stel respon C pada jenis kebisingan di sumber kebisingan dan A
pada kebisingan ambien lingkungan.
7) Catat angka yang tertera pada monitor.
8) Setelah selesai pengukuran matikan alat.
15

Gambar . Sound Level meter

B. KELEMBABAN DAN SUHU

Persiapan peralatan : Humiditymeter


Cara kerja

1. Persiapkan alat.
2. Cek kondisi alat, apakah masih bagus atau tidak.
3. Letakkan alat dengan ketinggian 1,2 -1,5 meter.
4. Hidupkan alat dengan menekan tombol power.
5. Catat hasil pengukuran suhu dan kelembaban yang tertera pada monitor
dengan menekan tombol hold.
6. Lalu tekan kembali tombol hold untuk pengukuran selanjutnya.
7. Catat hasil pengukuran dan matikan alat dengan menekan tombol power

C. Anemometer

Persiapan peralatan

Anemometer, gunanya untuk pengukuran kecepatan angin

Cara kerja

1. Persiapkan alat.
2. Cek kondisi alat, apakah masih bagus atau tidak.
3. Bawa alat ke titik sampling, Arahkan rotor pada alat berlawanan arah angin.
16

4. Letakkan alat dengan ketinggian 1,2 -1,5 meter dari permukaan tanah dan
ditempat melakukan sampel dengan posisi mendatar
5. Hidupkan alat dengan menggeser tombol power.
6. Catat hasil pengukuran kecepatan angin pada monitor.
7. Skala yang ditunjukkan pada alat anemometer adalah hasil dari kecepatan
angin dalam satuan m/s.
8. Catat kecepatan angin, dan lakukan pengukuran setiap 5 menit
9. Hitung rata-rata kecepatan angin dari beberapa kali pengukuran.
10. Matikan alat dengan menggeser lagi tombol power.

Gambar. Anemometer
D. Vibrationmeter

Persiapan peralatan

Vibration meter, gunanya untuk pengukuran getaran di lingkungan


Cara kerja

1. Kalibrasi alat pengukur getaran(vibration meter)


2. Cek kondisi baterai, apakah masih bagus atau perlu dilakukan pergantian
3. Elektroda ditempelkan pada sumber mesin seperti mesin kendaraan roda dua
4. Hidupkan alat dengan menekan tombol power
5. Atur alat sesuai pengukuran (acceleration atau velocity) dengan cara
menggeser tombol sesuai pengukuran yang akan dilakukan
6. Tekan tombol record untuk merekam hasil pengukura
17

7. Setelah dilakukan pengukuran tekan tombol recall untuk melihat hasil


pengukuran
8. Catat hasil pengukuran yang tertera pada monitor

Gambar. Vibration meter


E. Suhu dan Kelembaban

Persiapan Peralatan

Termohygrometer , Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban

Cara pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Diletakkan termohygrometer pada ketinggian 1,5-2 meter dari permukaan tanah


dan ditempat melakukan pengambilan sampel dengan posisi mendatar.
2. Dicatat angka pada alat tersebut yang menunjukkan suhu dan kelembaban udara
selama pengambilan sampel dalam satuan 0C dan %.
3. Hindari termohygrometer dari sinar matahari langsung.
18

Gambar. Thermohygrometer

II. PENGAMBILAN SAMPEL KIMIA UDARA

A. Cara pengambilan sampel partikel dengan HIGHT VOLUME AIR SAMPLER


(HVAS)

Persiapan Peralatan :

1. HVAS dan perlengkapan


2. Kertas Saring Fiber Glass Selulosa

Cara kerja

1. Persiapkan semua peralatan.


2. Sambungkan alat ke sumber listrik.
3. Buka sangkar HVAS, dan pasangkan dengan kertas saring yang telah di prekondisi
dengan posisi selulosa menghadap ke atas.
4. Pemindahan kertas saring tersebut harus menggunakan pinset..
5. Hidupkan alat dengan menekan tombol On/Off pada digital HVAS.
6. Atur flowrate HVAS dengan range 300 - 2400 liter/menit
7. Lakukan pengambilan sampel selama ±1 Jam di titik/ lokasi sampling.
8. Setelah sampling selesai, matikan alat selanjutnya semua alat dan bahan di bawa ke
laboratorium dengan analisa gravimetri
19

Gambar. Hight Volume Air Sampler


B. Cara Pengambilan (Sampling) Partikel dengan Low Volume Air Sampler (LVAS)
Persiapan Alat dan bahan
1. Low Volume Air Sampler
2. Tripot
3. Pincet dan Glass fiber filter 55 mm
4. Timbangan analitik
5. Slang plastik
6. Vacum Pump (Pompa pengisap)
7. Oven dan desikator
8. Termohygrometer
9. Anemometer
10. Plastik/ Desikator

Persiapan Filter (Metoda Gravimetri)


1. Masukkan filter ke dalam oven, kemudian panaskan selama 1 jam dengan suhu 100
o
C
2. Setelah 1 jam filter dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit.
3. Lakukan penimbangan dengan timbangan analitik, sampai diperoleh berat yang
konstan (W0).
20

Catatan ; Berat konstan diperoleh setelah melakukan penimbangan beberapa kali


dengan cara memanaskan dan mendinginkan, dan hasil penimbangan tidak
jauh berbeda atau sudah stabil dari penimbangan sebelumnya.

Cara kerja

1 Letakkan LVAS pada tempat yang terbuka dan bebas gangguan lainnya.
2 Lepaskan tangkai penjepit dengan jalan memutar bautnya
3 Bersihkan filter holder dari kotoran-kotoran yang ada diserkitannya
4 Letakkan filter yang sudah diketahui beratnya (menggunakan pincet) pada saringan
(filter holder) dengan tepat, pasang kembali bingkai penjepit dan kuatkan dengan cara
memutar bautnya
5 Pasang filter holder pada tipot dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah.
6 Pasang slang pada filter holder dan dihubungkan dengan inlet pada vacum pump.
7 Vacum pump dihidupkan dengan mengatur tombol power ke posisi On (lama
sampling sesuai kebutuhan)
8 Atur kecepatan aliran udara (Flowmeter) sesuai kebutuhan :
10 liter/menit ; untuk mengisap partikel >7 mikron

20 liter/menit ; untuk mengisap partikel >10 mikron

9. Selama sampling dilaksanakan sekaligus dilakukan pengukuran iklim seperti suhu,


kelembaban dan kecepatan angin

10. Setelah waktu sampling selesai, vacum pump dimatikan dengan mengatur tombol
keposisi OFF.

11. Keluarkan filter yang telah terisi dengan sampel debu dari filter holder (menggunakan
pincet).

12. Kemudian dimasukkan kedalam plastik dengan cara melipat dua, dan dilengkapi
dengan tabel pencatat data iklim selama sampling, lalu dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan analisa
21

Gambar. Low Volume Air Sampler

Analisa konsentrasi partikulat

1. Untuk memperoleh berat filter setelah sampling, perlakukan sama dengan cara pada
tahap persiapan.
2. Kemudian berat yang diperoleh (W1)
3. Hitung kadar partikel :
W1 – W0 (mg)

Kadar partikel (debu), mg/m3 = ------------------------------

Volume Udara (m3)

Volume udara = flowmeter (l/m) x waktu (menit)

C. Pengambilan sampel debu jatuh dengan Dust Fall Collector

Persiapan peralatan

1. Dust fall collector (merupakan alat pengumpul debu terbuat dari polietilena yang
berkapasitas 5-10 yang lengkap dengan tutup nya.
2. Saringan berukuran 20 mesh terbuat dari kuningan atau baja
3. Corong Buchner dan corong gelas dengan diameter 12,5 cm
4. Botol timbang
Cara kerja

1. Alat dust fall collector dipasang pada lokasi yang mewakili dari suatu daerah yang
debunya akan diukur.
22

2. Untuk menghindari kesalahan sebagai pembanding biasanya ditempatkan 2 buah dust


fall collector pada suatu lokasi
3. Isi botol pengumpul debu dengan 500 ml larutan CuSO4 kemudian ditutup.
4. Tempatkan botol pengumpul debu pada lokasi yang telah dipilih dan buka tutupnya
5. Biarkan kurang lebih satu bulan, catat waktunya dengan tepat.
6. Setelah satu 1 bulan, tutuplah botol pengumpul debu dan bawa ke laboratorium.
Periksa isi botol dan bersihkan dari pengotor seperti daun, serangga dan lainnyA

D. Cara Pengambilan (Sampling) gas dengan Metoda Midget impinger :

1. Karbon monoksida (CO)


a. Cara pengambilan sampel
 Dimasukan absorban CO (larutan perakamoniakal) yang telah dipersiapkan
sebanyak 20 ml ke dalam tabung midjet impinger.
 Midjet impinger dihubungkan dengan pompa pengisap (vacum pump)
 Midjet impinger yang berisi absorban CO dipasangkan pada tripot dengan
ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah.
23

 Pompa penghisap udara dihidupkan.


 Diatur kecepatan aliran udara yang terdapat pada pompa udara, sesuai dengan
lamanya pengambilan sampel.
 Setelah waktu cukup pompa penghisap dimatikan dan midjet impinger dilepaskan
dari pompa penghisap.
 Setelah pengambilan sampel selesai, simpan dalam termos es.

2. Oksida Nitrogen (NOx)


a. Cara pengambilan sampel
 Dimasukan absorban NOx yang telah dipersiapkan sebanyak 20 ml ke dalam
tabung midjet impinger I, dan tabung midjet impinger ke II diisi dengan 20 ml
larutan pengoksidasi
 Midjet impinger dihubungkan dengan pompa pengisap (vacum pump)
 Midjet impinger yang berisi absorban NOx dipasangkan pada tripot dengan
ketinggian 1 – 1,5 meter dari permukaan tanah.
 Pompa penghisap udara dihidupkan.
 Diatur kecepatan aliran udara yang terdapat pada pompa udara, yaitu 0,4 liter/menit
 Setelah waktu cukup pompa penghisap dimatikan dan midjet impinger dilepaskan
dari pompa penghisap.
 Setelah pengambilan sampel selesai, simpan dalam termos es.
Catatan ; Larutan pengoksidasi, timbang 2,5 gr KMnO 4 , masukkan ke dalam 100 ml
campuran asam (terdiri dari 59 ml asam pospat pekat diencerkan menjadi 100 ml
dan ditambah 10 ml asam sulfat pekat, dan harus dibuat setiap akan digunakan.

3. Sulfur Dioksida (SO2)


a. Cara pengambilan sampel
 Dimasukan absorban SO2 yang telah dipersiapkan sebanyak 20 ml ke dalam tabung
midjet impinger.
 Midjet impinger dihubungkan dengan pompa pengisap.
 Midjet impinger yang berisi absorban SO2 dipasangkan pada tripot dengan ketinggian
1 – 1,5 meter dari permukaan tanah.
 Pompa penghisap udara dihidupkan.
24

 Diatur kecepatan aliran udara yang terdapat pada pompa udara, sesuai dengan
lamanya pengambilan sampel.
 Setelah waktu cukup pompa penghisap dimatikan dan midjet impinger dilepaskan dari
pompa penghisap.

4. ANALISA HIDROGEN SULFIDA (H2S)


a. METODA : METYLEN BLUE
Prinsip Cara kerja.

Udara sampel yang diduga mengandung H2S diserapkedalam 50mllarutan Cadmium


sulfat dengan bantuan pompa hisap udara dengan kecepatan 1 cm3 selama 1 menit.

b. Peralatan dan bahan kimia yang digunakan .


 Impinger dan pompa vakum
 Pendingin
 Flow rate
 Spekrtofotometer
 Absorban, suspensi CdSO4
 Larutan Amin-N, N symethyl 1,4 phenylen diamine
 Larautan FeCl3.
c. Cara kerja
 Masukkan 10 ml absorban reagen CdSO4 kedalam impinger, rangkaikan
impoinger, atur flow rate.
 Hidupkan selama 1 jam
 Baca aliran udara pada flowvrate (m isal Q liter/ menit)
 Kemudiann tambahkan 0,3 larutan amine (encer)
 Tambahkan 1 tetes larutan FeCl3, diamkan selama 30 menit
 Baca dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 570 nm
Pembuatan reagen absorban
Alat dan bahan-bahan kimia yang digunakan.

 Kristal CdSO4
 NaOH
 Akuades bebas CO2
 Timbangan analitik
25

 Gelas kimia
 Batang pengaduk
 Labu ukur
Cara kerja

 Timbang masing-masing 4,3 gram CdSO4 dan 0,3 gram NaOH


 Masing-masing bahan dilarutkan dalam 100ml akuades bebas CO2
 Kaemudian kedualarutan tersebut dicampur menjadi satu dan diencerkan dengan
akuades bebas CO2 sampai 1 liter.

5. ANALISA AMMONIAK (NH3)


a. Peralatan dan bahan kimia yang digunakan.
 Impinger dan pompa vakum
 Pendingin
 Flow rate
 Spekrtofotometer
 Absorban, 10ml H2SO4 0,0005 N
 Reagen Nessler ( HgI, KI, NaOH)
b. Carakerja.
 Masukkan 10 ml absorban reagen kedalamimpinger, rangkaikan impinger,atur flow
rate.
 Hidupkan selama 24 jam
 Baca aliran udara pada flowv rate
 Periksa di laboratorium
 Diambil 10ml absorban, lalu tambah kan 0,5 ml reagen nessler
 Tambahkan akuades hingga 25ml, tunggu 10 menit.
 Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm
26

Keterangan Fungsi Alat :

1. Tombol ON/OFF Humidity Meter


2. Tombol ON/OFF Gas Sampler Ambient
3. Adustment Flow Meter
4. Adjusment Kalibrasi Flow Meter
5. Temperatur dan Humidity Display
6. Display Flow Meter
7. Impinger Glass Cover
8. Impinger Input dan Output
9. Gas Input Impinger Input dan Output
10. Kabel Power dan Pengaman
11. Holder Pelindung Peralatan

Keterangan :

1. Tombol ON/OFF Humidity Meter


Digunakan untuk menghidupkan display Humidity Meter

2. Tombol ON/OFF Gas Sampler Ambient


Digunakan untuk menhidupkan pompa hisap udara.

3. Adustment Flow Meter


Digunakan untuk menset laju air udara yang dihisap terdapat 2 knop dalam 1 valve
dengan memutar kran/knop sesuai dengan kebutuhan dan mengkuncinya dengan
memutar bagian bawahnya, terdapat 5 valve sesuai dengan banyaknya pompa hisap.
27

4. Adjusment Kalibrasi Flow Meter


Digunakan untuk menset No. 3, terdapat 1 input dan 1 output.

5. Temperatur dan Humidity Display


Digunakan untuk melihat Humidity dan Temperature

6. Display Flow Meter


Digunakan untuk melihat laju alir udara yang melihat oleh pompa penghisap.

7. Impinger Glass Cover


Digunakan sebagai tempat glass infinger dan melihat proses pompa bekerja.

8. Impinger Input dan Output


Digunakan untuk tempat glass infinger input yang didepan dan output yang
dibelakangnya jangan sampai terbalik.

9. Gas Input Impinger Input dan Output


Digunakan untuk menghisap gas dari No. 8 terdapat input dan output gunakan yang
input saja.

10. Kabel Power dan Pengaman


Digunakan untuk menghidupkan/menyambung ke power listrik 220 V.

11. Holder Pelindung Peralatan


Digunakan untuk sebagai pelindung dari benturan.

CARA MENGOPERASIKAN

1. Siapkan peralatan dan bersihkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi.


2. Masukan reagensia pada glass infinger dan tempatkan pada absorbing reagent.
3. Tempatkan glass infinger satunya yang berisi silika gel.
4. Susun semua tabung midget impinger didalam raknya, dan hubungkan satu tabung
midget impinger ke tabung midget impinger lainnya..
5. Hidupkan alat dengan menekan tombol On/Off pada pompa. Atur flow meter dengan
kecepatan 2 liter/menit.

CARA ADJUSTMENT AIR FLOW METER DAN KALIBRASI POMPA

1. Siapkan peralatan seperti pada prosedur cara mengoperasikan diatas.


28

2. Selang yang sudah tersusun pada cabang glass infinger reagent dimasukkan selang
dari “ADJUSTMENT PUMP FLOW METER” PADA BAGIAN “IN” sesuaikan
dengan pompa mulai dengan No. 1, dan nyalakan alat dengan menekan tombol power
pump.
3. Buka valve pada “DISPLAY FLOW”
E. PENGAMBILAN DAN ANALISA SAMPEL MIKROBIOLOGI UDARA

a. Alat dan Bahan yang digunakan ;


 Midjet Impinger steril
 Cawan petri steril
 Pipet ukur steril
 Lampu spiritus
 Erlenmeyer
 Larutan NaCL / KCl 0,9 % steril
 Media Plate Count Agar steril
b. Prosedur kerja
1. Pengambilan Sampel
 Isikan 10 ml larutan NaCL/KCl 0,9% steril kedalam tabung impinger steril,
kemudian dipsang kan pada Air Samping Pump.
 Air Sampling Pump dihidupkan, flow meter diatur sesuai kebutuhan ( 1 atau 2
l/menit) selama 30 menit ( disesuaikan dengan kondisi ruangan).
 Setelah pengambilan sampel selesai, Air sampling Pump dimatikan, dan impinger
yang telah berisi sampel dilepaskan , dimasukkan ke dalam tempat pendingin,
untuk diuji lebih lanjut di Laboratorium.

Keterangan ;
V = larutan NaCl/KCl 0,9% steril (ml)
X= Jumlah Koloni
Q= debit Aliran udara (L/menit)
t = Lamanya pengambilan sampel (menit)

III. PERSIAPAN PENENTUAN TITIK PENGAMBILAN SAMPEL UDARA.


29

Pengambilan sampel udara ambien diperuntukan pada daerah pemukiman penduduk,


perkantoran kawasan industri atau daerah lain yang dianggap penting untuk mengetahui
kualitas udara akibat suatu kegiatan tertentu.

Kriteria penentuan lokasi pengambilan sampel udara

• Daerah yang mempunyai konsentrasi pencemar tinggi

• Daerah yang kepadatan penduduk tinggi

• Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemar akibat emisi cerobong industri

• Daerah proyeksi untuk menentukan dampak akibat perkembangan pembangunan


mendatang

• Daerah sekitar lokasi penelitian diperunukkan bagi kawasan studi

• Dan penentuan titik pengambilan sampel udara ambien harus mempertimbangkan


faktor meterorologi (arah angin, kec.angin, suhu dan kelembaban)

Beberapa petunjuk sebagai acuan dalam pengambilan sampel udara ambien

• Hindari daerah yg dekat dengan gedung atau bangunan dan/atau pepohonan, sehingga
dapat menimbulkan terjadinya proses absorpsi atau adsorpsi atauencemar udara ke
gedung atau pepohonan

• Hindari daerah dimana pengganggu yang bersifat kimia dapat mempengaruhi


pencemar udara yang akan diukur, gas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor
(untuk ozon)

• Hindari daerah dimana pengganggu fisika dapat mempengaruhi hasil pengukuran,


sebagai contoh sampel debu tidah bisa dekat incinerator dan dapur.

Persyaratan penempatan peralatan

• Letakkan peralatan pada daerah yang aman

• Letakkan peralatan pada daerah yang lengkap dengan sumber listrik dan bebas dari
banjir
30

• Sedapat mungkin peralatan diletakkan di daerah terbuka atau daerah daerah yg


mempunyai gedung dan bangunan rendah dan saling berjauhan

• Probe diletakkan pada jarak minimal 15 m dari jalan raya dengan ketinggian 1,5 m
dari permukaan tanah.

• Untuk sampel partikulat minimal 2 m diatas permukaan tanah untuk menghindari


debu jalan.
31

BAB III

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

I. PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara,
menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan
kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti
apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya
dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam
namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan.Keadaan tanah saat
pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan
tanah).Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Hal- hal yang perlu diperhatikan : 
1.       Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah tererosi sekitar
rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas penimbunan
pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan ternak.
2.       Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput- rumputan, sisa
tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
3.       Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat. Kantong
plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk keperluan
lain.

1. Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel tanah utuh

Nama Gambar Fungsi


Ring sampel Untuk mengambil
sampel tanah utuh
32

Cangkul Untuk mencangkul


tanah disekitar ring

Pisau Untuk membantu


menggali tanah di
sekitar ring

Plastik Untuk meletakkan


sampel tanah

Triplek Untuk menutup sampel


supaya kadar air tetap
terjaga

Palu Untuk memukul


penekan ring

Label Untuk mencatat


informasi sampel tanah

Spidol Untuk mengisi label

1. Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel tanah terganggu

Nama Gambar Fungsi


Bor Belgi Untuk mengambil tanah
bagian dalam dengan
cara di bor
33

Cangkul Untuk mencangkul tanah


disekitar bor

Pisau Untuk membantu


membersihkan
permukaan bor

Plastik Untuk meletakkan


sampel tanah

Palu Untuk memukul


penekan ring

Label Untuk mencatat


informasi sampel tanah

Spidol Untuk mengisi label

2. Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel tanah agregat utuh

Nama Gambar Fungsi


Meteran Untuk mengukur tanah
yang akan diambil.

Cangkul Untuk mencangkul


tanah disekitar bor
34

Pisau Untuk membantu


menggali tanah

Plastik Untuk meletakkan


sampel tanah

Label Untuk mencatat


informasi sampel tanah

Spidol Untuk mengisi label

Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah

1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr badan tanah
yang sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik tanah pada saat
pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa waktu
pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara manual ataupun
secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-
waktu tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan jika ingi
mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang diambil
secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain itu ada juga
satu metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel penelitian.
4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini dikembangkan untuk
memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh. Peralatan
memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan pemeliharaan yang baik alat
mengambil contoh otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.

Contoh tanah yang diambil dapat  berbentuk  contoh tanah  terganggu (disturb soil
samples). Contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undisturb  soil samples).Contoh tanah
utuh  biasanya diperlukan untuk  analisis sifat fisik tanah (bobot isi, porisitas dan
permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia
35

tanah dan sifat fisik tanah lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF).Pengambilan contoh tanah
utuh (undisturb soil samples)  harus menggunakan  “ring samples”, sedangkan contoh tanah
terganggu dapat diambil dengan menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor tanah).

A. Cara Mengambil Sampel Tanah Komposit

1.      Menentukan tempat pengambilan sampel tanah  individu, terdapat dua cara yaitu  cara
sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan  cara acak.
2.      Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik segar/ serasah
yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
3.      Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel tanah sebaiknya pada
kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah sebaiknya diambil pada
kondisi basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.
4.      Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung) atau cangkul
dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, sampel tanah individu diambil pada titik
pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan olah. Sedangkan jika
menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam lapisan olah (akan
membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal
1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop (gambar 2)
5.      Sampel- sampel tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember plastic,
lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil
sampel seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastic (sampel tanah
komposit).Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman, kantong plastic
yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus
dibungkus dengan plastic dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan
tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium
tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi
keterangan mengenai kode pengambilan, nomor sampel tanah, asal dari
(desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain
label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika sampel tanah yang dikirim dilengkapi
dengan peta situasi atau peta lokasi .

B. Pengambilan Contoh Tanah Terusik di Lapisan Permukaan.


36

1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari
langsung,datar dan mewakili tempat sekitarnya.
2. Membersihkan seresah, bantuan dan benda alam lain di lapisan permukaan sehingga
tubuh tanah terlihat.
3. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dengan menggunakan
pacul,cethok danmemasukkannya kedalam plastik yang beretiket: Kode
tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya.

A.  Pengambilan Contoh Tanah Terusik dengan Bor.


1. Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah.
2. Memutar pegangan bor perlahan-lahan kearah kanan dengan disertai tekanan sampai
seluruh kepala bor terbenam.
3. Kepala bor perlahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar pegangan bor tanah
kea rah kiri dengan disertasi tarikan.
4. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih dan
diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah.
5. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm sampai kedalaman yang
dikehendaki.
6. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20 cm itu diletakkan tersusun
menurut kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran profil tanah.

B. Pengambilan Sampel Tanah untuk Pemeriksaan Kualitas Kimia


Prosedur kerja          
        Lakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan auger / bor tangan dengan
kedalaman 15 – 25 cm
       Lakukan pengambilan tanah yang ada pada auger / bor tangan dengan mengunakan sekop
kecil
         Lakukan pelabelan pada kemasan sampel, dengan rincian:
a.       Tanggal pengambilan sampel        : ………………..
b.      Lokasi pengambilan sampel          : ………………..
c.       Jenis sampel                                  : Padatan / sampah / tanah *)
d.      Jenis pemeriksaan                          : Fisik / kimia / mikrobiologi dan parasitologi*)
e.       Nama petugas                               : .................... Tanda Tangan : ….................
         Masukan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box sampel
37

II. CARA KERJA PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

1. Pengambilan sampel tanah utuh

a. Bersihkan permukaan tanah dari rerumputan dan sampah-sampah


b. Ring sampel diletakkan pada tanah dengan bagian yang tipisnya di bawah,
kemudiann buat lingkaran dengan pusat yang sama dengan ring sampel dengan
garis tengah 2 kali lebih besar.
c. Lingkaran di luar ruing sampel ini kemudian digali sehingga terbentuk lubang
lingkaran sedalam lebih kurang 30 cm, agar ring sampel dapat dengan mudah
ditekan dan masuk kedalam tanah
d. Dengan menggunakan tangkai penekan ring sampel yang terbuat dari besi, maka
ring sampel ditekan dengan hati-hati secara vertical, kemudian dipukul dengan
palu
38

e. Setelah tanah yang berada dalam ring sampel kira-kira sudah muncul diatas bibir
ring
bagian atas maka penekanan dihentikan pisau, tanah disekatar ring dicangkul
tanpa ada gangguan pada ring.
f. Ring yang sudah diisi tanah tersebut kemudian diratakan dengan pisau tajam dan
tipis sehingga kedua permukaan betul-betul rata dengan kedua bibir ring sampel
tadi setelah itu kedua bagian muka tanah tersebut ditutup dengan triplek
(terbungkus dengan plastic)
g. Ring sampel yang berisi sampel tanah utuh ini di masukkan kedalam plastic
h. Kemudian diberi label

2. Pengambilan sampel tanah beragregat utuh, permukaaan tanah dibersihkan


a. Pada lokasi yang sama dengan contoh tanah utuh
b. Lalu dicangkul sampai kedalaman 0-10 cm
c. Ambilbagian tanah yang masih berbongkah, tapi bukan karena pemadatan
sewaktu pengambilan sampel
d. Sampel tanah dimasukkan kedalam plastic, simpan dalam kotak kayu atau kaleng
e. Beri label

3. Pengambilan sampel tanah terganggu


a. Pertama menentukan lokasi pengambilan contoh tanah terganggu
b. Pada pengambilan contoh tanah utuh dan agregat utuh, diambil tanah pada
kedalamam 0-10 cm dan seterusnya 10-20 cm pada kantong yang terpisah, beri
label
c. Ikat dengan karet
d. Ambil dalam jumlah lebih kurang 5 kg

IV. PENGUKURAN DEBIT AIR, CURAH HUJAN DAN ALIRAN UDARA

A. Pengukuran debit air


39

Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (sungai /
saluran / mata air). Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air.
Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan
gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.

Penentuan debit air sungai diperlukan untuk mengetahui besarnya air yang mengalir
dari sungai ke laut. Dalam penentuan debit air sungai perlu di ketahui luas penampang
stasiun, yaitu dengan mengukur kedalaman, masing-masing titik pengukuran.

Kedalaman menyatakan dimana letak dasar perairan, oleh karena itu menjadi suatu
hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran debit air. Semakin dalam perairan
maka hasil pengamatan yang didapat jauh dari faktor arus berbentuk-bentuk (meander) atau
arus turbulen. Kedalaman perairan adalah jarak vertical dari permukaan sampai ke dasar
perairan yang biasanya dinyatakan dalam meter.Pegukuran Debit Air dapat digunakan
dengan Emboys Float Method dengam rumus Q = WDAL / T dan Rectangular Weir dengan
rumus Q = 3,33 x H 3/2 (L –0,2 H).
Dalam pengukuran debit air ini dilakukan dengan menggunakan metode antara lain,
Emboys Float Method, yang menghitung debit air dengan rumus:

Q = WDAL/T

               
Keterangan :

Q   : Debit air

W  : Rata-rata lebar (m)

D   : Rata-rata kedalaman (m)

A   : Konstanta perairan

L   : Jarak yang ditempuh pelampung (m)

T   : Waktu (detik)

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam pengukuran debit air ini diantaranya yaitu:

1. 2 utas tali yang panjangnya masing-masing 3 meter;


2. 1 buah stopwatch;
40

3. benang secukupnya;
4. buku penuntun praktikum;
5. alat-alat tulis
6. Botol aqua

Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum mengenai debit air dilakukan langkah-langkah kerja
sebagai berikut: menentukan lokasi, mengukur panjang selokan yang akan diukur
kecepatannya, mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah di
tentukan, menetukan  konstanta yang digunakan dengan melihat keadaan dasar perairan, 
membentuk daerah yang akan di lalui bola pimpong dengan menggunakan tali plastik,
mengukur kedalaman rata-rata yang di lalui bola pimpong.
Pengukuran debit sungai metode yang lain dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung, yaitu melakukan pendataan terhadap parameter alur sungai dan tanda bekas banjir.

Pengukuran debit secara langsung

Besarnya aliran tiap waktu disebut dengan debit, tergantung pada luas penampang
aliran dan kecepatan aliran rata-rata. Pendekatan nilai debit dapat dilakukan dengan cara
mengukur penampang aliran dan mengukur kecepatan aliran.
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan mengukur tinggi muka air dan
lebar dasar alur sungai. Untuk mendapatkan hasil yang teliti, pengukuran tinggi muka air
dapat dilakukan pada beberapa titik pada sepanjang penampang aliran.Pengukuran kecepatan
aliran dilakukan dengan alat ukur kecepatan arus.
Beberapa cara pengukuran kecepatan arus aliran sunyai yang banyak digunakan
diantaranya adalah Pengukuran kecepatan arus dengan pelampung (cara sederhana) dengan
cara sebagai berikut :
1. Tetapkan satu titik pada salah satu sisi sungai, ditandai dengan patok dan satu
titik yang lain di seberang sungai yang jika dihubungkan dua titik tersebut akan
berupa garis tegak lurus arah angin
2. Tentukan jarak L, misal 10 meter dan garis yang dibuat pada langkah perama dan
buat garis tang sama (tegak lurus aliran) pada titik sejauh L tersebut.
3. Hanyutkan pelampung (benda yang dapat terapung seperti bola pingpong, gabus)
pada tempat dihulu yang pertama, pada saat melewati garis pertama tekan tombol
41

stopwatch dan ikuti terus pelampung tersebut.Pada saat pelampung melewati garis
kedua stopwatch ditekan kembali, sehingga akan didapat waktu aliran pelampung
yang diperlukan (T)
4. Kecepatan arus dapat dihitung dengan L/T ( m/det).

B. Penentuan curah hujan


Prinsip kerja alat pengukur curah hujan yaitu curah hujan yang jatuh dapat diukur tiap
hati dalam kurun waktu 24 jam. Tujuan akhir pengukuran curah hujan adalah berapa
tinggi air yang tertampung. Untuk mengukur curah hujan ada beberapa cara diantaranya :
1. Alat pengukur curah hujan secara observasi (langsung)
Alat pengkur curah hujan yang dilakukan secara observasi, mudah dan dengan
peralatan sederhana. Cara ini menggunakan prinsip pembagian antara vvolume air
hujan yang ditampung lalu dibagi dengan luas penampang. Pengukuran curah hujan
harian (ml) biasanya dilakukan 1 kali setiap pagi.
2. Alat pengukur curah hujan otomatis
Alat ini bisanya dipakai di stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan, jenisnya
adalah Hellman, merupakan alat penakar hujan berjenis recording dapat mencatat
sendiri.Pengamatannya dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu. Alat ini mencatat
jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal pada kertas pencatat.
3. Alat pengukur curah hujan bervolume
Menggunakan prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan, kemudian terkumpul
tempat tabung tempat pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta
tangkainya teragkat atau naik ke atas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena
yang gerakannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Jika air dalam tabung hampir
penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada kertas pencatat. Setelah air mencapai
atau melewati puncak lengkung selang gelas, maka berdasarkan sistim siphon
otomatis, akan dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam
tabung. Bersamaan dengan keluarnya air, tangki pelampung dan pena turun dan
pencatatannya pada kertas pencatat merupakan garis lurus vertikal. Jika hujan masih
terus menerus turun, maka pelampung akan naik kembali seperti diatas.
Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau ditentukan dengan
menghitung garis-garis vertikal.
42

SUMBER BACAAN ;

Ali, Kema (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta
Depker RI (1994). Petunjuk Teknis Pengukuran Kualitas Udara dan Limbah Cair, Jakarta.
43

S N I 6989.57.2008, Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan, Penentuan titik


pengambilan contoh air
S .N I 6989.59.2008, Metoda Pengambilan Contoh Air Limbah.
Alaerts (1984). Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional: Surabaya.
Ishar Ramora (1983). Metode Analisa Tanah. Stalittan Bukittinggidan Pengembangan
Pertanian Bogor.
Nanan Sri Mulyani (1990). Penuntun Analisa Kimia Tanah, Badan Penelitian
Yulnafatmawita (2013). Penuntun Praktikyum Fisika Tanah, Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas Padang
Siska. M, 2002. Distribusi Ikan Kapiek (Barbodes schwanefeldi Blkr) di Waduk PLTA Koto
Panjang Provinsi Riau dan Propinsi Sumatera Barat. Skripsi Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru, 48 hal. (tidak diterbitkan).

Wardoyo, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal
(tidak diterbitkan).

BAB IV

TEKNIK PENGAMBILAN MAKANAN DAN MINUM


44

Menurut UU RI No. 7 Tahun 1996, yang dimaksud Pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan atau minuman.

Selain harus bergizi dan menarik, pangan juga harus bebes dari bahan-bahan
berbahaya yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba dan bahan lainnya. Mikroba dapat
mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah dan alat-alat pengolah (selama proses
produksi atau penyiapan) juga sekresi dari usus manusia atau hewan. Penyakit akibat pangan
(food borne diseases) yang terjadi setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut
keracunan. Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri pathogen
yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu
memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia.

FAKTOR ALAT MAKAN SEBAGAI MEDIA PENULARAN PENYAKIT PADA


MAKANAN

Menurut Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Usap Alat Makan dan Masak, Pusat
Laboratorium Kesehatan Depkes RI, 1991, salah satu sumber penularan penyakit dan
penyebab terjadinya keracunan makanan adalah makanan dan minuman yang tidak
memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene makanan dan minuman antara lain dipengaruhi
oleh higiene alat masak dan alat makan yang dipergunakan dalam proses penyediaan
makanan dan minuman. Alat masak dan alat makan ini perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi usap alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman
dan pemeriksaan biakan.

SANITASI ALAT MAKANAN DAN MINUMAN

Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang
tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang akan
disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan sebaik-baiknya (BPOM, 2003c). Pencucian dan
tindakan pembersihan pada peralatan makan sangat penting dalam rangkaian pengolahan
makanan. Menjaga kebersihan peralatan makan telah membantu mencegah terjadinya
pencemaran atau kontaminasi terhadap peralatan dilakukan dengan pembersihan peralatan
45

yang benar (Depkes RI, 2001f). Beberapa hal yang terkait dengan upaya pencegahan
kontaminasi terhadap makanan adalah:

Proses Pencucian Peralatan Makan

Pada dasarnya, pencucian dan sanitasi peralatan dapur dapat dilakukan secara manual
dan mekanis dengan menggunakan mesin. Tahapan pada kedua metode tersebut (Tree
Compartemen Thing = Sistem tiga bak: Pencucian, pembilasan dan Desinfeksi), meliputi
antara lain:

Pembuangan sisa makanan dan pembilasan: Sisa makanan dibuang kemudian peralatan
dibilas atau disemprot dengan air mengalir. Tujuan tahap ini adalah menjaga agar air dalam
bak-bak efisien penggunaannya.

Pencucian: Pencucian dilakukan dalam bak pertama yang berisi larutan deterjen hangat.
Suhu yang digunakan berkisar antara 43°C- 49°C (Gislen, 1983). Pada tahap ini diperlukan
alat bantu sikat atau spon untuk membersihkan semua kotoran sisa makanan atau lemak. Hal
yang penting untuk diperhatikan pada tahap ini adalah dosis penggunaan deterjen, untuk
mencegah pemborosan dan terdapatnya residu deterjen pada peralatan akibat penggunaan
deterjen yang berlebihan.

Pembilasan: Pembilasan dilakukan pada bak kedua dengan menggunakan air hangat.
Pembilasan dimaksud untuk menghilangkan sisa deterjen dan kotoran. Air bilasan sering
digantikan dan akan lebih baik jika dengan air mengalir.

Menurut Depkes RI (1997), sanitasi atau desinfeksi peralatan setelah pembilasan


dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode pertama adalah meletakkan alat pada suatu
keranjang, kemudian merendamnya di bak ketiga yang berisi air panas bersuhu 82°C selama
2 menit atau 100oC selama 1 menit. Cara lainnya adalah dengan menggunakan bahan
sanitaiser seperti klorin dengan dosis 50 ppm dalam air selama 2 menit kemudian
ditempatkan di tempat penirisan. Disarankan untuk sering mengganti air pada ketiga bak
yang digunakan. Selain itu suhu air juga harus dicek dengan termometer yang akurat untuk
menjamin efektivitas proses pencuciannya.

Penirisan atau pengeringan: Setelah desinfeksi peralatan kemudian ditiriskan dan


dikeringkan. Tidak diperkenankan mengeringkan peralatan, terutama alat saji dengan
46

menggunakan lab atau serbet, karena kemungkinan akan menyebabkan kontaminasi ulang.
Peralatan yang sudah disanitasi juga tidak boleh dipegang sebelum siap digunakan.

Desinfeksi Peralatan: Peralatan dapur harus segera dibersihkan dan didesinfeksi untuk
mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan,
penyimpanan sementara, maupun penyajian. Diketahui bahwa peralatan dapur seperti alat
pemotong, papan pemotong, dan alat saji merupakan sumber kontaminan potensial bagi
makanan.

Frekuensi pencucian dari alat dapur tergantung dari jenis alat yang digunakan. Alat
saji dan alat makan harus dicuci, dibilas dan disanitasi segera setelah digunakan. Permukaan
peralatan yang secara langsung kontak dengan makanan seperti pemanggang atau open (open
listrik, kompor gas, maupun microwave) dibersihkan paling sedikit satu kali sehari. Peralatan
bantu yang tidak secara langsung bersentuhan dengan makanan harus dibersihkan sesuai
kebutuhan untuk mencegah terjadinya akumulasi debu, serpihan bahan atau produk makanan,
serta kotoran lainnya.

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI ANGKA KUMAN PERALATAN MAKANAN

Kebersihan peralatan makanan minuman yang telah dicuci dapat diketahui dengan uji
angka kuman alat makan minum. Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi
satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
masa inkubasi jumlah koloni yang tumbuh dihitung dari hasil perhitungan tersebut
merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam suspensi tersebut.

Alat makan yang digunakan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan seperti bahan
peralatan, keutuhan peralatan, fungsi dan letak peralatan. Kandungan bakteri dalam alat
makan harus sesuai dengan standard Depkes, yaitu peralatan makan yang kontak langsung
dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi
100/cm2 permukaan alat dan tidak boleh mengandung E.coli/cm2 permukaan alat. Bila lebih
dari angka kuman yang ditentukan berarti tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk
membuktikan apakah lingkungan tempat penjualan makanan dan higiene perorangan dalam
mengelola kebersihan alat makan dalam kondisi yang baik maka perlu pemeriksaan angka
kuman alat makan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kuman alat makan adalah :


47

Bahan dasar alat makan: Bahan dasar piring antara lain dari kaca, keramik, plastik, perak
dan lainnya. Bahan dasar sendok yang digunakan antara lain adalah stainless stell, kuningan,
plastik, kaca dan lain-lain. Tekstur masing-masing alat makan ini berbeda sehingga
berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

Kondisi awal piring: Kondisi awal piring adalah kondisi awal dimana piring tersebut belum
dibersihkan, sehingga masih ada kotoran yang menempel pada peralatan makan tersebut.
Kotoran yang dapat menempel pada peralatan tersebut adalah:

- Karbohidrat (nasi, sayuran, kentang)


- Lemak /minyak (antara lain sisa-sisa margarin dan mentega)
- Protein(sisa daging, ikan, telur)
- Mineral, susu, dan endapan kerak.

Air pencuci: Penggunaan air pencuci untuk mencuci harus banyak, mengalir dan selalu
diganti setiap kali untuk mencegah sisa kotoran dari piring.

Bak pencuci: Bak pencuci berhubungan dengan kontaminasi silang antara peralatan dan bak
pencucian yang tidak bersih. Faktor lain adalah tenaga pencuci yang berhubungan dengan
kualitas pencucian bahan makanan, peralatan makan dan peralatan masak yang digunakan.
Juga  alat penggosok, yang tergantung dari jenis alat penggosok yang digunakan misalnya
dari sabut atau zat pembuang bau seperti abu gosok, arang atau jeruk nipis.

Pertumbuhan bakteri pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan setiap jenis bakteri
membutuhkan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu jenis dan jumlah mikroba
yang dapat tumbuh kemudian menjadi dominan pada setiap pangan juga berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada pangan dibedakan atas


dua kelompok yaitu :

A. Karakteristik pangan meliputi aktivitas air, nilai pH, kandungan zat gizi dan
keberadaan senyawa anti mikroba.
B. Kondisi lingkungan yang terdiri dari suhu, keberadaan oksigen dan kelembaban.

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, berdiameter antara 0,5-2,5 µm. Bentuk ada
bulat, batang, koma atau spiral. Selnya berisi sitoplasma ada yang berkapsul, berspora dan
ada yang mempunyai flagella. DNA bakteri terdiri dari kromosom dan plasmid. Sistem
reproduksinya dengan cara membelah diri dan dalam pengecatan gram ada yang bersifat
48

gram positif dan gram negatif. Bakteri dapat menghasilkan toksin terdiri dari endotoksin dan
eksotoksin

Waktu yang diperlukan untuk pembelahan tersebut berbeda beda untuk tiap-tiap jenis
bakteri, tetapi biasanya berkisar antara 15- 30 menit pada kondisi yang ideal untuk
pembelahan. Pada kondisi yang sangat baik kebanyakan sel bakteri dapat membelah dan
berkembang biak dalam waktu kurang lebih dari 20 menit. Pada kecepatan yang tinggi ini
satu sel bakteri dapat memperbanyak diri menjadi lebih dari 16 juta sel baru dalam waktu 8
jam.

Beberapa jenis bakteri dapat menyebabkan keracunan dan penyakit infeksi. Bakteri
terdapat dimana-mana misalnya dalam air, tanah, udara, tanaman, hewan dan manusia. Di
dalam pengolahan makanan, bakteri dapat berasal dari pekerja, bahan mentah, lingkungan,
binatang dan fomite (benda-benda mati). Bakteri di dalam makanan dapat menyebabkan
pembusukan makanan atau menyebabkan tersebarnya suatu penyakit. Bakteri yang dapat
menyebabkan gejala sakit atau keracunan disebut bakteri patogen.

ALAT. BAHAN DAN CARA PENGAMBILAN MAKANAN DAN MINUMAN

1. Media transport cairan buffer phosphate dalam botol. Berisi cairan -1/4 botol dalam
keadaan

steril.
2. Lidi kapas steril (lidi waten) yaitu lidi pada ujungnya dililit kapas
3. Alkohol 75% dan sarung tangan steril
4. Spidol huruf kecil
5. Lampu bunsen atau lampu spritus
6. Formulir pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium
7. Gunting kecil
8. Kertas cellotape9. Termos es
10. Tas pembawa pengambilan contoh
11. Jendela usap steril ukuran 10 x 5 = 50cm2
12. Sabun desinfektansi
49

Prosedur pengambilan sampel


1. Sarung tangan yang steril disiapkan untuk mulai mengambil sampel.
2. Ambil alat makan yang akan diperiksa masing-masing diambil 5 buah tiap jenis yang
diambil secara acak dengan menggunakan sarung tangan steril dari tempat
pengeringan/penirisan.
3. Siapkan cacatan formulir pemeriksaan alat makan dalam kelompok-kelompok.
4. Siapkan lidi steril, kemudian menutup botol yang berisi cairan garam buffer
phosphate.
5. Masukkan lidi kapas steril ke dalam botol, lalu ditekan ke dinding botol untuk
membuang airnya, kemudian diangkat dan melakukan usapan.
6. Cara melakukan usapan : Gelas dengan usapan mengelilingi bidang permukaan luar
dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm. -  Piring; Usapan dilakukan pada bagian
permukaan dalam dengan cara melakukan 2 usapan yang satu sama lainnya saling
menyilang.
7. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturut-turut, dan satu
lidi kapas atau 1 (satu) swab digunakan untuk satu kelompok alat makan yang
diperiksa.
8. Setiap selesai melakukan usapan pada 1 (satu) alat dari satu kelompok jenis alat
makan, lidi kapas steril harus dimasukkan ke dalam botol berisi cairan garam buffer
phosphat, diputar-putar dan ditekankan ke dinding untuk membuang cairannya, lalu
diangkat dan digunakan untuk mengusap alat berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-
ulang sampai seluruh alat makan dalam satu kelompok diambil usapnya. Dengan
demikian maka untuk satu jenis alat hanya menggunakan satu lidi kapas.
9. Setelah semua kelompok alat makan sudah diusap, lidi kapas dimasukkan ke dalam
botol, lidinya dipatah atau digunting. Sebelum ditutup, bibir botol dan penutupnya
disterilkan dengan memanaskan pada api spritus.
10. Tempelkan kertas cellotape dan tulis etiket dengan spidol yang menyatakan alat
makan, tempat pengambilan contoh, dan diberi kode sesuai dengan lembar formulir.
11. Masukkan botol sampel ke dalam termos dan kirim segera ke laboratorium untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

UJI SANITASI ALAT MAKAN METODE USAP (SWAB)


50

Peralatan :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Lampu bunsen
4. Lidi kapas/swab steril
5. Pipet ukur steril
6. Pipet filler
7. Cawan petri steril
8. Inkubator
9. Colony counter
10. Sarung tangan steril
11. Spidol
12. Formulir untuk pemeriksaan laboratorium
13. Gunting
14. Termos es / tas pembawa sampel

Bahan :
1. Larutan buffer phosphat steril
2. Media PCA (Plate Count Agar)
3. Kertas cellotape
4. Alkohol
5. Kapas
6. Karet
7. Label
8. Kertas aluminium foil
9. Korek api
10. Sampel alat makan atau alat masak

Cara Kerja Pengambilansampel


1. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk mengambil sampel alat makan atau alat masak.
2. Ambil alat makan atau alat masak yang akan diperiksa masing-masing diambil 4 – 5 buah
51

tiap jenis yang diambil acak dari tempat penyimpanan.


3. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dan alat masak
dalam kelompok-kelompok.
4. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup tabung reaksi dan masukkan lidi kapas
steril kedalamnya.
5. Lidi kapas steril dalam tabung reaksi di tekan ke dinding untuk membuang airnya baru

diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan atau alat masak.
6. Permukaan alat makan atau alat masak yang diusap, cara melakukan :
- Cangkir dan gelas : permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm.
- Sendok : permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok.
- Garpu : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk.
- Piring : Permukaan dalam tempat makanan diletakkan dengan menyilang siku-siku antara
garis usapan yang satu dengan garis usapan kedua.
7. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturut-turut.
8. Setiap satu alat menggunakan satu swab yang diusapkan dengan cara seperti pada butir 6.
9. Setelah melakukan usapan, lidi kapas dimasukkan ke dalam tabung reaksi, batang lidi
kapas yang terkena tangan dipatahkan/diguntung, bibir tabung reaksi di panaskan, kemudian
ditutup.
10. Tempelkan kertas label, tulis etiket dengan spidol yang menyatakan nama alat makan atau
alat masak dan tempat diambilnya sampel.
11. Kirim segera ke laboratorium untuk diperiksa.

Pemeriksaan sampel

1. Aseptiskan tangan, meja dan alat kerja.


2. Ambil suspensi sebanyak 1 ml dan 0,1 ml masing-masing masukkan ke dalam cawan petri
steril dan beri label.
3. Tuangkan media PCA sebanyak ± 15 ml atau 1/3 tinggi cawan.
4. Homogenkan membentuk angka 0 atau 8, tunggu sampai padat/membeku, bungkus dengan
kertas pembungkus.
5. Inkubasi piaran dengan suhu 370C selama 2 x 24 jam.
Refference:
52

 Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Ditjen PPM dan
PLP Depkes RI: Jakarta. 2006
 Higiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Direktorat Surveilans dan Penyuluhan
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Badan Pengawasan Obat dan Makanan:
Jakarta. 2003
 Jenie, BS Laksmini. Sanitasi dalam Industri Pangan, Fakultas Teknolgi Pertanian. IPB
Bogor. 1996.

BAB V

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN DALAM PENGENDALIAN VEKTOR


53

A. Pengambilan Sampel Larva/jentik


1. Alat-alat yang diperlukan :
- Cidukan/gayung : digunakan untuk mengambil sampel jentik yang hidup di
air bersih, air kotor, selokan, genangan air.
- Paper cup : digunakan untuk meletakkan jentik/larva
- Mikroskop : digunakan untuk mengamati slide
- Petridish : digunakan untuk meletakkan sampel
- Objek glass : digunakan untuk meletakkan sampel yang akan diamati di
bawah mikroskop.
- Cover glass : digunakan untuk penutup abjek glass
- Kuas cina : digunakan untuk memindahkan larva dari petridish ke objek
glass
- Lup/ kaca pembesar : digunakan untuk memperbesar objek yang diamati
- Pipet tetes : digunakan untuk memindahkan objek.
2. Bahan yang diperlukan : air panas yang digunakan untuk mematikan
larva/jentik dan sampel larva/jentik.

B. Pengambilan sampel nyamuk/lalat

1. Alat-alat yang diperlukan :


- Aspirator : digunakan untuk menangkap nyamuk dengan cara menghisap
- Light trap : digunakan untuk menangkap nyamuk
- Fly trap : digunakan untuk menangkap lalat
- Fly grill : digunakan untuk mengukur kepadatan lalat.
- Paper cup : digunakan untuk meletakkan nyamuk
- Mikroskop : digunakan untuk mengamati slide
- Petridish : digunakan untuk meletakkan sampel
- Pinset : digunakan untuk mengambil sampel nyamuk
- Objek glass : digunakan untuk meletakkan sampel yang akan diamati di
bawah mikroskop.
- Cover glass : digunakan untuk penutup abjek glass
- Mikroskop : digunakan untuk mengamati slide
- Lup/ kaca pembesar : digunakan untuk memperbesar objek yang diamati
2. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Cloroform : digunakan untuk mematikan nyamuk
54

- Kapas : digunakan untuk mematikan nyamuk dengan dibasahi cairan


cloroforom
- Kain kasa : digunakan untuk menutup paper cup.

C. Pengambilan sampel tikus

1. Alat-alat yang diperlukan :


- Perangkap tikus : digunakan untuk menangkap tikus
- Petridish : digunakan untuk meletakkan sampel
- Pinset : digunakan untuk mengambil sampel
- Objek glass : digunakan untuk meletakkan sampel yang akan diamati di
bawah mikroskop.
- Cover glass : digunakan untuk penutup objek glass
- Mikroskop : digunakan untuk mengamati slide
- Lup/ kaca pembesar : digunakan untuk memperbesar objek yang diamati
- Kain putih : digunakan untuk tempat menyisir pinjal tikus
- Sisir rapat : digunakan untuk menyisir kutu/pinjal tikus
2. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Cloroform : digunakan untuk mematikan tikus
- Kapas : digunakan untuk mematikan tikus dengan dibasahi cairan
cloroforom
55

Anda mungkin juga menyukai