Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
PENGENALAN ALAT SAMPLING LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :

NAMA : Kania Mutiawati


NIM 185100907111014
KELOMPOK : O4
ASISTEN :
Ahmad Raihan Darmawan Nazarina Firda
Dinda Amelia Ramadhani Nina Wahtuwardani
Dianita Dwi Agustin Rafika Aisha Damayanti
Made Dewi Suastini Zalfa Karina

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi
ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Rumus senyawa
kimiadari air adalah H2O yang sangat istimewa, yang dalam kandungannya terdiri dari senyawa
Hidrogen (H2), dan senyawa Oksigen (O2). Kedua senyawa yang membentuk air ini merupakan
komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi
selain matahari yang merupakan sumber energi. Air sebagai materi yang sangat esensial bagi
kehidupan di muka bumi digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan. Sedangkan tanah
adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik.
Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua mahluk hidup yang
ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara
dan air di bumi.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jika
populasi yang diteliti sangat besar dan tidak mungkin semua individu/ objek pada populasi
tersebut diteliti satu persatu, maka cukup diambil sampel dari populasi tersebut. Teknik
sampling atau teknik pengambilan sampel adalah cara penentuan dan pengambilan sampel.
Terdapat beberapa teknik sampling yang biasa dilakukan dalam penelitian pendidikan. Jenis-
jenis teknik sampling adalah sampling probabilitas dan sampling non probabilitas.

1.2 Tujuan
 Mahasiswa mampu mengetahui cara pengambilan sample yang benar agar
didapatkan hasil pengujian lab yang valid
 Mahasiswa mampu mengetahui pengukuran dan perhitungan debit aliran sungai
 Menminimalkan kesalahan hasil analisa lab melaui pengambilan dan pengawetan sample
sebagai tahap awal penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengambilan Sampel Air
Menurut Debataraja (2018), sampel air yang diambil nantinya adalah sampel air
permukaan yang mengalir. Kemudian dari masing-masing sub populasi diambil titik-titik lokasi
yang menjadi sampel. Melalui metode ini, terpilih jumlah lokasi sebanyak 58 titik lokasi. Air
tanah adalah semua air yang meresap dari permukaan tanah sampai lapisan batuan,air yang
terdapat dalam pori-pori, celah batuan dan tanah. Sedangkan air permukaan adalah semua air
yang permukaannya terbuka terhadap atmosfer Penentuan lokasi pengambilan sampel air
dilakukan melalui tiga tahap yaitu koreksi geometrik, digitasi, overlay serta analisis lokasi.
Koreksi geometrik dilakukan dengan rektifikasi dengan menggunakan sistem koordinat
geografis dengan referensi World Geodetic System 1984.
Menurut Wulandari (2014), materi penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah
sampel air dan sampel sedimen dasar perairan yang diambil dari sejumlah stasiun penelitian
yang telah ditentukan sebelumnya sebanyak 11 stasiun. Sampel air diambil untuk dianalisa
konsentrasi sejumlah parameter kualitas air, meliputi: Muatan Padatan Tersuspensi, Bahan
organik, nitrat, fosfat dan bahan organik, yang diambil secara langsung dengan menggunakan
botol-botol sampel dari bahan polyethilen, dengan pertimbangan kedalaman air relatif dangkal
kurang dari 5 meter. Sedangkan parameter lain seperti temperatur, pH, salinitas, oksigen
terlarut diukur secara langsung (insitu). Sedimen diambil dengan grab untuk mengetahui jenis
sedimen, total bahan organik sedimen dan Kandungan Pb disedimen. Metode pengambilan
sampel air dilakukan pada lapisan permukaan, mengingat kedalaman air relatif dangkal
Sampel adalah metode pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan
dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk
menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Contohnya, populasi dalam penelitian ini adalah
air Sungai Walannae dengan panjang 28,50 Km, lebar 95 m dengan kedalaman 0,55 m.
Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah air Sungai Walannae di sepanjang Dusun
Kampiri dengan panjang sungai ± 1,5 Km dari hulu sampai dengan hilir sungai yang diambil
pada tiga titik sampel (Ranijintan, 2016).

2.2 Metode Pengambilan Sampel Air


Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel
gabungan tempat (integrated sample), yaitu sampel gabungan yang diambil secara terpisah
dari beberapa tempat, dengan volume yang sama. Integrated sample adalah pengambilan
sampel air yang diambil dari titik yang berbeda, tetapi waktu pengambilan sampel air dilakukan
secara bersamaan. Adapun tujuan pengambilan sampel air ialah untuk mengambil sebagian air
sesedikit mungkin, sehingga dapat ditransport dan diperiksa di laboratorium dengan mudah
tetapi masih dapat mewakili kualitas badan air yang diteliti (Harariet, 2017).
Teknik pengambilan sampel dengan metode grab sampling. Teknik sampling ini
dilakukan dengan cara mengambil bagian yang berukuran besar dari suatu material (air) yang
mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Setelah diapat sample,
dilakukan pemeriksaan tiap parameter. Parameter yang akan diperiksa meliputi TS,
TSS,TDS,hidrogen sulfida, suhu, dan pH air (Ningrum, 2018).
Pengambilan sampel air menggunakan metode purposif sampling, yaitu cara penentuan
titik pengambilan sampel air dengan melihat pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh
peneliti antara lain didasari atas kemudahan askes, biaya maupun waktu dalam penelitian.
Pengambilan sampel pada air sungai diambil dengan cara pengambilan sampel sesaat (grab
sample). Sampel sesaat atau grab sampling yaitu sampel yang diambil secara langsung dari
badan air yang sedang dipantau, sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat
pengambilan sampel. Setelah proses pengambilan sampel air pada setiap stasiun pengambilan
yang telah ditentukan, untuk sampel yang dilakukan pengujian di laboratorium, maka perlu
adanya penanganan sampel sesuai standar yang ditetapkan. Penanganan sampel air berupa
pengamanan sampel dilapangan (pemberian label pada setiap wadah sampel), pengawetan
sampel (pendinginan dan penambahan bahan kimia) dan transportasi sampel (dari lokasi
pengambilan sampel ke laboratorium). Pengawetan sampel dimaksudkan agar tidak terjadi
perubahan secara fisika dan kimia (Ali, 2013).

2.3 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel Air


Pengambilan sampel limbah cair industri dilakukan pada pipa akhir limbah cair yang akan
dibuang ke sungai. Sedangkan sampel air sungai diambil pada dua lokasi yaitu pada titik
dimana belum ada pengaruh limbah industri dan pada titik dimana air sungai sudah
terpengaruh oleh limbah cair industri. Hal ini difungsikan supaya dapat diketahui gambaran
pengaruh air sebelum dan sesudah terkena limbah (Mardhia, 2018).
Penentuan lokasi pengambilan sampel air sungai pada umumnya meliputi lokasi yang
belum tercemar (hulu), lokasi dimana air sungai dimanfaatkan (bahan baku air minum, air untuk
rekreasi, industri, perikanan, pertanian, dan lain-lain) dan lokasi yang potensial terkontaminasi.
Pemantauan kualitas air sungai dilaksanakan di beberapa titik pengambilan. Pengambilan
sampel air dapat dilakukan terhadap air permukaan maupun air tanah (Marlena, 2012).

2.4 Pengertian Debit Aliran dan Rumus Umumnya


Debit adalah volume air yang melalui penampang melintang aliran tiap detik , atau volume
aliran yang mengalir pada penampang basah persatuan waktu. Hubungan antara debit dan
kecepatan aliran dapat dituliskan: Q = A x U. Dimana, Q adalah debit (m 3/detik), A adalah luas
penampang basah (m2) dan U adalah kecepatan aliran (m/detik) (Umar, 2013).
Debit air (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yang
mengalir melalui suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Debit air sendiri
biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3/detik) atau liter per detik (l/detik).
Aliran adalah pergerakan air di dalam aliran sungai (Kautsar, 2015).

2.5 Metode Pengukuran Laju Aliran


Flowmeter adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur laju aliran yang
memiliki tipe dan kemampuan yang berbeda-beda. Proses pemilihan flowmeter untuk
direkomendasikan kepada pelanggan masih dilakukan dengan cara membaca text book
sehingga engineer mengalami kesulitan dalam merekomendasikan flowmeter yang dapat
bekerja secara maksimal sesuai dengan kondisi di lapangan. Flowmeter merupakan peralatan
yang digunakan untuk mengukur besarnya flowrate fluida ketika melewati suatu perpipaan.
Masing-masing alat ukur tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, bergantung pada
penggunaannya (Praing, 2011).
Kecepatan aliran biasanya diukur dengan menggunakan alat ukur current meter atau
sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area method (metode
kecepatan luas) atau current meter method (metode alat ukur arus) yang berbentuk propeler.
Alat ini dipakai secara luas oleh teknisi untuk mengukur aliran air secara teliti dan biasanya
digunakan untuk mengukur air pada aliran rendah. Alat ukur arus (current meter) merupakan
alat pengukur kecepatan aliran berdasarkan prinsip adanya hubungan liniear antara perputaran
mangkuk atau baling-baling dengan kecepatan aliran air (Halim, 2014).
2.6 Pengertian Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah merupakan pengambilan yang digunakan untuk dianalisis
kandungan bahan organik, bulk density, tekstur dan suhu tanahnya. Bulk density merupakan
petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti
makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat memilki bulk
density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya tanah
lapisan atas pada tanah mineral mempunyai bulk density yang lebih rendah dibandingkan
dengan tanah dibawahnya. Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1-0,7 gr/cm3 , sedangkan
tanah organik umumnya memiliki bulk density antara 0,1-0,9 gram/cm3 (Tarigan, 2015).
Pengambilan contoh tanah meliputi dua macam sampel yaitu sampel tanah utuh
menggunakan ring sampel dan tanah biasa. Sampel tanah utuh digunakan untuk analisa sifat
fisik tanah meliputi berat berat isitanah,struktur tanah dan permeabilitas tanah, sedangkan
sampel tanah biasa digunakan untuk analisa tekstur tanah dan kandungan bahan organik
tanah. Analisa di lapang diantaranya melakukan pengukuran panjang dan kemiringan lereng,
pengamatan komoditas tanaman serta tindakan pengelolaannya. Selain data tersebut
diperlukan juga data klimatologi yakni data curah hujan guna menghitung guna perhitungan
erosivitas hujan. Kemudian sampel tanah diambil dengan metode acak sistematik, yaitu titik
pengamatan diambil secara acak,sedangkantitik pengamatan lainnya di tentukan dengan jarak
yang teratur dari lahan pewakil tersebut. Kemudian sampel tanah diambilsecara komposit
(Arifin, 2010).
Pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk
penetapan sifat-sifat fisika tanah ada tiga macam pengambilan contoh tanah yaitu : 1. Contoh
tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi
atau berat volume (bulk density), agihan ukuran pori (pore size distribution) dan untuk
permeabilitas (konduktivitas jenuh). 2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik
(undisturbed soil aggregate) yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad
kemantapan agregat (aggregate stability). 3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang
diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut
singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas
hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah
menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator) Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya
kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan
pengambilan contoh tanah terusik (Prayogo, 2016).

2.7 Metode Pengambilan Sampel Tanah


Menurut Arifin (2010), bahwa pengambilan sampel tanah diambil dengan menggunakan
metode acak sistematik, yaitu titik pengamatan diambil secara acak, sedangkan titik
pengamatan lainnya di tentukan dengan jarak yang teratur dari lahan pewakil tersebut.
Kemudian sampel tanah diambil secara komposit. Pengambilan contoh tanah meliputi dua
macam sampel yaitu sampel tanah utuh menggunakan ring sampel dan tanah biasa. Sampel
tanah utuh digunakan untuk analisa sifat fisik tanah meliputi berat berat isi tanah, struktur tanah
dan permeabilitas tanah, sedangkan sampel tanah biasa digunakan untuk analisa tekstur tanah
dan kandungan bahan organik tanah. Sedangkan analisa di lapang diantaranya melakukan
pengukuran panjang dan kemiringan lereng, pengamatan komoditas tanaman serta tindakan
pengelolaannya. faktor penyebabnya metode ini yakni penghtitungan erosivitas hujan,
erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lahan serta faktor tanaman dan pengelolaan tanah.
Sampel tanah utuh yang digunakan untuk menganalisis bulk densiy, permeabilitas
tanah, serta porositas tanah, yang dilakukan dengan cara menggunakan ring sampel.
Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan cara mengambil tanah yang ada di bawah
tegakan eboni,
kemudian bersihkan tanah dari seresah dan rumput lalu meletakan ring sampel di atas tanah.
Ring sampel dimasukan ke dalam tanah dengan menggunakan martil, setelah itu angkat ring
sampel dengan menggunakan sekop beserta tanah yang ada di dalamnya,kemudian ring yang
berisi tanah diratakan dengan cutter sehingga kedua permukaan benar-benar rata dengan bibir
ring sampel. Selanjutnya kedua ujung ring ditutup dengan menggunakan tutup ring yang
terbuat dari plastik, kemudian di beri label. Jumlah sampel tanah utuh adalah enam belas (16)
yang diambil dari kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada masing-masing ketinggian.
Sedangkan Sampel tanah tidak utuh digunakan untuk analisis tekstur dan struktur, dimana
pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan cara mengambil tanah dari titik yang
telah ditentukan tempatnya. Jumlah sampel tanah tidak utuh ada enam belas (16) yang diambil
dari kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada masing-masing ketinggian. Dimana Pengambilan
contoh tanah diambil dengan mengunakan ring pada kedalaman yang sama dengan tinggi ring
tersebut (Evarnaz, 2014).

2.8 Penentuan Titik Pengambilan Sampel Tanah


Sampel tanah yang diambil pada penelitian oleh literatur meliputi tanah terganggu ( disturb
soil) yaitu tanah yang telah terjamah atau sudah tidak alami lagi yang telah terganggu oleh
lingkungan luar. Dan tanah tidak terganggu (undistrub soil) yaitu tanah yang belum terjamah
atau masih alami yang tidak terganggu oleh lingkungan luar. Sampel tanah diambil di beberapa
titik pada lokasi pengambilan sampel menggunakan cangkul sedalam 50 cm, hal ini dilakukan
agar membuang tanah yang mengandung humus dan akar tanaman. Sampel tanah yang
diambil merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di lokasi pengambilan sampel (Ferdian,
2015).
Metode pengambilan titik sampel yang dilakukan menggunakan metode penentuan lokasi
sampling dengan beberapa pertimbangan (purposive sampling method). Dalam hal ini
pengambilan sampel sedimen dilakukan pada daerah dekat pantai hingga tersebar menuju ke
arah laut, lokasi penelitian mudah dicapai dan tidak terganggu selama pengamatan. Global
Positioning System (GPS) tipe handheld (GARMIN GPSMAP 62) untuk menentukan koordinat
titik-titik pengambilan contoh tanah. penggunaan GPS dengan akurasi yang lebih tinggi untuk
mendapatkan posisi titik yang lebih akurat (Satriadi, 2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Gambar Alat dan Bahan Beserta Fungsi
3.1.1 Sampel Air
 Botol kaca : sebagai wadah sampel air yang akan diambil
 Tali raffia : mengikat leher botol saat pengambilan sampel air
 Cool box : menjaga suhu sampel dan mengawetkan sampel
Air sampel : sebagai media perlakuan
 Label : memberi keterangan pada botol, agar tidak tertukar
 Es batu : menjaga suhu di dalam cool box

NAMA GAMBAR

Botol Kaca

Tali raffia

Cool box

Air sampel

Label

Es batu
3.1.2 Sampel Tanah
 Augler soil sampler : untuk mengambil sampel tanah.
 Ring sampel : sebagai wadah untuk menyimpan sampel tanah.
 Kertas label : untuk memberi keterangan pada sampel.
 Cool box : untuk mengawetkan sampel.
 Pisau : untuk meratakan tanah.
 Plastik : sebagai wadah sampel.

Nama Gambar
Augler Soil Sampler

Ring sampel

Kertas Label

Plastik

Pisau

Cool Box
3.1.3 Pengukuran Debit Aliran

 Tali rafia : digunakan untuk memetakan sungai menjadi 3 bagian


 Current Meter : digunakan untuk mengukur laju/kecepatan aliran (m/s)
 Penggaris : digunakan untuk membantu mengukur ketinggian sungai

NAMA GAMBAR

Tali Rafia

Current Meter

Penggaris

3.1.4 Pengawetan Sampel Air


 Cool Box :digunakan sebagai wadah pengawetan sampel
 Es Batu :digunakan untuk memperlambat proses perubahan
kimia/biologi pada sampel
 Air sampel :bahan perlakuan
 Botol kaca atau wadah :media yang digunakan untuk mengambil sampel

Nama Gambar
Cool Box

Es Batu
Air Sampel

Botol Kaca/Wadah

3.2 Cara Kerja


3.2.1Pengambilan Sampel Air Sungai Deras

Alat dan Bahan


Disiapkan

Botol sampel

1. Dimasukkan ke dalam air hingga terisi penuh


2. Dihomogenkan sebanyak 13 kali
3. Air dibuang kemudian
4. Diambil sampel kedalam air dengan perlakuan di
aliran deras (berada ditengah sungai)
5. Ditutup dengan keadaan tidak ada gelembung
udara

Label
Botol diberikan label (jenis sampel, tanggal, waktu,
dan lokasi pengambilan sampel)
Coolbox
Botol sampel disimpan pada coolbox

Hasil
3.2.2 Pengambilan Sampel Air Sungai Tenang

Alat dan Bahan


Disiapkan

Botol sampel

1. Dimasukkan ke dalam air hingga terisi penuh


2. Dihomogenkan sebanyak 13 kali
3. Air dibuang kemudian
4. Diambil sampel kedalam air dengan perlakuan di
aliran tenang (berada di pinggir sungai)
5. Ditutup dengan keadaan tidak ada gelembung
udara
Label
Botol diberikan label (jenis sampel, tanggal, waktu,
dan lokasi pengambilan sampel)
Coolbox
Botol sampel disimpan pada coolbox

Hasil

3.2.3 Pengambilan Sampel Tanah


Alat dan bahan

Disiapkan

Tanah

1. Ditentukan lokasi pengambilan


sampel
2. Tanah dilubangi dengan
kedalaman 15 cm dengan Augler
Soil Sampler
3. Singkirkan batu dan akar serta
daun tumbuhan yang menyumbat
lubang dengan pisau
4. Dilakukan pengambilan sampel
menggunakan ring sampler
5. Dimasukkan ke dalam plastic yang
sudah berlabel kemudian
Hasil masukkan ke dalam coolbox
3.2.4 Pengukuran Debit Aliran Sungai
Alat dan bahan

Disiapkan

Current Meter
1. Dimasukan kedalam air
2. Diukur ketinggian h0, h1, h2, h3 tiap
posisi permukaan, dasar, dan tengah
3. Diukur V0, V1, V2,V3
Hasil Pengukuran

Dilakukan perhitungan untuk


mendapatkan nilai debit aliran

Hasil

3.2.5 Pengawetan Sampel Air Sungai

Alat dan Bahan

Disiapkan

Botol sampel

Dimasukkan air ke dalam botol sampel


dengan keadaan penuh dan tertutup rapat
dan dipastikan tidak ada gelembung udara
yang masuk

Label
Botol diberikan label (jenis sampel, tanggal, waktu,
dan lokasi pengambilan sampel)
Coolbox
Botol sampel disimpan pada coolbox

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur Alat, Bahan, Perlakuan


Pada praktikum pengambilan dan pengawetan sampel, sampel yang digunakan adalah sampel
tanah, sampel air deras dan sampel air tenang. Alat yang digunakan pada sampel air deras dan sampel
air tenang sama, meliputi air sungai atau sampel, botol, kertas label, cool box, dan es batu. Air
berfungsi sebagai media perlakuan. Kemudian botol sampel berfungsi sebagai media yang digunakan
untuk mengambil sampel. Kertas label berfungsi untuk memberi keterangan pada sampel. Lalu untuk
mengawetkan sampel digunakan cool box dan es batu berfungsi untuk memberi pengaruh suhu pada
cool box. Satu kelompok dibagi menjadi 3. Ada beberapa anak menuju praktikum pengambilan sampel
tanah, pengukuran debit aliran, dan pengambilan sampel air.
Pengambilan sampel air tenang terletak dipinggir-pinggir sungai yang mempunyai arus tenang.
langkah-langkah cara kerja yang pertama adalah disiapkan alat dan bahan. Kemudian botol sampel
dihomogenesasikan sebanyak tiga kali. Cara homogenesasikan botol ialah dengan memasukkan air
sungai kedalam botol kemudian dikocok berulang dan dibuang, dilakukan seperti itu sebanyak tiga kali
sesuai standar yang ditetapkan. Setelah itu botol dimasukkan kedalam sungai dengan keadaan miring
dan berlawanan arus tenang. Setelah botol diisi hingga penuh, lalu dipastikan botol tidak ada
gelembung udara didalam botol. Supaya tidak ada gelembung didalam botol, maka dengan cara
menutup botol didalam air langsung Kemuian botol ditutup, diberi label dan dimasukkan kedalam cool
box untuk pengawetan.
Setelah pengambilan sampel air tenang, titik selanjutnya adalah aliran sungai yang deras.
Pengambilan sampel air deras terletak ditengah sungai dengan keadaan aliran deras. Langkah pertama
yang harus dilakukan adalah disiapkannya alat dan bahan. Kemudian botol dihomogenesasikan
sebanyak tiga kali. Setelah dihomogenesasikan, lalu botol dimasukkan kedalam sungai dengan
keadaan miring dan berlawanan arus. Kemudian botol diisi hingga penuh, dipastikan tidak ada
gelembung udara didalam botol. Supaya tidak ada gelembung didalam botol, maka dengan cara
menutup botol didalam air langsung. Setelah botol ditutup, botol kemudian diberi label.
Saat pengambilan sampel tanah, alat dan bahan yang digunakan selama praktikum meliputi augler
soil sampler, ring sampel, kertas label, cool box, pisau, dan plastik. Augler soil sampler berfungsi untuk
mengambil sampel tanah. Ring sampel berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan sampel tanah.
Kemudian kertas label berfungsi untuk memberi keterangan pada sampel. Cool box berfungsi untuk
mengawetkan sampel. Untuk meratakan tanah digunakan pisau dan plastik berfungsi sebagai wadah
sampel. Ketentuan tempat pengambilan sampel tanah adalah pada tempat yang tidak berbatu dan jauh
dari vegetasi tanaman.
Cara kerja pengambilan sampel tanah yang pertama adalah disiapkan alat dan bahan. Kemudian
tanah diambil dengan menggunakan Augler Soil Sampler sedalam 15 hingga 25 cm. Prinsip kerja alat
Augler Soil Sampler yaitu dengan menggunakan tenaga pemutaran yang dilakukan manual oleh
praktikan sendiri. Lokasi pengambilan sampel tanah terbilang jauh dari kawasan industri. Pengambilan
sampel berbeda dengan penggalian, saat penggalian ring sampel tidak digunakan. Namun saat
pengambilan sampel tanah barulah ring sampel digunakan dengan alat Augler Soil Sampler. Setelah itu
sampel tanah diratakan dengan menggunakan pisau pada ring sampel. Sampel tanah dibungkus ke
dalam plastik. Dihindari udara yang tersisa didalam plastik. Sampel tanah diberi label, pemberian label
sampel diberi keterangan yaitu sampel tanah dan lokasi. Setelah diberi label, botol dimasukkan
kedalam coolbox.
Setelah pengambilan sampel air tenang, sampel air deras dan sampel tanah telah dilakukan,
selanjutnya adalah tahap pengawetan sampel. Hal yang dilakukan pertama adalah disiapkan alat dan
bahan. Setelah itu coolbox diisi dengan es batu. Coolbox dimasukkan sampel yang telah diberi label.
Terakhir coolbox ditutup dengan rapat.
4.2 Perbandingan Pengambilan Sampel Air Sungai Deras dengan Literatur
Pada praktikum pengambilan sampel air sungai deras dilakukan dengan metode grab sample.
Dimana hanya dilakukan pengambilan sampel air di beberapa titik saja, dan sampel tersebut yang
mewakili karakteristik dari air tersebut. Titik tersebut merupakan segmen yang terbagi menjadi tiga.
Setelah dilakukan pengambilan air sesuai dengan prosedur maka selanjutnya dilakukan pengawetan
terhadap sampel tersebut untuk mempertahankan karakteristik dari air sampel. Menurut literatur lebih
efektif menggunakan simple random sampling (SRS) karena setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel.
Menurut Pancawati et al (2014), penelitian ini dilakukan pada perairan Sungai Wiso yang
merupakan perairan tawar dengan terlebih dahulu menentukan batas-batas perairan. Selanjutnya lokasi
penentuan stasiun penelitian ditentukan dengan menggunakan metode simple random sampling (SRS)
sejumlah 20 titik dengan tiga kali pengulangan. Metode ini digunakan untuk memilih sampel dari
populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang
sama besar untuk diambil sebagai sampel. Cara pengambilan sampel bisa dilakukan tanpa
pengembalian. Penggunaan metode SRS dalam penelitian diasumsikan bahwa kondisi dalam perairan
tersebut sama. Dari pembahasan tipe substrat dan substrat organik, diketahui bahwa substrat
dipengaruhi oleh kecepatan arus yang mengalir pada sungai tersebut. Pada bagian sungai yang
berarus relatif lebih cepat, komposisi substratnya berupa batu-batuan, kerikil dan pasir kasar.
Sedangkan sungai yang berarus relatif lambat cenderung pasir halus, lumpur, sampai liat.

4.3 Perbandingan Pengambilan Sampel Air Sungai Tenang dengan Literatur


Pengambilan sampel pada literature yaitu dengan diambil secara langsung dari badan air yang
posisinya di pinggir seperti pada segmen 3 pada praktikum karena memiliki luas yang besar, kecepatan
rata-rata yang rendah dan debit yang rendah. Namun pada praktikum ini, juga pemberian label pada
setiap botol air serta menggunakan pengawetan sampel dengan cara pendinginan. Hal tersebut
dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan secara fisika, kimia, maupun biologi sesuai literatur tersebut.
Menurut Ali et al (2013), pengambilan sampel pada air sungai diambil dengan cara pengambilan
sampel sesaat (grab sample). Sampel sesaat atau grab sample yaitu sampel yang diambil secara
langsung dari badan air yang sedang dipantau, sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada
saat pengambilan sampel. Setelah proses pengambilan sampel air pada setiap stasiun pengambilan
yang telah ditentukan, untuk sampel yang dilakukan pengujian di laboratorium, maka perlu adanya
penanganan sampel sesuai standar yang ditetapkan. Penanganan sampel air berupa pengamanan
sampel dilapangan (pemberian label pada setiap wadah sampel), pengawetan sampel (pendinginan
dan penambahan bahan kimia) dan transportasi sampel (dari lokasi pengambilan sampel ke
laboratorium). Pengawetan sampel dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan secara fisika dan kimia.
Debit aliran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya muatan sedimen suspensi
dalam dalam suatu aliran. Semakin besar debit aliran, maka semakin banyak pula sedimen suspensi
yang akan terangkut sehingga debit suspensi akan semakin besar pula. Adanya pasokan debit air dapat
membantu pemurnian pada badan air. Pemurnian kembali secara alamiah/swa penahiran pada tubuh-
tubuh air yang mengalami pencemaran dapat dilihat melalui beberapa indikator secara fisik, kimia,
maupun perubahan biologis. Tanda-tanda secara fisik dapat dilihat melalui warna maupun tingkat
kejernihannya. Dengan adanya aliran yang tenang menyebabkan TSS mudah terendapkan pada dasar
sungai sehingga tingkat kejernihan dari air tersebut kurang dan akan menyebabkan kualitas dari air
tersebut rendah. Adanya aliran yang tenang menyebabkan proses penangkapan udara tidak ada
sehingga kandungan oksigen pun akan dikit pada air sungai
4.4 Perbandingan Pengambilan Sampel Tanah dengan Literatur
Jika dibandingkan dengan literatur pengambilan sampel tanah, metode yang digunakan adalah
random sampling atau pengambilan secara acak. Tidak diketahui ketika praktikum mengambil sample
dengan metode apa karena praktikum dilakukan secara online. Namun terdapat kesamaan dalam
proses pengambilan sampel yang baik dan benar yaitu dengan di masukan ke plastik yang steril dan
memberikan label sebagai tanda. Label biasanya bertuliskan jenis tanah, waktu pengambilan dan tepat
pengambilan.
Menurut Nurhalimah et al (2014), dengan bantuan ahli tanah, pendeskripsian jenis tanah
Regosol di lakukan di lokasi pengambilan sampel yang berada di tiga kecamatan yaitu Larangan,
Palengaan dan Pegantenan. Metode pengambilan sampel tanah untuk isolasi mikoriza pada jenis tanah
Regosol dilakukan secara acak (Random Sampling) yaitu mengambil sampel dari titik diagonal suatu
areal yang berjenis tanah regosol sebanyak 5 titik pengambilan. Sampel tanah diambil dari areal tanah
regosol diambil sebanyak + 100 gram. Sampel tanah dimasukkan dalam plastik yang telah diberi label
sebagai tanda.

4.5 Pengukuran Debit Aliran Sungai


Debit adalah volume air yang melalui penampang melintang aliran tiap detik , atau volume aliran
yang mengalir pada penampang basah persatuan waktu. Hubungan antara debit dan kecepatan aliran
dapat dituliskan: Q = A x U. Dimana, Q adalah debit (m3/detik), A adalah luas penampang basah (m2)
dan U adalah kecepatan aliran (m/detik) Pengukuran debit aliran sungai dapat dilakukan dengan
bantuan alat current meter. Alat tersebut berbentuk panjang untuk mengukur kecepatan aliran sungai
lalu setelah itu dapat kita hitung debit sungai tersebut.
Menurut Norhadi et al (2015), kecepatan aliran sungai pada satu penampang saluran tidak sama,
kecepatan aliran sungai ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan faktor-faktor lainnya.
Kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang sungai
tersebut. Idealnya, kecepatan aliran rata-rata diukur dengan menggunakan alat Flow Probe atau
Current Meter. Alat ini dapat mengetahui kecepatan aliran pada berbagai kedalaman penampang,
namun apabila alat tersebut tidak tersedia dapat dilakukan pengukuran dengan metode apung (Norhadi,
2015).

4.5.1 Metode Pengukuran Debit Aliran Sungai Berdasarkan Praktikum (literatur)


Pengukuran debit aliran pada praktikum kali ini dibagi menjadi 3 sektor sungai yang dibatasi
menggunakan tali raffia. Sebelum dilakukan pengukuran pada laju aliran, diukur dahulu h 0, h1, h2, dan
juga h3. Pengukuran dapat menggunakan current meter secara langsung maupun dengan penggaris
biasa. Setelah itu baru diukur laju aliran pada dasar, tengah, dan permukaan sungai.
Menurut Finawan dan Mardiyanto (2011), pengukuran debit air dapat dilakukan dengan
mengukur kecepatan aliran air pada suatu wadah dengan luas penampang area tertentu. Terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengukuran kecepatan aliran air pada sungai atau alur
antara lain: Area-velocity method, Tracer method, Slope area method, Weir dan flume, Volumetric
method Area. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter dan metode
apung. Kemudian distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama pada arah horisontal maupun
arah vertikal.
4.5.2 Data Hasil Praktikum
Current meter
V Atas (m/s) Tengah (m/s) Dasar (m/s)
V0 0,6 0,6 0,3
V1 0,7 0,6 0,2
V2 0,6 0,6 0,3
V3 0,3 0,3 0,2
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Current Meter
V tiap segmen
Segmen 1 = (V0+V1) / 2 Segmen 2 = (V1+V2) / 2
V permukaan = (0,6+0,7)/2= 0,65 V permukaan = (0,7+0,6)/2 = 0,65
V tengah = (0,6+0,6)/2= 0,6 V tengah = (0,6+0,6)/2 = 0,2
V dasar = (0,3+0,2)/2 = 0,25 V dasar = (0,2+0,3)/2 = 0,25

Segmen 3 =(V2+V3) / 2
V permukaan = ( 0,6+0,3)/2 = 0,45
V tengah = (0,6+0,3)/2 = 0,45
V dasar = (0,3+0,2) = 0,25

Parameter Segmen (m/s)


1 2 3
V permukaan 0,65 0,65 0,45
V tengah 0,6 0,6 0,45
V dasar 0,25 0,25 0,25
V rata-rata 0,50 0,50 0,38
Tabel 4.2 Tabel Parameter Segmen

Tabel data kedalaman sungai


- Lebar sungai = 4,8m
- Lebar segmen = 1,6m

h0
h = kedalaman sungai 0,47m
h1 0,26m
h2 0,1m
h3 0,46m

Data Segmen
Perhitungan 1 2 3
b (m) / lebar segmen 1,6 m 1,6 m 1,6 m

V rata-rata 0,50 0,50 0,38

Tabel 4.3 Tabel Data Perhitungan Segmen


Kecepatan Aliran Rata-rata
V = V1+V2+V3 = 0,5+0,5+0,38=0,46
3 3
Luas tiap segmen
A1= ½ x b (h0+h1) = ½ x 1,6 (0,47+0,26) = 0,58 A2=
½ x b (h1+h2) = ½ x 1,6 (0,26+0,1) = 0,29 A3= ½ x
b (h2+h3) = ½ x 1,6 (0,1+0,46) = 0,45
Debit tiap aliran
Q1 = A1 x V1 = 0,29
Q2 = A2 x V2 = 0,15
Q3 = A3 x V3 = 0,17

Segmen A (m2) V rata-rata (m/s) Q (m3/s)


1 0,58 0,50 0,29
2 0,29 0,50 0,15
3 0,45 0,38 0,17

4.5.3 Analisa Data Hasil Praktikum dan Perhitungan


Pada praktikum online ini pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik yang berbeda
Pengukuran kecepatan air sungai dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama current
meter. Pada pengukuran kecepatan aliran ini sungai dibagi menjadi 3 segmen dimana setiap
segmen memiliki lebar sebesar 1,6 m. Pada setiap segmen dilakukan pengukuran tinggi dan
juga kecepatan aliran pada bagian dasar, tengah, dan atas. Dengan menggunakan current
meter diperoleh nilai kecepatan aliran untuk Vo pada bagian atas, tengah, dan dasar sebesar 0,6
m/s, 0,6 m/s, dan 0,3 m/s. Sedangkan untuk kecepatan aliran satu (V 1) diperoleh hasil 0,7 m/s
untuk permukaan atas, 0,6 m/s bagian tengah, dan 0,2 m/s untuk dasar. Untuk kecepatan V 2
diperoleh hasil 0,6 m/s, 0,6 m/s, dan 0,3 m/s untuk bagian atas, tengah, dan dasar. Untuk
pengukuran kecepatan aliran ketiga (V3) diperoleh hasil atas sebesar 0,3 m/s, dasar 0,3 m/s,
dan bawah 0,2 m/s. Kecepatan aliran diatas yang terukur pada setiap segmen hitung kembali
untuk diperoleh rata-ratanya dengan menggunakan rumus (V0 + V setelah)/2. Sehingga untuk
segmen satu diperoleh rumus (V0 + V1)/2, hasilnya untuk permukaan atas sebesar 0,65 m/s,
bagian tengah sebesar 0,45 m/s, dan dasar sebesar 0,25 m/s. Pada segmen dua diperoleh
rumus (V1 + V2)/2, dengan nilai permukaan setelah perhitungan sebesar 0,65 m/s, bagian tengah
sebesar 0,2 m/s, dan dasar yaitu 0,25 m/s. Segmen ketiga juga menggunakan rumus yang
sama yaitu (V2+V3)/2, data perhitungannya diperoleh 0,45 m/s, 0,45 m/s, dan 0,25 m/s untuk
bagian permukaan, tengah, dan dasar. Dari ketiga segmen ini diperoleh masing-masing
kecepatan di bagian dasar, atas, dan tengah, selanjutnya yaitu perhitungan kecepatan rata-rata
dimana perhitungannya yaitu (Vpermukaan
+ Vdasar + Vtengah)/ 3. Dengan dimasukkannya data perhitungan persegmen maka diperoleh
kecepatan rata-rata per segmen sebesar 0,50 m/s untuk segmen pertama, lalu 0,050 m/s untuk
segmen kedua, dan segmen ketiga 0,38 m/s. Dapat dilihat bahwa kecepatan tertinggi pada
setiap segmen terjadi pada permukaan atas dan tengah lalu terendah pada permukaan dasar
sungai, sedangkan untuk kecepatan rata-rata paling besar pada segmen 1 dan 2. Hal ini
menandakan bahwa terdapat arus yang deras pada bagian segmen ini. Setelah dilakukan
pengukuran kecepatan aliran per segmen maka diukur lebar sungai dan lebar segmen, dimana
lebar sungai sebesar 4,8 meter dan lebar segmen masing-masing 1,6 m.
Selanjutnya yaitu pengukuran kedalaman sungai dimana nilai H 0, H1, H2, dan H3 diperoleh
masing-masing sebesar 0,47 m ; 0,26 m ; 0,1 m ; dan 0,46 m. H0 dan H3 merupakan kedalaman
pada bagian tepi sungai sedangkan H1 dan H2 yaitu berada pada bagian tengah-tengah sungai.
Dengan lebar masing-masing segmen sebesar 1,6 meter dan kecepatan rata-rata sebesar 0,50
m/s, 0,50 m/s, dan 0,38 m/s (segmen 1, segmen 2, segmen 3). Diperoleh kecepatan aliran total
(kecepatan rata-rata dari setiap segmen) sebesar 0,46 m/s dengan menggunakan rumus
(V1+V2+V3)/3. Dalam perhitungan debit aliran diperlukan data luas segmen.
Rumus perhitungan luas segmen yaitu A = ½ x b (H 0+H1) dengan keterangan b merupakan
lebar sungai (m) dan h adalah kedalam sungai (m). Segmen ini berbentuk trapesium maka dari
itu rumus luasnya menggunakan rumus trapesium. Untuk Nilai luas segmen satu, dua, dan tiga
diperoleh hasil 0,58 m2, 0,29 m2, dan 0,45 m2. Dengan adanya nilai luas setiap segmen maka
dilakukan perhitungan debit aliran, rumus dari debit aliran yaitu Q = A .V, A merupakan luas
segmen dan V merupakan kecepatan aliran setiap segmen. Pada segmen satu diperoleh hasil
debit aliran sebesar 0,29 m3/s, segmen dua 0,15 m3/s, dan 0,17 m3/s.
Dapat disimpulkan bahwa nilai debit aliran terbesar yaitu pada segmen 1. Dari rumus Q =
A.V diperoleh hubungan antara debit dengan luas yaitu berbanding lurus, dimana semakin besar
nilai luas segmen maka semakin besar pula debit aliran yang terukur begitupun juga dengan
debit aliran dengan kecepatan aliran, semakin cepat aliran air maka semakin besar debit air.
Namun, untuk nilai luas segmen dengan kecepatan aliran mempunya hubungan yang
berbanding terbalik, semakin besar kecepatan aliran maka semakin kecil nilai luas segmen.

4.5.4 Faktor yang Mempengaruhi Debit Aliran


Karakteristik debit aliran pada suatu DAS sangat dipengaruhi oleh faktor curah hujan dan juga
sifat fisik dari DAS tersebut. Kondisi fisik DAS yang sangat berperan penting terhadap karakteristik
DAS adalah faktor tanah dan vegetasi pada wilayah DAS sehingga apabila terjadi perubahan pada
kedua faktor tersebut maka berubah pula karakteristik debit pada DAS tersebut. Dengan demikian
informasi tentang bagaimana kondisi karakteristik debit pada suatu DAS dapat menjelaskan sejauh
mana kondisi fisik DAS yang bersangkutan. Selain itu informasi tentang kondisi debit pada suatu
DAS sangat dipe rlukan untuk menge t ahui pot ensi sumberdaya air pada di suatu wilayah DAS
sehingga perencanaan pengelolaan air dapat berlangsung dengan efektif.
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Tujuan dari praktikum ini yaitu mahasiswa mampu mengetahui cara pengambilan sample yang
benar agar didapatkan hasil pengujian lab yang valid, mahasiswa mampu mengetahui pengukuran dan
perhitungan debit aliran sungai, dan meminimalkan kesalahan hasil analisa lab melaui pengambilan dan
pengawetan sample sebagai tahap awal penelitian. Kemudian diketahui bahwa pengambilan sampel
tanah merupakan pengambilan yang digunakan untuk dianalisis kandungan bahan organik, tekstur dan
suhu tanahnya. Pengambilan sampel tanah utuh menggunakan ring sampel. Ring sampel pada
praktikum ini menggunakan bantuan alat Augler soil sampler yang berfungsi untuk mengambil sampel
tanah.
Metode pengawetan sampel air dan sampel tanah yaitu menggunakan suasana dingin.
Pengawetan digunakan untuk memperlambat proses perubahan kimia dan biologis yang tidak
terelakan. Dipastikan bahwa sampel air dan tanah ditutup rapat agar tidak ada udara didalamnya.
Setelah itu sampel diberi label terlebih dahulu untuk memberi keterangan. Lalu disimpan kedalam cool
box. Cool box tersebut berfungsi untuk mengawetkan sampel. Cool box juga harus ditutup rapat supaya
tidak ada pengaruh udara dari luar.

5.2 Saran
Praktikum berlangsung lancar. Mungkin dapat disuguhkan video cara pengambilan sampel tanah
dan air dengan Bahasa Indonesia. Semangat mas,mba.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Azwar, Soemarno, dan Mangku Purnomo. 2013. Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai
Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari. Volume 13 (2) : 265-274
Arifin, Moch. 2010. Kajian Sifatfisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam Hubungannya
Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian Mapeta. Vol 12 (2) : 72 – 144
Debataraja, N. N., Kusnandar, D., & Nusantara, R. W. 2018. Identifikasi Lokasi Sebaran Pencemaran
Air di Kawasan Permukiman Kota Pontianak. Jurnal Matematika, Statistikadan
Komputasi, 15(1), 37-41.
Evarnaz, Novita & Toknok, Bau & Ramlah, Sitti. 2014. Sifat Fisik Tanah Di Bawah Tegakan Eboni
(Diospyros Celebica Bakh) Pada Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi
Moutong. Volume 2 (2) : 109-116.
Ferdian, Ferdi. 2015. Pengaruh Penambahan Pasir Terhadap Tingkat Kepadatan dan Daya Dukung
Tanah Lempung Organik. Lampung: Universitas Lampung.
Halim, Fuad. 2014. Pengaruh Debit Terhadap Pola Gerusan di Sekitar Abutmen Jembatan (Uji
Laboratorium dengan Skala Model Jembatan Megawati). Jurnal Ilmiah Media Engineering. Vol.4,
No.1 : 32-40
Harariet, Fadila, Darmiah, dan Imam Santoso. 2017. Hubungan Jumlah Perenang Dengan Kandungan
Sisa Klor Pada Air Kolam Renang. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 14, No. 1 : 375-382
Kautsar, Muhammad, R. Rizal Isnanto, dan Eko Didik Widianto. 2015. Sistem Monitoring Digital
Penggunaan dan Kualitas Kekeruhan Air PDAM Berbasis Mikrokontroler ATMega328
Menggunakan Sensor Aliran Air dan Sensor Fotodiode. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer.
Vol.3, No.1: halaman 79-86
Ningrum, S.O., 2018. Analysis Quality of Water River and Quality of Well Water in The Surrounding of
Rejo Agung Baru Sugar Factory Madiun. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(1), pp.1-12
Mardhia, D. dan Abdullah, V., 2018. Studi Analisis Kualitas Air Sungai Brangbiji Sumbawa Besar. Jurnal
Biologi Tropis, 18(2), pp.182-189
Marlena, Bekti, Setia Budi Sasongko, dan Danny Sutrisnanto. 2012. Kajian Pengelolaan Sub DAS
Garang Hulu terhadap Kualitas Air Sungai. Semarang: Universitas Diponegoro
Praing, Heryanto U. P. J. 2011. Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Flowmeter pada Proses
Custody Transfer Aliran Fluktuatif di Laboratorium INDI TF-ITB. Bandung: Universitas Komputer
Indonesia
Prayogo, Kukuh dan Hasriyasti Saptowati. 2016. Penyelidikan Struktur dan Karakteristik Tanah Untuk
Desain Pondasi Iradiator Gamma Kapasitas 2 MCi. Jurnal Perangkat Nuklir. Vol. 10, No. 01 : 30-
49
Ranijintan, R.P., Hayat, A.F. dan Raodhah, S., 2016. Kualitas Air Sungai Walannae di Dusun Kampiri
Desa Pallawarukka Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. HIGIENE: Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 2(1), pp.15-20.
Satriadi, Alfi. 2013. Kajian Transpor Sedimen Tersuspensi Untuk Perencanaan Pembangunan
Pelabuhan Bojonegara Banten. Buletin Oseanografi Marina. Vol. 2: 68-77
Tarigan, Emalia Sinarta Br , Guchi, Hardy, dan Marbun, Posma. 2015. Evaluasi Status BahanOrganik
dan Sifat Fisik Tanah (Bulk Density, Tekstur, Suhu Tanah) Pada Lahan Tanaman Kopi (Coffea
Sp.) di Beberapa Kecamatan Kabupaten Dairi. Jurnal Online Agroekoteknologi . Vol 3 (1) : 246 –
256
Umar, Sri Nurwahyuni. 2013. Studi Experimen Distribusi Kecepatan Aliran Sungai. Makassar:
Universitas Hasanuddin
Wulandari, S. Y., Yusuf, M., & Muslim, M. 2014. Kajian Konsentrasi Dan Sebaran Parameter Kualitas
Air Di Perairan Pantai Genuk, Semarang. Buletin Oseanografi Marina, 3(1), 9-19.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Ali, Azwar, Soemarno, dan Mangku Purnomo. 2013. Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai
Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari. Volume 13 (2) : 265-274
Finawan, A., & Mardiyanto, A. 2011. Pengukuran Debit Air Berbasis Mikrokontroler AT89S51. Jurnal
Litek, 8(1), 28-31.
Nurhalimah, S., Nurhatika, S., & Muhibuddin, A. 2014. Eksplorasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)
Indigenous Pada Tanah Regosol di Pamekasan, Madura. Jurnal Sains dan Seni ITS, 3(1), E30-
E34.
Norhadi, A., Marzuki, A., Wicaksono, L., & Yacob, R. A. 2015. Studi Debit Aliran Pada Sungai Antasan
Kelurahan Sungai Andai Banjarmasin Utara. POROS TEKNIK, 7(1).
Pancawati, D. N., Suprapto, D., & Purnomo, P. W. 2014. Karakteristik Fisika Kimia Perairan Habitat
Bivalvia di Sungai Wiso Jepara. Management of Aquatic Resources Journal, 3(4), 141-146.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
Ek8plorasi Mikoriza VesikularAitiuskular (MVA)
Andf 8f2OKf pada Tanah Regosol
di Pamekasan, Madura
Sri ¥¥zItsIImet-', S-rI érttaikc', 4a A nan M¥¥B•ddia'
9¥MDI DEBIT ALIRAN PADA 9UMGAI ANTABAN
xELuexu H&MNcAl ANDAI BANJARzaastN MTARA
Ahmad horhaai *'!. Akhmad Marzuki *'*, Luki wica *'*
Rendi Addetya Yauob ^’
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:


a. Grab sample
b. Composite sample
c. Integrated sample
2. Jelaskan fungsi cool box dalam pengambilan sampel!
3. Sebutkan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi pengambilan sampel air!

Jawab :

1. A. Grab sampel adalah sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang sedang
dipantau. Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan sampel.
B. composite sample adalah sampel campuran dari beberapa waktu pengamatan. Pengambilan
sampel komposit dapat dilakukan secara manual ataupun secara otomatis denagan
menggunakan peralatan yang dapat yang dapat mengambil air pada waktu - waktu tertentu
dan sekaligus dapat dapat mengukur debit air.
C. Integrated sample adalah sampel gabungan yang diambil secara terpisah dari beberapa
tempat, dengan volume yang sama. Hasil pemeriksaan contoh gabungan menunjukkan keadaan
merata dari suatu daerah atau tempat pemeriksaan.
2. Cool box berfungsi untuk mengawetkan sampel. Cool box juga harus ditutup rapat supaya tidak
ada pengaruh udara dari luar. Selain itu cool box dan es batu berfungsi untuk memberi
pengaruh suhu pada cool box.
3. Pertimbangannya adalah Sampel air limbah harus diambil pada lokasi yang mewakili seluruh
karakteristik limbah dan kemungkinan pencemaran yang akan ditimbulkannya, Sampel air dari
badan air harus diambil dari lokasi yang dapat menggambarkan karakteristik keseluruhan badan
air. Oleh karena itu, sampel air perlu diambil dari beberapa lokasi dengan debit air yang harus
diketahui, Sumber pencemar yang mencemari badan air yang dipantau harus diketahui; berupa
sumber pencemar setempat (point source) atau sumber pencemar tersebar (disperse source),
Jenis bahan baku dan bahan kimia yang digunakan dalam proses industri perlu diketahui
DATA HASIL PRAKTIKUM

Kelompok : O4

Current meter
V Atas (m/s) Tengah (m/s) Dasar (m/s)
V0 0,6 0,6 0,3
V1 0,7 0,6 0,2
V2 0,6 0,6 0,3
V3 0,3 0,3 0,2

V tiap segmen
Segmen 1 = (V0+V1) / 2 Segmen 2 = (V1+V2) / 2
V permukaan = (0,6+0,7)/2= 0,65 V permukaan = (0,7+0,6)/2 = 0,65
V tengah = (0,6+0,6)/2= 0,6 V tengah = (0,6+0,6)/2 = 0,2
V dasar = (0,3+0,2)/2 = 0,25 V dasar = (0,2+0,3)/2 = 0,25

Segmen 3 =
V permukaan = ( 0,6+0,3)/2 = 0,45
V tengah = (0,6+0,3)/2 = 0,45
V dasar = (0,3+0,2) = 0,25

Parameter Segmen (m/s)


1 2 3
V permukaan 0,65 0,65 0,45
V tengah 0,6 0,6 0,45
V dasar 0,25 0,25 0,25
V rata-rata 0,50 0,50 0,38

Tabel data kedalaman sungai


- Lebar sungai = 4,8m
- Lebar segmen = 1,6m
h0 0,47m
h = kedalaman sungai
h1 0,26m
h2 0,1m
h3 0,46m

Data Segmen
Perhitungan 1 2 3
b (m) / lebar segmen 1,6 m 1,6 m 1,6 m
V rata-rata 0,50 0,50 0,38
Kecepatan Aliran rata-rata
= = 0,46

Luas tiap segmen


A1= ½ x b (h0+h1) = ½ x 1,6
(0,47+0,26) = 0,58 A2= ½ x b (h1+h2)
= ½ x 1,6 (0,26+0,1) = 0,29 A3= ½ x b
(h2+h3) = ½ x 1,6 (0,1+0,46) = 0,45

Debit tiap aliran


Q1 = A1
x V1 =
0,29 Q2
= A2 x
V2 =
0,15 Q3
= A3 x
V3 =
0,17

Segmen A (m2) V rata-rata (m/s) Q (m3/s)


1 0,58 0,50 0,29
2 0,29 0,50 0,15
3 0,45 0,38 0,17

Anda mungkin juga menyukai