Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

NAMA RAFIDA RAHMATUN NISA


NIM 135100318113004
KELOMPOK A4
KELAS A
ASISTEN

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR

“ PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3 ”

NAMA RAFIDA RAHMATUN NISA


NIM 135100318113004
KELOMPOK A4
KELAS A
ASISTEN

Foto 3x4

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
Nama Rafida Rahmatun Nisa
NIM 135100318113004
Kelas A
Kelompok A4

BAB I
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

TUJUAN:
 Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
 Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu

A. PRE-LAB
1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas dan normalitas?
Perbedaan antara molaritas, molalitas, dan normalitas adalah ( James dkk, 2008) :
a. Molaritas yaitu jumlah mol zat terlarut per lliter zat pelarut. Satuan molaritas adalah
Mol/L atau MolL-1 .
b. Molalitas yaitu jumlah mol zat terlarut yang dilarutkan dalam 1000 gram (1 kg)
pelarut dan dilambangkan dengan huruf m.
c. Normalitas adalah jumlah equivalen zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume
1 liter. Normalitas digunkan untuk mengperhitungkan perbedaan dalam kemampuan
berkombinasi suatu larutan. Satuan normalitas adalah jumlah berat gram ekuivalen
per liter larutan.

2. Jelaskan perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v), %(v/v),
%(b/b), ppm,dan ppb !
Perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M) , normal (N) , %(b/v) , %(v/v), %(b/b),
ppm, dan ppb adalah sebagai berikut (Mochtaridi dan Sandri, 2007) :
a. Molar (M) adalah suatu zat menunjukkan massa satu mol zat dalam satuan gram.
Satuan molar adalah gram per mol.
b. Normal (N) merupakan ekivalen zat terlatu dalam liter larutan.
c. %(b/v) adalah jumlah gram zat yang terdapat dalam 100 ml larutan dan larutan
tersebut dapat berupa air atau lainnya.
d. % (v/v) menyatakan jumlah gram zat yang terdapat dalam 100 ml larutan.
e. % (b/b) menyatakan jumlah mol zat yanggterdapat dalam 100 ml larutan.
f. Satuan ppm (part per million) adalah satuan gram zat terlarut per sejuta gram larutan.
g. Satuan ppb (part per billion) adalah satuan gram terlarut per satu miliar gram larutan.

3. Jelaskan perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari larutan pekatnya!
Perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 adalah pada saat proses penambahan
aquades pada larutan. Pengenceran HCl dilakukan dengan cara terlebih dahulu
memasukkan sedikit aquades ke dalam beaker glass kemudian baru ditambahkan larutan
HCl pekat, selanjutnya adalah dengan menambahkan air sedikit demi sedikit sampai
volume yang diinginkan. Sedangkan pada pengenceran H2SO4 dilakukan dengan cara
memasukkan air terlebih dahulu kedalam beaker glass kemudian baru ditambahkan
larutan H2SO4 sedikit demi sedikit sampai volume yang diinginkan (Sutresna, 2007).

B. DIAGRAM ALIR

1. Pembuatan 100 ml larutan H2C2O4 0,05 M


Dihitung konsentrasi larutan yang akan dibuat

H2C204 0,045 gram

NaCl ditimbang dengan timbangan analitik

Diletakkan dalam beaker glass


Aquades secukupnya

Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100 ml

Aquades

Ditambah hingga tanda batas


Dihomogenkan

Hasil

2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

NaCl 10 mg

NaCl ditimbang dengan timbangan analitik

Diletakkan dalam beaker glass


Aquades secukupnya

Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL

Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenisasi

Hasil
3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)

Etanol 96%

Dihitung volume etanol dengan rumus pengenceran

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL

Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

Hasil

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)

Gula pasir

Ditimbang sebanyak 5 gram

Diletakkan dalam beaker glass

Aquades secukupnya

Diaduk hingga larut

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL


Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

Hasil

5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%


Perhitungan konsentrasi HCl 32% dan volume yang dibutuhkan

Konsentrasi HCl 32% dalam (M)

Dihitung volume HCl yang akan diambil dengan rumus pengenceran

Larutan HCl 32%

Diletakkan dalam labu ukur yang berukuran 100 ml

Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dikocok hingga homogen

Hasil
C. DATA HASIL PRAKTIKUM
Larutan Konsentrasi Solute (zat Solven (pelarut) /
terlarut) / satuan satuan (g/ml)
(g/ml)

H2C2O4 0,1 M 0,1125 25 ml

0,0125 g 25 ml
NaCl 100 ppm

5,2 ml 19,8 ml
Etanol 20% (v/v)

1,2522 g 25 ml
Gula 5 % (b/v)

0.240 ml 24,76
HCl 0,1 M

Perhitungan :
1. H2C2O4

M = 0,1125
2. NaCl
Berat zat terlarut = 100 x 0,025
Berat zat terlarut = 2,5 x 10-3 gram (0,0025 gram)
V1 x M1 = V2 x M2
25 x 10 = V2 x 1
V2 = 250 ml
Bila digunakan NaCl 10 M dan 500 ppm, maka :

Berat zat terlarut = 1,25 x 10-2 gram NaCl kristal.

3. Larutan Etanol 20% (v/v)


M1 x V1 = M2 x V2
96 x V1 = 20 x 25
V1 = 5,2083 mL

4. Gula

Berat zat terlarut = 125/100 = 1,25

5. HCl

M1 = 10,43 M

M1 x V1 = M2 X V2
10,43 x V1 = 0,1 x 25
V1 = 2,5 / 10,43
V1 = 0,240 mL

D. PEMBAHASAN
1. Hal apakah yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan dari padatan dan
cairan (larutan pekat), sebutkan dan jelaskan !
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan dari padatan dan
cairan (larutan pekat) adalah sebagai berikut (Lestari, 2008 ) :
a. Penentuan konsentrasi dan volume yang ingin dibuat. Penentuan konsentrasi
dan volume ini sangat penting, karena sebelum pembuatan larutan tidak
ditentukan maka larutan tidak akan terjadi secara sempurna. Untuk pengukuran
cairan atau larutan pekat, maka pengukuran volume sebaiknya dilakukan di
ruangan asam.
b. Sifat analisis suatu zat (bersifat kualitatif atau kuantitatif)
c. Jumlah mol larutan yang ingin dibuat. Sebelum proses pembuatan larutan, akan
lebih baik apabila mol larutan yang ingin dibuat ditentukan terlebih dahulu.
d. Alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur yang digunakan harus mempunyai
tingkat ketelitian yang tinggi.
e. Penggunaan alat ukur volume. Penggunaan alat ukur volume harus disesuaikan
dengan sifat zat.

2. Jelaskan langkah-langkah pembuatan larutan NaCl 10 M dan 500 ppm dari kristal
padat NaCl! Jelaskan langkah kerja pengenceran larutan tersebut menjadi 1 M !
Langkah pertama adalah mencari berat zat terlarut, dengan cara sebagai berikut:

Berat zat terlarut = 1,25 x 10-2 gram NaCl kristal.


Langkah selanjutnya dalam pembuatan larutan NaCl 10 M dan 500 ppm dari kristal
padat NaCl adalah memasukkan kristal padat NaCl yang telah ditimbang sebanyak
1,25 x 10-2ke dalam gelas ukur (beaker glass) yang sudah steril dan bersih, lalu
ditambahkan dengan aquades secukupnya untuk diencerkan. Setelah itu, larutan
tersebut dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100ml dan ditambahkan lagi
dengan aquades hingga mencapai tanda batas. Larutan tersebut kemudian dikocok
secara homogen hingga mencapai hasil NaCl 1 M atau sesuai dengan yang
diinginkan.

3. Jelaskan cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat 32% !
Cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat diawali dengan
perhitungan sebagai berikut :

M HCl = 10,433 M

Setelah diektahui nilai M dari larutan HCl, kemudian kita menentukan volume zat
terlarut dengan perhitungan sebagai berikut:
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 10.433 = 100 X 0.1

V1 = 0.958 mL

Larutan HCl yang sudah dihitung tersebut kemudian diletakkan ke dalam labu ukur
yang berukuran 100 mL kemudian ditambahkan dengan aquades hingga mencapai
tanda batas. Larutan tersebut kemudian dikocok secara homogen hingga aquades
dan HCl tercampur dan membentuk larutan HCl 0,1 M atau larutan telah menyatu
sesuai dengan keinginan.

4. Jelaskan cara pembuatan larutan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dari kristal garam
NaCl !
Cara pembuatan larutan 50 ml NaCl 100 ppm adalah dari keristal garam NaCl
adalah dimulai dengan menentukan massa dari kristal garam NaCl yang akan dibuat
larutan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Massa = 5 mg
massa = 0.005 gram
Setelah mengetahui massa dari kristal NaCl yang dibutuhkan, kemudian kita
timbang kristal NaCl sebanyak 5 mg dengan menggunakan timbangan anlitik.
Kemudian timbang kristal NaCl sebanyak 50 mg. Kemudian kita larutkan kristal
tersebut dengan aquades ke dalam beaker glass (gelas ukur). Setelah itu larutan
tersebut dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan aquades. Larutan yang
sudah ditambahkan aquades dikocok secara homogen hingga didapatkan larutan
NaCl sebesar 50 ml atau sesuai dengan ketentuan.

5. Jelaskan cara pembuatan larutan gula 15 % (b/v) !


Cara pembuatan larutan gula 15 % (b/v) dimulai dengan menghitung massa gula
yang akan dibuat sebagai larutan :

g = 15 gram
Setelah diketahui massa gula yang akan dibuat, selanjutnya gula yang telah
diambil ditimbang menggunakan neraca analitik. Gula yang telah ditimbang
dimasukkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan dengan aquades secukupnya.
Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu takar ukuran 100 mL,
kemudian ditambahkan aquades hingga batas ukur yang terdapat pada labu takar.
Larutan tersebut dikocok secara homogen hingga didapatkan larutan akhir sebanyak
100 mL atau sesuai dengan yang telah ditentukan.
KESIMPULAN :
Larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat dengan rasio
yang dapat berubah. Salah satu zat yang berada dalam jumlah besar dinamakan
pelarut (solven) sedangkan zat lainyang berada dalam jumlah kecil dinamakan
terlarut (solut). Batasan konsentrasi solut dinamakan sebagai kelarutan. Larutan
dapat berbentuk cairan seperti air teh dan air laut, berbentuk gas seperti udara, atau
berbentuk padatan seperti kuningan atau perunggu.
K3 merupakan kepanjangan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan suatu sistem yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya
pencegahan atau preventif timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungn
kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mngenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkn kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan
antisipatif bila terjadi hal demikian. K3 sangat penting untuk diterapkan dalam
penelitian, karena seperti kita ketahui bahwa pada saat penelitian atau pembuatan
larutan kita akan menggunakan zat-zat kimia yang berbahaya untuk tubuh kita.
Penerapan K3 dalam pembuatan larutan dapat dilakukan dengan cara memakai
maker, sarung tangan, jas lab, dan melakukan langkah-langkah pembuatan larutan
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Apabila dalam pembuatan larutan,
K3 tidak diterapkan dengan baik, maka akan sangat berbahaya apabila terjadi
kecelakan atau kesalahan dalam pembuatan larutan. Penerapan K3 pada penelitian
atau pembuatan larutan diharapkan dapat menetralisir tingkat kecelakaan atau
kesalahan dalam penelitian.
Selain K3, sangat penting juga bagi kita untuk memahami MSDS. Di mana
MSDS merupakan singkatan dari Material Safety Data Sheets atau Lembaran Data
Bahan Keselamatan yang meliputi banyak sekali aspek-aspek keselamatan yang
perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. MSDS ini merupakan
suatu data dari bahan kimia tentang sifat fisik, kimia dan cara penanganannya serta
petunjuk pertolongan pertama jika terkena paparan, tertelan, terhirup, terkena mata.
Pemahaman MSDS sangat penting untuk meminimalisir tingkat kesalahan atau
bahaya yang akan terjadi saat penelitian.
Daftar Pustaka :

James, Joyce, Colin Baker, dan Helen Swain. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk
Keperawatan. Jakarta : Erlangga.

Lestari, Sri. 2008. Kumpulan Rumus Kimia SMA. Jakarta : Kawan Pustaka.

Mochtaridi dan Sandri, Justiana. 2006. Kimia 2. Jakarta : Yudhistira.

Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas /
Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : Grafindo Media
Pratama.

Tanggal Nilai Paraf


Asisten
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR

“ASIDI-ALKALIMETRI ”

NAMA RAFIDA RAHMATUN NISA


NIM 135100318113004
KELOMPOK A4
KELAS A
ASISTEN

Foto 3x4

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
Nama Rafida Rahmatun Nisa
NIM 135100318113004
Kelas A
Kelompok A4

BAB II
ASIDI-ALKALIMETRI

TUJUAN
 Membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M
 Melakukan standarisasi larutan NaOH 0,1 M
 Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam asetat
cuka perdagangan

A. PRE LAB
1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?
Analisis volumetri merupakan suatu analisis kimia kuantitatif yang didasarkan
pada pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang
direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya
(Sumardjo, 2006).

2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri?


Asidi-alkalimetri merupakan titrasi yang melibatkan titrasi larutan asam dan
basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah atau
biasa disebut basa bebas dengan asam standar atau asidimetri dan titrasi asam
yang berasal dari basa lemah atau asam bebas dengan suatu basa standar atau
alkalimetri. Tujuan asidi alkalimetri ialah untuk menentukan kadar atau
konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya (Haigh, 2005).

3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer?


Larutan standar primer adalah larutan yang dapat dibuat dan diketahui
konsentrasinya dan merupakan senyawa yang dapatdiperoleh dengan tingkat
kemurnian yang sangat tinggi. Larutan standarprimer dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui ( Chairns, 2004).

4. Apa yang dimaksud dengan larutan standar sekunder?


Larutan standar sekunder suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak murni. Larutan ini dibuat
melalui standarisasi larutan standar primer (Chairns, 2004).

5. Apa yang dimaksud dengan standarisasi/pembakuan larutan?


Standarisasi atau pembakuan larutan adalah penetapan kadar standar sekunder
dengan menggunakan standar primer. Pembakuan larutan dilakukan karena
senyawa tersebut tidak dapat diperoleh dalam keadaan sangat murni.
Pembakuan larutan dilakukan untuk menentukan faktor normalitasnya yaitu
perbandingan antara normalitas larutan yang terjadi dengan normalitas yang
dikehendaki (Watson, 2005).

6. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi larutan NaOH? Tuliskan


persamaan reaksinya!
Larutan yang digunakan untuk menstandarisasi NaOH adalah larutan HCl.
Persamaan reaksi (Tim Pengampu Mata Kuliah Kima Dasar, 2014) :
NaOH + HCl NaCl + H20

7. Jenis asam apa yang dominan ada pada asam cuka perdagangan? Tuliskan
persamaan reaksinya dengan NaOH!
Asam yang dominan pada asam cuka perdagangan adalah asam asetat. Larutan
asam asetat dengan kadar 3-6% disebut sebagi cuka makan yang dibuat melalui
peragian sari buah apel, anggur, dan buah lainnya atau dari pengenceran asam
asetat sintetis (Hardoyo dkk, 2007).
Persamaan reaksinya dengan NaOH adalah sebagai berikut:
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
B. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 M

Timbang NaOH kristal 0,4


gram

Dimasukkan dalam gelas beaker

Dilarutkan dengan aquades

Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml

Ditambahkan aquades hingga tanda batas

Di homogenkan

Dipindahkan dalam erlenmeyer

Hasil

2. Standarisasi Larutan NaOH

Timbang Asam Oksalat 0,63


gram

Dimasukkan dalam gelas beaker


Dilarutkan dengan Aquades

Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml

Diambil 10 ml

Dimasukkan dalam erlenmeyer

Diberi indikator PP 2-3 tetes

Dititrasi dengan larutan NaOH

Diamati perubahan warna dan catat volume NaOH

Hasil

3. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam
asetat pada cuka

Diambil 10 ml asam
cuka

Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml

Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas


Diambil 10 ml

Dimasukkan dalam erlenmeyer

Diberi indikator PP 2-3 tetes

Dititrasi dengan NaOH standar

Diamati perubahan warna dan catat volume NaOH

Dilakukan Duplo

Hasil

C. DATA HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN


1. Pembuatan larutan standar NaOH
Berat NaOH : 0,4 gram
Volume larutan NaOH : 100 ml
Molaritas larutan NaOH : 0,1 M
Perhitungan :

Gr = 0,4 gr
Mengapa larutan NaOH harus distandarisasi?
Larutan NaOH harus distandarisasi karena untuk mengetahui molaritas yang dimiliki atau
konsentrasi sebenarnya dari larutan NaOH yang dihasilkan selama titrasi asidi alkalimetri
dilakukan. Selain itu NaOH merupakan larutan standar sekunder, sehingga perlu
distandarisasi untuk mengetahui perbandingan antara normaltas larutan yang terjadi dengan
normalitas yang dikehendaki.
2. Standarisasi larutan standar NaOH
Berat Na-oksalat : 0.63 gr
BM Na-oksalat : 126
Volume akuades : 100 mL
Volume larutan NaOH 0,1 M : 8.7 mL
Molaritas larutan NaOH : 0.05 M
Perhitungan:
M NaOH = 2 x Volume H2C2O4 x molaritas H2C2O4
Volume NaOH

M NaOH = 2 x 10 x 0.05
8.7
M NaOH = 0,115 M

a. Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat?

Karena jika asam oksalat bereaksi dengan NaOH, maka yang terbentuk adalah
natrium oksalat yang merupakan asam lemah. Sedangkan NaOH merupakan basa kuat. .
Sehingga NaOH perlu distandarisasi dengan larutan standar primer yaitu asam oksalat
(Koe, 2013).

b. Mengapa indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein)?


Indikator yang digunakan adalah pp (fenolflatein) karena rentang pH pp sesuai
dengan NaOH. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak
dan memberikan warna terang karena anionya (merah keunguan). Tujuan dari
penambahan pp (fenolflatein) adalah untuk menandakan batas titrasi yang terjadi
ditandai dengan perubahan warna dari warna bening menjadi warna pink atau merah
muda (Harjanti, 2008).

6. Penetapan kadar asam asetat pada cuka


Volume larutan asam cuka : 10 ml
Volume NaOH (titrasi) : 12,4 ml
Molaritas NaOH : 0,1
BM asam organik dominan : 60
Persamaan reaksi : H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2 H2O
Kadar total asam (% b/v) : 10 %
Perhitungan:
M asam cuka = M NaOH x V NaOH x Fe
V asam cuka
= 0,115 x 12,4 x 10
10
= 1,432 M

Gr = 1,24 x 60 x 10
1000
= 0,859 mg

Kadar :
% b/v = 0,459 x 10-3 x 100%
0,01
= 8,59%
% v/v = 10/100 x 100%
= 10%

a. Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan
keasaman produk pangan yang lain?Jelaskan contoh aplikasinya!
Prinsip analisis kadar total asam adalah dengan melarutkan sampel dengan air
bebas CO2, kemudian ditambahkan dengan pp (fenolflatein) dan sampel dititrasi
hingga membentuk warna merah muda, kemudian baru dihitung kadar total asam
yang terdapat pada sampel. Contoh aplikasinya adalah pada pembuatan yoghurt.
Pada pembuatan yoghurt, penentuan kadar asam yang terdapat di dalamnya
sangatlah penting. Selain itu prinsip ini juga dapat digunakan untuk mengukur
kadar keasaman yang ada pada buah-buahan seperti jeruk (Hardoyo dkk, 2007).

Analisa Prosedur :
Alat yang digunakan :
a. Labu ukur (labu takar)
b. Erlenmeyer
c. Beaker Glass
d. Pipet tetes
e. Karet hisap (Bulb)
f. Timbangan digital
g. Buret
h. Pipet volume
i. Gelas arloji

Bahan yang digunakan :


a. NaOH
b. PP (Fenolftalein)
c. Aquades
d. Asam oksalat H2C2O4.2H2O sebanyak 0.05M
e. Asam asetat

Setelah alat dan bahan sudah disiapkan, langkah selanjutnya adalah membuat
larutan standar NaOH 0.1M. Kita harus menghitung terlebih dahulu larutan NaOH 0.1M
dari kristal, dihitung dengan rumus :

Gr = 0,4 gr
Setelah itu, kemudian kita menimbang Larutan NaOH 0,4 gram menggunakan timbangan
digital.
Langkah selanjutnya adalah kita standarkan NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam
oksalat). Persamaan reaksi :
H2C2O4 + 2 NaOH  Na2C2O4 + H2O
1 grammol NaOH = 2 grammol H2C2O4
Di mana diketahui terlebih dahulu diketahui bahwa berat dari asam oksalat yang
digunakan adalah 0.63 gram dan volume aquades yang digunakan adalah 100 mL, BM Na-
oksalat adalah 126, Volume larutan NaOH 0,1 m adalah 8,7 mL, dan Molartas larutan
NaOH adalah 0,05 M.
Prosedur kerja atau langkah kerja yang dilakukan adalah pertama kita
menimbang asam oksalat dihidrat sebanyak 0.63 gram pada gelas arloji. Proses
penimbangan ini tidak boleh salah, karena apabila salah maka tidak akan terjadi titrasi.
Kita larutkan larutan tersebut ke dalam gelas beker. Setelah larut, kemudian kita
memindahkannya ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan aquades hingga mencapai
tanda batas. Penambahan aquades tidak boleh lebih dari tanda batas, apabila melebih maka
proses penambahan aquades diulangi lagi. Selanjutnya, ambil 10 mL dan tambahkan
larutan asam oksalat dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian beri 1-2 tetes
indikator pp lalu titrasi dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi hingga terjadi
perubahan warna. Warna akan berubah menjadi pink atau ungu kemerahan. Langkah
terakhir adalah kta mencatat volume dari NaOH untuk membandingkan volume sebelum
titrasi dan sesudah titrasi.

