BERWARNA
LAPORAN PRAKTIKUM
3X4
MEKANIKA FLUIDA
MATERI
Disusun oleh:
NIM : 185100200111018
KELOMPOK : E2
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
Nama : Bintang Rizky P S
NIM : 185100200111018
Kelompok : E2
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu untuk mengetahui karakteristik aliran laminar dan aliran
turbulen.
b. Mahasiswa mengetahui pengaruh terjadinya gesekan aliran terhadap faktor
pengaruh pengaliran
BAB II
LANDASAN TEORI
Re =
Dimana V adalah kecepatan fluida (m/s), D adalah diameter dalam pipa (m), ρ
adalah rapat massa fluida (kg/m 3), dan µ adalah viskositas dinamik fluida (kg/ms) atau
(N. s/m2).
(Indra, 2012)
2. Aliran turbulen, didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan partikel-
partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami pencampuran secara
putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari
satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi mengakibatkan tegangan gesr
yang merata di seluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.
(Indra. 2012)
3. Aliran transisi, merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.
Aliran ini mengalir dengan kecepatan tinggi., fluida encer, aliran lorong besar.
Bilangan Reynolds dari aliran ini adalah Re>4000, aliran bercampur dari lapisan ke
(Indra, 2012)
2.4. Aplikasi Gesekan Aliran Pada Bidang Teknik Lingkungan/ Keteknikan Pertanian
Pengaplikasian prinsip dari gesekan aliran adalah pada metode irigasi tetes air
dialirkan melalui suatu jaringan pipa, yang biasanya terdiri dari pipa utama, sub-utama
dan pipa lateral, untuk selanjutnya dikeluarkan melalui penetes ke daerah perakaran
tanaman. Aliran air dalam pipa-pipa tersebut akan menimbulkan gaya yang bekerja
pada dinding pipa sebelah dalam. Untuk mengetahui tingkat keseragaman distribusi
tetesan dalam pemberian air pada tanaman lahan kering serta menentukan cara yang
efektif dalam penyiraman sehingga tidak boros dalam penggunaan air. Parametenya
adalah berupa saluran utama, saluran distribusi, keseragaman emitter, kebutuhan
tanaman. Nilai bilangan Reynolds pada emitter saluran distribusi dan saluran utama
memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kecepatan
pada tiap saluran (Sumarsono, 2014).
BAB III
METODOLOGI
Disiapkan
Pompa
Pengulangan
1 Gelas ukur
2 Stopwatch
3 Piezometer
4 Pompa
5 Stop kontak
6 Pipa Input
7
Pipa Output
9 Manometer
10 Tandon input
11 Tandon output
12 Kran input
13 Kran output
14 Kran kontrol
15 Air raksa
16 Skala/mistar
17 Selang
20 Sprinkle besar
21 Sprinkle kecil
24 Belokan 90o
Air
25
26 Penyangga
27 Tussen klep
28 Papan
29 Kran pemancing
30 Pipa pemancing
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Data pengamatan
No Waktu (s) ∆H air raksa (cmHg) Volume (m3)
1 5 6 1,0084 x 10-3
2 5 5,2 1,0033 x 10-3
3 5 6,2 1,0069 x 10-3
4 5 5,8 1,0051 x 10-3
5 5 6 1,0006 x 10-3
Keterangan :
µ = 1,002 x 10-3 kg m/s
L pipa = 8,05 m
D pipa = 1,2265 x 10-4 m
ρair = 1000 kg/m3
ρHg = 13,57 x 10-3 kg/m3
1. Debit (Q) =
Q1 = = 2,0168 x 10-4
Q2 = = 2,0066 x 10-4
Q3 = = 2,0138 x 10-4
Q4 = = 2,0102 x 10-4
Q5 = = 2,0012 x 10-4
U1 = = 1.644
U2 = = 1,636
U3 = = 1,642
U4 = = 1,638
U5 = = 1,631
Hf = { ∆H raksa x } – 2 {0,2 x }
f=
f1 = = 0,91
f2 = = 0,80
f3 = = 0,95
f4 = = 0,89
f5 = = 0,93
Re =
Re1 = = 0,00205
Re2 = = 0,00204
Re3 = = 0,00204
Re4 = = 0,00204
Re5 = = 0,00203
Tabel Perhitungan
∆H V Log
No Q(m3/s) Log v Hf air f Re Log LogRe
(cmHg) (m/s) f
2,0168 -
1 6 1,644 0,215 81,86 0,91 0,00205 10,16 1,006 -2,688
x 10-4 0,04
2,0066 -
2 5,2 1,636 0,213 70,51 0,80 0,00204 8,76 0,942 -0,025
x 10-4 0,96
2,0138 -
3 6,2 1,642 0,215 84,08 0,95 0,00204 10,44 1,018 0,007
x 10-4 0,02
2,0102 -
4 5,8 1,638 0,214 78,65 0,89 0,00204 9,77 0,989 -0,004
x 10-4 0,05
2,0012 -
5 6 1,631 0,212 81,36 0,93 0,00203 10,10 1,004 0,001
x 10-4 0,03
10,0486
Jumlah 29,2 8,191 1,069 396,46 4,48 -1,1 0,0102 49,23 4,959 -2,709
x 10-4
2,00972 - -
Rata2 5,84 1,6382 0,213 79,292 0,896 0,00204 9,846 0,991
x 10-4 0,22 0,5418
B= = = = -0,678
A= == = -0,691
Fungsi Linear
Y = ax + b
B= = = 28,34
A= = = -5,06
Fungsi Linear
Y = ax + b
20
15
10
0
0 1 2 3 4 5 6
volume air sebesar 1,0006 x 10-3 m3, sehingga didapatkan debit aliran Q5 =
= 2,0012 x 10-4 m3/s.
Untuk menghitung kecepatan aliran digunakan rumus v = , dimana A
dihitung dengan rumus A = . Diketahui diameter pipa sebesar 1,25 x
10-2 m, sehingga perhitungan A adalah: =
2
m . Pada pengulangan pertama diketahui debit aliran sebesar m3/s,
sehingga didapatkan kecepatan aliran pada U1 = = 1.644 m/s. Pada
pengulangan kedua diketahui debit aliran sebesar 2,0066 x 10-4 m3/s, sehingga
didapatkan kecepatan aliran pada U2 = = 1,636 m/s. Pada pengulangan
ketiga diketahui debit aliran sebesar 2,0138 x 10-4 m3/s, sehingga didapatkan
kecepatan aliran pada U3 = = 1,642 m/s. Pada pengulangan keempat
diketahui debit aliran sebesar 2,0102 x 10-4 m3/s, sehingga didapatkan kecepatan
aliran pada U4 = = 1,638 m/s. Pada pengulangan kelima diketahui debit
aliran sebesar 2,0012 x 10 m3/s, sehingga didapatkan kecepatan aliran pada U5 =
-4
= 1,631 m/s.
Perhitungan yang ketiga adalah menghitung gesekan dalam pipa yang dicari
menggunakan rumus Hf air = {ΔH x – 2{0,2 x }, dimana ρHg telah diketahui
sebesar 13,57 x 103 kg/m3, dan ρ air sebesar 1000 kg/m 3. Pada pengulangan
pertama didapatkan Hf1 = { 6 x 13,57 } – 2 { 0,2 x } = 81,86. Pada pengulangan
Berdasarkan praktikum, dapat dibuat regresi linier Log v (x) dan Log
(y). Pertama-tama dapat dihitung nilai b dengan rumus dan
diperoleh b = 28,34. Kemudian dapat dihitung nilai a dengan rumus
dan diperoleh a = -5,06. Kemudian a dan b dengan persamaan y = ax
+ b dimasukkan nilai x sebanyak 5 kali permisalan. Untuk x = 1, diperoleh y =
23,28 dengan perhitungan (-5,06)(1) + 28,34 = 23,28. Untuk x = 2, diperoleh y
= 18,22 dengan perhitungan (-5,06)(2) + 28,34 = 18,22. Untuk x = 3, diperoleh
y = 13,16 dengan perhitungan (-5,06)(3) + 28,34 = 13,16. Untuk x = 4,
diperoleh y = 8,1 dengan perhitungan (-5,06)(4) + 28,34 = 8,1. Untuk x = 5,
diperoleh y = 3,04 dengan perhitungan (-5,06)(5) + 28,34 = 3,04. Kemudian
titik-titik tersebut dihubungkan dan membentuk grafik yang semakin ke atas
(positif). Dengan log v sebagai x dan log Hf/L sebagai y. Hubungan antara log
v dengan log Hf/L adalah berbanding lurus. Jadi semakin tinggi nilai x (log v)
atau kecepatan aliran, maka akan semakin tinggi juga nilai y (log Hf/L). Dari
grafik tersebut dapat digunakan untuk menentukan jenis alirannya apakah
turbulen atau laminar maupun transisi.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Faktor yang Memengaruhi Gesekan Aliran berdasarkan Praktikum
Pada praktikum gesekan aliran melalui pipa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi hasil praktikum. Faktor-faktor tersebut antara lain alat
yang sudah tua. Rangkaian pipa yang digunakan pada praktikum ini telah
berumur lama, sehingga alat-alat tersebut kurang berfungsi sebagaimana
mestinya. Selang yang berfungsi sebagai wadah air raksa juga kotor,
sehingga menyulitkan pengamat untuk mengamati ukuran air raksa pada
mistar. Hal tersebut menyebabkan data yang didapatkan tidak akurat. Selain
itu jenis fluida yang dipakai tidak seluruhnya air, karena melalui PDAM
sehingga terdapat kotoran maupun fluida lainnya yang ikut tercampur, dan
massa jenis air menjadi berbeda. Human error juga termasuk salah satu
faktor yang mempengaruhi praktikum. Karena durasi setiap pengulangan
hanya 5 detik, maka kurang efisien bagi praktikan yang membacanya. Saat
waktu telah berakhir, masih terdapat praktikan yang mengamati beda tinggi
air raksanya.
4.6.2 Pengaruh Faktor Gesekan terhadap Bilangan Reynolds
Hubungan antara faktor gesekan terhadap bilangan Reynolds yaitu
berbanding lurus. Hal ini dapat diartikan semakin besar factor gesekan aliran
fluida maka akan semakin besar bilangan Reynolds aliran fluida tersebut,
begitu pula sebaliknya, kerugian tekanan di dalam pipa disebabkan adanya
efek gesekan sebagai fungsi bilangan Reynolds. Untuk angka Reynolds di
bawah 2000, aliran pada kondisi tersebut adalah laminer. Aliran akan turbulen
apabila angka Reynolds lebih besar 4000. Apabila angka Reynolds berada di
antara kedua nilai tersebut adalah transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai
di atas (Re=2000 dan Re=4000) disebut dengan batas kritik bawah dan atas
(Nurcholis, 2018).
Penentuan aliran fluida cair laminer atau turbulen ditentukan oleh Reynolds
number (bilangan Reynolds). Teori Reynolds merumuskan bahwa untuk aliran
internal (internal flow) atau aliran yang mengalir dalam pipa, jenis aliran yang terjadi
dapat diketahui dengan mendapatkan bilangan Reynoldsnya. Aliran turbulen,
merupakan aliran dengan kecepatan tinggi, fluida encer, aliran lorong besar dengan
bilangan Re > 4000. Telah diketahui bahwa di saluran dan pipa fluks volume aliran
laminar lebih besar untuk aliran turbulen pada gradien tekanan yang sama.
Gesekan dalam aliran laminar kurang dari arus turbulen untuk fluks volume yang
sama. Perbedaan fluks untuk gradien tekanan yang diberikan dan
mempertimbangkan implikasinya pada tinggi bilangan Reynolds. Telah diprediksi
bahwa untuk arus fluks volume konstan, serapan sublaminar yang berkelanjutan
tidak memungkinkan bahkan dengan adanya flow control (Marusic, 2017).
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa aliran fluida dalam
pipa merupakan aliran turbulen. Hal tersebut dikarenakan ada keterkaitan antara
besar bilangan Reynolds dengan jenis aliran. Dalam praktikum, diketahui bahwa
rata-rata Re yaitu 21222,55 yang termasuk jenis aliran turbulen. Sesuai literatur
yang ada, aliran fluida dengan Re>4000 merupakan jenis aliran turbulen.
Besar dan kecilnya bilangan Re dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
diantaranya ada diameter pipa dan sambungan elbow, konstruksi sambungan,
kecepatan dan kekentalan. Berdasarkan parameter tertentu, dapat dianalisa
hubungan antara bilangan Reynolds terhadap koefisien kerugiannya, dimana pada
ketiga pipa yang digunakan memiliki diameter dan kekasaran yang berbeda
sehingga dari grafik terlihat kecenderungan yang berbeda pula. Pada dasarnya
besarnya kekentalan dapat menurunkan bilangan reynoldsnya karena dapat
menimbulkan aliran berlapis sedangkan untuk kerugiannya justru makin besar. Hal
yang mendasar yang menyebabkan hubungan berbanding terbalik adalah debit dan
kecepatan alirannya (Rahmat, 2010).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, viskositas dan kecepatan
merupakan salah satu hal yang mempengaruhi praktikum. Viskositas air sampel
yang digunakan pada praktikum ini bernilai kecil, sehingga air mengalir dengan
kecepatan tinggi. Aliran air dengan kecepatan tinggi dan nilai viskositas kecil
merupakan ciri-ciri aliran fluida turbulen. Faktor gesekan dan gaya Reynolds
memiliki hubungan yang berbanding lurus, sedangkan kecepatan dan
berbanding terbalik. Hal tersebut mengartikan bahwa hasil praktikum yang telah
kami lakukan telah benar dan sesuai dengan literatur yang ada.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Indra, Ahmad dkk. 2012. Analisa Aliran Fluida Dalam Pipa Spiral pada Variasi Pitch dengan
Menggunakan Metode Computational Fluid Dinamics (CFD). Jurnal Teknik Mesin. Vol
1(1): 24-28.
Rachmat, Febry. 2011. Efek Panjang Pipa Terhadap Aliran Berkembang Penuh Untuk Air
Tawar dan Larutan Biopolimer Cairan Beras Hasil Fermentasi. Depok: Universitas
Indonesia.
Rahmat, Sugi dan Adhe, Irawan. 2010. Analisa Kerugian Head Akibat Perluasan dan
Penyempitan Penampang pada Sambungan 90°. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Siregar, Jhon Fiter dan Jofri B. 2013. Perancangan Alat Uji Gesekan Aliran di Dalam
Saluran. Jurnal Fema. Vol 1(1): 74-79.
Sumarsono, Joko. 2014. Perancangan dan Performansi Sistem Penyiram Tetes Tekanan
Fluida Rendah dengan Head Konstan Untuk Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.) pada Polybag Plastik. Jurnal Ilmiah rekayasa Pertanian dan Biosistem.
Vol 2(1): 36-44.
Marusic, Ivan dkk. 2017. Laminar and Turbulent Comparisons for Channel Flow and Flow
Control. Journal Fluid Mechanics. Vol 570: 467-477.
Nurcholis, Luthfi. 2018. Perhitungan Laju Aliran Berkembang Penuh Untuk Air Tawar dan
Larutan Biopolimer Cairan Beras hasil Fermentasi. Skripsi. Depok : Universitas
Indonesia.
LAMPIRAN DHP
ACC+
b. Data pengamatan
No Waktu (s) ∆H air raksa (cmHg) Volume (m3)
1 5 6 1,0084 x 10-3
2 5 5,2 1,0033 x 10-3
3 5 6,2 1,0069 x 10-3
4 5 5,8 1,0051 x 10-3
5 5 6 1,0006 x 10-3
Keterangan :
µ = 1,002 x 10-3 kg m/s
L pipa = 8,05 m
D pipa = 1,25 x 10-2 m
ρair = 1000 kg/m3
ρHg = 13,57 x 10-3 kg/m3
c. Perhitungan :
6. Debit (Q) =
Q1 = = 2,0168 x 10-4
Q2 = = 2,0066 x 10-4
Q3 = = 2,0138 x 10-4
Q4 = = 2,0102 x 10-4
Q5 = = 2,0012 x 10-4
f1 = = 0,91
f2 = = 0,80
f3 = = 0,95
f4 = = 0,89
f5 = = 0,93
10. Bilangan Reynold (Re)
ρ
Re =
Re1 = = 0,00205
Re2 = = 0,00204
Re3 = = 0,00204
Re4 = = 0,00204
Re5 = = 0,00203
Tabel Perhitungan
B= = = = -0,678
A= == = -0,691
Fungsi Linear
Y = ax + b
B= = = 28,34
A= = = -5,06
Fungsi Linear
Y = ax + b
20
15
10
0
0 1 2 3 4 5 6
LAMPIRAN
\\\\\23e\\\\\23e
Lampiran Tambahan