KIMIA DASAR
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
Foto 3x4
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Nama Rafida Rahmatun Nisa
NIM 135100318113004
Kelas A
Kelompok A4
BAB I
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
TUJUAN:
Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu
A. PRE-LAB
1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas dan normalitas?
Perbedaan antara molaritas, molalitas, dan normalitas adalah ( James dkk, 2008) :
a. Molaritas yaitu jumlah mol zat terlarut per lliter zat pelarut. Satuan molaritas adalah
Mol/L atau MolL-1 .
b. Molalitas yaitu jumlah mol zat terlarut yang dilarutkan dalam 1000 gram (1 kg)
pelarut dan dilambangkan dengan huruf m.
c. Normalitas adalah jumlah equivalen zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume
1 liter. Normalitas digunkan untuk mengperhitungkan perbedaan dalam kemampuan
berkombinasi suatu larutan. Satuan normalitas adalah jumlah berat gram ekuivalen
per liter larutan.
2. Jelaskan perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v), %(v/v),
%(b/b), ppm,dan ppb !
Perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M) , normal (N) , %(b/v) , %(v/v), %(b/b),
ppm, dan ppb adalah sebagai berikut (Mochtaridi dan Sandri, 2007) :
a. Molar (M) adalah suatu zat menunjukkan massa satu mol zat dalam satuan gram.
Satuan molar adalah gram per mol.
b. Normal (N) merupakan ekivalen zat terlatu dalam liter larutan.
c. %(b/v) adalah jumlah gram zat yang terdapat dalam 100 ml larutan dan larutan
tersebut dapat berupa air atau lainnya.
d. % (v/v) menyatakan jumlah gram zat yang terdapat dalam 100 ml larutan.
e. % (b/b) menyatakan jumlah mol zat yanggterdapat dalam 100 ml larutan.
f. Satuan ppm (part per million) adalah satuan gram zat terlarut per sejuta gram larutan.
g. Satuan ppb (part per billion) adalah satuan gram terlarut per satu miliar gram larutan.
3. Jelaskan perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari larutan pekatnya!
Perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 adalah pada saat proses penambahan
aquades pada larutan. Pengenceran HCl dilakukan dengan cara terlebih dahulu
memasukkan sedikit aquades ke dalam beaker glass kemudian baru ditambahkan larutan
HCl pekat, selanjutnya adalah dengan menambahkan air sedikit demi sedikit sampai
volume yang diinginkan. Sedangkan pada pengenceran H2SO4 dilakukan dengan cara
memasukkan air terlebih dahulu kedalam beaker glass kemudian baru ditambahkan
larutan H2SO4 sedikit demi sedikit sampai volume yang diinginkan (Sutresna, 2007).
B. DIAGRAM ALIR
Dilarutkan
Aquades
Hasil
NaCl 10 mg
Dilarutkan
Aquades
Dihomogenisasi
Hasil
3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)
Etanol 96%
Aquades
Dihomogenkan
Hasil
Gula pasir
Aquades secukupnya
Dihomogenkan
Hasil
Aquades
Hasil
C. DATA HASIL PRAKTIKUM
Larutan Konsentrasi Solute (zat Solven (pelarut) /
terlarut) / satuan satuan (g/ml)
(g/ml)
0,0125 g 25 ml
NaCl 100 ppm
5,2 ml 19,8 ml
Etanol 20% (v/v)
1,2522 g 25 ml
Gula 5 % (b/v)
0.240 ml 24,76
HCl 0,1 M
Perhitungan :
1. H2C2O4
M = 0,1125
2. NaCl
Berat zat terlarut = 100 x 0,025
Berat zat terlarut = 2,5 x 10-3 gram (0,0025 gram)
V1 x M1 = V2 x M2
25 x 10 = V2 x 1
V2 = 250 ml
Bila digunakan NaCl 10 M dan 500 ppm, maka :
4. Gula
5. HCl
M1 = 10,43 M
M1 x V1 = M2 X V2
10,43 x V1 = 0,1 x 25
V1 = 2,5 / 10,43
V1 = 0,240 mL
D. PEMBAHASAN
1. Hal apakah yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan dari padatan dan
cairan (larutan pekat), sebutkan dan jelaskan !
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan dari padatan dan
cairan (larutan pekat) adalah sebagai berikut (Lestari, 2008 ) :
a. Penentuan konsentrasi dan volume yang ingin dibuat. Penentuan konsentrasi
dan volume ini sangat penting, karena sebelum pembuatan larutan tidak
ditentukan maka larutan tidak akan terjadi secara sempurna. Untuk pengukuran
cairan atau larutan pekat, maka pengukuran volume sebaiknya dilakukan di
ruangan asam.
b. Sifat analisis suatu zat (bersifat kualitatif atau kuantitatif)
c. Jumlah mol larutan yang ingin dibuat. Sebelum proses pembuatan larutan, akan
lebih baik apabila mol larutan yang ingin dibuat ditentukan terlebih dahulu.
d. Alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur yang digunakan harus mempunyai
tingkat ketelitian yang tinggi.
e. Penggunaan alat ukur volume. Penggunaan alat ukur volume harus disesuaikan
dengan sifat zat.
2. Jelaskan langkah-langkah pembuatan larutan NaCl 10 M dan 500 ppm dari kristal
padat NaCl! Jelaskan langkah kerja pengenceran larutan tersebut menjadi 1 M !
Langkah pertama adalah mencari berat zat terlarut, dengan cara sebagai berikut:
3. Jelaskan cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat 32% !
Cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat diawali dengan
perhitungan sebagai berikut :
M HCl = 10,433 M
Setelah diektahui nilai M dari larutan HCl, kemudian kita menentukan volume zat
terlarut dengan perhitungan sebagai berikut:
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 10.433 = 100 X 0.1
V1 = 0.958 mL
Larutan HCl yang sudah dihitung tersebut kemudian diletakkan ke dalam labu ukur
yang berukuran 100 mL kemudian ditambahkan dengan aquades hingga mencapai
tanda batas. Larutan tersebut kemudian dikocok secara homogen hingga aquades
dan HCl tercampur dan membentuk larutan HCl 0,1 M atau larutan telah menyatu
sesuai dengan keinginan.
4. Jelaskan cara pembuatan larutan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dari kristal garam
NaCl !
Cara pembuatan larutan 50 ml NaCl 100 ppm adalah dari keristal garam NaCl
adalah dimulai dengan menentukan massa dari kristal garam NaCl yang akan dibuat
larutan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Massa = 5 mg
massa = 0.005 gram
Setelah mengetahui massa dari kristal NaCl yang dibutuhkan, kemudian kita
timbang kristal NaCl sebanyak 5 mg dengan menggunakan timbangan anlitik.
Kemudian timbang kristal NaCl sebanyak 50 mg. Kemudian kita larutkan kristal
tersebut dengan aquades ke dalam beaker glass (gelas ukur). Setelah itu larutan
tersebut dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan aquades. Larutan yang
sudah ditambahkan aquades dikocok secara homogen hingga didapatkan larutan
NaCl sebesar 50 ml atau sesuai dengan ketentuan.
g = 15 gram
Setelah diketahui massa gula yang akan dibuat, selanjutnya gula yang telah
diambil ditimbang menggunakan neraca analitik. Gula yang telah ditimbang
dimasukkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan dengan aquades secukupnya.
Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu takar ukuran 100 mL,
kemudian ditambahkan aquades hingga batas ukur yang terdapat pada labu takar.
Larutan tersebut dikocok secara homogen hingga didapatkan larutan akhir sebanyak
100 mL atau sesuai dengan yang telah ditentukan.
KESIMPULAN :
Larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat dengan rasio
yang dapat berubah. Salah satu zat yang berada dalam jumlah besar dinamakan
pelarut (solven) sedangkan zat lainyang berada dalam jumlah kecil dinamakan
terlarut (solut). Batasan konsentrasi solut dinamakan sebagai kelarutan. Larutan
dapat berbentuk cairan seperti air teh dan air laut, berbentuk gas seperti udara, atau
berbentuk padatan seperti kuningan atau perunggu.
K3 merupakan kepanjangan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan suatu sistem yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya
pencegahan atau preventif timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungn
kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mngenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkn kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan
antisipatif bila terjadi hal demikian. K3 sangat penting untuk diterapkan dalam
penelitian, karena seperti kita ketahui bahwa pada saat penelitian atau pembuatan
larutan kita akan menggunakan zat-zat kimia yang berbahaya untuk tubuh kita.
Penerapan K3 dalam pembuatan larutan dapat dilakukan dengan cara memakai
maker, sarung tangan, jas lab, dan melakukan langkah-langkah pembuatan larutan
sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Apabila dalam pembuatan larutan,
K3 tidak diterapkan dengan baik, maka akan sangat berbahaya apabila terjadi
kecelakan atau kesalahan dalam pembuatan larutan. Penerapan K3 pada penelitian
atau pembuatan larutan diharapkan dapat menetralisir tingkat kecelakaan atau
kesalahan dalam penelitian.
Selain K3, sangat penting juga bagi kita untuk memahami MSDS. Di mana
MSDS merupakan singkatan dari Material Safety Data Sheets atau Lembaran Data
Bahan Keselamatan yang meliputi banyak sekali aspek-aspek keselamatan yang
perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. MSDS ini merupakan
suatu data dari bahan kimia tentang sifat fisik, kimia dan cara penanganannya serta
petunjuk pertolongan pertama jika terkena paparan, tertelan, terhirup, terkena mata.
Pemahaman MSDS sangat penting untuk meminimalisir tingkat kesalahan atau
bahaya yang akan terjadi saat penelitian.
Daftar Pustaka :
James, Joyce, Colin Baker, dan Helen Swain. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk
Keperawatan. Jakarta : Erlangga.
Lestari, Sri. 2008. Kumpulan Rumus Kimia SMA. Jakarta : Kawan Pustaka.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas /
Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : Grafindo Media
Pratama.
“ASIDI-ALKALIMETRI ”
Foto 3x4
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Nama Rafida Rahmatun Nisa
NIM 135100318113004
Kelas A
Kelompok A4
BAB II
ASIDI-ALKALIMETRI
TUJUAN
Membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M
Melakukan standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam asetat
cuka perdagangan
A. PRE LAB
1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?
Analisis volumetri merupakan suatu analisis kimia kuantitatif yang didasarkan
pada pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang
direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya
(Sumardjo, 2006).
7. Jenis asam apa yang dominan ada pada asam cuka perdagangan? Tuliskan
persamaan reaksinya dengan NaOH!
Asam yang dominan pada asam cuka perdagangan adalah asam asetat. Larutan
asam asetat dengan kadar 3-6% disebut sebagi cuka makan yang dibuat melalui
peragian sari buah apel, anggur, dan buah lainnya atau dari pengenceran asam
asetat sintetis (Hardoyo dkk, 2007).
Persamaan reaksinya dengan NaOH adalah sebagai berikut:
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
B. DIAGRAM ALIR
1. Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 M
Di homogenkan
Hasil
Diambil 10 ml
Hasil
3. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam
asetat pada cuka
Diambil 10 ml asam
cuka
Dilakukan Duplo
Hasil
Gr = 0,4 gr
Mengapa larutan NaOH harus distandarisasi?
Larutan NaOH harus distandarisasi karena untuk mengetahui molaritas yang dimiliki atau
konsentrasi sebenarnya dari larutan NaOH yang dihasilkan selama titrasi asidi alkalimetri
dilakukan. Selain itu NaOH merupakan larutan standar sekunder, sehingga perlu
distandarisasi untuk mengetahui perbandingan antara normaltas larutan yang terjadi dengan
normalitas yang dikehendaki.
2. Standarisasi larutan standar NaOH
Berat Na-oksalat : 0.63 gr
BM Na-oksalat : 126
Volume akuades : 100 mL
Volume larutan NaOH 0,1 M : 8.7 mL
Molaritas larutan NaOH : 0.05 M
Perhitungan:
M NaOH = 2 x Volume H2C2O4 x molaritas H2C2O4
Volume NaOH
M NaOH = 2 x 10 x 0.05
8.7
M NaOH = 0,115 M
Karena jika asam oksalat bereaksi dengan NaOH, maka yang terbentuk adalah
natrium oksalat yang merupakan asam lemah. Sedangkan NaOH merupakan basa kuat. .
Sehingga NaOH perlu distandarisasi dengan larutan standar primer yaitu asam oksalat
(Koe, 2013).
Gr = 1,24 x 60 x 10
1000
= 0,859 mg
Kadar :
% b/v = 0,459 x 10-3 x 100%
0,01
= 8,59%
% v/v = 10/100 x 100%
= 10%
a. Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan
keasaman produk pangan yang lain?Jelaskan contoh aplikasinya!
Prinsip analisis kadar total asam adalah dengan melarutkan sampel dengan air
bebas CO2, kemudian ditambahkan dengan pp (fenolflatein) dan sampel dititrasi
hingga membentuk warna merah muda, kemudian baru dihitung kadar total asam
yang terdapat pada sampel. Contoh aplikasinya adalah pada pembuatan yoghurt.
Pada pembuatan yoghurt, penentuan kadar asam yang terdapat di dalamnya
sangatlah penting. Selain itu prinsip ini juga dapat digunakan untuk mengukur
kadar keasaman yang ada pada buah-buahan seperti jeruk (Hardoyo dkk, 2007).
Analisa Prosedur :
Alat yang digunakan :
a. Labu ukur (labu takar)
b. Erlenmeyer
c. Beaker Glass
d. Pipet tetes
e. Karet hisap (Bulb)
f. Timbangan digital
g. Buret
h. Pipet volume
i. Gelas arloji
Setelah alat dan bahan sudah disiapkan, langkah selanjutnya adalah membuat
larutan standar NaOH 0.1M. Kita harus menghitung terlebih dahulu larutan NaOH 0.1M
dari kristal, dihitung dengan rumus :
Gr = 0,4 gr
Setelah itu, kemudian kita menimbang Larutan NaOH 0,4 gram menggunakan timbangan
digital.
Langkah selanjutnya adalah kita standarkan NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam
oksalat). Persamaan reaksi :
H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + H2O
1 grammol NaOH = 2 grammol H2C2O4
Di mana diketahui terlebih dahulu diketahui bahwa berat dari asam oksalat yang
digunakan adalah 0.63 gram dan volume aquades yang digunakan adalah 100 mL, BM Na-
oksalat adalah 126, Volume larutan NaOH 0,1 m adalah 8,7 mL, dan Molartas larutan
NaOH adalah 0,05 M.
Prosedur kerja atau langkah kerja yang dilakukan adalah pertama kita
menimbang asam oksalat dihidrat sebanyak 0.63 gram pada gelas arloji. Proses
penimbangan ini tidak boleh salah, karena apabila salah maka tidak akan terjadi titrasi.
Kita larutkan larutan tersebut ke dalam gelas beker. Setelah larut, kemudian kita
memindahkannya ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan aquades hingga mencapai
tanda batas. Penambahan aquades tidak boleh lebih dari tanda batas, apabila melebih maka
proses penambahan aquades diulangi lagi. Selanjutnya, ambil 10 mL dan tambahkan
larutan asam oksalat dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian beri 1-2 tetes
indikator pp lalu titrasi dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi hingga terjadi
perubahan warna. Warna akan berubah menjadi pink atau ungu kemerahan. Langkah
terakhir adalah kta mencatat volume dari NaOH untuk membandingkan volume sebelum
titrasi dan sesudah titrasi.
Analisa Hasil :
Analisis volumetri merupakan suatu analisis kimia kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan
larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya (Sumardjo, 2006). Asidi-alkalimetri
merupakan titrasi yang melibatkan titrasi larutan asam dan basa yang terbentuk karena
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah atau biasa disebut basa bebas dengan asam
standar atau asidimetri dan titrasi asam yang berasal dari basa lemah atau asam bebas
dengan suatu basa standar atau alkalimetri. Tujuan asidi alkalimetri ialah untuk
menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya (Haigh, 2005).
Larutan NaOH harus terlebih dahulu harus distandarisasi untuk mengetahui
konsentrasinya dari larutan NaOH yang dihasilkan selama proses titrasi asidi alkalimetri
atau titrasi asam basa. Pada larutan standar NaOH 0.1M yang mempunyai volume larutan
sebesar 100 mL mengahasilkan massa NaOH sebesar 0.4 gr. Setelah itu, larutan NaOH
distandarisasi untuk mengetahui molaritas yang sebenarnya menggunakan Na-oksalat
dengan massa 0.63 gram, BM Na-Oksalat sebesar 126 dengan volume aquades sebesar 100
mL dan volume larutan NaOH 0.1M yang menghasilkan molaritas larutan NaOH sebesar
0.15. Standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat karena Karena jika asam oksalat
bereaksi dengan NaOH, maka yang terbentuk adalah natrium oksalat yang merupakan
asam lemah. Sedangkan NaOH merupakan basa kuat. Sehingga NaOH perlu distandarisasi
dengan larutan standar primer yaitu asam oksalat.
KESIMPULAN :
DAFTAR PUSTAKA
Chairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Haigh, Elizabeth. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan.
Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Hardoyo, Agus Eko Tjajono, Dyah Primarini, Hartono, dan Musa. 2007. Kondisi Optimum
Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti. Jurnal Sain MIPA. 13 :
1.
Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit dan Pemakaiannya sebagai
Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses. 2 (2) :
Koe, Sujini. 2013. Pemberontakan Cinderella II Landak yang Terpenjara. Jakarta : Titik
Media
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tim Pengampu Mata Kuliah Kima Dasar. 2014. Modul Praktikum Kimia Dasar / Kimia
Anorganik. Malang : Universitas Brawijaya.
Watson, David G. 2005. Analisis Farmasi Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Foto 3x4
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Nama Rafida Rahmatun Nisa
NIM 135100318113004
Kelas A
Kelompok A4
BAB III
PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
TUJUAN:
1. Membuat kurva standar kalium permanganat
2. Menentukan konsentrasi kalium permanganate dalam larutan sampel yang belum
diketahui konsentrasinya dengan metode spektrometri
A. PRE-LAB
1. Jelaskan prinsip dasar analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis!
Prinsip dasar dari analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah apabila
cahaya monokromatik (Io) melalui media larutan maka sebagian dari cahaya tersebut
akan diserap (Ia), sebagian dipantulkan(Ir), sebagian dipancarkan (It), dan sebagian lagi
akan dihamburkan (Is) (Tim Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar , 2014).
Prinsip dasar analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah bila cahaya
(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari
sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap di dalam medium itu, dan sisanya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai
absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel (Setiono dan Avriliana,
2013).
.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan spektrum cahaya tampak dan warna komplementer!
Spektrum cahaya tampak adalah spektrum gelombang elektromagmnetik yang
dapat dilihat oleh mata manusia. Spektrum cahaya tampak terdiri dari tujuh spektrum
warna yaitu: merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu. Sinar merah mempunyai
panjang gelombang terpanjang namun frekuensi yang dimiliki terkecil dan sinar ungu
mempunyai panjang gelombang terpendek namun frekuensiyang dimilikinya terbesar
(Sacher dan Richard, 2004).
Warna komplementer adalah dua warna cahaya yang dipadukan sehingga
menghasilkan warna putih (Syamsuni, 2005).
Hukum Lambert Beer dapat terlaksana jika memenuhi kondisi berikut ( Sirait, 2009) :
a. Tidak ada interaksi molekul (Encerkan larutan, biasanya 0,01 M, maka jarak rata-rata
antara 2 molekul menjadi cukup kecil dan tingkat interaksi zat terlarutnya atau ikatan
H dapat mempengaruhi lingkungan analit dan absorptivitas nya
b. Berkas sinar cahaya bersifat monokromatis. Jika berkas sinar tidak bersifat
monokromatis, maka akan terjadi penyimpangan dengan berkas sinar polikromatis
c. Analit tidak mengalami asosiasi, disosiasi, atau reaksi dengan pelarut untuk
memberikan produk dengan menyerap karakteristik yang berbeda dari analit. Jika
analit mengalami reaksi dengan pelarut, maka akan terjadi penyimpangan kimia.
B. Diagram Alir
1. Penentuan panjang gelombang maksimum
Hasil
2. Pembuatan kurva standar
Hasil
Larutan KMNO4sampel
Hasil
C. DATA HASIL PRAKTIKUM
a. Penentuan panjang gelombang maksimum
Konsentrasi KMNO4 yang digunakan untuk mencari panjang gelombang maksimum =
M
500 0,292
510 0,382
520 0,387
530 0,381
540 0,374
550 0,351
560 0,246
570 0,209
580 0,124
590 0,049
PERTANYAAN
1. Bahas penentuan panjang gelombang maksimum!
Penentuan panjang gelombang maksimum ditentukan berdasarkan panjang
gelombang yang dapat menghasilkan nilai absorbansi paling tinggi. Berdasarkan
data yang telah diperoleh , penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan
dengan menyiapkan larutan KMNO4 dengan konsentrasi sampel KMNO4 adalah 1
x 10-4 M. Absorbansi KMNO4 diukur dari panjang gelombang 500 nm - 590 nm
dengan interval 10 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh adalah 0.292A, 0.382A,
0.387A, 0.381A, 0.374, 0.351A, 0.246A, 0.209A, 0.124A, 0.049A. berdasarkan
data, yang menghasilkan nilai absorbansi tertinggi (0.387A) adalah pada panjang
gelombang 520 nm dan menunjukkan panjang gelombang maksmum. Panjang
gelombang 500 nm – 590 nm mempunyai warna merah keunguan.
ANALISA PROSEDUR
a. Pembuatan Larutan
Alat yang digunakan :
a. Labu ukur
b. Beaker glass
c. Tabung reaksi
d. Rak tabung reaksi
e. Spektrofotometer UV-VIS
f. Kuvet
Keterangan :
y adalah absorbansi
x adalah konsentrasi
Diperoleh nilai absorbansi dari larutan sampel 1x10-4M, 3x10-4 M, 5x10-4M, 7x10-
4
M dan 9x10-4 M sebesar 0,079A, 0,252A, 0,351A, 0,544A, 0,705A. Data konsentrasi
larutan dan absorbansi dapat dibuat menjadi kurva menggunakan Microsoft Excel.
Setelah kurva selesai dibentuk makan akan muncul persamaan linier dari y = ax + b
serta nilai R2.
Analisa Hasil :
1. Penentuan Gelombang Panjang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum ditentukan berdasarkan panjang
gelombang yang dapat menghasilkan nilai absorbansi paling tinggi. Pemilihan
panjang gelombang maksimum sangat menentukan dalam percobaan, karena
apabila terjadi penyimpangan yang kecil selama percobaan akan mengakibatkan
kesalahan yang kecil dalam pengukuran. Jika pemilihan panjang gelombang
memiliki spektrum perubahan besar pada nilai absorbansi saat panjang gelombang
sempit, akan mengakibatkan kesalahan besar dalam pengukuran. Semakin besar
panjang gelombang maka akan semakin besar nilai absorbansinya. Hal ini dapat
mengakibatkan sinar putih pada setiap panjang gelombang. Faktor yang
mempengaruhi penentuan panjang gelombang maksimum adalah nilai dari
absorbansinya ( Prasetyo, 2006 ).
DAFTAR PUSTAKA
Harmita, Maksum Radji, dan M. Biomed. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Prasetyo, Petrus Hari. 2006. Penentuan Ion Logam Cr Dalam Air Tangki Reaktor
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-VIS. Skripsi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Sacher, Ronald A. Dan Richard A. Mcpherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Setiono, Monica dan Avriliana Dewi A. 2013. Penentuan Jenis Solven dan pH Optimum
pada Analisis Senyawa Delphinidin dalam Kelopak Bunga Rosela dengan Metode
Spektrofotometri UV-VIS . Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2 (2) : 91-96.
Sirait, Rina Afriyana. 2009. Penerapan metode Spektrofotometri Ultraviolet pada
penetapan Kadar Nifedipin dalam Sediaan Tablet. Skripsi. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Tim Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar. 2014. Modul Praktikum Kimia Dasar/Kimia
Anorganik. Malang : Universitas Brawijaya.
Paraf
Tanggal Nilai
Asisten
LAMPIRAN