Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALDEHID DAN
KETON

NAMA : Doni Rizqi Setiawan


NIM : 215100200111013
KELAS : BE
KELOMPOK : BE1
ASISTEN : Athalita Salma Rizqullah Prayitno

DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

BAB 2
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALDEHID DAN KETON
A. PRE-LAB
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Aldehid dan Keton!
Aldehid merupakan salah satu dari senyawa karbon yang mengandung gugus karbonil
(C=O) yang terikat dengan satu unsur hidrogen. Aldehid adalah turunan dari senyawa alkana
yang awalnya memiliki akhiran -a menjadi -al. Oleh sebab itu aldehid disebut sebagai senyawa
alkanal. Sedangkan Keton adalah senyawa karbon yang memiliki gugus karbonil (C=O) dan
mengikat 2 alkil. Keton ini cendering sukar teroksidasi dan memiliki bentuk R-CO-R karena
gugus karbonil yang terikat pada atom karbon di dalam rantai karbon. Keton memiliki bau
seperrti buah-buahan dan bunga dan memiliki peran penting dalam proses fermentasi pangan
(Vicry, 2021).

2. Sebutkan dan jelaskan prinsip uji Tollens dan Uji Fehling!


Prinsip uji tollens adalah pengujian senyawa yang digunakan dengan tujuan dapat
membedakan aldehid an keton yang didasarkan pada sifat kemudahan oksidasi senyawa
tersebut. Reagen dari uji tollens ini adalah dengan cara mencampurkan ammonium hidroksida
(NH4OH) dengan larutan perak nitrat (AgNO3). Uji tollens dapat mengoksidasi aldehida
sehingga membentuk asam karboksilat dan terdapat ion perak yang tereduksi menjadi logam
perak. Sedangkan, keton merupakan hasil oksidasi alkohol sekunder tidak dapat bereaksi
dengan reagen tollens (Arum dkk., 2012).
Prinsip uji fehling adalah pengujian yang digunakan untuk membedakan senyawa
aldehid dan keton dengan menggunakan reagen fehling A (CuSO4) dab Fehling B (campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat). Gugus aldehid dan keton pada uji ini dibedakan
melalui reaksi oksidasi setelah ditambahkan reagen Fehling. Setelah dipanaskan, hasil positif
uji fehling ditandai dengan adanya endapan bata merah (Vicry, 2021).
3. Jelaskan mekanisme reaksi yang terjadi pada uji Tollens dan uji Fehling beserta gambar
reaksinya!
Pada pengujian tollens akan terjadi reaksi reduksi oksidasi ketika penambahan reagen
tollens (AgNO3) ke suatu sampel aldehid. Prosesnya yakni aldehid teroksidasi menjadi anion
karboksilat. Selain itu, ion perak (Ag+) di reagen tollens tereduksi menjadi logam perak (Ag).
Lalu, logam perak tersebut mengalami pengendapan sebagai cermin Ag. Suatu sampel
dikatakan positif mengandung aldehid jika cermin perak terbentuk, biasanya terdapat di
dinding tabung reaksi (Febrianti, 2016).

Gambar 2.1 Reaksi Uji Tollens


Sumber: (Febrianti, 2016)
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

Pada pengujian Fehling reaksi yang dapat dilihat adalah senawa aldehid dioksidasi
dengan reagen Fehling A dan fehling B. Aldehid akan teroksidasi menjadi asam asetat. Lalu,
ion tembaga Cu2+ akan tereduksi membentuk Cu+. Uji fehling ditandai terbentuknya endapan
berwarna merah (Harianja dkk., 2015).

Gambar 2.2 Reaksi Uji Fehling


Sumber: (Harianja dkk., 2015)
4. Sebutkan fungsi dari aldehid dan keton dalam kehidupan sehari – hari!
Fungsi dari aldehid adalah banyak dimanfaatkan untuk membuat formalin yang
kemudian formalin ini digunakan untuk mengawetkan preparat bilogi dan mayat. Namun
formalin ini tidak boleh digunakan untuk mengawetkan makanan. Selain itu formalin adalah
bahan dasar pembuatan berbagai jenis plastik termoset (Samadi et al, 2015).
Fungsi dari keton adalah banyak digunakan dalam pelarut untuk plastik, pelarut selulosa
asetat dalam produksi crayon dan lilin. Selain itu, Aseton juga digunakan dalam pembuatan
kutek (pembersih warna kuku) dan aseton siklik meripakan bahan baku pembuatan parfum
(Samadi et al, 2015).
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tollens (AgNO3)
Tollens atau biasa disebut perak nitrat ini berbentuk serbuk transparan, berwarna
putih, tidak berbau, gelap jika terkena cahaya dan mudah larut dalam etanol dan aseton.
Senyawa ini memiliki titik didih 4440, senyawa ini bersifat toxic (beracun) jadi harus
berhati-hati dalam menggunakan senyawa ini karena jika terkena tubuh dapat menyebabkan
luka pada jaringan tubuh. Senyawa ini juga dapat menyebabkan kebakaran karena
merupakan oksidator kuat. Bahan ini serin digunakan dalam insdustri cermin, pewarna
tinta, bahan peledak dan keramimk (Yanti, 2018).

2. Fehling A
Fehling A merupakan reagen khusus untuk mengidentifikasi aldehid dantermasuk
oksidan lemah. Fehling A ini adalah CuSO4 atau tembaga sulfat. Senyawa ini memiliki
bau, berwarna biru dan berbentuk kristal. Senyawa ini juga mempunyai nama lain, yaitu
vitrionl biru dan bluestone (Jacsob, 2012).

3. Fehling B
Fehling B merupakan campuran dari larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Fehling B ini tidak memiliki bau dan tidak berwarna atau transparan. Dalam pereaksi
senyawa ini digunakan sebagai penguji untuk mengurangi kadar gula pada sampel (Jscob,
2012).

4. NH4OH
Amonium hidroksida atau NH4OH adalah senyawa basa yang terbentuk dari NH3
yang terionisasi dan terlarut dalam air. Senyawa ini mempunyai bau yang tajam, berwujud
cair dan tidak memiliki warna. Senyawa ini sangat berbahaya jika terkena kulit karena
bersifat korosif. (Cahyaninggalih, 2018).

5. NaOH
Natrium Hidroksida atau NaOH4 atau busa juga disebut dengan soda api. Senyawa ini
memiliki warna putih dan mempunyai bentuk berupa padatan kristal maupun larutan.
Natrium hidroksida mudah larut di dalam air dan sebagai pelarut seperti etanol dan metanol.
Jangan sampai senyawa ini mengenai saluran pernafasan, mata ataupun kulit karena
senyawa ini bersifat iritan yang artinya dapat menimbulkan iritasi (Ahmadi et al., 2019).

6. Glukosa
Glukosa merupakan gula monosakarida yang dapat dengan mudah diserap oleh tubuh
dan dikonversi menjadi energi. Kadar glukosa dalam bahan pangan sumber karbohidrat
yaitu, monosakarita yang telah ada atau berasal dari pemecahan polisakarida (pati/amilum)
dalam bahan tersebut. Senyawa ini berbentuk serbuk butiran putih dan tidak berwarna
(Wang, 2015).
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

7. Fruktosa
Fruktosa merupakan gula monosakarida yang berbentuk kristal padat berwarna putih.
Fruktosa memiliki warna rasa manis melebihi manis dari glukosa dan sukrosa. Fruktosa
bersifat mudah larut dalam air. Fruktosa dapat banyak ditemukan pada banyak jenis
tanaman termasuk gula darah ang penting dengan glukosa dan galaktosa (Astuti, 2015).

8. Sukrosa
Sukrosa berasal dari tumbuhan terbentuk dari monomer-monomer berupa unit
glukosa dan fruktosa dengan rumus molekul C12H22O11. Sukrosa adalah gula yang sering
dikonsumsi sehari-hari. Sukrosa tidak berwarna dan larut dalam air tetapi tidak larut dalam
eter dan klorogorm. Sukrosa dapat dimanfaatkan sebagai pemanis pada makanan (Astuti,
2015).

9. Aseton
Aseton merupakan senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah
terbakar. Senyawa ini juga adalah keton yang paling sederhana dan mudah larut dalam air.
Aseton merupakan senyawa karbonil yang paling melimpah di atmosfer setelah
formaldehida. Aseton juga dapat ditemukan pada tubuh manusia namun dalam kadar yang
kecil. Aseton biasanya digunakan pada pelarut, plastik, serat, obat-obatan dan lainnya
(Fischer, 2012).

10. Formalin
Formalin merupakan senyawa kimia yang memiliki bau menyengat dan tidak
berwarna. Formalin sering digunakan sebagai pengawet bahan makanan dewasa ini seperti
ikan asin, tahu, ikan segar, cumi, bakso dan mie yang beredar di pasaran telah teridentifikasi
mengandung formalin. Formalin bersifat larut dalam air dan etanol (Dewi, 2019).
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

C. DIAGRAM ALIR
1. Uji Tollens
1 ml AgNo3

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


NH4OH 6M 5-10 tetes
Ditambahkan sampai endapan hilang
1 ml sampel
Ditambahkan pada tabung reaksi

Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

2. Uji Fehling
5 tetes Fehling A

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


5 tetes NaOH
Ditambahkan ke dalam tabung reaksi
10 tetes Fehling B
Ditambahkan ke dalam tabung reaksi
1 ml sampel
Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

D. DATA HASIL PRAKTIKUM


1. Uji Tollens
Sampel Reagen Tollens Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil Uji
+ NH4OH Tollens (Tanpa Tollens (Setelah (+/-)
Pemanasan) Pemanasan)
Formaldehid Bening (Endapan Agak Keruh Abu-abu, ada +
menghilang) endapan cermin
perak
Aseton Bening (Endapan Tetap Bening Tetap Bening -
menghilang)
Glukosa Bening (Endapan Tetep Bening Abu-abu, ada +
menghilang) endapat cermin
perak
Fruktosa Bening (Endapan Keruh Terbentuk sedikit +
menghilang) ceremin perak
Sukrosa Bening (Endapan Tetap Bening Endapan cermin +
menghilang) perak

2. Uji Fehling
Sampel Reagen Fehling A Sampel + Reagen Fehling Hasil Uji
+NaOH Sebelum Sesudah (+/-)
Formaldehid Biru Muda Biru Kehitaman Endapan Perak -
(Abu-abu
Kehitaman)
Aseton Biru Muda Biru Jernih Biru Jernih -
Glukosa Biru Muda Hijau Kebiruan Endapan merah bata +
Fruktosa Biru Muda Kuning Kebiruan Endapan merah bata +
Sukrosa Biru Muda Biru Tua Biru Tua gradasi -
Hitam
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

E. PEMBAHASAN
1.Uji Tollens
a. Prinsip Uji Tollens
Prinsip dari uji tollens adalah dapat membedakan antara senyawa aldehid dan keton
berdasarkan apda sifat kemudahan oksidasi senyawa tersebut. Reagen tollens ini dibuat
dengan cara campuran amonium hidroksida (NH3OH) dengan larutan perak nitrat (AgNO4).
Pada campuran tersebut selanjutnya akan dilakukan reduksi dan oksidasi. Aldehid akan
dioksidasi menjadi anion karboksilat dan ion Ag+ akan direduksi menjadi logam Ag. Reaksi
akan bernilai positik jika ditandai terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung
reaksi (Harianja, 2015).

b. Analisa Prosedur
Pertama-tama siapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Alat yang digunakan dalam uji
tollens ini adalah pipet ukur, bulb, gelas beaker, 5 tabung reaksi beseta rak nya, bunsen, dan
penjepit kayu. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah beberapa sampel
yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa, formaldehid, aseton, serta AgNO3 5% dan NH4OH sebagai
reagen. Setelah alat dan bahan telah disiapkan lalu tambahkan AgNO3 5% sebanyak 1 ml
kedalam 5 tabung reaksi. Lalu tambahkan 5-10 tetes NH4OH. Fungsi dari penambahan
NH4OH ini adalah agar tidak terjadi endapan. Selanjutnya adalah menambahkan sampel
sebanyak 1 ml kedalam masing-masing tabung reaksi dengan menggunakan pipet ukur.
Kemudian panaskan masing-masing sampel di atas bunsen dengan dijepit menggunakan
penjepit kayu selama 2 menit. Amati perubahan warnanya kemudian catat hasilnya.

c. Analisa Hasil
Sampel Reagen Tollens Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil Uji
+ NH4OH Tollens (Tanpa Tollens (Setelah (+/-)
Pemanasan) Pemanasan)
Formaldehid Bening Agak Keruh Abu-abu, ada +
(Endapan endapan cermin
menghilang) perak
Aseton Bening Tetap Bening Tetap Bening -
(Endapan
menghilang)
Glukosa Bening Tetep Bening Abu-abu, ada +
(Endapan endapat cermin
menghilang) perak
Fruktosa Bening Keruh Terbentuk sedikit +
(Endapan ceremin perak
menghilang)
Sukrosa Bening Tetap Bening Endapan cermin +
(Endapan perak
menghilang)
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

Pada praktikum ini didapatkan hasil sampel sebagai berikut. Pada sampel sukrosa yang
diuji pada reagen tollens diperoleh tanpa pemanasan masih tetapa jernih. Lalu setelah
dipanaskan selama kurang lebih 2 menit didapatkan endapan cermin perak pada dinding
tabung reaksi. Hal ini menujikkan sukrosa bereasi pada reagen tollens AgNO3 sehingga
menghasilkan nilai positif. Menurut literatur, hal ini adalah keliru karena sukrosa tidak
termasuk kedalam aldehid maupun keton karena sukrosa tidak memiliki gugus OH atau H
bebas. Sukrosa tidak mungkin dapat beraksi pada uji tollens. Untuk hasil dari sampel yang
lain sudah sesuai dengan literatur (Emiliasari, 2015).

d. Mekanisme Reaksi (beserta struktur)


1. Formaldehid
Pada uji tollens pada formaldehid memperlihatkan bahwa formaldedhid adalah senyawa
aldehid. Hal tersebut ditandai dengan munculnya endapan cermin perak pada larutan. Hal ini
terjadi karena gugus OH pada formaldehid dapat beraksi dengan reagen tollens yaitu AgNO3
(Muhatir dkk., 2019).

2. Aseton
Pada sampel aseton, hasil yang diperoleh adalah aseton merupakan senyawa keton. Hal
tersebut dibuktikan aseton tidak bereaksi dengan reagen AgNo3 sehingga hasil yang didapatkan
adalah negatif. Senyawa aseton tidak memiliki gugus OH bebas sehingga tidak bisa beraski
pada uji tollens ini (Ariyani dkk., 2017).

3. Glukosa
Pada sampel glukosa, hasil yang diperoleh adalah positif. Hal ini dikarenakan glukosa
adalah senyawa aldehid. Glukosa memiliki gugus H bebas sehingga dapat bereaksi dengan
reagen AgNO3 lalu muncul endapat cermin perak (Fitri, 2020).

CH2OH(CHOH)4CHO +Ag2O CH2OH(CHOH)4COOH + 2Ag

4. Fruktosa
Pada sampel fruktosa, hasil yang diperoleh adalah positif. Namun fruktosa merupakan
salah satu sesnyawa keton. Hal ini dikarenakan pada fruktosa memiliki gugus H bebas yang
dapat bereaksi dengan reagen AgNO3 dan muncul endapan cermin perak (Risnandar, 2019).
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

(Rinsandar, 2019)
5. Sukrosa
Pada sampel sukrosa, hasil yang diperoleh adalah negatif. Hal ini dikarenakan sukrosa
merupakan senyawa keton dibuktikan dengan tidak bereaksi nya sukrosa dengan reagen
AgNO3 . sukorsa termasuk disakarida karena terdiri dari glukosa dan fruktosa, dimana gugus
OH bebas dari fruktosa dan gugus H bebas dari glukosa dari saling berikatan sehingga sukrosa
tidak memiliki gugus OH atau gugus bebas (Fitri, 2020).

(Fitri, 2020).

2. Uji Fehling
a. Prinsip Uji Fehling
Prinsip dari uji Fehling adalah membedakan gugus aldehid an keton dalam suatu
sampel dengan menambahkan reagen Fehling A ( CuSO4 dan Fehling B (campuran NaOH
dan natrium tatrat). Dalam reaksi yang terjadi adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid
dioksidasi membentuk asam karboksilat, lalu ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Hasil uji
positif dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata (Pavia, 2015).

b. Analisa Prosedur
Pertama-tama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung
reaksi, kompor listrik, pipet tetes, pipet ukur dan bulp. Lalu bahan yang dibutuhkan dalam
praktikum ini yaitu, larutan Fehling A, Fehling B, NaOH dan lima sampel yaitu glukosa,
fruktosa, aseton, formaldehid dan sukrosa. Setelah alat dan bahan sudah disiapkan,
selanjutnya masukkan Fehling A sebanyak 5 tetes kedalam tabung reaksi menggunakan pipet
tetes. Lalu tambahkan 5 tetes NaOH mengginakan pipet tetes dengan tujuan untuk membentuk
suasana basa. Selanjutnya tambahkan 10 tetes Fehling B menggunakan pipet tetes. Lalu
tambahkan sampel sebanyak 1 ml dan panaskan dengan air mendidih selama 2 menit. Amati
perubahan warnanya.
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

c. Analisa Hasil
Sampel Reagen Fehling A Sampel + Reagen Fehling Hasil Uji
+NaOH Sebelum Sesudah (+/-)
Formaldehid Biru Muda Biru Kehitaman Endapan Perak -
(Abu-abu
Kehitaman)
Aseton Biru Muda Biru Jernih Biru Jernih -
Glukosa Biru Muda Hijau Kebiruan Endapan merah bata +
Fruktosa Biru Muda Kuning Kebiruan Endapan merah bata +
Sukrosa Biru Muda Biru Tua Biru Tua gradasi -
Hitam
Pada uji fehling ini didapatkan bahwa formaldehid menunjukkan hasil yang negatif
setelah dilakukan pemanasan. Hal tersebut tidak sesuai, yakni mungkin terjadi kesalahan
dalam pengujian pada sampel formaldehid. Kesalahan dapat beruba tabung reaksi yang
digunakan merupakan tabung reaksi yang sudah digunakan untuk uji tollens namun tidak
dicuci dengan bersih. Hasil uji formaldehid yang benar adalah positif, dimana terdapat
endapan merah bata karena atom hidrogen pada formaldehid berikatan dengan karbon
karbonilnya memiliki kemampuan mereduksi tembaga pada reagen fehling, sehingga
terbentik endapan Cu2O. Untuk sampel selanjutnya sudah sesuai dengan literatur (Rahmi
dkk., 2018).

d. Mekanisme Reaksi (beserta struktur)


1. Formaldehid
Uji fehling di formaldehid menampakkan bahwa formaldehid adalah senyawa aldehid,
dimana ditandai dengan adanya endapan berwarna merah bata. Hal itu terjadi karena terdapat
atom hidrogen pada formaldehid yang memungkinkan terjadi reaksi dengan reagen fehling.
Tembaga pada reagen fehling akan tereduksi oleh formaldehid dan kemudian membentuk
endapat merah bata (Rahmi dkk., 2018).

(Rahmi dkk., 2018)


2. Aseton
Uji fehlung pada aseton memperlihatkan bahwa aseton bukan merupakan aldehid. Hal ini
terjadi karena aseton merupakan keton, aseton tidak mempunyai atom H pada karbonilnya. Dan
hal tersebut terlihat bahwa tidak adanya terbentuk endapan merah bata pada tabung reaksi
(Juliadi dkk., 2015).

(Juliadi dkk., 2015)


NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

3. Glukosa
Uji fehling pada glukosa memperlihatkan hasil yang positif karena terdapat endapan
merah bata di tabung reaksi. Hal tersebut dikarenakan gugus aldehid dan keton yang dimiliki
oleh glukosa. Faktor lainnya adalah karena glukosa merupakan reduktor kuat yang
mengakibatkan reaksi yang positif karena reagen fehling adalah oksidator lemah (Fitri, 2020).

(Fitri, 2020)
4. Fruktosa
Uji fehling pada fruktosa memperlihatkan hasil positif karena terdapat endapan merah
bata pada tabung reaksi. Reaksi redoks yang terjadi pada reagen fehling dengan sukrosa
mengakbatkan terjadinya perubahan warna menjadi merah bata yang sebelumnya kuning
kebiruan. Fruktosa merupakan pereduksi kuat dan memiliki gugus OH bebas sebagai gugus
pereduksinya, yang mengakibatkan terbentuk nya Cu2O yang adalah endapan merah bata
(Harianja dkk., 2015).

(Harianja dkk., 2015)


5. Sukrosa
Uji fehling pada sukrosa menampilkan hasil negatif, karena tidak ditemukan adanya
endapan merah bata pada tabung reaksi. hal ini terjadi karena sukrosa tidak memiliki gugus
pereduksi atau gugus OH dan perduksi lemah, jadi tidak akan terjadi reaksi dengan reaksi reagen
fehling. Jadi sukrosa termasuk kedalam keton (Fitri, 2020).

(Fitri, 2020)
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

F. PERTANYAAN
1. Jelaskan fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dan NH4OH 6M dalam percobaan uji
Tollens!
Larutan AgNO3 5% disini berfungsi sebagai peraksi yang mengoksidasi sampel.
Selama proses reaksi, io Ag+ akan tereduksi menjadi cermin perak dengan tanda adanya
aldehid dalam sampel yang digunakan sebagai tanda uji positif. Sedangkan penambahan
NH4OH 6M ini berfungsi agar mencegah adanya endapan ion perak senagai oksidasi AgNO3
ketika suhu tinggi. Dengan begitu sampel akan menjadi basa yang menjadi sukar teroksidasi.
Kemudian mencegah adanya endapan awal ion perak. (Macnow, 2019).

2. Jelaskan fungsi penambahan larutan NaOH dan Kalium Natrium Tartrat dalam percobaan uji
Fehling!
Fungsi dari NaOH dan Kalium Natrium digunakan sebagai membuat Fehling B. NaOH
disini berperan menciptakan suasana basa ketika reaksi terjadi. Sedangkan, natrium kalium
tartrat berfungsi untuk mereduksi sampel agar lebih mudah terlarut dalam air (Putrianati,
2012).
NAMA Doni Rizqi Setiawan
NIM 21510020011103
KELAS BE
KELOMPOK BE1

KESIMPULAN
Tujuan dari praktikum ini adalah diharapkan praktikan mampu membedakan senyawa aldehid
dan keton dengan uji tollens dan uji fehling. Selain itu diharapkan pula praktikan dapat memahami
reaksi yang berlangsung selama pengujian. Prinsip dari uji tollens adalah dapat membedakan antara
senyawa aldehid dan keton yang didasarkan pada sifat kemudahan oksidasi senyawa tersebut
dengan menambahkan reagen AgNO3. Aldehid akan dioksidasi menjadi anion karboksilat,
sedangkan ion Ag+ dalam reagen tollens akan direduksi menjadi logam Ag. Uji positif yang
dihasilkan oleh reaksi ini ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung
reaksi. Sedangkan prinsip dari uji fehling adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu
sampel dengan menambahkan reagen fehling A yang merupakan CuSO4 dan fehling B yang
merupakan campuran dari NaOH dan Na-K-tartat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan
oksidasi. Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sedangkan ion Cu2+ akan tereduksi
menjadi Cu+. Hasil positif pada sampel akan terlihat apabila terdapat endapan merah bata pada
sampel. Pada praktikum ini melalui uji tollens dan uji fehling didapatkan hasil berupa hasil positif
pada kedua pengujian tersebut ada pada sampel formaldehid, glukosa, serta fruktosa. Sedangkan
untuk hasil negatif terdiri dari sukrosa serta aseton, sehingga dapat dibedakan aldehid dan
ketonnya. Senyawa aldehid dalam sampel ini adalah glukosa dan formaldehid. Sedangkan senyawa
keton terdiri dari fruktosa, aseton, dan senyawa disakarida berupa sukrosa. Untuk fruktosa
meskipun ia bereaksi pada uji tollen dan uji fehling, tetapi tetap merupakan bagian dari senyawa
keton.
DAFTAR PUSTAKA

Arum, YP., Supartono., dan Sudarmin. 2012 Isolasi dan Uji Daya Antimikroba Ekstrak Daun Kersen.
Jurnal Mipa. 35(2): 166-174.
Astuti, Susi., Zulferiyenni., dan Yuningsih, Ni Nyoman. 2015. Pengaruh Formulasi Sukrosa dan
Sirup Glukosa Terhadap Sifat Kimia dan Sensori Permen Susu Kedelai. Jurnal
HasilPertanian. 20(1) : 25-37.
Ahmadi, Majid; Seyedina, Seyed (2019). "Investigation of NaOH Properties, Production and Sale
Mark in the world". Journal of Multidisciplinary Engineering Science and Technology. 6 (10):
10803-10813.
Cahyaninggalih, A., K., Setiawan, A., dan Mayangsari, N., M. 2018. Recovery Amonium Hidroksida
(NH4OH) dari Limbah Regenerasi Mengandung (NH4)2SO4 dengan Menggunakan Distilasi
Vakum. Conference Proceeding on Waste Treatment Technology 1(1): 177-182.
Dewi, S, R. 2019. Identifikasi Formalin pada Makanan Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Naga.
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan. 2(1):45-51.
Fischer, E.V., Jacob, D.J., Millet, D.B., Yantosca, R.M. & Mao, J., 2012. The role of the ocean in the
global atmospheric budget of acetone. Geophysical research letters. 39(1): 1-5.
Febrianti, Dwi R., Sari, Reni M. 2016. Analisis Kualitatif Formalin Pada Ikan Tongkol Yang Dijual
Di Pasar Lama Banjarmasin. Jurnal Hasil Pertanian. 3(2): 64-48.
Harianja, Jhon W., Idiawati, Nora., Rudiansyah. 2015. Optimasi Jenis dan Konsentrasi Asam pada
Hidrolisis Selulosa dalam Tongkol Jagung. Jurnal Kimia dan Kemasan. 4(4): 66-71.
Jacsob, Gilvery. 2012. Introduction to Organic and Biological Chemistry. New York City:
Cummings Publishing Compani Inc.
Samadi, Azariani, G., Sifipor. 2015. The Formation of Aldehydes and Ketones Ozonation by -
Product and Their Variation Through General Water Treatment Plant in Hamadan Iran.
Global Nest Journal. 12(4): 682-691.
Vicry, V. & Hatijah, S., 2021. Aldehid dan Keton. Praktikum Kimia Organik Dasar. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.
Wang, S. & Copeland L. (2015). Effect of Acid Hydrolysis on Starch Structure and Functionality: A
Review. J Critical Rev in Food Sci and Nutr. 55(8); 1081–97.

Yanti, W, R., dan Astuti. 2018. Sintesis Nanokristal Perak Menggunakan Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Fisika Unand.7(3): 286-291.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Ariyani, Fransiska., Eka Setiawan, Laurentia., dan Edi Soetaredjo, Felycia. 2017. Ekstraksi Minyak
Atsiri dari Tanaman Sereh dengan Menggunakan Pelarut Metanol, Aseton, dan N-Heksana.
Widya Teknik. 7(2): 124-133.
Emilisari, M. 2015. Uji Potensi Khamir Yang Diisolasi Dari Kawasan Mangrove Pantai Kenjeran
Surabaya Dalam Mendegradasi Selulosa. Disertasi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Fitri, Ardhista S., dan Fitriana, Yolla A. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. Jurnal
Sainteks. 17(1): 45-52.
Juliadi, Debby., Yuliasih, Ni W., dan Pramitha, Dewa A. 2018. Uji Pengaruh Variasi Konsentrasi
Perndaman Larutan Asam Jawa Terhadap Penurunan Kadar Formalin pada Sosis. Jurnal
Medicamento. 4(2): 71-77.
Macnow, Alexander S. 2019. MCAT Biochemestry Review. America: Kaplan Publishing.
Muhatir, Aly., Sudewi, Sri., dan Rotinsulu, Henki. 2019. Analisis Kandungan Formalin Pada Bakso
Tusuk yang Beredar di Beberapa Sekolah Dasar di Kota Manado. Pharmacon. 8(3): 556-560.
Putrianti, Dian E. 2012. Pemanfaatan Polianilin dan Berbagai Modifikasinya dengan H2SO4 Pekat
Untuk Uji Formalin. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Pavia, Donald L. 2015. Organic Laboratory Techniques: A Small-Scale Approach. Toronto: Cole
Learning.
Rahmi, Miftahur., Dira., dan Herman, Hamidah. 2018. Analisa Formalin pada Buah Impor yang
Beredar di Kota Padang Secara Spektrofotometri. Scientia Jurnal Farmasi dan Kesehatan.
8(1): 73-78.
Risnandar, Irfan Ade., dan Prabawati, Yunita Susy. 2019. Sintesis Senyawa Mentil Vanilat dari
Vanilin dan Aplikasinya Sebagai Parfum. Jurnal Ilmu Kimia Dan Terapan. 3(2): 61-69.

Anda mungkin juga menyukai