Analisa Hasil :
Analisis volumetri merupakan suatu analisis kimia kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan
larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya (Sumardjo, 2006). Asidi-alkalimetri
merupakan titrasi yang melibatkan titrasi larutan asam dan basa yang terbentuk karena
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah atau biasa disebut basa bebas dengan asam
standar atau asidimetri dan titrasi asam yang berasal dari basa lemah atau asam bebas
dengan suatu basa standar atau alkalimetri. Tujuan asidi alkalimetri ialah untuk
menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya (Haigh, 2005).
Larutan NaOH harus terlebih dahulu harus distandarisasi untuk mengetahui
konsentrasinya dari larutan NaOH yang dihasilkan selama proses titrasi asidi alkalimetri
atau titrasi asam basa. Pada larutan standar NaOH 0.1M yang mempunyai volume larutan
sebesar 100 mL mengahasilkan massa NaOH sebesar 0.4 gr. Setelah itu, larutan NaOH
distandarisasi untuk mengetahui molaritas yang sebenarnya menggunakan Na-oksalat
dengan massa 0.63 gram, BM Na-Oksalat sebesar 126 dengan volume aquades sebesar 100
mL dan volume larutan NaOH 0.1M yang menghasilkan molaritas larutan NaOH sebesar
0.15. Standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat karena Karena jika asam oksalat
bereaksi dengan NaOH, maka yang terbentuk adalah natrium oksalat yang merupakan
asam lemah. Sedangkan NaOH merupakan basa kuat. Sehingga NaOH perlu distandarisasi
dengan larutan standar primer yaitu asam oksalat.

KESIMPULAN :

Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara


teliti konsentrasi suatu larutan. Prinsip yang digunakan dalam standarisasi asam-basa dan
menggunakan metode titrasi asidi-alkalimetri yang menggunakan indicator phenolphtalien
(pp). Prinsip dari asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu
senyawa dengan cara mereaksikannya dengan tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan
reaksi penetralan, kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya. Tujuan dari praktikum titrasi asidi alkalimetri adalah untuk mengetahui
bagaimana cara membuat larutan sekunder, untuk mengetahui bagaimana cara melakukan
standarisasi larutan NaOH 0,1 M, dan untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan
larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadarasam asetat cuka perdagangan.
Berdasarkan hasil data praktikum yang telah diperoleh, maka pada pembuatan larutan
standar NaOH sebesar 0,4 gram , volume larutan NaOH 100 mL, dan molaritas larutan
yang diperoleh adalah 0,1 M. Perhitungan tersebut menggunakan rumus M = gram/Mr x
1000/ volume. Untuk menstandarisasi larutan NaOH menggunakan asam oksalat. Di mana
diketahui berat Na-Oksalat adalah sebesar 0,05 gram, BM Na-Oksalat adalah sebesar 90,
Volume aquades yang digunakan adalah 100, volume larutan NaOH 0,1 M adalah 6,6, dan
Molaritas larutan NaOH yang diperoleh adalah 0,15. Perhitungannya menggunakan rumus
M NaOH = 2 x V H2C2O4 x M H2C2O4 / V NaOH. Pada soal Penetapan kadar asam asetat
pada cuka,diperoleh data sebagai berikut Volume larutan asam cuka sebesar 10 ml,
volume NaOH (titrasi) sebesar 12,4 ml, Molaritas NaOH sebesar 0,1, BM asam organik
dominan sebesar 60, diperoleh persamaan reaksi : H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2
H2O, dan .kadar total asam adalah sebesar10%

DAFTAR PUSTAKA
Chairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Haigh, Elizabeth. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan.
Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Hardoyo, Agus Eko Tjajono, Dyah Primarini, Hartono, dan Musa. 2007. Kondisi Optimum
Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti. Jurnal Sain MIPA. 13 :
1.
Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit dan Pemakaiannya sebagai
Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses. 2 (2) :
Koe, Sujini. 2013. Pemberontakan Cinderella II Landak yang Terpenjara. Jakarta : Titik
Media

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tim Pengampu Mata Kuliah Kima Dasar. 2014. Modul Praktikum Kimia Dasar / Kimia
Anorganik. Malang : Universitas Brawijaya.
Watson, David G. 2005. Analisis Farmasi Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Tanggal Nilai Paraf


Asisten
LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR

“PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETER UV-VIS ”

NAMA RAFIDA RAHMATUN NISA


NIM 135100318113004
KELOMPOK A4
KELAS A
ASISTEN

Foto 3x4

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
Nama Rafida Rahmatun Nisa
NIM 135100318113004
Kelas A
Kelompok A4

BAB III
PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

TUJUAN:
1. Membuat kurva standar kalium permanganat
2. Menentukan konsentrasi kalium permanganate dalam larutan sampel yang belum
diketahui konsentrasinya dengan metode spektrometri

A. PRE-LAB
1. Jelaskan prinsip dasar analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis!
Prinsip dasar dari analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah apabila
cahaya monokromatik (Io) melalui media larutan maka sebagian dari cahaya tersebut
akan diserap (Ia), sebagian dipantulkan(Ir), sebagian dipancarkan (It), dan sebagian lagi
akan dihamburkan (Is) (Tim Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar , 2014).
Prinsip dasar analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah bila cahaya
(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari
sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap di dalam medium itu, dan sisanya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai
absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel (Setiono dan Avriliana,
2013).
.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan spektrum cahaya tampak dan warna komplementer!
Spektrum cahaya tampak adalah spektrum gelombang elektromagmnetik yang
dapat dilihat oleh mata manusia. Spektrum cahaya tampak terdiri dari tujuh spektrum
warna yaitu: merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu. Sinar merah mempunyai
panjang gelombang terpanjang namun frekuensi yang dimiliki terkecil dan sinar ungu
mempunyai panjang gelombang terpendek namun frekuensiyang dimilikinya terbesar
(Sacher dan Richard, 2004).
Warna komplementer adalah dua warna cahaya yang dipadukan sehingga
menghasilkan warna putih (Syamsuni, 2005).

3. Jelaskan yang dimaksud dengan kurva standar/kurva baku!


Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat digunakan
sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva
standar bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai
absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui ( Harmita, 2006).

4. Jelaskan hukum yang melandasi spektrofotometri !


Hukum yang melandasi spektrofotometri adalah Hukum Lambert-Beer. Di mana
Hukum Lambert-Beer berbunyi seperti berikut “Jika suatu cahaya monokromator melalui
suatu media yang transparan, maka logaritma intensitas cahaya yang datang dibanding
intensitas cahaya yang diteruskan sebanding dengan absorbansi serta absorpitivitas molar
(koefisien ekstinngsi molar), tebal media (kuvet) dan konsentrasi larutan (Tim Pengampu
Mata Kuliah Kimia Dasar, 2014).

Hukum Lambert Beer dapat terlaksana jika memenuhi kondisi berikut ( Sirait, 2009) :
a. Tidak ada interaksi molekul (Encerkan larutan, biasanya 0,01 M, maka jarak rata-rata
antara 2 molekul menjadi cukup kecil dan tingkat interaksi zat terlarutnya atau ikatan
H dapat mempengaruhi lingkungan analit dan absorptivitas nya
b. Berkas sinar cahaya bersifat monokromatis. Jika berkas sinar tidak bersifat
monokromatis, maka akan terjadi penyimpangan dengan berkas sinar polikromatis
c. Analit tidak mengalami asosiasi, disosiasi, atau reaksi dengan pelarut untuk
memberikan produk dengan menyerap karakteristik yang berbeda dari analit. Jika
analit mengalami reaksi dengan pelarut, maka akan terjadi penyimpangan kimia.
B. Diagram Alir
1. Penentuan panjang gelombang maksimum

Larutan KMNO4 5x10-4M

Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400nm-700nm

Dicari nilai absorbansi tertinggi

Hasil
2. Pembuatan kurva standar

Larutan KMNO4 10-3M

Diencerkan dengan aquades

KMNO4 10- KMNO43x10-4M KMNO45x10-4M KMNO47x10-4M KMNO49x10-4M


4
M

Diukur absorbansi masing-masing larutan pada λ maksimum

Buat kurva standar antara Absorbansi (y) terhadap konsentrasi (sumbu x)

Hasil

3. Pengukuran absorbansi sampel KMNO4

Larutan KMNO4sampel

Diukur absorbansinya pada λ maksimum

Hasil absorbansi dimasukkan ke dalam rumus dari kurva standart

Hasil
C. DATA HASIL PRAKTIKUM
a. Penentuan panjang gelombang maksimum
Konsentrasi KMNO4 yang digunakan untuk mencari panjang gelombang maksimum =
M

Panjang gelombang (nm) Absorbansi (A)


range 500-590 nm

500 0,292

510 0,382

520 0,387

530 0,381

540 0,374

550 0,351

560 0,246

570 0,209

580 0,124

590 0,049

Panjang gelombang maksimum adalah 520 nm (panjang gelombang maksimum adalah


panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi paling tinggi)
b. Pembutan kurva standar

Konsentrasi Larutan Absorbansi (diukur pada panjang gelombang


KMNO4(M) (sumbu x) maksimum) (sumbu y)
1x10-4 0,079
3x10-4 0,252
5x10-4 0,351
-4
7x10 0,544
9x10-4 0,705
Kurva standar / baku yang diperoleh (pakai excel)

c. Pengukur absorbansi sampel KMNO4

Absorbansi sampel KMNO4 diukur pada panjang gelombang maksimum = 520 nm


Konsentrasi sampel KMNO4 = 1x10-4

PERTANYAAN
1. Bahas penentuan panjang gelombang maksimum!
Penentuan panjang gelombang maksimum ditentukan berdasarkan panjang
gelombang yang dapat menghasilkan nilai absorbansi paling tinggi. Berdasarkan
data yang telah diperoleh , penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan
dengan menyiapkan larutan KMNO4 dengan konsentrasi sampel KMNO4 adalah 1
x 10-4 M. Absorbansi KMNO4 diukur dari panjang gelombang 500 nm - 590 nm
dengan interval 10 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh adalah 0.292A, 0.382A,
0.387A, 0.381A, 0.374, 0.351A, 0.246A, 0.209A, 0.124A, 0.049A. berdasarkan
data, yang menghasilkan nilai absorbansi tertinggi (0.387A) adalah pada panjang
gelombang 520 nm dan menunjukkan panjang gelombang maksmum. Panjang
gelombang 500 nm – 590 nm mempunyai warna merah keunguan.

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui


ketika absorbansi mencapai maksimum, sehingga meningkatkan proses absorbansi
larutan terhadap sinar. Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat kurva
standar atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh panjang gelombang
maksimum dari larutan standar tersebut. Panjang gelombang maksimum yang
dipilih, karena di sekitar panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva
serapan adalah datar sehingga hukum Lambert Beer akan terpenuhi dengan baik
dan kesalahan yang ditimbulkan panjang gelombang maksimum dapat diperkecil
(Prasetyo, 2006).

2. Bahas penentuan kurva standar!


Langkah awal dari pembuatan kurva standar dimulai dengan melakukan
pengenceran larutan KMNO4 10-3 M menjadi larutan KMNO4 dengan konsentrasi 1x10-
4
M, 3x10-4 M, 5x10-4M, 7x10-4 M dan 9x10-4 M. Setiap konsentrasi mempunyai nilai
absorbansi berdasarkan panjang gelombang yang berbeda-beda. Nilai absorbansi
tersebut adalah 0,079A, 0,252A, 0,351A, 0,544A, 0,705A.Penghitungan nilai absorbansi
dari berbagai konsentrasi larutan menggunakan panjang gelombang maksimal yang
telah ditentukan sebelumnya yaitu 520 nm. Penjang gelombang tersebut dipilih karena
menghasilkan nilai absorbansi tertinggi yaitu 0.387A. Kurva standar dibuat dengan
memplot konsentrasi KMNO4 sebagai variable x dan absorbansi sebagai variable y.
Persamaan garis dan gradien grafik dihitung melalui metode regresi linier, yaitu
. Setiap konsentrasi larutan KMNO4 akan menghasilkan nilai yang berbeda-
beda.
Cara pembuatan kurva standar dapat menggunakan Microsoft Excel. Langkah-
langkahnya adalah pertama dengan memasukkan konsentrasi larutan dan nilai
absorbasinya. Kemudian klik insert-scatter-pilih smooth lines and marker. Setelah itu
kita klik tampilan kurva yang muncul. Kita klik layout-trendline-more trendline option.
Setelah muncul, kita centang display equation on chart and display R. Kurva akan
otomatis muncul pada lembar kerja.

3. Bahas hasil konsentrasi sampel KMNO4!


Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi larutan diperoleh dari:
y = ax + b
x adalah konsentrasi sampel larutan
y adalah absorbansi
0,079 = 772 (x) + 0,0002
772 (x) = 0,079 – 0,0002
x = 0,0788
772
X = 102 x 10-6
Sehingga dengan konsentrasi sampel KMNO4 = 1 X 10-4 M, diperoleh nilai konsentrasi
larutan sebesar 102 x 10-6 M.

ANALISA PROSEDUR
a. Pembuatan Larutan
Alat yang digunakan :
a. Labu ukur
b. Beaker glass
c. Tabung reaksi
d. Rak tabung reaksi
e. Spektrofotometer UV-VIS
f. Kuvet

Bahan yang digunakan :


a. Larutan KMNO4 dengan konsentrasi 10-3 M.
b. Aquades

Proses Pembuatan Larutan :


Larutan KMNO4 dengan konsentrasi 10-3 M. Kemudian larutan tersebut
dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan dengan aquades sehingga akan
menghasilkan KMNO4 sebanyak 1 x 10-4 M. Pembuatan larutan standar KMNO4 1 x
10-4 M dimulai dari menghitung volume (V1), perhitungan dapat dilakukan dengan
mengunakan rumus :
M1 x V1 = M2 x V2
10-3 x M1 = 10 x 10-4
V1 = 1 mL
Selanjutnya diukur absorbansi masing-masing larutan pada panjang gelombang
maksimum. Pengukuran absorbansi dengan konsentrasi 1x10-4M, 3x10-4 M, 5x10-4M,
7x10-4 M dan 9x10-4 M dicari terlebih dahulu hingga menemukan nlai absorbansinya..
Setelah nilai dari absorbansinya diketahui, maka kurva standar antara absorbansi (y)
terhadap konsentrasi (x) dapat dibuat.
b. Pengukuran Absorbansi Dari Sampel
Pengukuran absorbansi dari sampel menggunakan sampel KMNO4 1 x 10-4 M.
Larutan sampel yang digunakan adalah 1x10-4M, 3x10-4 M, 5x10-4M, 7x10-4 M dan
9x10-4 M. Setelah itu diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.
Kemudian hasil absorbansi dimasukkan ke dalam rumus dari kurva standart. Rumus
kurva standar yaitu :

Keterangan :
y adalah absorbansi
x adalah konsentrasi
Diperoleh nilai absorbansi dari larutan sampel 1x10-4M, 3x10-4 M, 5x10-4M, 7x10-
4
M dan 9x10-4 M sebesar 0,079A, 0,252A, 0,351A, 0,544A, 0,705A. Data konsentrasi
larutan dan absorbansi dapat dibuat menjadi kurva menggunakan Microsoft Excel.
Setelah kurva selesai dibentuk makan akan muncul persamaan linier dari y = ax + b
serta nilai R2.

Analisa Hasil :
1. Penentuan Gelombang Panjang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum ditentukan berdasarkan panjang
gelombang yang dapat menghasilkan nilai absorbansi paling tinggi. Pemilihan
panjang gelombang maksimum sangat menentukan dalam percobaan, karena
apabila terjadi penyimpangan yang kecil selama percobaan akan mengakibatkan
kesalahan yang kecil dalam pengukuran. Jika pemilihan panjang gelombang
memiliki spektrum perubahan besar pada nilai absorbansi saat panjang gelombang
sempit, akan mengakibatkan kesalahan besar dalam pengukuran. Semakin besar
panjang gelombang maka akan semakin besar nilai absorbansinya. Hal ini dapat
mengakibatkan sinar putih pada setiap panjang gelombang. Faktor yang
mempengaruhi penentuan panjang gelombang maksimum adalah nilai dari
absorbansinya ( Prasetyo, 2006 ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut, Ph,


suhu, konsentrasi elektrolityang tinggi, dan adanya zatpengganggu. Kondisi ini
harus diketahui. Kebersihan juga mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari
pada dinding tabung harus dibersihkan menggunakan kertas tissue ( Sacher dan
Richard, 2004).

2. Pengukuran Absorbansi dan Penjelasan Kurva


Pengukuran absorbansi embuatan kurva standar dimulai dengan
dilakukannya pengenceran larutan KMNO4 10-3 M menjadi larutan KMNO4dengan
konsentrasi 1x10-4M, 3x10-4 M, 5x10-4M, 7x10-4 M dan 9x10-4 M. Pengukuran
absorbansi dari sampel menggunakan sampel KMNO4 1 x 10-4 M.
Penjelaasan mengenai kurva adalah nilai absorbansi yang dilewatkan
sebanding dengan konsentrasi larutan dalam kuvet. Berdasarkan data yang
diperoleh, maka didapatkan persamaan regresi y= 722x + 0,0002 dan nilai R2 yang
diperoleh adalah 0,9927. Nilai R2 yang mendkati 1 menandakan bahwa kurva
tersebut dikatakan baik. Dari hal tersebut, maka dapat diketahui korelasi antara
konsentrasi dengan absorbansi sangat erat. Sehingga diketahui hubungan antara
konsentrasi sampel dengan absorbansi adalah berbanding lurus. Semakin tinggi
konsentrasi suatu senyawa larutan, semakin banyak sinar yang diserap. Hal ini
sesuai dengan hukum Lambert Beer.

3. Pengukuran Konsentrasi Larutan Sampel Didasarkan pada Kurva Standar


Pengukuran konsentrasi larutan sampel menghasilkan nilai absorbansi yang
berbeda-beda. Pengukuran tersebut menggunakan rumus y = ax + b . Sampel
larutan yang digunakan adalah KMNO4 1 X 10-4 M, sehingga diperoleh nilai
konsentrasi larutan sebesar 102 x 10-6 M.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran konsentrasi sampel adalah
jenis pelarut, (apakah pelarut tersebut bersifat polara atau non polar), pH larutan,
kadar larutan (jika konsentrasinya tinggi, maka akan terjadi polimerisasi yang
menyebabkan panjang gelombang maksimum berubah sama sekali atau harga Io
(cahaya yang dilewatkan pada suatu bahan) < Ia (penjumlahan dari sinar yang
diserap) ).Selain itu tebal larutan juga mempengaruhi, karena jika digunakan kuvet
dengan tebal yang berbeda, akan memberikan spektrum serapan yang berbeda.
Faktor terakhir yang mempengaruhi adalah lebar celah. Semakin lebar celah, maka
semakin lebar pula serapan dan cahaya semakin polikromatis, resolusi dan puncak-
puncak kurva tidak sempurna (Sirait, 2009).
KESIMPULAN
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukurtransmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungi panjang gelombang. Prinsip dari spektrofotometer
adalah apabila cahaya monokromatik (Io) melalui media larutan maka sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap (Ia), sebagian dipantulkan(Ir), sebagian dipancarkan (It), dan
sebagian lagi akan dihamburkan (Is). Tujuan dari praktikum spektrofotometri adalah untuk
membuat kurva standar kalium permanganate dan enentukan konsentrasi kalium
permanganate dalam larutan sampel yang belum diketahui konsentrasinya dengan metode
spektrometri. Berdasarkan data hasil pengamatan, konsentrasi sampel yang digunakan
adalah KMNO4 = 1 X 10-4 M. Rumus yang digunakan untuk perhitungan konsentrasi
sampel adalah y = ax + b, di mana y mempunyai nilai sebesar 0,079 = dan x mempunyai
nilai sebesar 772, sehinggaa diperoleh nilai konsentrasi larutan sebesar 102 x 10-6 M.
Kurva yang dibentuk menghasilkan persamaan regresi y = 722x + 0,0002 dan nilai R2 yang
diperoleh adalah 0,9927. Nilai R2 yang mendekati 1 menandakan bahwa kurva tersebut
dikatakan baik. Dari hal tersebut, maka dapat diketahui korelasi antara konsentrasi dengan
absorbansi sangat erat.

DAFTAR PUSTAKA
Harmita, Maksum Radji, dan M. Biomed. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Prasetyo, Petrus Hari. 2006. Penentuan Ion Logam Cr Dalam Air Tangki Reaktor
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-VIS. Skripsi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Sacher, Ronald A. Dan Richard A. Mcpherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Setiono, Monica dan Avriliana Dewi A. 2013. Penentuan Jenis Solven dan pH Optimum
pada Analisis Senyawa Delphinidin dalam Kelopak Bunga Rosela dengan Metode
Spektrofotometri UV-VIS . Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2 (2) : 91-96.
Sirait, Rina Afriyana. 2009. Penerapan metode Spektrofotometri Ultraviolet pada
penetapan Kadar Nifedipin dalam Sediaan Tablet. Skripsi. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Tim Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar. 2014. Modul Praktikum Kimia Dasar/Kimia
Anorganik. Malang : Universitas Brawijaya.

Paraf
Tanggal Nilai
Asisten
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai