Anda di halaman 1dari 97

EVALUASI JARINGAN PERPIPAAN DISTRIBUSI AIR

BERSIH DI KECAMATAN SIBABANGUN


KABUPATEN TAPANULI TENGAH

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian mencapai gelar


Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara

SUPIANA SITOMPUL
160404020

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga Tugas Akhir saya yang berjudul

“Evaluasi Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih Di Kecamatan

Sibabangun Kabupaten Tapanuli Tengah” dapat diselesaikan dengan baik.

Sehubungan dengan selesainya Tugas Akhir ini, maka penulis

menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Dedi

Abdi Sitompul dan Rusti Novi Yanti Pasaribu dimana mereka semua selalu

memberikan saya semangat, cinta dan kasih sayang di tengah-tengah kejenuhan

yang terjadi.

Kemudian Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada pihak yang

telah membantu penulis dari segi materi dan material antara lain:

1. Bapak Ivan Indrawan, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing saya yang telah

banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir

ini.

2. Bapak Ir. Medis Surbakti, Ph.D yaitu selaku ketua Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Faisal, S.T.,M.T yang turut membantu tugas akhir ini.

4. Bapak Ir.Makmur Ginting.M.Sc dan Bapak Robi Arianta

Sembiring,ST.,M.Eng

5. Bapak/Ibu staf pengajar, serta pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


6. Terimakasih kepada bapak/ibu staff pegawai PDAM Maul Nauli Pandan yang

telah memberikan waktu dan memberi izin untuk memperoleh data-data

dalam penyelesaian tugas akhir ini,serta memberikan saran yang baik kepada

saya.

7. Terimakasih kepada saudara-saudara penulis antara lain saudara kandung

saya Zahra, Zaki, Rafif, uwak Anik, uwak Siddiq, uwak Uning, mami Yanni,

nenek dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

8. Terimakasih kepada seluruh teman penulis yang telah membantu,

memberikan semangat dan selalu ada di dalam rumah yaitu Yuliana, Junia

dan Poet.

9. Terimakasih teman-teman penulis yang telah membantu dalam skripsi ini

Yuliana, Bunga, Junia, yeremi, Astika, Kiki, Andra, Ira Febrina , Ira , Nurul

Utami, Fachri, Poet, Mipta, Sana, Liza, Ihda, Wita, Dandi dan banyak lagi

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

10. Kawan seperjuangan saya sipil usu stambuk 2016, abang kakak stambuk

2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 serta adik-adik stambuk 2017 dan 2019.

Penulis menyadari terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan

tugas akhir ini, untuk itu kritik dan saran serta sumbangan pemikiran dari

pembaca diperlukan demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Medan, Januari 2021

Supiana Sitompul
160404020

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Suplai air bersih pada jaringan perpipaan distribusi air bersih di kecamatan
Sibabangun Kabupaten Tapanuli Tengah di kelola oleh PDAM Mual Nauli
Tapanuli Tengah. Jaringan perpipaan distribusinya masih menggunakan jaringan
perpipaan yang lama. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
sistem pendistribusian pada jaringan dan sistem pendistribusian air bersih pada
area kecamatan Sibabangun kabupaten Tapanuli Tengah dengan menggunakan
software EPANET 2.0.
Tahapan-tahapan dalam penyelesaian penelitian tugas akhir ini yaitu
pertama- tama mengumpulkan data yang diperlukan berupa data primer dan
sekunder. Kemudian menganalisi dengan menggunkan Software EPANET 2.0
dalam upaya pemenuhan kebutahan air bersih.
Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan air pada tahun 2019 yaitu sebesar
0,1691 liter/detik,dengan jumlah penduduk sebnayak 476 jiwa,setelah dilakukan
proyeksi jumlah penduduk 10 tahun kedepan.didapatkan kebutuhan air pada tahun
2030 yaitu 0,4695 liter/detik dari jumlah penduduk sebanyak 1300 jiwa.Sebelum
dilakukan evaluasi, di bebrapa pipa kecepatannya masih terlalu rendah dan belum
memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.18 tahun
2007.Oleh karena itu,dilakukan evaluasi dengan penambahan juction.
Dari penelitian ini,pipa-pipa yang tidak memenuhi kriteria desain perlu
diganti agar jaringan distribusi air minum ini dapat berjalan dengan
maksimal.ketersediaan air semakin tahun semakin berkurang,maka diharpakan
pemanfaatannya seefektif mungkin.

Kata Kunci : PDAM Mual Nauli Pandan, Evaluasi, Kebutuhan Air,


EPANET 2.0.

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


ABSTRAK .............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
DAFTAR TABEL.................................................................................... viii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ......................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 3
1.4 Batasan Masalah.............................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 6
2.1 Air Bersih ........................................................................ 6
2.1.1 Pemilihan Sumber Air Bersih ................................ 6
2.1.2 Sistem Penyediaan Air Bersih ............................... 7
2.1.3 Sistem Distribusi Air Bersih .................................. 8
2.2 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih ..................... 9
2.2.1 Persyaratan Kuantitas Debit Air ............................ 9
2.2.2 Persyaratan Kontinuitas ......................................... 10
2.2.3 Persyaratan Tekanan Air........................................ 11
2.3 Kebutuhan Air Bersih ..................................................... 12
2.3.1 Persyaratan Kuantitas Debit Air ............................ 12
2.3.2 Kebutuhan Air Non Domestik ............................... 12
2.3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih ............................. 13
2.4 Konsep Dasar Pada Aliran Pipa ...................................... 15
2.5 Persamaan Bernoulli ....................................................... 16

iv

Universitas Sumatera Utara


2.6 Aliran Laminer dan Turbulen.......................................... 17
2.7 Metode Pendistribusian Air............................................. 19
2.7.1 Sistem Gravitasi ..................................................... 19
2.7.2 Sistem Pemompaan................................................ 19
2.7.3 Sistem Gabungan Keduanya .................................. 19
2.8 Energi dan Tekanan (Head) ............................................ 20
2.9 Kehilangan Tinggi Tekanan ............................................ 21
2.9.1 Mayor Head Loss................................................... 21
2.9.2 Minor Head Loss ................................................... 25
2.10 Mekanisme Perpipaan ..................................................... 26
2.10.1 Pipa Hubungan Seri ............................................. 26
2.10.2 Pipa Hubungan Pararel ........................................ 27
2.11 Jaringan Perpipaan .......................................................... 28
2.11.1 Sistem Jaringan Pipa Seri .................................... 30
2.11.2 Sistem Jaringan Pipa Bercabang ......................... 30
2.11.3 Sistem Jaringan Pipa Tertutup (Loop) ................. 31
2.12 Analisis Sistem Jaringan Pipa ......................................... 31
2.13 Penelitian Terdahulu ....................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 38
3.1 Flowchart Penelitian........................................................ 38
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................. 40
3.2.1 Lokasi .................................................................... 40
3.2.2 Waktu Penelitian.................................................... 40
3.3 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Muali Nauli.... 40
3.3.1 Sejarah Singkat PDAM.......................................... 40
3.3.2 Kondisi Eksisting SPAM IKK Sibabangun ........... 40
3.3.3 Struktur Organisasi PDAM.................................... 43
3.4 Konsep Penelitian............................................................ 44
3.5 Metodologi Penelitian ..................................................... 44
3.5.1 Sumber Data .......................................................... 44

v
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Cara Pengumpulan Data ........................................ 44
3.5.3 Analisis Data.......................................................... 45
3.6 Alat Penelitian ................................................................. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 48
4.1 Menghitung Jumlah Pelanggan ....................................... 48
4.2 Menghitung Pemakaian Air Pelanggan ........................... 49
4.3 Pemodelan Jaringan Dengan EPANET 2.0 ..................... 50
4.4 Hasil Pemodelan Eksisting EPANET 2.0 ....................... 55
4.5 Pengembangan Jaringan Distribusi ................................. 60
4.5.1 Data Jumlah Penduduk........................................... 60
4.5.2 Laju Pertumbuhan Penduduk ................................. 60
4.5.3 Proyeksi Jumlah Penduduk .................................... 61
4.5.4 Proyeksi Kebutuhan Air ......................................... 65
4.6 Hasil Proyeksi Menggunakan EPANET ......................... 69
4.7 Perbandingan Manual dan EPANET 2.0 ........................ 73
BAB V PENUTUP ............................................................................. 75
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 75
5.2 Saran ................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Aliran Steady Dan Seragam .............................................. 16
Gambar 2.2 Ilustrasi Persamaan Bernoulli ............................................ 17
Gambar 2.3 Diagram Moody................................................................. 23
Gambar 2.4 Pipa Hubungan Seri ........................................................... 27
Gambar 2.5 Pipa Hubungan Pararel ...................................................... 27
Gambar 2.6 Jaringan Pipa ..................................................................... 29
Gambar 2.7 Sistem Pipa Bercabang ...................................................... 31
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian ......................................................... 38
Gambar 3.2 Peta Jaringan Distribusi Kec. Sibabangun Kab. TapTeng 42
Gambar 4.1 Input Pada Juction ............................................................. 53
Gambar 4.2 Input Pada Reservoir ......................................................... 54
Gambar 4.3 Eksisting Jaringan Distribusi air EPANET 2.0 ................. 56
Gambar 4.4 Nilai Pressure Hasil Juction Pada Setiap Junction ........... 58
Gambar 4.5 Nilai Kecepatan Pada Setiap Pipa ..................................... 58

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kebutuhan Air Domestik ................................................... 12
Tabel 2.2 Kebutuhan Air Non Domestik ........................................... 13
Tabel 2.3 Viskositas Kinematik......................................................... 18
Tabel 2.4 Kekasaran Pipa Komersil .................................................. 22
Tabel 2.5 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-William ........................ 24
Tabel 4.1 Pelanggan Aktif dan tidak Aktif Bulan Desember 2019 ... 48
Tabel 4.2 Rekapitulasi Air Terjual tahun 2019 ................................. 49
Tabel 4.3 Panjang Dan Diameter Pipa............................................... 54
Tabel 4.4 Junction Node/Juction ....................................................... 56
Tabel 4.5 Output Komponen Pipa (Sambungan) ............................... 57
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Kecamatan Sibabangun ........................ 60
Tabel 4.7 Laju Pertumbuhan Kecamatan Sibabangun ....................... 61
Tabel 4.8 Proyeksi Penduduk Geometri ............................................ 62
Tabel 4.9 Proyeksi Penduduk Aritmatik............................................ 63
Tabel 4.10 Proyeksi Penduduk Eksponensial ...................................... 64
Tabel 4.11 Perbandingan Geometrik,Aritmatika, dan Eksponensial ... 64
Tabel 4.12 Nilai Standar Deviasi ......................................................... 65
Tabel 4.13 Proyeksi Kebutuhan Kecamatan Sibabangun .................... 67
Tabel 4.14 Hasil Juction Node ............................................................ 70
Tabel 4.15 Hasil Juction Pipa ............................................................. 70

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Q = Laju aliran (m3/s)


A = Luas penampang aliran (m2)
V = Kecepatan Aliran
V1 = Kecepatan Awal didalam pipa (m/s)
V2 = Kecepatan akhir didalam pipa (m/s)
A1 = Luas penampang Saluran pada pipa (m2)
A2 = Luas penampang saluran pada akhir pipa (m2)
H1 = Tinggi muka air pada kolam A
H2 = Tinggi muka air pada kolam B
H = Perbedaan tinggi muka air kolam A dan B
hf = Head loss flow pada pipa
p = Tekanan
z = Ketinggian
ɤ = Berata jenis fluida
G = Percepatan gravitasi =9,81 m/s2
hf = Kerugian head karena gesekan (m)
f = Faktor gesekan (diperoleh dari diagram moody)
D = Diameter pipa (m)
L = Panjang Pipa (m)
C = Koefisien Kekasaran pipa Hazen-Williams
K = Koefisien Kerugian
n = Jangka Waktu tahun data
r = Angka laju pertumbuhan rerata

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air bersih merupakan air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di

konsumsi (Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017). Berdasarkan

kerangka acuan kerja advisory consultant perencanaan teknis, penyediaan air

bersih merupakan kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang harus

dipenuhi oleh pemerintah.

Kebutuhan penyediaan dan pelayanan air bersih dari setiap periode

semakin meningkat yang dalam banyak studi tidak seimbang dengan kapasitas

pelayanan. Peningkatan kebutuhan disebabkan peningkatan jumlah penduduk,

derajat kehidupan setiap penduduk, serta perkembangan suatu kawasan ataupun

hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi setiap

penduduk. Peningkatan kebutuhan air tersebut jika tidak diimbangi dengan sistem

distribusi yang baik dapat menjadi suatu masalah besar dimana air bersih yang

tersedia tidak mampu disalurkan dengan baik dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat pada wilayah tersebut. Menyadari pentingnya akan kebutuhan air

bersih, penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan

penyesuaian sarana dan prasarana. Sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan

sistem perpipaan dan non perpipaan.

Sistem perpipaan di kelola langsung oleh Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) dan sistem non perpipaan dapat di kelola masyarakat baik individu

Universitas Sumatera Utara


ataupun kelompok. Sistem perpipaan berfungsi mengalirkan zat cair dari satu

tempat ke tempat lain. Aliran terjadi karena perbedaan tinggi tekanan di kedua

tempat yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau pompa.

Penggunaan jaringan pipa dalam bidang teknik sipil terdapat pada sistem jaringan

distribusi air bersih. Sistem jaringan ini merupakan bagian paling mahal dari

perusahaan air. Oleh karenanya diperlukan perencanaan untuk mendapatkan suatu

sistem distribusi yang efisien. Jumlah atau debit air yang direncanakan tergantung

daripada jumlah penduduk dan jenis-jenis distribusi yang dilayani.

Kinerja pelayanan PDAM sebagai perusahaan yang mendistribusikan air

minum ke masyarakat tidak lepas dari sistem distribusi jaringan perpipaan yang

tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir, dan perlengkapannya. Seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan air bersih akan semakin meningkat pula.

Dengan demikian sistem distribusi menjadi kompleks sehingga membutuhkan

penanganan khusus.

Dalam mendesain jaringan distribusi air, terdapat metode akurat dan cepat

yaitu metode perangkat lunak berbasis komputer (Sonaje dan Joshi,2015).

Perangkat lunak EPANET adalah program komputer yang menyusun simulasi

hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa.

Jaringan itu sendiri terdiri dari pipa, node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan

tangki air atau reservoir. EPANET menjajaki aliran air di tiap pipa, kondisi

tekanan air di tiap titik dan konsentrasi kimia dalam pipa selama periode

pengaliran. Sebagai tambahan, usia air (water age) dan pelacakan sumber juga

disimulasikan (Rossman,2000).

Universitas Sumatera Utara


Daerah pelayanan PDAM Mual Nauli kabupaten Tapanuli Tengah aktif

beroperasi pada tanggal 12 Oktober 1984. Tujuan awalnya adalah melaksanakan

pembangunan daerah yang bergerak untuk mewujudkan serta mengembangkan

pelayanan air minum dengan memegang teguh syarat-syarat berdaya guna dan

ekonomis.

Hingga sampai saat ini penulis belum menemukan penelitian sebelumnya

terkait kondisi sistem distribusi air bersih pada PDAM Mual Nauli. Berdasarkan

latar belakang tersebut maka penulis tertarik melaksanakan penelitian tugas akhir

ini untuk mengevaluasi sistem jaringan distribusi air bersih yang ada di kecamatan

Sibabangun kabupaten Tapanuli Tengah dengan menggunakan software EPANET.

Penelitian ini dilakukan sebagai rekomendasi pengembangan jaringan distribusi

khususnya bagi PDAM Mual Nauli.

1.2 Perumusan Masalah

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

manusia.Kondisi jaringan perpipaan distibusi air bersih di Kecamatan

Sibabangun,Kabupaten Tapanuli Tengah saat ini masih kurang memadai.Dalam

penelitian ini akan dilakukan dalam rangka melihat sampai sejauh mana sisitem

distribusi ini dapat dilakukan agar mencakupi ketersediaan dan Kebutuhan air

bersih masyarakat setempat.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi jaringan sistem penyediaan (distribusi) air bersih di

PDAM Mual Nauli Pandan, Khusunya wilayak Kecamatan Sibabangun

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Tapanuli Tengah.Parameter Utamanya yang perlu di evaluasi adalah

debit, tekanan, Headloss.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut ini:

1. Memberikan masukan kepada instansi/institusi terkait, alternatif terkait yang

dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem perpipaan pada pendistribusian

air bersih.

2. Memberikan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem jaringan pipa PDAM

Mual Nauli Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah

1.5 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut ini:

1. Evaluasi dilakukan pada lokasi penelitian di desa simanosor, desa huta gurgur,

dan kelurahan sibabangun.

2. Tidak membahas tingkat pendapatan PDAM tersebut.

3. Tidak membahas tentang kualitas air.

4. Analisi jaringan pipa menggunakan EPANET 2.0

5. Mengevaluasi jaringan distribusi untuk melayani penduduk 10 tahun

mendatang

6. Parameter utama yang dianalisis adalah debit rata-rata, tekanan, dan Headloss.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Universitas Sumatera Utara


Pada bab ini di bahas latar belakang masalah, maksud dan tujuan penelitian, batasan

pembahasan, metodologi penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini diuraikan berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian atau

pembahasan dan menguraikan tentang teori yang berhubungan dengan penelitian

sehingga memberikan gambaran dalam menganalisis masalah.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai metodologi bagaimana kerangka pemikiran dari

penelitian ini dan membahas tahapan-tahapan secara umum yang dilakukan dari

awal penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan.

BAB IV Analisa Data Dan Pembahasan

Bab ini berisi spesifikasi analisis data dalam penelitian dan hasil pembahasan

serta perhitungan penelitian.

BAB V Kesimpulan Dan Saran

Bab ini menjelaskan mengenai hasil dan kesimpulan yang dapat di tarik setelah

dilakukan penelitian sehubungan dengan masalah yang telah ditentukan pada bab

sebelumnya. Selain itu juga diberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya

maupun untuk pengembangan lokasi penelitian di masa mendatang.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih

Air merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan

hidup manusia. Tanpa air tidak akan ada kehidupan di muka bumi. Air adalah

sumber utama bagi setiap manusia dan juga untuk organisme hidup. Tidak hanya

untuk keperluan domestik, tetapi juga untuk keperluan industri dan irigasi

distribusi air dapat dimanfaatkan. Air melayani manusia dan organisme hidup pada

masa lampau melalui lembah sungai dan sungai kecil (Kanth et al,2011).

Air bersih adalah salah satu elemen mendasar yang diperlukan untuk

hampir semua komponen biotik untuk menjalankan aktivitas kehidupan

fundamental mereka yang berbeda. Air yang dibutuhkan untuk keperluan minum

lebih di tekan dengan terus bertambahnya populasi dan untuk memenuhi

permintaan yang terus meningkat di tingkat perkotaan maupun pedesaan, ada

kebutuhan untuk menggantikan metode tradisional dan usang dalam mendesain

jaringan distribusi air dengan akurat, cepat dan perangkat lunak dan metode

berbasis komputer (Sonaje dan Joshi,2015).

2.1.1 Pemilihan Sumber Air Bersih

Menurut (Randi Gunawan,2008) sumber air berdasarkan asalnya dapat

terbagi lagi menjadi beberapa kelompok yaitu sebagai berikut ini:

a. Air Laut, yaitu bersifat asin karena mengandung NaCl. Tidak dapat langsung

digunakan sebagai air minum, melainkan harus diolah terlebih dahulu.

b. Atmosfer (air hujan), dalam keadaan murni air hujan sangat bersih namun

Universitas Sumatera Utara


karena pengotoran udara akibat polusi dan debu maka sebelum digunakan

hendaknya dilakukan pengendapan terlebih dahulu.

c. Air permukaan, yaitu merupakan air hujan yang mengalir di permukaan bumi.

Meliputi air sungai dan air rawa (danau).

d. Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang

antar butir-butir tanah yang meresap di dalam tanah dan bergabung membentuk

lapisan tanah yang disebut auifer.

1. Air tanah dangkal (phreatic), berada pada kedalaman 15 – 40 m.

2. Air tanah dalam, berada pada kedalaman lebih dari 40 m.

3. Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.

2.1.2 Sistem Penyediaan Air Bersih

Dalam suatu penyediaan air bersih perlu adanya planning yang baik dan

tertata sehingga menghasilkan suatu unit yang memenuhi standar dan peraturan

yang berlaku dan akhirnya menghasilkan suatu efesiensi yang baik dari segi

kualitas dan kuantitas penyediaan air bersih (Syahrul,2013). Adapun sistem

tersebut meliputi beberapa hal sebagai berikut ini:

a. Unit sumber air baku, merupakan awal dari Sistem penyediaan air bersih.

Pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah,

air hujan, atau air permukaan.

b. Unit produksi, merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber

air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air

yang ada.

c. Unit transmisi, berfungsi mengantar air yang diproduksi menuju reservoir

Universitas Sumatera Utara


melalui jaringan pipa.

d. Unit distribusi, mengantarkan air bersih dari reservoir menuju rumah-rumah

konsumen.

e. Unit konsumsi, instalasi pipa konsumen yang telah disediakan alat pengukur

jumlah konsumsi air setiap bulannya.

2.1.3 Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi air bersih adalah sistem yang langsung berhubungan

dengan konsumen yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang

telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur

sistem perpipaan dan perlengkapannya (Enri Damanhuri,1989). Sistem

distribusi air adalah kerangka hidraulik yang terdiri dari aspek seperti pipa,

tangki, pompa reservoir, katup, dan lain-lain. Hal ini diperlukan untuk memasok

air, pasokan air yang efisien sangat penting dalam merancang jaringan distribusi

air, juga perlu untuk menyelidiki dan membangun jaringan yang baik untuk

memastikan tekanan yang cukup (Halagalimath,2016).

Distribusi air merupakan aspek utama pada kota yang berada dalam

tahap pengembangan dan bergantung pada pertumbuhan populasi. Jaringan

distribusi air harus memenuhi peningkatan pertumbuhan suatu populasi. Untuk

meningkatkan standar hidup distribusi air memiliki peran yang cukup penting.

Kekurangan pasokan air adalah yang utama (Kanth et al,2011). Analisis dan

desain jaringan pipa menciptakan masalah yang relatif kompleks, terutama jika

jaringan beristirahat dari berbagai pipa seperti yang sering terjadi dalam sistem

distribusi air di daerah perkotaan besar. (Halagalimath,2016).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih

Sebagaimana yang terdapat pada Peraturan Pemerintah No.122 tahun

2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), bagian kedua mengenai

jaringan perpipaan, paragraf pertama dengan judul umum pasal 4 ayat (2)

SPAM jaringan perpipaan yang dimaksud pada ayat satu, yaitu diselenggarakan

untuk menjamin kepastian kuantitas dan kualitas air minum yang dihasilkan

serta kontinuitas pengaliran air minum. Sehingga, dalam penyediaan air bersih

harus memenuhi konsep sebagai berikut ini, yaitu:

1. Kualitas air bersih dipengaruhi bahan baku air itu sendiri.

2. Kuantitas air tergantung jumlah dan ketersediaan air yang akan di olah pada

penyediaan air bersih yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya konsumen

yang dilayani.

3. Kontinuitas air menyangkut kebutuhan air secara terus menerus digunakan

karena air merupakan kebutuhan pokok manusia terutama saat musim

kemarau tiba, air menjadi sumber daya yang paling dibutukan manusia.

2.2.1 Persyaratan Kuantitas Debit Air

Persyaratan kuantitas penyediaan air bersih dapat di tinjau dari

banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah

penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat di tinjau dari

standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah

kebutuhan air bersih. Secara umum penyediaan air bersih berasal dari sumber

air permukaan ataupun air dalam tanah. Untuk membuktikan kondisi tersebut

Universitas Sumatera Utara


dapat digunakan persamaan kontinuitas sesuai dengan persamaan (2.1) dibawah

ini sebagai berikut ini:

𝑄1 = 𝑄2
𝐴1 x 𝑉 1 = 𝐴2 x 𝑉 2
dimana:

𝑄1 = debit aliran daerah 1 (𝑚3/s).

𝑄2 = debit aliran daerah 2 (𝑚3/s).

𝐴1 = luas penampang daerah 1 (𝑚2).

𝐴2 = luas penampang daerah 2 (𝑚2).

𝑉1 = kecepatan rata-rat daerah 1 (m/s).

𝑉2 = kecepatan rata-rata daerah 2 (m/s).

2.2.2 Persyaratan Kontinuitas

Kontinuitas yaitu dimana air harus bisa tersedia secara terus-menerus

meskipun di musim kemarau selama umur rencana. Karena tujuan utama dari

perencanaan jaringan distribusi air agar kebutuhan masyarakat terpenuhi secara

terus-menerus walaupun musim kemarau. Salah satu cara menjaga agar

kontinuitas air tetap tersedia adalah dengan membuat tempat penampungan air

(reservoir) untuk menyimpan air sebagai persediaan air musim kemarau.

Persyaratan kontinuitas juga sangat penting untuk menghitung aliran kelanjutan

pemakaian air baku untuk air bersih secara terus menerus setiap harinya.

Kontinuitas aliran dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kebutuhan

konsumen dan aspek reservoir pelayanan air. Pada aspek kebutuhan konsumen

10

Universitas Sumatera Utara


sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya

dalam jumlah yang tidak dapat ditentukan. Karena itu diperlukan aspek ini pada

waktu yang tidak ditentukan. Dan aspek pelayanan reservoir diperlukan karena

fasilitas energi reservoir yang siap setiap saat. Sistem pada air baku untuk air bersih

harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap baik saat

musim kemarau maupun musim hujan.

Untuk menentukan kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara

pendekatan aktifitas konsumen terhadap pemakaian air. Pemakaian air dapat

diprioritaskan, yaitu minimal selama 12 jam per hari pada jam-jam aktifitas. Jam

aktifitas di Indonesia adalah pukul 06.00 s.d. 18.00.

Sistem jaringan perpipaan dirancang untuk membawa suatu kecepatan

aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh lebih dari 0,6 – 1,2 m/s. Ukuran

pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem

harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi maka peneliti juga

mampu menentukan dimensi ataupun ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan

tekanan minimum yang diperbolehkan agar kualitas aliran terpenuhi.

2.2.3 Persyaratan Tekanan Air

Untuk menjaga tekanan air pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal

distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan

karena gesekan, hal ini tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan

jarak jalur pipa tersebut. Dalam pendistribusian air untuk dapat menjangkau seluruh

area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal yang wajib

untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah

11

Universitas Sumatera Utara


adalah 10 mka (meter kolom air) atau 1 atm dan paling tinggi adalah 22 mka (setara

dengan gedung 6 lantai). Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada

setiap pipa distribusi. Tekanan juga di jaga agar tidak terlalu rendah, karena jika

tekanan terlalu rendah dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran

berada dalam pipa distribusi.

2.3 Kebutuhan Air Bersih

2.3.1 Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air domestic merupakan kebutuhan air untuk keperluan rumah

tangga seperti memasak, mencuci, minum, dan lain-lain (Harry Maryanto,2013).

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Domestik


(Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum)
Penyediaan Air
Kehilangan Air
Kategori Kota Jumlah Penduduk (liter/orang/hari) (%)
SR HU
Metropolitan >1.000.000,00 190 30 20
500.000-
Besar 170 30 20
1.000.000
Sedang 100.000-500.000 150 30 20
Kecil 20.000-100.000 130 30 20
IKK <20.000 100 30 20

2.3.2 Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan air non domestic ditentukan banyaknya konsumen yaitu

meliputi fasilitas publik. Kebutuhan air non domestik untuk wilayah kota

menurut kriteria perencanaan berdasarkan Dinas Pekerjaan Umum (PU) adalah

sebagai berikut ini:

12

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Kebutuhan Air Non Domestik
(Sumber: Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya)
Sektor Nilai Satuan
Sekolah 10 Liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari
Puskesmas 2000 Liter/unit/hari
Masjid 3000 Liter/unit/hari
Kantor 10 Liter/pegawai/hari
Pasar 12000 Liter/hektar/hari
Hotel 150 Liter/bed/hari
Rumah Makan 100 Liter/orang/hari
Komplek Militer 60 Liter/orang/hari
Kawasan Industri 0.2 - 0.8 Liter/detik/hektar
Kawasan Pariwisata 0.1 - 0.3 Liter/detik/hektar

2.3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih

Proyeksi kebutuhan air bersih dapat ditentukan dengan memperhitungkan

angka pertumbuhan penduduk untuk diproyeksikan terhadap kebutuhan air bersih

(Syahrul:2013).

a. Angka pertumbuhan penduduk

Angka pertumbuhan penduduk dapat dalam presentase rumus:

Angka pertumbuhan (%) =

b. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Ketika menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang perlu terlebih

dahulu diperhatikan keadaan yang ada pada saat ini dan proyeksi jumlah

penduduk di masa mendatang. Metode yang digunakan untuk memproyeksikan

jumlah penduduk di masa mendatang yaitu Metode Eksponensial, Metode

Geometrik dan Metode Aritmatik.

Maksud dari Proyeksi Penduduk adalah untuk memberikan jumlah

penduduk di masa mendatang. Dengan berdasarkan pemikiran jumlah penduduk

13

Universitas Sumatera Utara


maka dapat dibuat rancangan kebutuhan air bersih untuk masa yang akan datang.

(Mary salintung , 2011)

1. Metode Aritmatik

Metode ini cocok untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu

naik secara konstan dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang

digunakan :

Pn = P0 (1 + r.n)

Dengan:

Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode

P0 = Jumlah penduduk pada awal proyeksi

r = Angka laju pertumbuhan rerata

n = Jangka waktu tahun data

2. Metode Geometrik

Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa perkembangan penduduk

secara otomatis berganda dengan pertambahan penduduk awal. Metode ini

memperhatikan suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian

mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum.

Pn = Po ( 1 + r )n

Dengan:

Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode

P0 = Jumlah Penduduk pada awal proyeksi

r = rata-rata presentase pertambahan penduduk tiap tahun

n = kurun waktu proyeksi

14

Universitas Sumatera Utara


3. Metode Eksponensial

Proyeksi dengan metode ini menggunakan asusmsi bahwa pertumbuhan

penduduk berlangsung terus-menerus akibat adanya kelahiran dan kematian

disetiap waktu.

Pn = Po. e r.n

Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode

P0 = Jumlah Penduduk pada awal proyeksi

r = rata-rata presentase pertambahan penduduk tiap tahun

n = kurun waktu proyeksi

2.4 Konsep Dasar Pada Aliran Pipa

Untuk aliran fluida dalam pipa khususnya untuk air terdapat kondisi yang

harus diperhatikan dan menjadi prinsip utama, kondisi fluida tersebut adalah

fluida dalam keadaan steady dan seragam. Persamaannya sesuai dengan

persamaan (2.5) sebagai berikut ini:

𝑄 𝑉 𝐴 (2.5)

dimana :

Q = Debit aliran (m3/s).

V = Kecepatan aliran fluida (m/s).

A = luas penampang aliran (m2).

15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1. Aliran Steady Dan Seragam

2.5 Persamaan Bernoulli

Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus

didasarkan pada hukum Newton kedua. Persamaan ini diturunkan: zat cair

adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan energi akibat

gesekan adalah nol)

a. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair

adalah konstan).

b. Aliran adalah kontiniu dan sepanjang garis arus.

c. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.

d. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.

Head pada suatu titik dalam aliran steady adalah sama dengan total energi

pada titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada

energi yang ditambahkan ke fluida atau yang di ambil dari fluida. Konsep ini

dinyatakan ke dalam persamaan bernoulli sesuai dengan persamaan dibawah ini

(2.6) sebagai berikut ini:

16

Universitas Sumatera Utara


dimana:

𝑃1 dan 𝑃2 = tekanan pada titik 1 dan 2.

𝑉1 dan 𝑉2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2.

𝑍1 dan 𝑍2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2.

γ = berat jenis fluida.

g = percepatan gravitasi = 9,81 𝑚/𝑠 2 .

Gambar 2.2 Ilustrasi Persamaan Bernoulli

2.6 Aliran Laminer dan Turbulen

Aliran fluida yang mengalir dalam pipa diklasifikasikan ke dalam dua tipe

aliran yaitu laminer dan turbulen. Aliran dikatakan laminer jika partikel-partikel

fluida yang bergerak mengikuti garis lurus yang sejajar pipa dan bergerak

dengan kecepatan sama. Aliran dikatakan turbulen jika tiap partikel fluida

bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan

rata-ratanya saja yang mengikuti sumbu pipa. Besarnya Bilangan Reynold (Re)

dapat di hitung dengan persamaan dibawah ini (2.7) sebagai berikut ini:

𝜌 𝐷 𝑣
Re =
𝜇

17

Universitas Sumatera Utara


Kemudian, karena viskositas dinamik di bagi dengan massa jenis fluida

yang merupakan viskositas kinematik (v) sehingga Bilangan Reynold dapat juga

dinyatakan sesuai dengan persamaan dibawah ini (2.8) sebagai berikut ini:

Re = 𝐷𝑣
𝜇

dimana:

Re = Reynold Number.

μ = viskositas dinamik.

D = diameter dalam pipa (m).

V = kecepatan aliran dalam fluida (m/s).

Aliran akan laminar jika bilangan Reynold ˂2000 dan akan turbulen jika

bilangan Reynold ˃4000. Jika bilangan Reynold terletak antara 2000–4000 maka

aliran disebut aliran transisi. Berikut ini adalah tabel viskositas kinematik:

Tabel 2.3 Viskositas Kinematik


(Sumber: Principle Of Water Treatment)
Modulus
Specivic Dynamic Kinematic
Density Surface Of Vapor
Temp weight Viscosity Viscosity
(𝜌) Tension Elasticity Pressure
(˚C) (ɤ) (x10−3 (x10−6
3
(kg/𝑚 ) (N/m) (109 𝑁/ (kN/𝑚2)
(kN/𝑚3) kg/ms) 2
𝑚 /𝑠)
𝑚2)
0 9,805 999,8 1,781 1,785 0,0765 1,98 0,61
5 9,807 1000 1,518 1,519 0,0749 2,05 0,87
10 9,804 999,7 1,307 1,306 0,0742 2,10 1,23
15 9,798 999,1 1,139 1,139 0,0735 2,15 1,70
20 9,789 998,2 1,002 1,003 0,0728 2,17 2,34
25 9,777 997,0 0,890 0,893 0,0720 2,22 3,17
30 9,764 995,7 0,789 0,800 0,0712 2,25 4,24
40 9,730 992,2 0,653 0,658 0,0696 2,28 7,38
50 9,689 988,0 0,547 0,553 0,0679 2,29 12,33
60 9,642 983,2 0,466 0,474 0,0662 2,28 19,92
70 9,589 977,8 0,404 0,413 0,0644 2,25 31,16

18

Universitas Sumatera Utara


80 9,530 971,8 0,354 0,364 0,0626 2,20 47,34
90 9,466 964,3 0,315 0,326 0,0608 2,14 70,10
100 9,399 958,4 0,828 0,294 0,0589 2,07 101,33

2.7 Metode Pendistribusian Air

2.7.1 Sistem Gravitasi

Metode pendistribusian dengan sistem gravitasi bergantung pada

topografi sumber air dan daerah distribusinya. Biasanya sumber air ditempatkan

pada daerah yang lebih tinggi daripada daerah distribusinya. Air yang

didistribusikan dapat mengalir dengan sendirinya tanpa adanya pompa. Adapun

keuntungan dengan sistem ini yaitu energi yang digunakan tidak membutuhkan

cost dan sistem pemeliharaannya murah.

2.7.2 Sistem Pemompaan

Metode ini menggunakan pompa dalam distribusi air bersih menuju

daerah distribusi sambungan atau pelanggan. Pompa langsung dihubungkan

dengan pipa yang menangani pendistribusian. Dalam pengoperasiannya pompa

terjadwal utnuk beroperasi sehingga dapat menghemat pemakaian energi.

Keuntungan dari metode ini yaitu tekanan pada daerah distribusi dapat terjaga.

2.7.3 Sistem Gabungan Keduanya

Metode ini merupakan gabungan antara metode gravitasi dan pemopaan

yang biasanya digunakan untuk daerah distribusi yang berbukit-bukit. Pada cara

gabungan ini, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang

diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya

saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian

19

Universitas Sumatera Utara


rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena

reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian

tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas

debit rata-rata.

2.8 Energi dan Tekanan (Head)

Energi biasanya didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan

kerja. Kerja merupakan hasil pemanfaatan tenaga yang dimiliki secara langsung

pada suatu jarak tertentu. Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan N.m

(Joule). Setiap fluida yang sedang bergerak selalu mempunyai energi.

Dalam menganalisa masalah aliran fluida yang harus dipertimbangkan

adalah mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi tekanan. Energi

potensial menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu aliran fluida karena

adanya perbedaan ketinggian yang dimiliki fluida dengan tempat jatuhnya

(Ihwanda,2000). Energi potensial dirumuskan sesuai dengan persamaan berikut

ini:

𝐸𝑝 = 𝑊 𝑧 ............................................................................................................................ (2.9)

dimana:

W = Berat fluida (Newton).

Z = Beda ketinggian (m).

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena

pengaruh kecepatan yang dimilikinya. Energi kinetik dirumuskan sesuai dengan

persamaan (2.10) sebagai berikut ini:

1
𝐸𝑘 = 𝑚 𝑣2…………………………………………............................... (2.10)

20

Universitas Sumatera Utara


dimana:

m = massa fluida (kg).

v = kecepatan aliran fluida (𝑚/𝑠 2 ).

Energi tekanan disebut juga dengan energi aliran yaitu jumlah kerja yang

dibutuhkan untuk memaksa elemen fluida bergerak menyilang pada jarak tertentu

dan berlawanan dengan tekanan fluida. Besarnya energi yang disebabkan tekanan

(𝐸𝑓) dirumuskan sebagai berikut ini:

(2.11)

Persamaan di atas dapat dimodifikasi untuk menyatakan total energi

dengan head (H) dengan membagi masing-masing variabel di sebelah kanan

persamaan dengan W (berat fluida) sebagai berikut ini:

(2.12)

2.9 Kehilangan Tinggi Tekanan (Head Loss)

Dimana kehilangan tinggi tekanan dapat berupa kehilangan mayor (mayor

losses) dan kehilangan minor (minor losses).

2.9.1 Kehilangan Tinggi Tekanan Mayor (Mayor Losses)

Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head.hal

ini disebebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau

perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil). Kerugian

head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari dua rumus

berikut, yaitu:

21

Universitas Sumatera Utara


2.9.1.1 Persamaan Darcy-Weisbach

Aliran fluida yang mengalir melalui pipa akan sellau mengalami kerugian

head.hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antar fluida dengan dinding pipa.

Persamaan Darcy-weisbach adalah sebagai berikut:

ℎ𝑓 𝑓 ................................................................................................. (2.13)

Dimana:

ℎ𝑓 = Kerugian head karena gesekan(m)

𝑓 = Faktor gesekan(diperoleh dari diagram Moody)

D = Diamter pipa (m)

L = Panjang pipa (m)

v = Kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

Moody Diagram memberikan faktor gesekan pipa. Faktor ini ditentukan

oleh bilangan Reynold dan kekasaran relatif dari pipa. Bila pipa semakin kasar,

maka turbulen semakin besar. Kekasaran relatif didefinisikan sesuai dengan

persamaan (2.14) sebagai berikut ini:

K=

dimana:

e = kekasaran (absolute roughness) tergantung oleh jenis material pipa).

Tabel 2.4 Kekasaran Pipa Komersil


(Sumber: Frank L. Spellman, 1986)
Material Turbidity
(Kondisi Baru) Ft mm
Baja 0,003 – 0,03 0,9 – 9,0
Beton 0,001 – 0,01 0,3 – 3,0

22

Universitas Sumatera Utara


Bilah tahang kayu 0,0006 – 0,003 0,18 – 0,9
Besi cor 0,00085 0,26
Besi bersalut seng 0,0005 0,15
Besi cor aspal 0,0004 0,12
Baja komersial 0,00015 0,046
Tabung/pipa tank 0,000005 0,0015
Kaca Halus Halus

Untuk faktor gesekan pada aliran turbulen tidak dapat di hitung secara
analitis, ini tergantung Bilangan Reynold dan kekasaran relative. Ditentukan
berdasarkan persamaan empiris (tabel dan grafik).

Gambar 2.3 Diagram Moody


(Sumber: Bambang Triatmojo, 2013)

Untuk aliran laminer, nilai 𝑓 dapat di peroleh dengan persamaan (2.15)


sebagai berikut ini:

𝑓=

2.9.1.2 Persamaan Hazzen-William

Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami Head Loss. Hal

23

Universitas Sumatera Utara


ini disebabkan gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau

perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (Head Loss). Head Loss

pada gesekan di hitung dengan persamaan sebagai berikut ini:

ℎ𝑓 = x L ...................................................................................... (2.16)

dimana:

ℎ𝑓 = kerugian gesekan dalam pipa (m).

Q = laju aliran dalam pipa (𝑚3/s).

L = panjang pipa (m).

c = koefisien kekasaran pipa (Hazen–Williams).

d = diameter pipa (m).

Tabel 2.5 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen–Williams


Material Pipa Koefisian C
Brass, copper, aluminium 140
PVC, plastic 150
Cast iron new and old 130
Galvanized iron 100
Asphalted iron 120
Commercial and welded steel 120
Riveted steel 110
Concrete 130
Wood stave 120
Sumber : Ram Gupta S,”Hydrology & Hydraulic Engineering System.
Pearson. New Jersey. 1989.Hal. 550Kehilangan Tinggi Tekan
Minor (Minor Losses)

Terdapat bebeberapa klasifikasi Head Minor Losses. Diantaranya adalah


sebagai berikut ini:

a. Kehilangan tinggi minor karena pelebaran pipa.

b. Kehilangan tinggi minor karena penyempitan mendadak pada pipa.

c. Kehilangan tinggi minor karena mulut.

24

Universitas Sumatera Utara


d. Kehilangan tinggi minor karena belokan pada pipa.

e. Kehilangan tinggi minor karena sambungan dan katup pada pipa.

Kerugian yang kecil akibat gesekan pada jalur pipa yang terjadi pada

komponen-komponen tambahan seperti katup, sambungan, belokan, dan lain-lain.

disebut dengan head minor (minor losses) dengan persamaan yang digunakan

sesuai dengan persamaan (2.17) sebagai berikut ini:

ℎ𝑚 =∑K x

dimana:

g = percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2 ).

v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s).

k = koefisien kerugian.

2.9.2 Perhitungan Kecepatan Aliran Pada Pipa

Pipa adalah penghubung yang membawa air dari suatu titik ke titik yang

lain pada jaringan EPANET dengan mengasumsikan bahwa pipa penuh dengan

air setiap waktuknya. Arah aliran adalah dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Input parameter hydraulic yang utama yaitu (Modul 9 Pengenalan Program

EPANET Kementerian Pekerjaan Umum):

a. Awal dan akhirnya titik.

b. Diameter.

c. Panjang.

d. Koefisien kekasaran.

e. Status (open, close atau check valve).

25

Universitas Sumatera Utara


Input kualitas air pada pipa terdiri dari:

a. Koefisien reaksi bulk.

b. Koefisien reaksi dinding.

Hasil perhitungan pipa terdiri dari:

a. Debit aliran.

b. Kecepatan.

c. Head Loss.

d. Kecepatan reaksi dan kualitas rata-rata.

Kecepatan aliran pada pipa dapat di hitung dengan persamaan (2.18)

berikut ini:

v = 0,8492 x CR0,63 x S0,54 (2.18)


dimana:

V = kecepatan Aliran (m/s).

C = koefisien kekasaran pipa Hazen-williams.

R = jari-jari hidrolik.(d/4 untuk pipa bundar).

S = slope dari gradient energi ( )

2.10 Mekanisme Perpipaan

2.10.1 Pipa Hubungan Seri

Jika terdapat dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri dengan

perbedaan ukuran diameter pipa maka semua pipa akan dialiri oleh aliran yang sama

(Ram Gupta S, 1989).

26

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4 Pipa Hubungan Seri

Persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan pipa seri adalah sesuai

dengan persamaan kontinuitas pada persamaan (2.19) sebagai berikut ini:

𝑄 = 𝑄1 = 𝑄2 (2.19)

Persamaan Bernoulli di titik (1) dan titik (2):

𝐻 = ℎ𝑐 + ℎ𝑓1 + ℎ𝑓2 + ℎ𝑒 + ℎ𝑑 (2.20)

Untuk kecepatan (velocity) masing-masing pipa dapat digunakan

persamaan (2.21) sebagai berikut ini:

(2.21)

2.10.2 Pipa Hubungan Pararel

Jika ada dua buah pipa atau lebih yang dihubungkan secara pararel, total

laju aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan Head

Loss pada sebuah cabang sama dengan yang lain.

Gambar 2.5 Pipa Hubungan Pararel

27

Universitas Sumatera Utara


Dari gambar pipa hubungan pararel di atas, maka kecepatan biasanya

diabaikan sehingga garis energy berimpit dengan garis tekan. Adapun

persamaan untuk menyelesaikan pipa paralel adalah sesuai dengan persamaan

berikut ini:

dimana:

𝑧𝐴, 𝑧𝐵 = elevasi titik A dan B

Q = debit pada pipa utama

Terdapat 2 (dua) persoalan pada pipa sambungan paralel, yaitu:

1. Diketahui tinggi energi di A dan B, di cari besarnya debit Q.

2. Diketahui Q, dicari distribusi debit pada setiap pipa dan besarnya kehilangan

energi.

2.11 Jaringan Pipa

Suatu jaringan pipa terbentuk dari pipa-pipa yang dihubungkan sedemikian

rupa sehingga aliran keluar pada suatu titik bisa berasal dari beberapa jalur pipa.

Sistem jaringan pipa banyak dijumpai pada jaringan suplai air bersih. Hal ini

diperlukan suatu desain sistem distribusi yang efisien dan efektif sehingga kriteria

besarnya tekanan dan debit pada setiap titik dalam jaringan dapat dipenuhi.

Analisis jaringan yang cukup rumit dan memerlukan perhitungan yang

besar sehingga diperlukan bantuan komputer. Perangkat lunak untuk membantu

kecepatan dan ketelitian perhitungan banyak tersedia mulai dari yang sederhana

sampai yang sangat rumit. Ada beberapa metode untuk menyelesaikan perhitungan

sistem jaringan pipa, diantaranya adalah metode Hardy-Cross dan metode Matriks.

Dalam penelitian ini perhitungan sistem jaringan pipa diselesaikan menggunakan

28

Universitas Sumatera Utara


metode Hardy-Cross.

Gambar 2.6 Jaringan Pipa

Pada jaringan pipa yang kompleks pemakaian persamaan Hazen-williams

sangat mempermudah dibandingkan dengan persamaan lain. Perhitungan jaringan

pipa menjadi rumit karena umumnya arah aliran dalam pipa tidak bisa ditentukan

dan terdapat persyaratan yang harus dipenuhi pada lokasi studi serta proses

penentuan Head Loss pada setiap pipa.

Sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa pipa mungkin membentuk

beberapa loop dan sebuah pipa mungkin dipakai secara bersama-sama oleh dua

loop. Seperti Hukum Kirchoff pada rangkaian listrik, maka pada jaringan pipa

terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Aliran netto ke sebuah titik pertemuan harus sama dengan nol atau laju aliran

ke arah titik pertemuan harus sama dengan laju aliran dari titik pertemuan yang

sama

2. Head Loss netto di seputar sebuah loop harus sama dengan nol. Metode iterasi

untuk perhitungan loop jaringan pipa disebut metode Hardy-Cross. Metode ini

memberikan nilai koreksi kapasitas aliran pada tiap pipa dari perbandingan head

loss yang diasumsikan sebelumnya.

29

Universitas Sumatera Utara


2.11.1 Sistem Jaringan Pipa Seri

Sistem Perpipaan dengan kondisi seri merupakan jaringan pipa tanpa

cabang ataupun loop. Jaringan ini memeiliki satu sumber, satu ujung dan node

yang menyambung 2 pipa yang berada dalam satu jalur. Jaringan pemipaan jenis

ini sangat kecil dan dipakai untuk pendistribusian air kawasan yang kecil.

2.11.2 Sistem Jaringan Pipa Bercabang

Sistem pipa susunan bercabang merupakan kombinasi dari jaringan

pemipaan susunan seri. Dimana jaringannya terdiri dari satu sumber dan memiliki

banyak cabang. Sistem ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sebuah komunitas

dan investasi yang dikeluarkan tidak besar.

Aspek hidrolik untuk menyelesaikan permasalahan sistem pipa bercabang adalah

dengan menerapkan persamaan Energi Aliran Satu Dimensi (one-dimensional

steady flow)

𝑧 𝑧

Dengan :
𝑝
⁄ = Tinggi Tekanan

𝑣 ⁄ = Tinggi Kecepatan

𝑧 = Elevasi

= Tinggi yang didapat dari pompa

= Tinggi yang diberikan kepada turbin

= kehilangan tinggi yang terjadi antara bagian 1 dan 2

30

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7 Sistem pipa Bercabang

Pemisalan distribusi aliran dan kondisi batas dicoba pada suatu nilai tinggi

tekanan di titik simpu l-J, dimana J’ yang memenuhi persyaratan bahwa jumlah

distribusi debit yang dimisalkan harus sama.

Syarat: Q1–Q2–Q3 = 0 atau Q1 = Q2+ Q3

2.11.3 Sistem Jaringan Pipa Tertutup (Loop)

Sistem ini merupakan sistem yang jaringannya saling terhubung yang

terdiri dari node-node yang menerima aliran air lebih dari satu bagian. Dengan

sistem ini masalah yang terdapat pada jaringan pipa bercabang dan seri dapat

diatasi seperti masalah tekanan. Namun, sistem ini sangan sulit dibandingkan

dengan sistem seri dan bercabang serta biaya operasi dan investasinya cukup besar.

Sistem ini biasanya digunakan di daerah dengan jumlah pemakaian yang cukup

besar dan luas.

2.12 Analisis Sistem Jaringan Pipa

Analisis jaringan pipa perlu dilakukan dalam pengembangan suatu

31

Universitas Sumatera Utara


jaringan distribusi maupun perencanaan suatu jaringan pipa baru. Sistem jaringan

perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Dengan

analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang

diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas

aliran terpenuhi. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam analisis sistem jaringan

pipa distribusi air bersih diantaranya sebagai berikut ini:

1. Peta distribusi beban, berupa peta tata guna lahan, kepadatan dan batas wilayah.

Juga pertimbangan dari kebutuhan/beban (area pelayanan).

2. Daerah pelayanan sektoral dan besar beban. Juga titik sentral pelayanan

(junction points).

3. Kerangka induk, baik pipa induk primer maupun pipa induk sekunder.

4. Untuk sistem induk, ditentukan distribusi alirannya berdasarkan debit puncak.

5. Pendimensian (dimensioneering). Dengan besar debit diketahui, dan kecepatan

aliran yang diijinkan, dapat ditentukan diameter pipa yang diperlukan.

6. Kontrol tekanan dalam aliran distribusi, menggunakan prinsip kesetimbangan

energi. Kontrol atau analisa tekanan ini dapat dilakukan dengan beberapa

metode, disesuaikan dengan rangka distribusi.

7. Detail sistem pelayanan (sistem mikro dari distribusi) dan perlengkapan

distribusi (gambar alat bantu).

8. Gambar seluruh sistem, berupa peta tata guna lahan, peta pembagian distribusi,

peta kerangka, peta sistem induk lengkap, gambar detail sistem mikro.

32

Universitas Sumatera Utara


Analisis kondisi eksisting jaringan perpipaan pada penelitian ini disusun

menggunakan program software EPANET 2.0. Data-data yang dibutuhkan

merupakan program komputer untuk pemodelan jaringan pipa yang bersifat public-

domain dikembangkan oleh United Stated Environmental Protection Agency

(USEPA). Program ini mensimulasikan perilaku hidraulika dan kualitas air dalam

jaringan pipa. Simulasi perilaku hidraulika dapat dilakukan untuk waktu tunggal

atau beberapa waktu misalnya selama 24 jam.

EPANET pertama kali hadir pada tahun 1993 dan telah dilakukan beberapa

kali pengembangan. Versi terbaru dari Epanet adalah EPANET 2.0 yang di rilis

pada tahun 2008. Program komputer ini menggambarkan simulasi hidrolis dan

kecenderungan kuantitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa. Jaringan itu

sendiri terdiri dari pipa, node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan tangki air atau

reservoir. Program ini di desain sebagai alat untuk mencapai dan mewujudkan

pemahaman tentang pergerakan dan nasib kandungan air dalam jaringan distribusi.

Selain itu juga dapat digunakan untuk menganalisis berbagai aplikasi

jaringan distribusi. Sebagai contoh dalam membuat desain, kalibrasi model

hidrolis, analisa sisa khlor, dan analisa pelanggan. Hal ini membantu dalam

management strategic untuk merealisasikan kualitas air pada suatu sistem.

Permasalahan klasik aliran dalam jaringan pipa menyebutkan bahwa debit

aliran dan energi tekanan titik dalam jaringan pipa merupakan parameter yang

hendak diketahui. Dua persamaan dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan

ini. Persamaan pertama mensyaratkan konversi debit (kontinuitas) terpenuhi di

setiap node (junction).

33

Universitas Sumatera Utara


Persamaan kedua merupakan hubungan non linier antara debit dan

kehilangan energi di setiap pipa, seperti persamaan Darcy-Weisbach dan Hazen-

Williams. Sebuah jaringan terdiri dari loop (jaringan tertutup), persamaan-

persamaan tersebut membentuk pasangan persamaan non linier. Kenyataannya,

persamaan ini hanya diselesaikan dengan metode iterasi. Program komputer

menjadi sebuah kebutuhan untuk menganalisis perilaku hidraulika jaringan pipa

tersebut.

2.13 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian

tugas akhir ini sebagai referensi ataupun acuan bagi penulis diantaranya adalah

sebagai berikut ini:

1. Analisa Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih Menggunakan EPANET 2.0

(Studi Kasus di Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda), pernah dilakukan

oleh Searphin Nugroho. Dari hasil penelitian, diketahui terdapat sebanyak 7

junction yang nilai tekanan airnya di bawah batas minimum kriteria pipa

distribusi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2007 sebesar

0,5 atm, serta sebanyak 11 pipa yang nilai kecepatan aliran airnya di bawah

batas minimum kriteria yang sama sebesar 0,3 m/s. Rekomendasi perbaikan

jaringan perpipaan distribusi air bersih berupa tekanan minimum sebesar 0,5

bar pada pelanggan dan kontinuitas, yakni perubahan pengaturan tekanan pada

valve existing, dan penambahan pompa booster pada beberapa titik.

2. Analisa Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih Di Kabupaten Maros Dengan

Software EPANET 2.0, penelitian ini pernah dilakukan oleh M.Selintung dan

34

Universitas Sumatera Utara


M.P.Hatta. Dari hasil perhitungan di peroleh kebutuhan rata-rata harian sebesar

116,926 liter/detik masih di bawah produksi air bersih IPA Bantimurung dan

Patontongan sebesar 130 liter/detik. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh nilai

tekanan untuk jam puncak pemakaian air yaitu pada pukul 06.00 WITA sebesar

68,3 m untuk tekanan tertinggi sedangkan tekanan terendah sebesar 1,08 m.

Selain itu dilakukan pula perbandingan nilai tekanan hasil simulasi dengan hasil

pengukuran lapangan di Perumahan Tumalia. Dari perbandingan tersebut

diperoleh nilai tekanan hasil simulasi sebesar 6,06 m sedangkan nilai tekanan

pengukuran lapangan yang dilakukan oleh tim NRW PDAM Maros di

perumahan ini sebesar 6,11 m. Adanya perbedaan nilai tekanan disebabkan oleh

faktor umur pipa, kebocoran air, dan data penelitian yang terbatas.

3. Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih PDAM Tirtanadi Cabang Toba

Samosir Unit Porsea Menggunakan Aplikasi EPANET 2.0, penelitian ini pernah

dilakukan oleh Agustina Hotmarito Napitu. Diketahui Dari hasil evaluasi yang

telah dilakukan, bahwa simulasi yang pertama dengan menggunakan pompa

pada WTP yang sumber air baku nya berasal dari Danau Toba kemudian

dialirkan ke wilayah II dimana sumber air baku wilayah II awalnya dari mata

air Simangkuk, setelah menggunakan pompa dengan flow 25 liter/detik dan

head 25 m, tekanan pada tiap titik bernilai positif. Sementara pada awalnya

banyak titik yang bernilai negatif. Hal ini dapat diaplikasikan di PDAM

Tirtanadi cabang Toba Samosir unit Porsea sebagai solusi dari permasalahan

dalam pendistribusian air bersih untuk melayani wilayah I, wilayah II, dan

wilayah III. Sementara untuk wilayah IV penulis merekomendasikan tetap

35

Universitas Sumatera Utara


dengan sistem gravitasi dan sumber air dari mata air Simangkuk.

4. Perencanaan Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih Kelurahan Pangolombian

Kecamatan Tomohon Selatan, pernah dilakukan oleh Hesti kalensun. Sistem

jaringan air bersih yang direncanakan dengan menampung air dari mata air lalu

dialirkan menuju ke reservoir distribusi. Selanjutnya air didistribusikan ke

penduduk melalui hidran Umum dengan sistem gravitasi. Kebutuhan air bersih

dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dengan menggunakan analisa

logaritma. Dari hasil perhitungan diketahui kebutuhan air bersih dengan jumlah

penduduk 2393 jiwa mencapai 1,003 liter/detik. Diameter pipa trasmisi adalah

4 inch dan pipa distribusi 3 inch. Untuk mendesain sistem jaringan air bersih

digunakan software EPANET 2.0.

5. Analisis Kebutuhan Jaringan Distribusi Air Bersih Di Desa Laroonaha

Menggunakan Software EPANET 2.0, penelitian ini pernah dilakukan Ranno

Marlany dkk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kebutuhan

air bersih di Desa Laroonaha, Kabupaten Konawe Utara dengan simulasi

jaringan distribusi air menggunakan software Epanet 2.0 dalam upaya

pemenuhan kebutuhan air bersih.Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan air

pada tahun 2019 yaitu sebesar 0,23 liter/detik dengan jumlah proyeksi jumlah

penduduk sebanyak 429 jiwa, setelah dilakukan proyeksi jumlah penduduk 10

tahun kedepan, didapatkan kebutuhan air pada Tahun 2028 yaitu sebesar 0,76

liter/detik dan jumlah penduduk sebanyak 1165 jiwa. Hasil simulasi Epanet

2.0 diperoleh tekanan tertinggi berada pada node 4 dan terendah berada

pada node 1. Kecepatan aliran dan kehilangan energi tertinggi ada pada pipa 1

36

Universitas Sumatera Utara


sedangkan kecepatan aliran dan kehilangan energi terendah berada pada pipa 4.

6. Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di

PDAM Tulungagung , sistem jaringan distribusi air bersih belum merata ke

pelanggan dan tingkat kebocoran air yang cukup tinggi. Untuk mengatasi

kendala-kendala tersebut, maka perlu dilakukan analisis dan perencanaan

terhadap sistem jaringan distribusi air bersih. Periode perencanaan 10 tahun

dilakukan untuk tahun 2017-2026 dengan menghitung proyeksi jumlah

penduduk dan fasilitas umum untuk mengetahui kebutuhan air. Sistem

penyediaan air bersih di 6 kecamatan eksisting didistribusikan dari sumber air

permukaan yaitu Kali Song dengan kapasitas produksi 150 liter/detik.

Kapasitas digunakan juga dalam rencana pengembangan di Kecamatan

Ngantru. Dalam sistem ini, akan direncanakan model sistem jaringan pipa

distribusi menggunakan program Epanet 2.0, kemudian dikontrol

menggunakan meter induk. Dengan adanya alternatif sistem jaringan ini dapat

mengontrol tingkat kebocoran air dan dapat memenuhi cakupan wilayah

pelayanan.

37

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir (Flowchart) Penelitian)

Mulai

Identifikasi
masalah

Studi literatur

Pengumpulan data

Data sekunder
Data primer
- Peta jaringan (existing) SPAM
unit Sibabangun
- Observasi ke SPAM
- Gambar layout SPAM unit
Sibabangun untuk
Sibabangun,Tapanuli Tengah
mengetahui kondisi
- Laporan data pelanggan dan
eksisting
rekapulasi penjualan

Evaluasi jaringan pipa distribusi air bersih di


kecamatan sibabangun kabupaten tapanuli tengah

Kesimpulan
dan saran

selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir


(Flowchart) Penelitian

38

Universitas Sumatera Utara


Dari diagram alir (flowchart) tersebut maka penulis dapat menyususun

langkah- langkah dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Mulai (Start)

Penulis menentukan option penelitian dalam menyusun tugas akhir.

2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan mengetahui kondisi lapangan dan bagaimana

permasalahan yang terdapat pada lokasi penelitian.

3. Studi Literatur

Studi literature pada penelitian ini mencari, mengumpulkan dan mempelajari

referensi serta berbagai kegiatan pendukung.

4. Pengumpulan Data (Survey)

Data yang dikumpulkan merupakan data yang relevan. Data-data tersebut di

peroleh dari PDAM Mual Nauli. Penulis melihat secara langsung kondisi

eksisting lokasi tempat penelitian, permasalahan yang ada di lokasi penelitian

dan menyusun data yang ada di lapangan.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah sistem distribusi

air bersih memenuhi kebutuhan masyarakat atau belum. Kemudian simulasi di

analisis dari program EPANET.

6. Kesimpulan dan Saran

Setelah dilakukan evaluasi dan analisis sistem distribusi tersebut maka

kemudian di tarik kesimpulan dari hasil yang di peroleh dan diberikan saran

39

Universitas Sumatera Utara


kepada PDAM Mual Nauli.

3.2 Lokasi Penelitian

3.2.1 Lokasi

Analisis dilakukan secara langsung melalui observasi untuk mempelajari

kondisi di lapangan (eksisting). Lokasi penelitian berada di PDAM Mual Nauli:

Jalan Raja Junjungan Lubis, Pandan, Aek Tolang 2, Kabupaten Tapanuli Tengah,

Provinsi Sumatera Utara, 22611 (IKK Sibabangun).

3.2.2 Waktu Penelitian

Dalam pengumpulan data sekunder, peneliti lakukan secara individu

dalam durasi (kurun waktu) satu minggu. Sementara untuk pengumpulan data

primer, peneliti lakukan dalam durasi ± 1 bulan.

3.3 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Muali Nauli

3.3.1 Sejarah Singkat PDAM Mual Nauli

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Nauli Kabupaten Tapanuli

Tengah merupakan badan usaha milik kabupaten Tapanuli Tengah yang didirikan

berdasarkan Peraturan Daerah No.13 Tahun 1984 tanggal 12 Oktober 1984. Sesuai

dengan perda tersebut maka tujuan pembangunan untuk turut melaksanakan

pembangunan daerah yang bergerak di bidang jasa vital untuk mewujudkan,

meningkatkan, mengembangkan serta memperlancar pelayanan air minum dengan

memegang teguh syarat berdaya guna dan ekonomis.

3.3.2 Kondisi Eksisting SPAM IKK Sibabangun

PDAM Mual Nauli Terdiri dari 13 SPAM Ibu Kota Kecamatan (IKK).

40

Universitas Sumatera Utara


Khusus pada penelitian tugas akhir ini maka penulis mengevaluasi jaringan

perpipaan distribusi air bersih pada Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK

Sibabangun yang melayani desa Hutagurgur, desa Simanosor dan kecamatan

Sibabangun. Adapun sumber air yang digunakan berasal dari sungai Aek Tor

Nasuksuk yang mempunyai kapasitas sebesar 20 liter/detik. Jumlah penduduk di

kawasan administrasi sebanyak 17.311 jiwa dengan jumlah sambungan rumah

(SR) sebanyak 3463 unit.

41

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2 Peta Jaringan Distribusi Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah
(Sumber: Google Earth)

42

Universitas Sumatera Utara


3.3.3 Struktur Organisasi PDAM Mual Nauli Tapanuli Tengah

DIREKTUR:
Puspa Aladin Sibuea, SH

KABAG Administrasi & Keuangan: KABAG Teknik:


Hj. Siti Kholijah Batubara Kristian Marbun

UNIT PELAYANAN

UNIT IKK UNIT IKK UNIT IKK UNIT IKK UNIT DESA UNIT DESA UNIT IKK
UNIT IKK SOSOR BARUS SORKAM TUKKA AEK HORSIK HUTA PINANGSORI
MANDUAMAS GADONG Marsinta Harsan Odek Syaputra Harsan BALANG Ricardo Gorat
Sawaluddin .S Irwan Saruksuk Simanjuntak Simanjuntak Batubara Simanjuntak Andes .H

UNIT DESA UNIT DESA T. UNIT DESA


UNIT DESA PPN SIBOLGA
ANDAM NAULI TERMINAL
SIBABANGUN William
DEWI Khairijal BARU
Abdul Musa .H Hutagalung
Sergio Panjaitan Marbun K. Simarmata

43

Universitas Sumatera Utara


3.4 Konsep Penelitian

Konsep penelitian yang peneliti gunakan pada penelitian tugas akhir ini

adalah deskriptif kuantitatif yaitu merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan meninjau suatu unsur ilmiah. Penelitian kuantitatif sebagai kegiatan ilmiah

berawal dari masalah, merujuk teori, mengemukakan hipotesis, mengumpulkan

data, menganalisis data dan menyusun kesimpulan.

Penelitian kuantitatif memandang fakta data yang ada di lapangan dengan

suatu instrumen pada penelitian. Data-data yang terkumpul lalu kemudian

dikonversikan menggunakan program software. Hasil penelitian akan

dipresentasikan dalam bentuk hasil perhitungan sesuai dengan program tersebut.

3.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan pada penyusunan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut ini:

3.5.1 Sumber Data

Data-data kepustakaan yang tertera pada penelitian ini bersesuaian dengan

pokok pembahasan yaitu sebagai berikut ini:

a. Masterplan SPAM Unit Sibabangun, Tapanuli Tengah.

b. Peta jaringan (existing) SPAM unit Sibabangun.

c. Laporan data pelanggan dan rekapulasi penjualan.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Cara memperoleh data pada penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2

(dua) jenis data yaitu sebagai berikut ini:

44

Universitas Sumatera Utara


a. Data Primer

Data primer merupakan data yang di peroleh secara langsung pada penelitian

atau data yang dihasilkan dari observasi peneliti. Peneliti menyusun skema

jaringan pipa distribusi di lokasi penelitian sehingga menjadi lebih akurat.

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara kepada teknisi SPAM unit

Sibabangun mengenai jaringan pipa (existing) dan distribusi air bersih.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari pihak kedua, yaitu pihak

pengelola instansi, dimana data ini merupakan data mutlak. Pada penelitian ini,

penulis memperoleh data dalam bentuk laporan diantaranya daerah sumber air

di lokasi penelitian, jumlah pelanggan, rerata penggunaan air (monthly report)

(meliputi peak hour) tekanan (head) air, dan pipe existing (panjang, diameter

dan skema perpipaan).

3.5.3 Analisis Data

Tahapan pengerjaan yang digunakan dalam menganalisis data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut ini:

1. Diketahui sumber air yang digunakan pada SPAM IKK Sibabangun berasal dari

sungai Aek Tor Nasuksuk dengan kapasitas sumber air sebesar 20 liter/detik.

2. Menyusun data jumlah pelanggan pada daerah SPAM IKK unit sibabangun.

Adapun jumlah sambungan rumah yang diketahui sebanyak 3463 unit.

3. Menghitung jumlah kebutuhan air bersih pelanggan dalam satuan liter per orang

per hari.

45

Universitas Sumatera Utara


4. Menganalisis skema jaringan pipa dengan program EPANET 2.0.

Untuk tahapan pengerjaannya adalah sebagai berikut ini:

1. Besar maupun arah setiap pipa diasumsi sehingga total aliran ke tiap titik

pertemuan mempunyai jumlah aljabar nol. Ini ditunjukkan dari diagram

jaringan pipa lokasi penelitian.

2. Buat tabel untuk menganalisis tiap loop tertutup dalam jaringan semi

independent.

3. Hitung Head Losses pada setiap pipa dengan persamaan Hazen-William.

4. Untuk setiap loop, asumsi laju aliran 𝑄0 dan Head Losses (hf) positif untuk

aliran yang searah jarum jam dan negatif untuk aliran yang berlawanan arah

jarum jam.

5. Hitung jumlah aljabar Head Loss (∑ ℎ𝑓) dalam setiap pipa.

6. Hitung total Head Loss (∑ ℎ𝑓) dalam setiap pipa.

7. Dari definisi Head Losses dan arah aliran, setiap suku pada penjumlahan

harus bernilai positif (+).

8. Koreksi aliran dari tiap loop dengan persamaan Hazen-Williams (harga n

untuk menghitung laju aliran digunakan = 1,85).

9. Koreksi diberikan untuk setiap pipa dalam loop. Sesuai dengan kesepakatan

jika 𝑄∆ bernilai positif yang ditambahkan ke aliran yang searah jarum jam dan

dikurangkan jika berlawanan arah jarum jam. Untuk pipa yang digunakan

secara bersamaan dengan loop lain, maka koreksi untuk kedua loop.

10. Aliran yang telah di koreksi kemudian di tulis pada diagram jaringan pipa

seperti langkah pertama. Untuk check koreksi langkah ke-7 perlu

46

Universitas Sumatera Utara


diperhatikan kontinuitas pada tiap pertemuan pipa.

11. Ulangi langkah 1 hingga 8 sampai koreksi aliran ≈ 0.

Setelah analisis data perhitungan dengan microsoft excel selanjutnya

dilakukan perbandingan dengan software EPANET 2.0 adapun tahapan

analisisnya yaitu:

1. Memilih dimensi yang digunakan yaitu meter serta memilih Head Loss formula

yaitu Hazen-Williams.

2. Menggambar peta jaringan pipa.

3. Masukkan data reservoir, panjang pipa dan junction sesuai kondisi lapangan.

4. Melakukan simulasi dengan perintah run analysis setelah itu di peroleh hasil

yaitu flow, velocity, headloss, friction factor, dan visual picture.

3.6 Alat Penelitian

a. Stopwacth

b. GPS essential

47

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

EVALUASI PEMBAHASAN

4.1 Menghitung Jumlah Pelanggan

Jumlah Pelanggan air dari PDAM MUAL NAULI di kecamatan

Sibabangun pada tahun 2019 adalah 476 pelanggan. Berikut table data pelanggan

aktif dan tidak aktif desember 2019.

Tabel 4.1 Pelanggan Aktif dan Tidak Aktif Bulan Desember 2019
Desember
No. Unit
Total Pelanggan Aktif Tidak Aktif
1. Barus 827 546 281
2. Sosorgadong 282 245 37
3. Sorkam 1002 327 675
4. Kolam 352 87 265
5. Mela 372 448 24
6. Terminal Pandan 1215 1197 18
7. Tukka/Hutanabolon 516 437 79
8. Hajoran 101 92 9
9. Hutabalang 307 242 65
10. Pinang Sori 652 248 404
11. Sibabangun 476 314 162
12. Manduamas 288 - 288
13. Tumba 74 - 74
14. Lae Bingke - - -
15. Adam Newi 205 205 -
16. Tapian Nauli 521 521 2
JUMLAH 7190 4807 2383
Sumber PDAM Mual Nauli

48

Universitas Sumatera Utara


4.2 Menghitung Pemakaian Air Pelanggan

Tabel 4.2 Rekapitulasi Air Terjual Tahun 2019


No. Unit m3
1 Barus 126.439

2 Sosorgadong 78.739

3 Sorkam 88.263

4 Kolam 22.437

5 Mela 105.842

6 Terminal Pandan 302.466

7 Tukka/Hutanabolon 102.493

8 Hajoran 19.922

9 Hutabalang 70.375

10 Pinangsori 83.202

11 Sibabangun 79.788

12 PPN Sibuluan Nauli 20.454

13 Tapian Nauli 177.189

14 Andam Dewi 1.465

15 Desa Tumba 1.279.128


Sumber PDAM Mual Nauli

Berdasarkan tabel di atas maka jumlah pemakaian air di kecamatan

Sibabangun adalah 79.788 m3.

- Jumlah Penduduk 2019 Kecamatan Sibabangun = 6468 Jiwa

- Rekapitulasi air 2019 = 79.788 m3

- Jml. Pelanggan 2019 Kecamatan Sibabngun = 476 SR

- Rata2 anggota penduduk/rumah tahun 2018 (BPS) = 5 orang

49

Universitas Sumatera Utara


𝑅𝑒𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019
- Jml. Kebutuhan air 1 Pelanggan/ Tahun =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑛 2019
79.788 m3
=
476 SR

= 167,6219 m3/SR

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛


- Jml. Kebutuhan air 1 Pelanggan/Bulan =
12

167,6219 m3/SR
=
12

= 13,9685 m3/ Bulan/SR

(13,9685 x 1000)
- Jml. Kebutuhan rata-rata kebutuhan air =
(3600 24 30)

= 0,00538 liter/Detik/Sr

= 0,0054 liter/detik/SR

- KEHILANGAN AIR = 25% (SK-SNI Air Minum)

- Total Pemakaian air per pelanggan = Pemakaian + Kehilangan

= 0,0054 ltr/s+ (25 % x 0,0054 ltr/s)

= 0,00675 liter/sekon/SR

4.3 Pemodelan Jaringan Dengan Program EPANET

Evaluasi jaringan distribusi air minum ini akan didasarkan pada kriteria

desain yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.18 tahun 2007

tentang penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum yang

meliputi:

1. Kecepatan air dalam pipa disyaratkan sebesar 0,3 m/detik – 3 m/detik.

2. Tinggi tekanan yang harus disediakan sampai mencapai titik terjauh minimum

sebesar 10 m dan tinggi tekanan maksimum yang diizinkan sebesar 80 m.

50

Universitas Sumatera Utara


3. Headloss pada pipa < 10 m/km.

4. Jenis pipa yang nantinya akan digunakan adalah pipa dengan jenis PVC oleh

karena itu, junction yang perlu diperhatikan dalam pengevaluasian jaringan

distribusi air minum ini tinggi tekanan atau head atau pressure pada program

EPANET dan kecepatan pada tiap-tiap pipa.

Pada program Epanet, terdapat masing-masing komponen input yang harus

dimasukkan ke dalam program ini dan selanjutnya terdapat junction yang dapat

dievaluasi. Input data disesuaikan dengan data yang ada pada peta jaringan..Input

data meliputi: junctions, reservoirs, pumps, pipes, patterns pumps, curves.

Setiap input data memiliki permintaan terhadap input data yang berbeda-

beda. Pada setiap titik input biasanya ada 2 hingga 4 input data yang perlu

dimasukkan, sesuai dengan tingkat ketelitian yang diinginkan.

(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)


- Nilai Base Demand =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑜𝑑𝑒
(476 0,00675 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑠)
=
19
= 0,1691052632 ltr/s
= 0,1691 liter/sekon
- Elevasi dan Panjang Jalur (google earth) dari excel.

NAMA PANJANG (m) ELEVASI (m)


Intake (T1) Ke T2 730.71 213
T2 KE T2 KANAN, KIRI 1998.27 127
T2 KANAN, KIRI KE T3 285.46 122
T3 KE T4 133.16 121
T3 KE T5 105.67 120
T5 KE T6 703.85 104
T6 KE T7 182.22 101
T7 KE T8 2192.32 51
T8 KE T9 209.52 49

51

Universitas Sumatera Utara


T9 KE T10 233 47
T10 KE T11 180.87 45
T11 KE T12 PANGLONG 188.97 42
T12 PANGLONG KE T13 BANJAR
142.04 41
TOBA
T13 BANJAR TOBA KE T13 222.99 38
T13 BANJAR TOBA KE T14 AEK
1066.31 30
KASEH
T11 KE T15 BRI 199.55 48
T15 BRI KE T16 122.8 49
T16 KE T17 143.74 50
TI17 KE T18 423.42 55

Total Junction = 19

Total Reservoir =1

Total Pipa = 19

Total Pump = 0 (Pengaliran Sistem Gravitasi)

Flow Units = m3/s

1. Junction

Input data yang diperlukan untuk sambungan (junction) antara lain yaitu:

a. Elevasi pada tiap-tiap junction (digunakan elevasi pada daerah pelayanan).

b. Kebutuhan air (debit yang dibutuhkan pada daerah yang dilewati junction).

Lalu junction yang dihasilkan pada perhitungan menggunakan program ini

adalah head hidrolis dan tinggi tekanan (pressure). Berikut contoh gambar

yang menunjukkan input data pada junctio.

52

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 Input Pada Junction
2. Reservoir

Input utama reservoir yang dimasukkan ke dalam program EPANET ini

adalah head hidrolik sebanding dengan elevasi permukaan air jika bukan

reservoir bertekanan. Berikut contoh gambar yang menunjukkan input data

pada reservoir.

PDAM Mual Nauli Pandan mempunyai reservoir untuk daerah pelayanan

dikecamatan Sibabangun yang berada pada Desa Huta gur-gur dengan

kebutuhan kapasitas reservoir 50 liter/detik yang bersumber dari sungai Aek

Tor Nasuksuk.Dengan sistem yang digunakan adalah sistem gravitasi.Untuk

memasukkan data reservoir kemudian klik edit dan masukkan data titik

koordinat dan head atau elevasi reservoir.

53

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2 Input Pada Reservoir
3. Pipa

Program EPANET ini mengasumsikan bahwa semua pipa penuh berisi air

setiap waktunya. Arah aliran adalah dari titik dengan tekanan hidrolik tertinggi

menuju titik dengan tekanan hidrolik rendah. Input untuk komponen pipa

adalah data node atau junction, diameter pipa, panjang pipa, koefisien

kekasaran (untuk menjelaskan hilang tekan), status (terbuka, tertutup, atau chek

valve), status ini berhubungan dengan valve yang terdapat di jaringan

distribusi. Dalam evaluasi ini diasumsikan semua pipa berstatus terbuka karena

air selalu mengalir untuk didistribusikan ke rumah-rumah. Junction yang

dihasilkan dalam perhitungan menggunakan program adalah laju aliran atau

kecepatan, head loss dan faktor friksi.

Tabel 4.3 Panjang Dan Diameter Pipa


No. Pipa Panjang Pipa (m) Diameter Pipa (mm)
PIPA-1 730.71 150
PIPA-2 1998.27 100
PIPA-3 285.46 100

54

Universitas Sumatera Utara


PIPA-4 133.16 75
PIPA-5 105.67 100
PIPA-6 703.85 100
PIPA-7 182.22 100
PIPA-8 2192.32 100
PIPA-9 209.52 100
PIPA-10 233 100
PIPA-11 180.87 100
PIPA-12 188.97 100
PIPA-13 BT 142.04 100
PIPA-13 222.99 75
PIPA-14 1066.31 100
PIPA-15 199.55 100
PIPA-16 122.8 100
PIPA-17 143.74 100
PIPA-18 423.42 100

Analisa waktu puncak (Tidak ada)

Alasan : Data waktu pemakaian air dari Perusahaan PDAM tidak ada

4.4 Hasil Pemodelan Eksisting EPANET 2.0

Perhitungan yang di pilih program EPANET 2.0 yaitu menggunakan

formula Hazen-William. Formula ini merupakan formula yang umum

digunakan. Setelah data-data input dimasukkan maka dilakukan run

program untuk check apakah data input yang dimasukkan telah sesuai

dengan yang dibutuhkan program tersebut. Apabila run sudah berhasil

dilakukan akan muncul tulisan ”run was successful”. Sedangkan apabila

run tidak berhasil akan muncul tulisan ”run was not successful” maka

diperlukan pengecekan ulang apakah data input yang dimasukkan telah

benar.

55

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.3 Eksisting Jaringan Distribusi Air Menggunakan Epanet 2.0

Berikut ini merupakan tabel junction program EPANET 2.0 yaitu hasil

pemodelan EPANET 2.0 berupa skema jaringan dengan nilai tekanan, kecepatan,

debit rata- rata, panjang pipa, diameter pipa dan kekasaran dinding pipa.

Tabel 4.4 Junction Node/Juction

Demand Pressure
NODE ID (LPS) (m)
Junc 1 0.17 82.62
Junc 2 0.17 165.39
Junc 3 0.17 169.97
Junc 4 0.17 170.97
Junc 5 0.17 171.85
Junc 6 0.17 187.14
Junc 7 0.17 189.98
Junc 8 0.17 238.31
Junc 9 0.17 240.17

56

Universitas Sumatera Utara


Junc 10 0.17 242.04
Junc 11 0.17 243.96
Junc 12 0.17 247.94
Junc 13 0.17 248.94
Junc 14 0.17 258.93
Junc 15 0.17 240.94
Junc 16 0.17 239.94
Junc 17 0.17 238.93
Junc 18 0.17 233.93
Junc 19 0.17 250.94
Reservoir -3.21 0

Tabel 4.5 Output Komponen Pipa (Sambungan)


Friction
No. Pipa Flow (LPS) Velocity (m/s) Unit Head (m/km)
Factor
PIPA2 3.04 0.39 1.62 0.021
PIPA3 2.87 0.37 1.45 0.021
PIPA4 0.17 0.04 0.03 0.031
PIPA5 2.54 0.32 1.15 0.022
PIPA6 2.37 0.3 1.01 0.022
PIPA7 2.2 0.28 0.88 0.022
PIPA8 2.03 0.26 0.76 0.022
PIPA9 1.86 0.24 0.65 0.023
PIPA10 1.69 0.22 0.54 0.023
PIPA11 1.52 0.19 0.45 0.023
PIPA12 0.68 0.09 0.1 0.026
PIPA13BT 0.34 0.04 0.03 0.029
PIPA14 0.17 0.02 0.01 0.032
PIPA15 0.68 0.09 0.1 0.026
PIPA16 0.51 0.06 0.06 0.028
PIPA17 0.34 0.04 0.03 0.029
PIPA18 0.17 0.02 0.01 0.032
PIPA1 3.21 0.18 0.52 0.047
PIPA13 0.17 0.04 0.03 0.031

Selain menghasilkan tabel diatas juga dapat dilihat gambar jaringan

distribusi tersebut mengalami perbedaan warna, perbedaan warna ini didasarkan

pada perbedaan hasil Junction pada masing- masing komponen.Berikut

merupakan gambar jaringan distribusi dengan nilai tinggi tekanan ( Pressure ) :

57

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4 Nilai Pressure Hasil Junction pada Junction (Node)

Gambar 4.5 Nilai Kecepatan Pada Setiap Pipa

58

Universitas Sumatera Utara


Diketahui berdasarkan pada gambar maupun tabel tinggi tekanan pada tiap

node/junction belum memenuhi kriteria desain yang terdapat dalam Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No.18 tahun 2007 yaitu antara 10 – 80 m. Pada gambar

juga dapat terlihat pipa-pipa yang kecepatan alirannya belum memenuhi kriteria

desain. Pipa-pipa yang kecepatan alirannya belum memenuhi kriteria desain dapat

terlihat pada gambar, pipa tersebut berwarna biru muda dan untuk yang berwarna

hijau sebagian telah memenuhi kriteria desain yang terdapat dalam Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No.18 tahun 2007. Persyaratan kecepatan aliran pada

pipa tersebut ditetapkan 0,3 m/s – 3 m/s. Kurangnya kecepatan tersebut

menyebabkan kecilnya aliran yang diterima oleh pelanggan.Selain itu,debit yang

dibutuhkan pelanggan saat ini berkisar senilai 3,21 liter/detik (bisa dilihat pada

tabel 4.5 tabel output komponen pipa sambungan). Namun pada kondisi eksisting

sebenarnya,debit yang dihasilkan oleh reservoir adalah 0,008 liter/detik. Dengan

demikian debit yang dihasilkan reservoir tidak mencukupi kebutuhan pelanggan

saat ini.

59
Universitas Sumatera Utara
4.5 Pengembangan Jaringan Distribusi

Dalam mengantisipasi pertumbuhan pelanggan maka sudah seharusnya

pihak PDAM melakukan rencana evaluasi dalam menghadapi pertambahan

jumlah pelanggan nantinya. Terjadinya pertambahan jumlah pelanggan tentunya

akan mengakibatkan debit di jaringan distribusi air harus bertambah. Oleh karena

itu, diperlukan adanya perkiraan jumlah pelanggan dengan melakukan proyeksi

jumlah penduduk dan diikuti dengan perhitungan kebutuhan air setiap pelanggan.

4.5.1 Data Jumlah Penduduk

Dalam menghitung kebutuhan air baku maka diperlukan data jumlah

penduduk layanan yang menjadi pengguna layanan atau konsumen. Data jumlah

penduduk kecamatan Sibabangun adalah sebagai berikut ini:

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Kecamatan Sibabangun


(Sumber: Badan Pusat Statistik)
No. Tahun Jumlah Penduduk
1. 2016 6200
2. 2017 6293
3. 2018 6380
4. 2019 6468

4.5.2 Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk akan digunakan untuk meninjau

pertumbuhan penduduk suatu daerah sebagai perencanaan kebutuhan air bersih.

Untuk laju pertumbuhan penduduk kecamatan Sibabangun berdasarkan jumlah

penduduk tahun 2016 – 2019. Adapun perhitungan laju pertumbuhan penduduk di

kecamatan Sibabangun yaitu sebagai berikut ini:

60
Universitas Sumatera Utara
Diketahui:

Jumlah Penduduk 2016 = 6200 orang

Jumlah Penduduk 2017 = 6293 orang

Jangka Waktu (n) =1

Maka, laju pertumbuhan (r) dapat dihitung dengan menggunakan rumus geometri,

yaitu:

Pn = Po ( 1 + r )n

r = 1.0579412 %

r = 0.010579412

Tabel 4.7 Laju Pertumbuhan Kecamatan Sibabangun


Jumlah Laju Pertumbuhan
No. Tahun
Penduduk (%)
1. 2016 6200 0
2. 2017 6293 1.488861249
3. 2018 6380 1.373019281
4. 2019 6468 1.369884436
Pertumbuhan Rata-Rata 1.057941242

4.5.3 Proyeksi Jumlah Penduduk

Dalam merencanakan kebutuhan air bersih untuk penduduk 10 tahun ke

depan dibutuhkan data penduduk 10 tahun yang akan datang. Dalam

memproyeksikan jumlah penduduk digunakan 3 metode yaitu metode aritmatika,

geometrik, dan eksponensial.

a. Metode Geometri

Proyeksi jumlah penduduk dengan menggunakan rumus metode Geometri

di Kecamatan Sibabangun tahun 2020 dan tahun 2030 adalah sebagai berikut ini:

61
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk akhir tahun data (Po) = 6468 jiwa (tahun 2019)

Angka laju pertumbuhan rerata (r) = 0.010579412

Jangka waktu tahun data (n) = 1 dan 10 tahun

Penyelesaian:

1. Untuk tahun 2020 Pn = Po (1 + r )n

Pn = 6468 (1 + 0.010579412)1

Pn = 6536 jiwa

2. Untuk tahun 2030 Pn = Po (1 + r )n

Pn = 6468 (1 + 0.010579412)10

Pn = 7262 jiwa

Tabel 4.8 Proyeksi Penduduk Geometri


No. Tahun Penduduk SD
1. 2021 6606
2. 2022 6675
3. 2023 6746
4. 2024 6817
5. 2025 6890
220.85664
6. 2026 6962
7. 2027 7036
8. 2028 7111
9. 2029 7186
10. 2030 7262

b. Metode Aritmatika

Proyeksi jumlah penduduk dengan menggunakan rumus metode

Aritmatika di Kecamatan Sibabangun tahun 2020 dan tahun 2030 adalah sebagai

berikut ini:

Jumlah penduduk akhir tahun data (Po) = 6468 jiwa (Tahun 2019 )

62
Universitas Sumatera Utara
Angka laju pertumbuhan rerata (r) = 0.010579412

Jangka waktu tahun data (n) = 1 dan 10 tahun

Penyelesaian:

1. Untuk tahun 2020 Pn = Po (1 + r.n )

Pn = 6468 (1 + 0.010579412 x 1)

Pn = 6536 jiwa

2. Untuk tahun 2030 Pn = Po (1 + r.n)

Pn = 6468 (1 + 0.010579412 x 10)

Pn = 7221 jiwa

Tabel 4.9 Proyeksi Penduduk Aritmatika


No. Tahun Penduduk SD
1. 2021 6605
2. 2022 6673
3. 2023 6742
4. 2024 6810
5. 2025 6879
207.16488
6. 2026 6947
7. 2027 7015
8. 2028 7084
9. 2029 7152
10. 2030 7221

c. Metode Eksponensial

Proyeksi jumlah penduduk dengan menggunakan rumus metode

Eksponensial di Kecamatan Sibabangun Utara tahun 2020 dan tahun 2030 adalah

sebagai berikut:

Jumlah penduduk akhir tahun data (Po) = 6468 jiwa (Tahun 2019 )

Angka laju pertumbuhan rerata( r ) = 0.010579412

Jangka waktu tahun data (n) = 1 dan 10 tahun

63
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian:

1. Untuk tahun 2020 Pn = Po. e r.n

Pn = 6468 x 2,71830(0.010579412 X 1)

Pn = 6537 jiwa

2. Untuk tahun 2030 Pn = Po. e r.n

Pn = 6468 x 2,71830(0.010579412 X 10)

Pn = 7266 jiwa

Tabel 4.10 Proyeksi Penduduk Eksponensial


No. Tahun Penduduk SD
1. 2021 6606
2. 2022 6677
3. 2023 6748
4. 2024 6819
5. 2025 6892
221.93753
6. 2026 6965
7. 2027 7039
8. 2028 7114
9. 2029 7190
10. 2030 7266

Hasil dari proyeksi penduduk kecamatan sibabangun dengan metode


geometri, aritmatika dan eksponensial yaitu:
Tabel 4.11 Perbandingan Metode Geometri, Aritmatik dan Ekponensial
Penduduk Penduduk Penduduk
No. Tahun
Geometri Aritmatika Eksponensial
1. 2021 6606 6605 6606
2. 2022 6675 6673 6677
3. 2023 6746 6742 6748
4. 2024 6817 6810 6819
5. 2025 6890 6879 6892
6. 2026 6962 6947 6965
7. 2027 7036 7015 7039
8. 2028 7111 7084 7114
9. 2029 7186 7152 7190
10. 2030 7262 7221 7266

64
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Nilai Standar Deviasi
Metode Standar Deviasi
Geometri 220.857
Aritmatika 207.165
Eksponensial 221.938

Maka metode yang di pilih adalah metode aritmatika karena memiliki nilai

standar deviasi yang paling kecil. Maka proyeksi jumlah penduduk untuk tahun

2030 berjumlah 7221 jiwa.

4.5.4 Proyeksi Kebutuhan Air

Jumlah pelanggan PDAM Mual Nauli Kecamatan pada tahun 2019 adalah

476 sambungan rumah (pelanggan), sedangkan total jumlah penduduk di

Kecamatan Sibabangun adalah 6468 jiwa dengan jumlah anggota rumah tangga

perumah adalah 5 jiwa. Maka dipastikan bahwa 36,79 jumlah penduduk pada

tahun 2019 menggunakan air minum dari PDAM Mual Nauli.

Jumlah penduduk pengguna air = Jmlh Anggota RT x Jmlh Pelanggan

= 5 x 476

= 2380 Jiwa

Persentase pengguna air PDAM =

= x 100%

= 36,79

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, pada Tahun 2030 jumlah penduduk

di Kecamatan Sibabangun adalah 7221 jiwa, sehingga perkiraan jumlah konsumen

PDAM dapat dihitung sebagai berikut ini:

Jumlah Anggora rumah tangga per rumah = 5 Jiwa (BPS)

65
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Penduduk = 7221 jiwa

Jumlah Pelanggan =

= 1300 Pelanggan

Nilai Base Demand =

= 0,4659 liter/detik

66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Proyeksi Kebutuhan Kecamatan Sibabangun
Eksisting Tahap-I Tahap-II
No Deskrpsi Unit
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1 Jumlah Penduduk Jiwa 6468 6536 6605 6673 6742 6810 6879 6947 7015 7084 7152 7221
1.1 Daerah Pelayanan % 36.79 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Jiwa 2380 2614 2972 3337 3708 4086 4471 4863 5261 5667 6079 6499
Pelayanan Sambungan
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
1.2 Langsung
Jiwa 2380 2614 2972 3337 3708 4086 4471 4863 5261 5667 6079 6499
Pelayanan Hidran Umum % - - - - - - - - - - - -
1.3
Jiwa - - - - - - - - - - - -
Ltr/jiwa/ha
Konsumsi Pemakaian SR 93.31 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
ri
1.4
Ltr/jiwa/ha
Konsumsi Pemakaian HU 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
ri
0.005399 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787
Kebutuhan Air SR Ltr/detik 0.0057870
1.5 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Air HU Ltr/detik - - - - - - - - - - - -
0.005399 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787 0.005787
1.6 Kebutuhan Domestik Ltr/detik 0.0057870
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
%
1.7 Kebutuhan Non Domestik 20 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Domestik
Ltr/Detik 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.006479 0.006944 0.007002 0.007060 0.007118 0.007175 0.007233 0.0072916 0.007349 0.007407 0.007465 0.0075231
2 Total Kebutuhan Air Ltr/Detik
861 444 315 185 056 926 796 67 537 407 278 48
2.1 Sambungan Pelanggan
Rata-rata pelanggan SR Jiwa/Unit 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Rata-rata pelanggan HU Jiwa/Unit 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
2.2 Sambungan Rumah Unit 476 523 594 667 742 817 894 973 1052 1133 1216 1300
Sambungan HU Unit - - - - - - - - - - - -

67
Universitas Sumatera Utara
2.3 Tambahan Sambungan Unit 0 46.96 71.57 72.85 74.32 75.58 77.07 78.31 79.67 81.19 82.40 83.94
HU/KU Unit - - - - - - - - - - - -
3 Fluktuasi Pemakaian Air
3.1 Kebocoran / kehilangan air % 25 25 24 24 23 23 22 22 21 21 20 20
0.001349 0.001736 0.001680 0.001694 0.001637 0.001650 0.001591 0.0016041 0.001543 0.001555 0.001493 0.0015046
Ltr/Detik
971 111 556 444 153 463 435 67 403 556 056 30
Kebutuhan Rata-Rata 0.007829 0.008680 0.008682 0.008754 0.008755 0.008826 0.008825 0.0088958 0.008892 0.008962 0.008958 0.0090277
3.2 Ltr/Detik
(Qrate) 832 556 870 630 208 389 231 33 940 963 333 78
Kapasitas Produksi (Qmax= 0.008612 0.009548 0.009551 0.009630 0.009630 0.009709 0.009707 0.0097854 0.009782 0.009859 0.009854 0.0099305
3.3 Ltr/Detik
1.1 Qrate) 815 611 157 093 729 028 755 17 234 259 167 56
Kapasitas Puncak (Qpeak= 0.011744 0.013020 0.013024 0.013131 0.013132 0.013239 0.013237 0.0133437 0.013339 0.013444 0.013437 0.0135416
3.4 Ltr/Detik
1.5 Qrate) 748 833 306 944 813 583 847 50 410 444 500 67
Kebutuhan Kapasitas
3.5 M3 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Reservoir

68
Universitas Sumatera Utara
4.6 Hasil Proyeksi Menggunakan EPANET

Gambar 4.6 Evaluasi Eksisting Jaringan Distribusin Air Bersih

Berikut adalah Tabel hasil panjang pipa dan dimater yang diinput kedalam

program EPANET 2.0.

69

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14 Hasil Panjang Pipa dan Diameter Pipa
Length Diameter Roughness Flow Velocity Unit Headloss
Friction Factor
Link ID m mm LPS m/s m/km
Pipe PIPA3 285.46 110 150 9.39 0.99 8.18 0.018
Pipe PIPA4 133.16 35 150 0.47 0.49 8.43 0.024
Pipe PIPA7 182.22 100 150 7.04 0.9 7.64 0.019
Pipe PIPA9 209.52 100 150 5.16 0.66 4.3 0.02
Pipe PIPA10 233 100 150 4.7 0.6 3.6 0.02
Pipe PIPA11 180.87 100 150 4.23 0.54 2.97 0.02
Pipe PIPA12 188.97 75 150 1.88 0.43 2.68 0.022
Pipe PIPA13BT 142.04 50 150 0.94 0.48 5.35 0.023
Pipe PIPA14 1066.31 40 150 0.47 0.37 4.4 0.025
Pipe PIPA15 199.55 75 150 1.88 0.43 2.68 0.022
Pipe PIPA16 122.8 75 150 1.41 0.32 1.57 0.023
Pipe PIPA17 143.74 50 150 0.94 0.48 5.35 0.023
Pipe PIPA18 423.42 40 150 0.47 0.37 4.4 0.025
Pipe PIPA1 730.71 130 150 11.74 0.88 5.48 0.018
Pipe PIPA13 222.99 40 150 0.47 0.37 4.4 0.025
Pipe 1 441.3 150 150 11.27 0.64 2.53 0.018
Pipe 2 435.08 120 150 10.8 0.95 6.93 0.018
Pipe 3 571.66 120 150 10.33 0.91 6.39 0.018
Pipe 4 538.13 120 150 9.86 0.87 5.86 0.018
Pipe 5 401.76 55 150 7.51 3.16 158.31 0.017
Pipe 7 881.77 100 150 6.57 0.84 6.72 0.019
Pipe 8 990.25 100 150 6.1 0.78 5.86 0.019
Pipe 9 327.93 100 150 5.63 0.72 5.05 0.019
Pipe 12 105.67 140 150 8.45 0.55 2.08 0.019
Pipe 13 289.04 100 150 7.98 1.02 9.63 0.018

Setelah memasukkan kebutuhan air per node, maka di dapat hasil junction

Epanet sebagai berikut ini:

Tabel 4.15 Hasil Junction Node


Base
Elevation Demand Head Pressure
Node ID Demand
m LPS LPS m m
Junc 1 213 0.4695 0.47 216 3
Junc 2 146 0.4695 0.47 205.06 59.06
Junc 3 122 0.4695 0.47 202.72 80.72
Junc 4 121 0.4695 0.47 201.6 80.6
Junc 6 104 0.4695 0.47 136.12 32.12
Junc 7 101 0.4695 0.47 134.73 33.73
Junc 8 51 0.4695 0.47 121.34 70.34
Junc 9 49 0.4695 0.47 120.44 71.44

70

Universitas Sumatera Utara


Junc 10 47 0.4695 0.47 119.6 72.6
Junc 11 45 0.4695 0.47 119.07 74.07
Junc 12 41 0.4695 0.47 118.56 77.56
Junc 13 40 0.4695 0.47 117.8 77.8
Junc 14 30 0.4695 0.47 113.11 83.11
Junc 15 48 0.4695 0.47 118.53 70.53
Junc 16 49 0.4695 0.47 118.34 69.34
Junc 17 50 0.4695 0.47 117.57 67.57
Junc 18 55 0.4695 0.47 115.71 60.71
Junc 19 38 0.4695 0.47 117.58 79.58
Junc SUB1 181 0.4695 0.47 214.88 33.88
Junc SUB2 156 0.4695 0.47 211.86 55.86
Junc SUB3 146 0.4695 0.47 208.21 62.21
Junc SUB4 130 0.4695 0.47 199.72 69.72
Junc SUB6 58 0.4695 0.47 123 65
Junc SUB5 80 0.4695 0.47 128.8 48.8
Junc 5 130 0.4695 0.47 202.5 72.5
Resvr
220 #N/A -11.74 220 0
RESERVOIR

Berikut ini gambar jaringan distribusi dengan nilai tinggi tekanan

(pressure)

Gambar 4.7 Nilai Pressure Hasil Junction pada Junction (Node)

71

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.8 Nilai Kecepatan Pada Setiap Pipa

Diketahui pada gambar diatas dapat dilihat bahwa sudah tidak ada pipa

yang berwarna biru muda. Degan kata lain, sudah tidak ada lagi pipa yang

kecepatannya kurang dari 0,1 ,m/detik dan kecepatan pipa-pipa pada jaringan

tersebut telah sesuai dengan kriteria desain.

Setelah dilakukan Pengembangan Distribusi Air bersih dengan

penambahan juction di eksisting IKKA Sibabangun , dapat dilihat bahwa

kecepatan, tekanan ,dan headlossnya pada jaringan pipa telah memenuhi syarat

72

Universitas Sumatera Utara


pada peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18 tahun 2007, yaitu kecepatan air

dalam pipa disyaratkan sebesar 0,3 m/detik – 3 m/detik, tinggi tekanan yang harus

disediakan sampai mencapai titik jenuh minimum sebesar 10 m dan tinggi tekanan

maksimum yang diizinkan sebesar 80 m , headloss pada pipa < 10m/km.

4.7 Perbandingan Manual dan EPANET 2.0

Untuk menghitung headloss pada pipa, penulis menggunakan persamaan

Hazen-William. Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian

head dalam pipa yang relatif panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.

Bentuk umum persamaan Hazen–Williams, yaitu:

hf = xL

Dimana:

hf = Kerugian gesekan dalam pipa (m)

Q = Laju aliran dalam pipa (m3/det)

L = Panjang pipa (m)

C = Koefisien kekasaran pipa Hazen –Williams

d = Diameter pipa (m)

Hasil dari hitungan manual yang dibantu dengan program Microsoft Excel

kemudian dibandingkan dengan hasil Epanet. Untuk lebih detail, berikut

perbandingan headloss hitungan manual dengan Microsoft Excel dan dengan

menggunakan Epanet :

hf = xL

= = 8,1988935 m

73

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.16 Perbandingan hitungan manual dan EPANET
Unit Headloss
Link ID EPANET MANUAL
(m/km)
Pipe PIPA3 8.18 8.19
Pipe PIPA4 8.43 8.45
Pipe PIPA7 7.64 6.55
Pipe PIPA9 4.3 4.24
Pipe PIPA10 3.6 3.62
Pipe PIPA11 2.97 3.05
Pipe PIPA12 2.68 2.7
Pipe
5.35 5.37
PIPA13BT
Pipe PIPA14 4.4 4.43
Pipe PIPA15 2.68 2.7
Pipe PIPA16 1.57 1.59
Pipe PIPA17 5.35 5.37
Pipe PIPA18 4.4 4.42
Pipe PIPA1 5.48 5,49
Pipe PIPA13 4.4 4,42
Pipe 1 2.53 2.54
Pipe 2 6.93 6.95
Pipe 3 6.39 6.41
Pipe 4 5.86 5.87
Pipe 5 158.31 158.32
Pipe 7 6.72 6.74
Pipe 8 5.86 5.87
Pipe 9 5.05 5.06
Pipe 12 2.08 2.09
Pipe 13 9.63 9.64

Berdasarkan tabel 4.16 dapat diambil kesimpulan bahwa hasil analisa

software Epanet sudah mendekati dengan hasil perhitungan EPANET dan hasil

perhitungan manual yang dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel.

Hal ini dapat dilihat dengan melihat perbedaan yang terjadi dari hasil analisa

EPANET dan hasil perhitungan manual yang dilakukan dengan bantuan program

Microsoft Excel untuk headloss setiap pipa di dalam jaringan sudah hampir sama.

74

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan evaluasi terhadap jaringan perpipaan distribusi air bersih

di kecamatan Sibabangun Kabupaten Tapanuli Tengah maka di peroleh

kesimpulan sebagai berikut ini:

1. Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2019 yaitu 476 jiwa,maka dengan analisis

kebutuhan air diperoleh nilai kebutuhan air pada tahun tersebut adalah 0,1691

liter/detik.dan untuk proyeksi 10 tahun kedepan yaitu pada tahun 2030 dengan

jumlah penduduk 1300 jiwa diperoleh kebutuhan air sebesar 0,4695 liter/detik.

2. Hasil analisis menggunakan EPANET 2.0 terhadap jaringan perpipaan

distribusi air bersih dikecamatan sibabangun tekanan ( Pressure ),kecepatan (

Velocity ) tidak memenuhi PerMen No.18 Tahun 2007.

3. Dari dua poin diatas menjadi landasan dasar dilakukannya evaluasi PDAM

Mual Nauli dan dilakukan pengembangan jaringan untuk jangka waktu 10

tahun kedepan.

4. Debit yang dibutuhkan pelanggan saat ini berkisar 3,21 liter/detik ( dapat

dilihat pada gambar 4.5 output komponen pipa). Namun,kondisi

sebenarnya,debit yang dihasilkan oleh reservoir adalah 0,008

liter/detik.Dengan demikian,debit yang dihasikan reservoir tidak mencukupi

pelanggan saat ini.

75

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

PDAM Mual Nauli memiliki peran yang penting dalam menyediakan

pasokan air bersih bagi kebutuhan penduduk sekitar. Maka diperlukan

pengoperasian yang lebih baik sehingga kuantitas debit yang optimum terealisasi.

Kemampuan instalasi dalam memproduksi air bersih sangat tergantung pada

strategi analisis. Hal ini tentu di dukung oleh teknologi maupun ilmu yang

bersesuaian.

Beberapa saran yang di susun sebagai masukan untuk kemajuan PDAM

Mual Nauli yaitu:

1. Diameter dan panjang pipa perlu di perbesar karena mempengaruhi tekanan

pada pipa.

2. Perbesar roughness pada permukaan pipa. Hal ini tergantung pada material

yang digunakan oleh pipa, korosi dan umur pipa.

3. Penambahan Juction pada sistem jaringan perpipaan distribusi air bersih,

dengan penambahan juction di karenakan pertambahan penduduk dan

perbedaan evaluasi jalur pipa yang besar .Serta mengatasi perbedaan nilai

pressure besar yang dihasilkan.

76

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Gupta S, Ram. (1989). Hydrology & Hydraulics Systems. New Jersey: Pretince-
Hall,Inc.

Street, Victor L and E.Bejamin Wylie. (1990). Mekanika Fluida Jilid I Edisi VIII.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Triatmodjo, Bambang. (1996). Hidraulika-I. Yogyakarta: Penerbit Beta Offsite.


Triatmodjo, Bambang. (1996). Hidraulika-II. Yogyakarta: Penerbit Beta
Offsite.

Rosman, Lewis A. (2000). Epanet 2 Users Manual Versi Bahasa Indonesia,


Ekamitri Engineering.

Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU. (2002).

Triatmadja, Radianta. (2007). Sistem Penyediaan Air Minum Perpipaan.


Yogyakarta.

Sudirman, Andry. (2012). Analisa Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih Kabupaten
Maros Dengan Software EPANET 2.0. Fakultas Teknik Universitas
Hassanudin.

Maryanto, Harry. (2013). Perencanaan Teknis Pembangunan Jaringan Distribusi


Air Bersih Daerah Perangkat Selatan, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Samarinda.

Syahrul. (2013). Analisis Rencana Kebutuhan Air Bersih Di Desa Bakealu


Kecamatan Wakorumba Selatan Kabupaten Muna. Program Studi D-III
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.

Kalensun, Hesti. (2016). Perencanaan Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih


Kelurahan Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan. Program Studi
Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi.

Nugroho, Searphin. (2018). Analisa Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih


Menggunakan EPANET 2.0 (Studi Kasus di Kelurahan Harapan Baru, Kota
Samarinda). Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

Napitu, Agustina Hotmarita. (2019). Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih
PDAM Tirtanadi Cabang Toba Samosir Unit Porsea Menggunakan
Aplikasi EPANET 2.0. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

77

Universitas Sumatera Utara


Gambar Eksisiting IKKA Sibabangun

78

Universitas Sumatera Utara


Peta Jaringan Eksisting IKKA Sibabangun
(Google Earth)

Panjang Diameter Pipa Eksisting IKKA Sibabangun

NAMA PANJANG (m) ELEVASI (m)


Intake (T1) Ke T2 730.71 213
T2 KE T2 KANAN, KIRI 1998.27 127
T2 KANAN, KIRI KE T3 285.46 122
T3 KE T4 133.16 121
T3 KE T5 105.67 120
T5 KE T6 703.85 104
T6 KE T7 182.22 101
T7 KE T8 2192.32 51
T8 KE T9 209.52 49
T9 KE T10 233 47
T10 KE T11 180.87 45
T11 KE T12 PANGLONG 188.97 42
T12 PANGLONG KE T13 BANJAR
142.04 41
TOBA
T13 BANJAR TOBA KE T13 222.99 38
T13 BANJAR TOBA KE T14 AEK
1066.31 30
KASEH
T11 KE T15 BRI 199.55 48
T15 BRI KE T16 122.8 49
T16 KE T17 143.74 50
TI17 KE T18 423.42 55

79

Universitas Sumatera Utara


Pelanggan Aktif dan Tidak Aktif Bulan Desember 2019
Desember
No. Unit
Total Pelanggan Aktif Tidak Aktif

1. Barus 827 546 281

2. Sosorgadong 282 245 37

3. Sorkam 1002 327 675

4. Kolam 352 87 265

5. Mela 372 448 24

6. Terminal Pandan 1215 1197 18

7. Tukka/Hutanabolon 516 437 79

8. Hajoran 101 92 9

9. Hutabalang 307 242 65

10. Pinang Sori 652 248 404

11. Sibabangun 476 314 162

12. Manduamas 288 - 288

13. Tumba 74 - 74

14. Lae Bingke - - -

15. Adam Newi 205 205 -

16. Tapian Nauli 521 521 2

JUMLAH 7190 4807 2383


Sumber PDAM Mual Nauli

80

Universitas Sumatera Utara


Rekapitulasi Air Terjual Tahun 2019
No. Unit m3

1 Barus 126.439

2 Sosorgadong 78.739

3 Sorkam 88.263

4 Kolam 22.437

5 Mela 105.842

6 Terminal Pandan 302.466

7 Tukka/Hutanabolon 102.493

8 Hajoran 19.922

9 Hutabalang 70.375

10 Pinangsori 83.202

11 Sibabangun 79.788

12 PPN Sibuluan Nauli 20.454

13 Tapian Nauli 177.189

14 Andam Dewi 1.465

15 Desa Tumba 1.279.128

Sumber PDAM Mual Nauli

81

Universitas Sumatera Utara


Gambar Eksisting pengembangan Jaringan Pipa IKKA Sibabangun

82

Universitas Sumatera Utara


Proyeksi Kebutuhan Kecamatan Sibabangun

83

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai