Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Pengertian Laboratorium Mekatron
Mekatronika adalah sebuah tahapan alamiah dalam proses evolusi pada
bidang perancangan teknik modern. Mekatronika menggabungkan teknologi
tentang mesin, elektronika, dan informatika untuk merancang,
mengoperasikan dan memelihara sistem untuk mencapai tujuan yang
diamanatkan. Untuk menggabungkan beberapa disiplin iptek tersebut,
mekatronika memerlukan teori kendali dan teori sistem. Laboratorium
Mekatronika sendiri adalah laboratorium yang menyediakan fasilitas untuk
menyalurkan dan mengembangkan softskill maupun hardskilll dalam bidang
mekanika maupun elektronika dasar. Selain itu, di laboratorium ini juga
biasanya dipakai untuk pengerjaan berbagai tugas bahkan proyek akhir
mahasiswa, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan penyolderan,
pengeboran, dan lain sebagainya.
Di Universitas Brawijaya sendiri khususnya di Fakultas Teknologi
Pertanian, juga memiliki Laboratorium Mekatronika Alat dan Mesin
Agroindustri. Laboratorium ini berada di bawah Jurusan Keteknikan
Pertanian. Di Laboratorium Mekatronika ini ada beberapa alat, seperti bor,
mesin bubut, gerinda, dan banyak lagi. Fasilitas yang disediakan juga dapat
membantu kerja praktikum. Laboratorium ini bisa digunakan untuk kegiatan
penelitian, pengabdian, praktikum, maupun proker.
1.1.2. Fungsi Laboratorium
Laboratorium memiliki peran sebagai tempat untuk melakukan
percobaan dan penelitian. Sedangkan peran laboratorium dalam proses
pendidikan adalah sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pengamatan
dan pencatatan. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa.
Terkadang di laboratorium juga ada beberapa koleksi hewan dan tumbuhan
yang di awetkan. Penjelasan tersebut menunjukkan fungsi laboratorium
sebagai museum kecil.
Di dalam laboratorium, konsep budaya dan K3 penting untuk
diketahui dan di aplikasikan. Kegiatan yang memerlukan laboratorium
sebagai tempat berlangsungnya suatu kegiatan juga banyak, oleh karena itu
laboratorium memiliki banyak fungsi. Fungsi dari laboratorium salah satunya
sebagai tempat pembelajaran dan keterampilan-keterampilan yang
membutuhkan alat khusus, Selain itu, laboratorium juga memberikan
kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima. Sehingga antara teori
dan praktik bisa digabungkan melalui pembelajaran di laboratorium.
1.2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui alat beserta fungsinya
b. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja alat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bor
Dalam praktek mekatronika, biasanya kita memerlukan suatu alat yang
dipakai untuk melubangi bagian-bagian tertentu. Alat tersebut adalah bor
(Wahyudi, 2018). Mesin bor dibagi dalam beberapa jenis sesuai dengan
kebutuhan proses pengerjaan. Dalam pelaksanaannya pengeboran merupakan satu
poros yang berputar dengan mata bor pada ujungnya yang berguna sebagai
pengebor dengan dijepit di meja bor (Hendra, 2009). Secara umum, dalam
pelaksanaan pengeboran suatu lubang pada benda kerja diperlukan suatu mesin
bor yang bekerja baik dan teliti. Mesin dapat mengebor benda kerja secara terus
menerus dan mempunyai kecepatan poros yang dapat disetel menurut
kebutuhannya dan dapat dilakukan bermacam–macam pengeboran yang sesuai
kebutuhan (Agustriyana, 2018).

(Agustriyana, 2018)
Pada bagian yang akan dibor terlebih dahulu harus dibuat titik pusat yang
memenuhi syarat.. Mesin bor ini digunakan untuk pengeboran pada pekerjaan
konstruksi dengan kapasitas pengeboran sampai diameter 20 mm. Prinsip kerja
mesin bor adalah putaran motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga poros
berputar. Selanjutnya poros berputar yang sekaligus sebagai pemegang mata bor
dapat digerakkan naik turun dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang
dapat mengatur tekanan pemakanan saat pengeboran. Bagian utama mesin bor
adalah sebagai berikut :
1. Spindel pada mesin bor berfungsi untuk menggerakan mata bor;
2. Drill head pada mesin bor berfungsi untuk menopang mekanisme penggerak
pisau potong dan menghantarkan ke benda kerja;
3. Lengan radial, bagian dari mesin bor radial yang dapat bergerak naik turun
maupun berputar dimana motor penggerak dan drill head terpasang kuat; dan
4. Meja, bagian yang menopang seluruh bagian mesin bor dimana meja terbuat
dari material besi cor dengan kekuatan yang tinggi dan stabilitas yang baik
(Agustriyana, 2018).
2.2. Mesin Bubut
Mesin bubut adalah mesin perkakas yang dalam pengoperasian proses
pemotongan (cutting) benda kerja oleh pahat/alat bantu potong dibantu dengan
kontrol numerik dengan menggunakan komputer (Wijarnaka, 2012). Mesin ini
digunakan untuk memotong benda yang diputar (Stella, 2016). Dengan mengatur
perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat, maka
akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran yang berbeda. Hal ini dapat
dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menguhubungkan poros
spindel dengan poros ulir. Fungsi dari mesin ini yakni mengubah bentuk benda
menjadi bentuk silinder. Namun, mesin ini juga dapat digunakan untuk
meratakan permukaan benda (Rochim, 2009).

(Wirjanaka, 2012)
Cara kerja mesin ini dengan prinsip memutar memutar benda kerja (benda
yang diolah) dan menyayatnya dengan pemotong sehingga dihasilkan serpihan.
Benda kerja diputar sesuai dengan sumbu mesin. Adapun pemotong bergerak ke
kanan dan ke kiri searah dengan sumbu mesin untuk menyayat benda kerja. Jenis
mesin bubut yang sederhana menggunakan pemotong bermata tunggal. Namun,
prinsip kerja mesin bubut tetaplah sama (Wirjanaka, 2012).
2.3. Gerinda
Mesin Gerinda adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk
mengasah/memotong benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip kerja mesin
gerinda adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja sehingga
terjadi pengikisan, atau pemotongan. Mesin ini dapat mengikis permukaan logam
dengan cepat dan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi sesuai dengan bentuk
yang diinginkan (Amin, 2018). Bekerja dengan mesin gerinda sama dengan
proses pemotongan benda kerja. Pisau atau alat potong gerinda adalah ribuan
keping berbentuk pasir yang melekat menjadi keping roda gerinda (Prastiawan,
2010).
(Prastiawan, 2010)
Dalam Proses penggerindaan, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan agar mendapat hasil yang diinginkan. Cutting adalah kondisi
dimana butiran abrasive cukup panjang untuk menyentuh benda sehingga
memungkinkan proses pemotongan terjadi. Ketika kondisi cutting pada proses
gerinda permukaan terjadi, permukaan benda kerja mendapat tekanan yang akan
menimbulkan konsentrasi tegangan di daerah sekitar titik penekanan mata
potong pahat. Tegangan pada benda kerja tersebut mempunyai orientasi yang
kompleks dan pada salah satu arah akan terjadi tegangan geser yang maksimum.
Apabila tegangan geser ini melebihi yield point benda kerja, maka akan terjadi
deformasi plastis yang menggeser dan memutuskan benda kerja diujung pahat
pada suatu bidang geser. Ploughing adalah kondisi dimana butiran abrasif
menyentuh benda kerja tetapi tidak cukup panjang. Hal ini mengakibatkan
permukaan benda kerja terdeformasi, tetapi tidak terjadi pemotongan. Rubbing
adalah kondisi dimana butiran abrasif menyentuh permukaan benda kerja.
Permukaan benda kerja tidak terdeformasi dan tidak terjadi pemotongan. Dalam
kondisi ini butiran abrasif dan permukaan benda kerja hanya bergesekan (Arif,
Saiful 2015).
2.4. Roll
Pada industri skala kecil masih banyak dijumpai teknologi penunjang
produksi yang masih dijalankan secara manual, salah satunya yaitu mesin
pengerolan. Sehingga dibutuhkan inovasi terhadap alat yang sudah ada agar
dapat bekerja lebih efisien. Mesin pengerollan sendiri merupakan alat bantu
untuk membentuk plat/profil yang semula dalam bentuk lonjoran lurus berubah
menjadi melengkung dan melengkungnya profil ini disesuaikan sesuai kebutuhan
dan kegunaan. Mesin rol adalah salah satu mesin yang berfungsi sebagai alat
untuk membengkokkan plat dan bisa digunakan untuk pembuatan dandang
presto. Cara kerjanya sangat sederhana yaitu dengan membengkokan plat
stainless steel menjadi bentuk silinder (Novandra, 2018).
(Nurcahyo, 2018)
Selama ini mesin rol yang telah beredar dikalangan masyarakat hanya
menggunakan rol tunggal. Cara kerja pengerollan adalah dengan dua buah
tumpuan di bagian ujung plat, diberikan satu gaya tekan dari atas ke bawah pada
bagian tengah plat. Dengan menggunakan dua buah matras (dudukan) sebagai
dudukan plat, dan satu matras penekan. Setelah plat diatas kedua matras putar,
menekan plat ke arah bawah dengan cara memutar ulir pengatur sehingga
memperoleh plat berbentuk silinder (Nurcahyo, 2018).
2.5. Las
Pengertian mesin las adalah salah salah satu alat penyambung logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman)
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi
panas. Pengelasan bimetal adalah proses pengelasan yang menyambungkan dua
macam logam yang berbeda. Pengelasan bimetal mempunyai tingkat kerumitan
yang lebih tinggi dibanding dengan pengelasan logam yang sejenis. Karena
logam yang tidak sejenis mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama
lainnya. Sehingga proses pengelasan logam yang tidak sejenis membutuhkan
beberapa teknik tertentu, misalnya pemilihan logam yang akan disambung harus
tepat, pemilihan elektroda yang sesuai (Nurcahyo, 2018).
Pengaturan heat input yang tepat, serta pemilihan perlakuan panas pasca
pengelasan yang tepat. Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam
yang disebabkan oleh panas dengan atau tanpa tekanan, atau sebagai akibat dari
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom, dimana atom-
atom yang membentuk ikatan pada permukaan yang telah menjadi satu, harus
bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida. Dikemukakan juga bahwa
pengelasan adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan
dan dengan atau tanpa logam penambah serta akan menghasilkan sambungan
yang kontinyu (Nurcahyo, 2018).
(Hursodo, 2013)
Pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding) adalah proses utama untuk
penggabungan logam. GMAW adalah suatu metode pengelasan dimana gas
disemburkan ke daerah yang dilas untuk melindungi busur, elektroda dan logam
induk yang mencair terhadap pengaruh udara luar. Gas pelindung yang dipakai
adalah gas yang tidak mudah bereaksi baik terhadap udara luar maupun logam
yang mencair. GMAW konvensional biasanya menggunakan polaritas balik atau
DCRP (Direct Current Reverse Polarity) dimana benda kerja dihubungkan pada
posisi negatif (-) dari mesin las dan elektroda dihubungkan pada posisi positif (+)
dari mesin las. Gas Metal Arc Welding (GMAW), kadang - kadang disebut
Metal Inert Gas (MIG) welding atau Metal Active Gas (MAG) welding
(Hursodo, 2013).
Prinsip kerja las TIG/GTAW adalah dengan menggunakan gas lindung
untuk mencegah terjadinya oksidasi pada bahan las yang panas. Untuk
menghasilkan busur nyala, digunakan elektroda yang tidak terkonsumsi terbuat
dari logam tungsten atau paduannya yang memiliki titik lebur sangat tinggi
(Hursodo, 2013).
Busur nyala dihasilkan dari arus listrik melalui konduktor dan
mengionisasi gas pelindung. Busur terjadi antara ujung elektroda tungsten
dengan logam induk. Panas yang dihasilkan busur langsung mencairkan logam
induk dan juga logam las berupa kawat las (rod). Penggunaan kawat las tidak
selalu dilakukan, hanya jika dirasa perlu sebagai logam penambah. Pencairan
kawat las dilaksanakan di ujung kolam las saat proses pengelasan berjalan
(Hursodo, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Agustriyana Lisa. 2018. Teknik Bengkel. Malang. POLINEMA PRESS.


Basjaruddin Noor Cholis. 2015. Pembelajaran Mekatronika Berbasis Proyek. Sleman.
Deepublish.
Wahyudi Udik, 2018. Mahir dan Terampil Belajar Elektronika untuk Pemula. Sleman.
Deepublish.
Wijarnaka Banardus Sentot. 2012. CADCAM untuk Mesin Bubut dan Frais CNC
Menggunakan Mastercam 9 dan X3. Sleman. Deepublish.
Wijayono Andrian. 2017. Penerapan Teknologi Pengolah Citra dan Fisika pada Bidang
Tekstil, Sleman. Mulia Jaya.
Yulistiawan. 2016. Pengaruh Variasi Kampuh Terhadap Kekuatan Tarik Hasil
Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) Pada Baja Karbon Rendah ST 37. Skripsi.
Universitas Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai